Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan fase kehidupan yang sangat penting dalam siklus

perkembangan individu. Masa ini menunjukkan dengan jelas sifat, serta masa

transisi dari status kanak-kanak menuju dewasa. Usia remaja pada masa SMA/MA

adalah 15-18 tahun dimana pada usia tersebut rentan sekali timbulnya masalah

yang berpengaruh terhadap kehidupan pribadinya. Pada rentang usia tersebut

seorang individu pada masa SMA berada pada tahap perkembangan masa remaja

akhir, yang masa perkembangan mereka dihadapkan pada berbagai permasalahan.

Berikut ada empat macam masalah yang sering dialami oleh siswa yang

dikemukakan oleh Gunawan (2001) dalam penelitiannya yaitu keputusan

meninggalkan sekolah, persoalan-persolalan belajar, pengambilan keputusan ke

perguruan tinggi, dan problem sosial siswa sekolah menengah atas.

Pentingnya tugas perkembangan menurut Havighurst (dalam Syamsu

Yusuf 2009:65) :

A development task is a task which arises at or about a certain periode in


the life of individual, successful achievement of which leads to his
happiness and tosuccess with later task, while failure leads to whappiness
in the individual difficulty with later task.

Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa apabila tugas perkembangan itu dapat

berhasil dicapai akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam

menyelesaikan tugas perkembangan pada periode berikutnya Salah satu tugas

perkembangan remaja menurut Erikson dalam Prayitno (2006) mempersiapkan


2

masa depan karier merupakan salah satu dari tugas perkembangan terpenting

remaja. Hal tersebut sesuai dengan tugas perkembangan siswa SMA untuk

menerima informasi, mengarahkan diri, serta mempersiapkan pada jenjang

pendidikan tinggi. Selain itu tugas perkembangan lainnya menurut Prayitno

(2006) menyatakan, salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai oleh siswa

SMA adalah mencapai kematangan dalam pilihan karir yang akan dikembangkan

lebih lanjut. Tentu saja pada tahap perkembangan ini akan menjadi tahap

perkembangan yang sangat berat bagi siswa, karena siswa di tuntut untuk

menentukan masa depannya, dengan kata lain siswa diharuskan untuk mengambil

keputusan untuk masa depannya. Salah satu keputusan yang harus diambil yaitu

keputusan mengenai arah pilihan karirnya setelah tamat dari SMA/MA. Dalam

memutuskan arah pilihan karir seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya faktor eksternal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu yang

barasal dari diri individu sendiri, yang meliputi intelegensi, bakat, minat,

kepribadian serta potensi-potensi lainnya. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-

faktor sosial atau faktor yang berasal dari luar diri individu seperti lingkungan

keluarga maupun lingkungan masyarakat.

Seorang individu tidak memilih untuk berkarir secara tiba-tiba, tetapi di dasari

dengan munculnya minat yang biasanya dimulai dari lingkungan keluarga dan

pendidikan, lingkungan akan memberikan pengetahuan tambahan mengenai

keputusan arah pilihan karir yang pada akhirnya menimbulkan motivasi atau

dorongan untuk sukses. Keputusan arah pilihan karir siswa yang terjadi pada

remaja pada umumnya berkaitan dengan pemilihan jenis pendidikan yang


3

mengarah pada pemilihan jenis pekerjaan dimasa depan, permasalahan ini sangat

penting untuk diperhatikan sehubungan dengan banyaknya kebingungan yang

dialami remaja dalam menentukan arah pilihan karir yang pada akhirnya

menentukan arah karirnya. Selain itu fenomena yang sering muncul sampai saat

ini bahwa dalam menentukan arah pilihan karir siswa SMA/MA masih sering

mengikuti teman atau orang tua, bahkan hingga terdapat unsur paksaan.

Keputusan arah pilihan karir yang tepat dan sesuai dengan bakat, minat, siswa

merupakan persiapan awal untuk meraih sukses dalam karirnya.

Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

membangun manusia seutuhnya, yaitu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani

dan rohani, kepribadian mantap, mandiri serta bertanggung jawab. Seseorang

menerima pendidikan atau belajar dimulai dari lingkungan pertama yaitu

keluarga, lingkungan kedua yaitu sekolah dan lingkungan ketiga yaitu masyarakat

Pendidikan di sekolah yang diterima siswa telah disusun dan dirancang secara

baik oleh pihak-pihak profesional, namun pendidikan di lingkungan keluarga

terjadi secara non-formal. Keluarga memiliki fungsi psikologi dan sosial dalam

proses perkembangan anak, setiap fungsi yang ada akan membentuk kepribadian

dan mempersiapkan siswa dalam menghadapi masa depan.

Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama yang diperoleh

anak sejak awal kehidupan. Keluarga membawa pengaruh besar terhadap karakter

anak untuk dapat berinteraksi dalam masyarakat. Keberhasilan anak tidak bisa

ditentukan oleh pendidikan formal semata, tetapi juga ditentukan oleh pendidikan
4

informal atau pendidikan dalam keluarga, komunikasi yang baik antara anak dan

orang tua menjadi kunci dalam membangun keluarga. Bagi anak, orang tua adalah

model yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model, orang tua seharusnya

memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku

orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Menurut Sukardi (1984: 332)

mengemukakan bahwa “orang tua harus dapat memegang peranan yang paling

berpengaruh sebagai model dan konselor terhadap anak-anaknya”. Dalyono

(2009) menuliskan keberhasilan belajar anak dipengaruhi oleh faktor yang cukup

besar yaitu orang tua. Latar belakang pendidikan orang tua, keadaan keuangan,

perhatian orang tua kepada anak, kerukunan antar orang tua, kerukunan orang tua

dan anak, serta kondusifitas situasi rumah.

Hubungan didalam keluarga dan pengaruhnya kemudian terhadap arah karir

merupakan focus utama karya Ann Roe dalam Dewa Ketut (1993). Roe

menekankan bahwa pengalaman pada awal masa kanak-kanak memainkan

peranan penting dalam pencapaian kepuasan dalam bidang yang dipilih seseorang.

Struktur kebutuhan seorang individu, menurut Roe, sangat dipengaruhi oleh

frustasi dan kepuasan pada awal masa kanak-kanak. Misalnya, individu yang

menginginkan pekerjaan yang menuntut kontak dengan orang adalah mereka yang

didorong oleh kebutuhan yang kuat untuk memperoleh kasih sayang dan

mendapatkan pengakuan sebagai anggota kelompok. Mereka yang memilih jenis

pekerjaan non-orang akan memenuhi kebutuhan akan rasa aman pada tingkat yang

lebih rendah. Roe berhipotesis bahwa individu yang senang bekerja dengan orang

adalah mereka yang dibesarkan oleh orang tua yang penuh kehangatan dan
5

penerimaan, dan mereka yang menghindari kontak dengan orang adalah yang

dibesarkan oleh orang tua yang dingin dan/atau menolak kehadiran anaknya. Roe

(1956) berpendapat bahwa pemilihan sebuah kategori okupasi terutama

didasarkan atas struktur kebutuhan individu tetapi tingkat pencapaian dalam suatu

kategori lebih tergantung pada tingkat kemampuan dan latar belakang

sosioekonomi individu. Iklim hubungan antara anak dan orang tua merupakan

kekuatan utama yang membangkitkan kebutuhan, minat, dan sikap yang kemudian

tercermin dalam pemilihan pekerjaan.

Pendapat beberapa ahli menyebutkan bahwa terdapat sebuah metode dalam

melihat history keluarga secara turun temurun. Kuehl (dalam Jurnal Magnuson

& Shaw, 2003: 45) menyatakan:

“Genograms provide graphic annals of families’ membership,


characteristics and interpersonal relationship. They reflect the
transmission of family patterns from generation to generation”

Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa dengan menganalisis genogram sebuah

keluarga maka memungkinkan untuk melihat influence yang diberikan generasi ke

generasi. Dengan melakukan analisis pada genogram tersebut, besar kemungkinan

dapat mengamati regenerasi pada sebuah keluarga sebagai bagian dari pilihan

karir generasinya. Di dalam perencanaan karier terdapat pengaruh dari orang lain

yang berarti (significant-other influences). Orang yang sangat berarti itu terutama

berpengaruh terhadap individu dalam mengidentifikasi perencanaan dan

pemilihan karier (Supriatna, 2009). Dengan kata lain, ketika individu

mengidentifikasi dan menentukan pilihan karier dipengaruhi oleh orang lain yang

sangat berarti bagi dirinya. Orang lain yang dimaksud, diindikasikan berdasarkan
6

beberapa penelitian yang dikemukakan Okiishi (Supriatna, 2009), yaitu guru-guru,

teman sebaya dan orang tua berpengaruh secara berarti bagi perkembangan dan

harapan atau ekspektasi karier para remaja.

