UAD
2013, Vol. II, No. 2
ISSN : 2301-616
7
Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa SMK
Ita Juwitaningrum
Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak
Penelitian didasari adanya fenomena kebingungan siswa SMK terhadap karir yang akan
diambil. Pendidikan yang sedang ditempuh banyak yang tidak sejalan dengan karir
yang sebenarnya diinginkan. Tujuan penelitian adalah (1) untuk mengetahui profil
kematangan karir siswa SMK, (2) melakukan kajian terhadap program bimbingan karir
di sekolah (3) mengetahui upaya bimbingan karir oleh guru BK, (4) mengetahui
efektifitas program bimbingan karir yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantatif dengan metode quasi eksperimen dengan desain nonRandomized
Control Group Pretest-Posttest Design. Data hasil penelitian dianalisis dengan teknik uji
t. Hasil penelitian menunjukkan (1) kematangan karir siswa secara umum di SMK N 11
Bandung berkategori sedang, (2) Indikator yang memiliki persentase terbesar adalah
keterlibatan, independensi, dan pemilihan pekerjaan, sementara indikator terendah
adalah kompromi, pemahaman diri, dan pengetahuan pekerjaan, (3) Program
Bimbingan Karir terbukti efektif untuk meningkatkan Kematangan karir siswa sehingga
layak untuk diterapkan dalam layanan Bimbingan dan Konseling. Rekomendasi
penelitian: (1) Pihak sekolah, untuk memberikan perhatian lebih terutama dalam
dukungan sistem, terhadap bimbingan karir yang dilaksanakan di sekolah, (2) Peneliti
selanjutnya, disarankan untuk menggunakan wawancara dan observasi sebagaiteknik
pengambilan data kualitatif.
Abstract
1
ISSN: 2301-6167
.
1. Pendahuluan remaja antara 11 hingga 22 tahun. Secara lebih detail
Remaja merupakan salah satu tahapan dan siklus dipaparkan bahwa usia remaja memiliki batasan usia sekitar
kehidupan manusia yang banyak dibahas oleh para ahli, 11-12 sampai dengan 15-16 tahun untuk remaja awal dan
sebab banyak hal menarik yang dapat ditelaah. Masa remaja akhir sekitar 15-16 sampai denganl 8-21 tahun.
remaja merupakan fase kehidupan yang sangat penting Perubahan sosial seperti adanya kecenderungan anak-
dalam siklus perkembangan individu, karena mengarah anak pra-remaja untuk berperilaku sebagaimana yang
pada masa dewasa yang sehat (Konapka, dalam Pikunas, ditunjukan remaja membuat penganut aliran kontemporer
1976; Kaczman&Riva, 1996; Santosa, 2010). Masa ini memasukan mereka dalam kategori remaja. Banyak
menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi dari permasalahan yang muncul pada masa remaja ini. Masalah
status kanak-kanak menuju dewasa, remaja tidak termasuk yang umumnya dialami remaja muncul sebagai akibat dari
golongan anak-anak tidak pula termasuk golongan orang adanya perubahan fisik, masalah sosial, akademik, serta karir.
dewasa (Maslihah, 2009). Usia remaja adalah usia dimana Perubahan fisik yang terjadi menjadi cumber masalah
individu mulai belajar berinteraksi dengan masyarakat tersendiri bagi remaja, hal ini terkait dengan mulai munculnya
dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah hasrat seksual yang ingin terpuaskan seiring dengan
tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada matangnya organ-organ seksual. Permasalahan sosial yang
dalam tingkatan yang sama (Piaget: 1969). Mereka tidak terjadi pada masa remaja berkaitan dengan hubungan yang
mau dikatakan sebagai anak-anak lagi, namun belum dapat lebih akrab dengan teman sebaya baik melalui pertemanan
dikategorikan dewasa karena remaja masih kurang dapat maupun percintaan. Dalam bidang akademik, remaja juga
bertanggung jawab atas tindakan yang diperbuatnya. kerap mengalami berbagai permasalahan, misalnya
Karakteristik khusus dari masa remaja diantaranya terganggunya kegiatan belajar karena berpacaran atau
ialah masa untuk mencari identitas dirinya dan masa 'storm kenakalan remaja lain, penggunaan narkoba.