Penggunaan genogram dipandang sebagai suatu metode yang cukup baik

dan menyenangkan dalam rangka menganalisis dan memanfaatkan pengaruh

orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk pengembangan karir klien. Itsar

(2015) dalam penelitiannya menyatakan, genogram adalah grafis yang

menceritakan cerita yang terjadi dalam sebuah keluarga. Penggunaan genogram

dituangkan ke dalam proses konseling untuk memudahkan konselor untuk fokus

terhadap isu-isu masalah yang dialami oleh klien. Data yang tersimpan dalam

genogram seperti kematian, kelahiran, hubungan antar keluarga, jenis pekerjaan

atau karir dan jabatan anggota keluarga, kesuksesan dan keberhasilan anggota

keluarga, masalah-masalah emosional dalam keluarga dan mitos keluarga dari

generasi ke generasi merupakan hal penting yang dapat digunakan untuk

mengekplorasi kekuatan dan kelemahan yang dialami oleh klien pada saat sesi

konseling berlangsung.

Menurut Super, (Itsar, 2015) dalam konteks konseling karir, konseli dalam

upaya mengambil keputusan mengenai arah karir yang akan ia geluti akan belajar

mengenali perilaku yang sesuai dengan gaya hidup tertentu berdasarkan

pengalaman hidup dan hubungan antar anggota keluarga yang diajarkan dan

dilihatnya dari kedua orang tuanya dan/atau anggota keluarga lainnya. Kondisi

keluarga yang “carut-marut” karena disfungsi sikap dan peran anggota keluarga,

serta status sosial-ekonomi keluarga membuat struktur emosi dan/atau kepuasan


7

dan konsep diri klien/konseli terganggu sehingga mempengaruhi orientasi

klien/konseli dalam lapangan pekerjaan, jabatan atau karir kelak. Sebaliknya,

kondisi hubungan keluarga yang aman, tentram dan dinamis mendorong

terciptanya iklim kondusif sehingga klien/konseli memiliki konsep diri yang baik.

Adanya fenomena di lapangan yang menunjukan masih banyak terdapat

peserta didik yang (1) kurang memahami cara memilih jurusan yang sesuai

dengan minat, bakat dan kemampuan; (2) memilih jurusan mengikuti teman atau

model yang sudah ada; (3) kurang memiliki informasi tentang dunia kerja; (4)

masih mengikuti keinginan orang tua dalam memilih jurusan yang diambil dan

lain sebagainya (Nurlela, 2015). Oleh sebab itu calon peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dalam konseling karir yang tepat untuk mengatasinya,

terkhusus dalam kesiapan pengambilan keputusan arah pilihan karir siswa di

sekolah.

Permasalahan-permasalahan yang berkaitan keputusan arah pilihan karir

siswa di MAN 2 Makassar khususnya siswa kelas XI umumnya siswa masih

bingung dalam hal pengambilan keputusan arah pilihan karir, jurusan apa dan ke

perguruan tinggi apa, hal ini terkait dengan hasil observasi yang telah dilakukan

pada tgl 1 September 2018 yang kemudian dilanjutkan wawancara langsung

dengan guru BK untuk mendapatkan informasi atau keterangan lebih lanjut.

Hasilnya sama dengan hasil observasi mereka pada umumnya masih bingung

antara mengikuti keinginan, bakat, minatnya sendiri atau mengikuti saran teman,

serta mengikuti kemauan orang tua. Oleh karena itulah calon peneliti tertarik

untuk mengangkat ide penelitian ini yang berjudul “ pengaruh penggunaan teknik
8

genogram untuk meningkatkan kesiapan pengambilan keputusan arah pilihan karir

siswa di MAN 2 Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah penelitian tersebut diatas maka

dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi pokok dalam penelitian ini, yaitu

sejauh mana pengaruh penggunaan teknik genogram untuk meningkatkan

kesiapan pengambilan keputusan arah pilihan karir siswa.

Demi ketajaman analisis, rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi sub-

sub pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana gambaran pelaksanaan teknik genogram dalam kesiapan

pengambilan keputusan arah pilihan karir siswa kelas XI di MAN 2

Makassar ?

2. Bagaimana gambaran kesiapan pengambilan keputusan arah pilihan

karir siswa kelas XI di MAN 2 Makassar sebelum dan sesudah

pelaksanaan teknik genogram ?

3. Apakah penggunaan teknik genogram berpengaruh untuk

meningkatkan kesiapan pengambilan keputusan arah pilihan karir

siswa kls XI di MAN 2 Makassar ?


9

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

penggunaan teknik genogram untuk meningkatkan kesiapan pengambilan

keputusan arah pilihan karir siswa, secara khusus tujuan penelitian ini adalah

menjawab pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan pada rumusan masalah,

yaitu :

1. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan teknik genogram terhadap

kesiapan pengambilan keputusan arah pilihan karir siswa kelas XI

MAN 2 Makassar.

2. Untuk mengetahui gambaran kesiapan pengambilan keputusan arah

pilihan karir siswa kelas XI MAN 2 Makassar.

3. Untuk menguji apakah penggunaan teknik genogram dapat

meningkatkan kesiapan pengambilan keputusan arah pilihan karir

siswa kelas XI MAN 2 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

1. Memberikan informasi mengenai pengaruh penggunaan teknik

genogram untuk meningkatkan kesiapan pengambilan keputusan

arah pilihan karir siswa kelas XI di MAN 2 Makassar.

2. Memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang bimbingan

konseling karir.

3. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.


10

Manfaat Praktis

1. Bagi Konselor

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah

pengetahuan dan memberikan masukan bagi guru

pembimbing/konselor dalam melaksanakan bimbingan konseling karir

dengan teknik genogram untuk meningkatkan kesiapan pengambilan

keputusan arah pilihan karir siswa kelas XI MAN 2 Makassar.

2. Bagi Sekolah

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai

salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman studi lanjut siswa

kelas XI MAN 2 Makassar.


11

Bimbingan karier adalah salah satu bidang dari layanan bimbingan dan konseling

yang berusaha membantu individu memecahkan masalah karier, menyesuaikan

diri dengan lingkungan, mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan,

mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung

jawab atas keputusan yang diambilnya itu sehingga mampu mewujudkan dirinya

secara bermakna. Demi tercapainya keadaan yang demikian dibutuhkan

keterampilan konselor dalam mewawancarai klien dan menganalisis hasilnya.

Banyak siswa tampaknya menghadapi berbagai kesulitan yang berasal dari

sifat individu, salah satunya yaitu kurangnya pengambilan keputusan karir, atau

informasi karir (Koumoundourou & Tsaousis, 2007; 2010). Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengambilan keputusan karir antara lain yaitu (a) lifestyle yang

meliputi sex role orientation and life expectations (peran orientasi jenis kelamin

dan harapan hidup), (b) social economic status yang meliputi occupational status,

income, and education parents, dan (c) social learning theory experiencing life as

the child of working parents would teach behaviors appropriate to that particular

lifestyle (Bosco dan Bianco (2005)

Mencermati persoalan di atas, maka untuk memahami persoalan arah

pilihan karir maka paling baik dilihat dari perspektif relasional yang dibangun

oleh seorang klien/konseli dengan anggota keluarga lainnya (Schultheiss, 2003

dalam Keller & Whiston, 2008). Argumentasi tersebut dapat dengan mudah

dipahami mengingat teori karir telah lama mengganggap keluarga memainkan

peran penting dalam perkembangan karir serta memiliki potensi besar untuk

mempengaruhi klien/konseli dalam menentukan arah pilhan karir (Chope, 2005;


12

Herr & Lear, 1984, dalam Hartung, et al., 2002). Pada dasarnya kegiatan

pengambilan keputusan karir itu sangat dipengaruhi oleh orang lain yang berarti

(significant-other influences). Orang yang sangat berarti itu salah satunya berasal

dari anggota keluarga (Okishi, 1987 dalam Supriatna, 2008)

Genogram yang dikembangkan oleh Okiishi (1987) merupakan suatu alat

yang dipersiapkan untuk membantu konselor-klien ketika wawancara karir yang

berlangsung dalam suasana yang menyenangkan, hingga dapat mendorong

keterbukaan yang dimaksud dalam konteks silsilah keluarga. Genogram

dipandang sebagai suatu metode yang cocok untuk melukiskan pengaruh keluarga

dan orang tua, dalam suatu model gambar tiga generasi tentang asal usul keluarga.