and stress'. Erik Erikson berpendapat bahwa " dalam masa Permasalahan lain dari remaja yang tidak dapat dihindari
remaja, remaja selalu berusaha melepaskan diri dari milieu berhubungan dengan karir. Salah satunya masalah kesiapan
orangtua dan mendekati teman sebaya sebagai suatu proses karir. Hal ini menjadi konsekuensi logis dari
untuk mencari identitas ego". Teori ini diperkuat oleh teori perkembangan remaja dimana terdapat tuntutan bagi untuk
Blowby (Hurlock; 1985) yang berbunyi "remaja mempersiapkan karir. Hal ini sejalan dengan pernyataan
mengalami detachment (menjauh) dari orang tua, di lain Havighurst (Hurlock, 1980) yang mengidentifikasi
pihak mengalami attachment (mendekati) dengan tugas-tugas
peergroup yang berperan untuk membagi perasaan dan perkembangan remajayaitu: 1) Mencapai hubungan baru dan
menenangkan emosinya. Pendapat tersebut lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita,
mendeskripsikan bahwa remaja akan merasa nyaman 2) Mencapai peranan sosial pria dan wanita,
mengutarakan masalahnya dengan sesama temannya 3) menerima keadaan fisik diri dan menggunakannya secara
dibanding dengan orangtua mereka sendiri. Mengenai hal- efektif, dan 4). Mencapai kemandirian emosional. Pada upaya
hal yang tidak akan lepas dalam pemenuhan tugas-tugas untuk mencapai peranan sosial pria dan wanita dimana di
perkembangan yang harus dilaksanakannya yang akan dalamnya terkandung upaya pencapaian karir. Permasalahan
berpengaruh pada keberhasilan tugas-tugas berikutnya. karir yang teijadi pada remaja biasanya berkaitan dengan
Maka dari itu untuk mengatasi masalah diperlukan cara pemilihan jenis pendidikan, yang mengarah pada pemilihan
yang tepat untuk membersamai anak-anak jenis pekerjaan dimasa depan. Permasalahan ini penting untuk
dalam diperhatikan sehubungan dengan banyaknya kebingungan
perkembangannya. WHO (1974) yang dialami remaja dalam menentukan arah karirnya. Tidak
menyatakan bahwa remaja adalah suatu masa dimana individu hanya itu kebimbangan karir pada remaja akan berakibat pada
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tingkat kematangan perkembangan kepribadian.
tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Saka,
kematangan seksual, individu mengalami perkembangan Gati, dan Kelly (2008) tentang pemilihan karir remaja.
psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi Menurut mereka remaja yang tidak memiliki pilihan karir
dewasa serta peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang jelas cenderung memiliki gangguan emosi dan
yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri kepribadian seperti pesimistis, gangguan kecemasan (anxiety),
(Sarwono, 2004). dan konsep diri negatif serta self esteem yang rendah.
Hurlock (dalam Maslihah, 2009) membagi masa remaja Penelitian yang dilakukan oleh Creed& Patton (2003)
menjadi dua bagian, yaitu remaja awal dan akhir. Hurlock terhadap 166 siswa SMA di Australia menunjukkan bahwa
(1973) memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kematangan karir berkaitan dengan kematangan konsep diri
kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Menurut secara umum. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa
Thornburgh (1982), batasan usia tersebut adalah batasan kematangan karir pada remaja menunjukkan kemampuan
tradisional, sedangkan aliran kontemporer membatasi usia remaja dalam memenuhi harapan sosial dan masyarakat. Hasil
2
PSIKOPEDAGOGIA ISSN: ISSN: 2301-6167
penelitian lain oleh Esters dan Bowen (Purwanta, 2012) pilihan-pilihan pendidikan maupun latihan. Purwoko, (2002:
terhadap siswa sekolah pertanian menemukan bahwa orangtua 32) yang melakukan survey terhadap mahasiswa di beberapa
(ibu dan ayah) merupakan faktor pertama yang berpengaruh PTN di Surabaya menemukan 82% mahasiswa memilih
terhadap pilihan karier anak mereka. jurusan bukan berdasar pemilihan dan persiapan karir yang
Remaja dapat sangat merasakan masalah karir ketika telah dilakukan semasa SMU.
berada pada tingkatan sekolah menengah atas (SMA/SMK). Beberapa mahasiswa bahkan menyatakan pilihannya
Pada jenis Sekolah Menengah Atas tidak akan terlalu terlihat hanya berdasar spekulasi-spekulasi dengan tujuan asal dapat
dampak dari masalah karir ini. Masalah terlihat lebih kuliah di PTN. Urgensi bimbingan karir dan tuntutan dalam
membebani siswa-siswi yang masuk ke Sekolah pengembangan karir di Indonesia dikarenakan adanya
Menengah Kejuruan yang memang lebih disiapkan sebagai beberapa fenomena. Fenomena karir tersebut antara lain: a.
seorang individu yang siap bekerja. Sekolah Menengah angka pengangguran masih tinggi, b. masih ada dikotomi di
Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang telah masyarakat antara pekerjaan yang bergengsi dengan tidak,
mengkhususkan diri mendidik siswa dalam bidang ilmu misalnya, masih ada anggapan pekerjaan bertani lebih rendah
tertentu. Seyogyanya siswa yang masuk di SMK telah dari pegawai, c. muncul banyak SMK yang akan melahirkan
memiliki pilihan yang mantap mengenai arah karir sebab tenaga keija menengah dengan keterampilan tertentu, tetapi
mereka telah memilih sekolah dengan bidang keilmuan masih banyak yang belum memiliki kompetensi standar,d.
tertentu. Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa yang lulusan dunia pendidikan kebanyakan menguasai teori tapi
tidak yakin dengan pilihan karirya. Hal tersebut menunjukkan minim dalam praktek-pengalaman,e. lulusan dunia pendidikan
belum tercapainya kematangan karir dikalangan siswa SMK. lebih banyak dibekali dengan kompetensi yang sifatnya hard
Sekolah Menengah Kejuruan saat ini menjadi program skill (academic skill dan vocational skill) berupa pengetahuan
utama dari pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan adanya dan keterampilan), tapi lemah dalam pembinaan kompetensi
peningkatan jumlah Sekolah Menengah Kejuruan di soft skill (personal skill dan social skill) antara lain:
Indonesia. Penambahan jumlah Sekolah Menengah Kejuruan kecakapan dalam mengenal diri sendiri, percaya diri, berpikir
berdampak dengan bertambahnya siswa di Sekolah Menengah rasional tanggung jawab, disiplin, kemauan kerja prestatif,
Kejuruan. Perbandingan siswa SMK: SMA adalah 43 : 57 dari jujur, keterampilan bekerjasama, nilai-nilai yang harus dianut
total 7.719 SMK. Pada tahun 2009 pemerintah berusaha untuk dalam bekerja,kemampuan beradapatasi dengan perubahan,
menyeimbangkan jumlah siswa SMK:SMA menjadi 50 : 50. dsb), f. masih banyak orang yang bekerja sekedar memenuhi
Tabun 2009 jumlah siswa SMK di seluruh Indonesia sudah kebutuhan hidup, belum untuk kebahagiaan dan
mencapai 3.878.652 (Kemendiknas. Dit PSMK, 2009) kebermanfaatan bagi kehidupan diri dan masyarakat serta
Berbagai strategi dalam upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan,g. kebanyakan orang masih mengejar karir yang
individu di Sekolah Menengah Kejuruan telah dilakukan. linier,h. para siswa memilih pendidikan lanjut, dan jurusan di
Hasil dari usaha yang dilakukan masih belum dapat dirasakan Perguruan Tinggi belum didasarkan pada orientasi karir yang
secara langsung. Siswa di Sekolah Menengah Atas yang jelas (Moh Surya: 2009).
cenderung masih mengalami berbagai masalah. Khususnya Masalah karir kongkrit yang dirasakan oleh siswa
yang berkaitan dengan masalah karir. Permasalahan karir menurut Supriatna (2009) antara lain: a. siswa kurang
siswa SMK telah menjadi kajian dari banyak pihak. memahami cara memilih program studi yang cocok dengan
Syamsu Yusuf (2000: 195) kemampuan dan minat, b. siswa tidak memiliki informasi
menyebutkan perkembangan berpikir pada remaja antara lain tentang dunia kerja yang cukup,c. siswa masih bingung
" dapat memikirkan masa depan dengan membuat memilih pekerja,d. siswa masih kurang mampu memilih
perencanaan dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat,e. siswa
untuk mencapainya". Maka berdasar pendapat ini, remaja mau merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah tamat
tidak mau hams menyadari bahwa dia harus segera memilih sekolah,f. siswa belum memiliki pilihan perguruan tinggi atau
dan mempersiapkan karir yang tepat dengan potensi dan lanjutan pendidikan tertentu, jika setelah tamat tidak
kondisinya. memasuki dunia kerja, g. siswa belum memiliki gambaran
Pada kenyataannya, masih banyak ditemukan siswa yang tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan, dan
bare sadar memilih dan merencanakan kerja pada saat masa- keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan serta prospek
masa kritis (terlalu terlambat melakukan pilihan dan pekerjaan untuk masa depan karirnya.