Pada mulanya, Bowen (1980) menggunakan genograf di dalam wawancara terapi

keluarga. Kemudian genogram diperluas penggunaannya oleh McGoldrick dan

Gerson (1985). Selanjutnya, Okiishi (1987) mengembangkan genogram sebagai

alat bantu di dalam wawancara konseling karir.

Gagasan mengenai pendekatan konseling terhadap pengambilan keputusan

karir klien/konseli dewasa kini telah memasuki babak baru yaitu dengan semakin

berkembangnya proses konseling yang mengusung pendekatan narrative untuk

menambal pendekatan intervensi karir yang selama ini dianggap konvensional

(Chope, 2005; Mensinga, 2009). Ragam strategi intervensi dalam konseling yang

menekankan pendekatan narrative dapat ditempuh dengan menggunakan

alat/media seperti life line, card sorts, life roles circles, the goal map, dan

genogram (E. Brott, 2004; Barner, 2011). Secara umum penggunaan jenis media
13

dalam intervensi tersebut memiliki prinsip kerja yang mirip, namun genogram

sebagai media dianggap lebih memiliki kekuatan dari yang lainnya (Perry, 2010).

Konseling Narrative merupakan metode konseling yang memandang

semua masalah yang terjadi pada diri seseorang disebabkan karena seseorang

membentuk cerita negatif diri seseorang disebabkan karena seseorang membentuk

cerita negatif didalam dirinya. Selain itu, konseling naratif merupakan teknik yang

berfokus pada pembentukan cerita hidup seseorang menjadi lebih positif sehingga

mampu membangun persepsi diri yang positif. Hal ini seperti yang dikatakan

oleh White (Corey, 2009:387-388): dari hasil terjemahan bahwa dengan

penerapan konseling naratif sangat bermanfaat dan memiliki tujuan agar individu

mampu membangun makna hidup dalam cerita/kisah interpretatif, yang kemudian

diperlakukan sebagai “kebenaran”. Karena kekuatan narasi budaya yang dominan,

akan membentuk individu cenderung terhadap peluang kehidupan individu. Jadi

salah satu cara untuk membantu siswa dalam melanjutkan ke studi lanjutan dapat

digunakan dengan teknik konseling naratif.

Permasalahan-permasalahan yang berkaitan studi lanjutan siswa di MAN 2

Makassar khususnya siswa kelas XII (12) umumnya siswa masih bingung untuk

melanjutkan studinya jurusan apa dan ke perguruan tinggi apa, hal ini terkait

dengan hasil observasi yang telah dilakukan pada tgl 1 Maret 2018 yang

kemudian dilanjutkan wawancara langsung dengan guru BK untuk mendapatkan

informasi atau keterangan lebih lanjut. Hasilnya sama dengan hasil observasi

mereka pada umumnya masih bingung antara mengikuti keinginan, bakat,

minatnya sendiri atau mengikuti kemauan orang tua. Oleh karena itulah calon
14

peneliti tertarik untuk mengangkat ide penelitian ini yang berjudul “ efektifitas

konseling naratif berbasis genogram untuk studi lanjutan siswa di MAN 2

Makassar.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan

masalah yaitu :

1. Bagaimana gambaran konseling karir dengan teknik genogram siswa

kelas XII di MAN 2 Makassar ?

2. Bagaimana gambaran kesiapan studi lanjut siswa kelas XII di MAN 2

Makassar sebelum dan sesudah penerapan konseling karir dengan

teknik genogram ?

3. Apakah efektif konseling karir dengan teknik genogram terhadap

kesiapan studi lanjut siswa kls XII di MAN 2 Makassar ?

. Bagaimana gambaran konseling karir dengan teknik genogram siswa

kelas XII di MAN 2 Makassar ?

1. Apa yang dimaksud dengan Konseling Naratif?

2. Apa yang dimaksud dengan Genogram?

3. Apakah dengan menggunakan konseling naratif berbasis genogram dapat

efektif untuk membantu studi lanjutan siswa di MAN 2 Makassar ?


15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Genogram

1. Definisi

Genogram awal mulanya merupakan salah satu alat terapi

2. Tujuan Pengembangan Genogram (Tujuan Penggunaan Genogram)

3. Informasi yang terkandung di dalam Genogram

4. Analisis Genogram dalam Konseling sebagai Terapeutik

B. Studi Lanjutan
16

Daftar Pustaka

Bardick,A.D, Bernes, KB Magnuson, K.C., & Witko, K.D. 2004. Junior Hight

Career Planning: What Student Want?Canadian Journal of Counseling, 38 (2)

104-107)
17

A. Pengertian Konseling Narratif

Konseling naratif merupakan salah satu konseling konstruktivisme yang

lahir dari perkembangan era postmodern. Dalam kerangka postmodern, percaya

bahwa realitas tersebut bersifat subyektif, dan meminimalisir perselisihan apakah

suatu realitas itu akurat dan rasional atau tidak. Pendekatan postmodern sangat

menekankan penggunaan bahasa dalam cerita realitas.