persiapan). Subrata (2001: 36) melakukan survey persiapan Layanan atau program Bimbingan karir di Indonesia
karir sejumlah siswa SMA di Surabaya menunjukkan 85% seharusnya memahami dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
siswa ragu terhadap karir masa depannya, 80% belum siswa dalam perkembangan karir sehingga memeiliki
menetapkan karir masa depannya dengan mantap, 75% ketrampilan karir pada saat meninggalkan bangku sekolah.
mengalami kesulitan dalam memutuskan dan merencanakan Hoyt (2001) mengemukakan ada empat kebutuhan utama
karir dengan baik. Walaupun begitu 90% menyadari pemilihan yaitu kebutuhaan untuk:
karir merupakan proses yang penting yang dengannya a. Merencanakan pendidikan pasca sekolah menengah yang
seseorang bisa mempersiapkan diri dengan melakukan berorientasi karir.
3
ISSN: 2301-6167
b. Memperoleh ketrampilan umum dalam cakap kerja, kemakmuran personal dan financial, maka apa yang
adaptasi kerja, dan peningkatan kerja sehingga mampu individu kerjakan dapat disebut sebagai karir.
mengikuti perubahan dunia kerja setelah dewasa. Menurut Healy (1982) karir dapat terjadi pada sepanjang
c. Penekanan pentingnya nilai-nilai kerja, seseorag yang Mencakup sebelum bekerja (preoccupational),
d. Merencanakan cara-cara menyibukkan diri dalam selama bekerja (occupational), dan akhir atau seusai bekerja
pekerjaan sebagai bagian dari keseluruhan perkembangan bekerja (postoccupational). Lebih lanjut ia menj elaskan
karir. posisi preoccupational merupakan posisi yang sangat penting
Program layanan Bimbingan Karir sangat diperlukan dalam perjalanan karir seseorang, sebab posisi ini dapat
khususnya untuk meningkatkan kematangan karir bagi siswa. menjadi awal menuju kesuksesan karir. Artinya, jika pada
Berdasarkan paparan yang ada di atas maka peneliti berusaha posisi in individu mengalami kegamangan karir, maka ia
untuk melakukan kajian lebih lanjut untuk mengembangkan cenderung mengalami masalah dalam menjalani karirnya.
program peningkatan kematangan karir melalui layanan Posisi
Bimbingan Karir. preoccupational yang dimaksud dimulai dan orientasi karir,
Paparan fakta diatas mencerminkan siswa kita sebagian pengambilan keputusan karir yang diwujudkan dengan adanya
masih mengalami kebingungan terkait dengan persiapan pilihan pekerjaan tertentu dan memulai karir dalam bidang
karimya. Saucks (1999) menegaskan bahwa peserta didik pekerjaan tertentu (Healy, 1982). Dalam pandangan Super
membutuhkan latihan- latihan khusus yang antara lain (dalam Munandir, 1996) karir merupakan proses kehidupan
adalah : ketajaman melihat diri sendiri, melihat sepanjang hayat. Desain karir mulai tampak sejak tahap
kemungkinan-kemungkinan di sekitarnya, serta pertumbuhan karir (growth stages) yang ditandai dengan
meningkatkan kemampuan dan potensinya. adanya sikap keingintahuan anak terhadap jenis karir tertentu
Memperhatikan latar belakang masalah yang telah sampai tahap pengunduran (disengagement). Dengan
dijabarkan, peneliti memfokuskan kajian pada program adanya
bimbingan karir dalam upaya meningkatkan kematangan dorongan keingintahuan, anak mulai mengespliotasi apa yang
karir siswa kelas XSMK N 11 Bandung. Penelitian ini dia lakukan ditunjang dengan berkembangnya kapasitas-
mencoba untuk memberikan solusi dan gambaran tentang kapasitas individu. Menurut Munandir (1996) semua ini
program bimbingan karir dalam upaya meningkatkan merupakan modal dasar untuk mengawali karir kehidupan.
kematangan karir siswa SMK. Keberhasilan individu
melalui tahap pertumbuhan akan menjadi modal dasar bagi
2. Kajian Literatur suksesnya tahap eksplorasi. Begitu juga selanjutnya,
a. Definisi dan Pengertian Karir keberhasilan tahap eksplorasi akan menjadi dasar keberhasilan
Dillard (1985) membedakan antara pekerjaan (job) dalam menjalani tahap penentuan. Selanjutnya keberhasilan
dengan karir (career). Menurutnya, job mengacu tahap penentuan akan menjadi dasar keberhasilan tahap
kepada pekerjaan yang tidak berlanjut dan mungkin pemeliharaan dan menjalanikeberhasilantahap
bersifat sementara. Karena itu suatu pekerjaan pemeliharaan akan menjadi dasar keberhasilan menjalani
umumnya hanya menuntut sedikit keahlian, sedikit tahap
pendidikan, dan sedikit dedikasi. Sedangkan pekerjaan pengunduran. Menurut Super (dalam Munandir, 1996) jika
sebagai karir mengimplikasikan adanya pendidikan tahap demi tahap ini didisain secara tepat, maka seseorang
dan latihan, komitmen, dan merupakan jalan cenderung memperoleh kesuksesan dan kebermaknaan karir
kehidupan kerja yang dipilih sepanjang hidup
individu. Selain itu karir mengimplikasikan
keberhasilan pada apa yang individu pilih serta
kebermaknaan personal dan financial. Hal ini sejalan
dengan kalimat yang diungkapkan Dillard (1985)
bahwa " a career implies success on what you chosen
to do and an accompanying sense of personal and
financial well being".
Surya (1987,dalam Budiman 2004) menyatakan
bahwa karir dapat diperoleh melalui pekerjaan (job)
seperti tukang jahit; hobi seperti
pebulutangkis; profesi seperti dokter atau guru; dan
dapat diperoleh melalui peran hidup seperti
pemimpin
masyarakat. Menurutnya, bekeija sebagai apapun yang
terpenting ditandai oleh adanya keberhasilan
dan
4
PSIKOPEDAGOGIA ISSN: ISSN: 2301-6167
5
ISSN: 2301-6167
6
PSIKOPEDAGOGIA ISSN: ISSN: 2301-6167
7
ISSN: 2301-6167
8
PSIKOPEDAGOGIA ISSN: ISSN: 2301-6167
3. Metode Penelitian
Sampel
Penelitian
9
ISSN: 2301-6167
10
PSIKOPEDAGOGIA ISSN: ISSN: 2301-6167
Tabel. 4.4.
Tabel 4.3. Perbedaan Skor Posttest Kelompok Kontrol
Uji Berpasangan Pretest dan dan Posttest Kelompok Eksperimen
Posttest Kelompok Eksperimen
No Rata-rata
Sig Posttest
Indikator t df
. No. Indikator Kelomp
(2tailed) Kelompok Beda
1. Keterlibatan - 15.833 33 ok .000 Eksperim
2. 1 Keterlibatan
Independensi- 22.067 33 Kontro
.000 en
18.242 1.757
20.0000
3. Orientasi -20.890 33 4 .000 6
4. Ketegasan 2 Independensi
23.039 33 17.666
.000 20.2647 2.598
7 0
5. Kompromi 28.602 33 .000
3. Orientasi 17.333 21.2353 3.902
Pemahaman - 29.163 33
6. 3 .000 0
diri
4 Ketegasan 10.303 12.1765 1.873
7. Pengetahuan - 16.124 33
0 .000 4
Pekerjaan
5 Kompromi
-11.899 33 9.8485 11.9118 2.063
Pemilihan
8. .000 3
Pekerjaan
6. Pemahaman 9.9091 11.3824 1.473
9. Perencanaan-13.323 33 .000
diri 3
Pemecahan -15.550 33
10. Masalah 7. Pengetahuan 9.0909 .000 2.997
12.0882
Pekerjaan 3
8. Pemilihan
c. Deskripsi Perbedaan Skor Posttest 18.969 23.6765 4.706
Kelompok Pekerjaan
Kontrol dan 7 Posttest 8
9
Kelompok Eksperimen.Perencanaan 17.878 20.3824 2.503
Untuk mengetahui perbedaan 8 skor 6
10.Pemecahan 17.030
posttest kelompok kontrol dan kelompok 19.4412 2.410
Masalah 3
eksperimen disajikan data pada tabel 4.4. 9
yang merupakan hasil dari perhitungan rata-
rata. d. Deskripsi Hasil Perhitungan Efektivitas
Program Layanan Program Bimbngan
Karir untuk Meningkatkan Kematangan
Karir siswa SMK
Bimbingan dan konseling karir dalam
proses pendidikan hams berakhir pada
pengambilan keputusan karir, setelah
melalui: 1) identifikasi masalah, 2)
gambaran konsensus dua pihak, melalui
tranfer pengalaman yang diwujudkan dalam
sikap, pengetahuan, dan keterampilan,
penyajian alternatif dengan
mempertimbangkan pilihan pengambilan
keputusan, dan 3) persiapan sikap dan
perencanaan karir masa depan.
Untuk melihat efektivitas program
bimbingan karir yang telah dilakukan, diuji
dengan menggunakan perhitungan statistik
uji t sehingga diharapkan dapat menentukan
Program bimbingan karir yang memadai.
Hasil perhitungan uji t tersebut disajikan
pada beberapa tabel di bawah ini.
11
ISSN: 2301-6167
12
PSIKOPEDAGOGIA ISSN: ISSN: 2301-6167
13
ISSN: 2301-6167
14
PSIKOPEDAGOGIA ISSN: ISSN: 2301-6167
15
ISSN: 2301-6167
16
PSIKOPEDAGOGIA ISSN: ISSN: 2301-6167
REVIEW JOURNAL
Judul Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa
SMK
Jurnal Jurnal Bimbingan dan Konseling “PSIKOPEDAGOGIA”
Volume/Halaman Vol. II, No. 2
Tahun 2013
Penulis Ita Juwitaningrum
Reviewer Brata Sukma Dwi Pangestu
Tanggal 7 Mei 2019
Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui tinggat kematangan
atau kesiapan siswa SMK dalam mengambil karir yang didinginkan
sebenarnya
Subyek Penelitian Siswa SMK N 11 Bandung kelas X
Medote Penelitian Metode penelitian yang digunakan ini adalah Experimen dan dapat
dilakukan dengan beberapa tahap yaitu : 1. Tahap Pralapangan, dengan
menggunakan survey yaitu penjajakan lapangan, untuk mencari data dan
informasi kematangan karir siswa SMK N 11 Bandung, dan juga
penelusuran literatur serta administrasi perijinan kepada pihak yang
berwenang. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan atau Eksperimen, eksperimen
dengan memberikan treatment sebagai usaha untuk meningkatkan
kematangan karir dengan kegiatan kelompok selama 6 pertemuan dalam
setiap pertemuan menggunakan waktu 45 menit. Dan 6 pertemuan itu
untuk melakukan kegiatan pretes dan posttes
Hasil Penelitian Dari data yang didapat dalam penelitian eksperimen untuk meningkatkan
kematangan siswa SMK dalam memilih karir didapat peningkatan
denganupaya treatment yang harus disertai dengan pemberian informasi
menggunakan media layanan bimbingan klasikal (1983; Melien Wu and
Chen-Chieh Chang: 2009) dan bahwa kematangan karir dibentuk pula
denga adanya penguatan dari keutuhan orang tua (flee-Yeong Lee dan
Kenneth F.
Hughey 2001) dan serta adanya kematangan karir yang baik ditunjukan
bahwa kopetensi yang terencana dan terkait pula dengan penerimaan
sosial serta realisasi diri, semakin kuat kematan kematangan seseorang
dalam perencanaan dan eksplorasi maka akan semakin kuat kematangan
kairnya (Mark L. Savickas, William C. Briddick and C. Edward Watkins,
Jr 2002).
Kekuatan Pemberian treatment kepada siswa berupa informasi tentang dunia kerja
dan peningkatan eksplorasi siswa terhadap dunia kerja dapat membuat
siswa mempunyai gambaran jelas akan perencanaan karir mereka untuk
kedepannya
Kelemahan Kelemahan penelitian ini adalah waktu yang digunakan pada penelitian
eksperimen terlalu dini untuk kelas X, dan penelitian tidak dilaksanakan
pada siswa kelas XII untuk perencanaan karir yang akan segera dipilih
oleh siswa
Manfaat penelitian Dengan adanya sebuah peneletian eksperimen tentang pengembangan
bimbingan karir untuk pematangan karir siswa SMK sangatlah membantu
dalam memilih atau merencanakan seperti apa kedepannya nasib yang
akan ditempuh oleh siswa SMK itu sendiri guna menanggulangi adanya
kebingungan siswa dalam memilih karir untuk kedepannya yang nantinya
dapat menyebabkan adanya pengangguran jika kebingungan siswa dalam
memilih karir tersebut masih terus belanjut
17