18

Konseling naratif biasa juga disebut narrative therapy yang menekankan pada

usaha untuk membangun pendekatan kolaboratif dengan minat khusus pada klien

dengan mendengarkan cerita-cerita untuk mencari tahu kehidupan konseli.

Menurut Ross dan Saphiro (2002) konseling naratif dapat digunakan pada

pertanyaan terapi yang membantu konseli mengenal dan menggambarkan

skenario positif dari masalah yang dialami sekarang yang penuh dengan cerita dan

untuk memberikan wewenang pada konseli untuk merumuskan kembali cerita

yang lebih mereka sukai sebagai suatu petunjuk dalam kehidupan mereka.

Morgan (2000) menambahkan bahwa kata naratif merujuk pada tekanan

yang berada pada cerita dari kehidupan manusia yang berbeda dengan yang

dibuatnya berdasarkan fakta-fakta pengalaman dan penceritaan ulang dari

pengalaman tersebut. Sedangkan menurut Corey (2009:397) bahwa : terapi narasi

didasarkan pada konteks sosial, pendekatan ini sangat relevan untuk konseling

beragam budaya klien. Terapis narasi beroperasi pada premis bahwa masalah yang

diidentifikasi dalam konteks sosial, budaya, pekerjaan, politik, relasional dari pada

yang ada dalam diri seseorang.

Selanjutnya Mc, Leod (2010:255) mengemukakan bahwa Narasi adalah sebuah

istilah yang lebih inklusi yang digunakan untuk menggambarkan proses besar

pembuatan laporan/cerita yang berkenaan dengan apa yang terjadi. Sebuah narasi

terdiri dari beberapa cerita yang terpisah dan berbeda dari satu dengan yang lain,

dan sangat memungkinkan mencakup komentar atas cerita-cerita tersebut sebagai

sebuah penjelasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua hal yang

diceritakan oleh konseli dalam proses konseling dapat dipandang sebagai narasi
19

miliknya yang mungkin terdiri dari tiga atau empat cerita yang berbeda dan

terpisah satu dengan yang lain.

Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa konseling

naratif (counseling narrative) merupakan suatu pendekatan konseling yang

memandang bahwa manusia sebagai suatu sistem yang terdiri dari banyak

kemampuan, kepercayaan, nilai, budaya, kompetensi dan sikap yang kesemuanya

merupakan hal-hal yang dapat mereka gunakan untuk mengurangi masalah yang

terjadi dalam dirinya, masalah yang berasal dari konstruksi sosial budaya dan

interaksi manusia yang kemudian membentuk sebuah cerita-cerita dalam

hidupnya.

Goncalves (1995) dalam McLeod, (2003: 260) menjelaskan konseling

dengan menggunakan pendekatan narasi melewati lima tahapan, yaitu:

a. Tahap I : Recalling narratives. Identifikasi ingatan klien tentang peristiwa

hidup yang penting dengan menggunakan latihan visualisasi terbimbing

untuk memfasilitasi ingatan.

b. Tahap II : Objectifying narratives. Mengisahkan kembali cerita penting

dengan cara membuat klien “menyatu dengan teks”, misalnya dengan jalan

memberi perhatian yang lebih besar kepada sinyal sensoris seperti visual,

pendengaran, penciuman, peraba, perasa. Mengoleksi artikel dan artefak

(misalnya, fotografi, music, surat) yang akan mengobjektifkan cerita

tersebut lebih jauh lagi dengan mendefinisikan rujukan eksternalnya.

c. Tahap III : Subjectifying narratives. Tahap ini adalah untuk meningkatkan

kesadaran klien terhadap pengalaman mendalam terhadap suatu peristiwa.


20

d. Tahap IV : Methaphorizing narratives. Mengumpulkan asosiasi

methaporis dari cerita/kisah klien.

e. Tahap V : Projecting narratives. Klien diberi kesempatan

mempraktikkan/memikirkan asosiasi alternatif yang memungkinkan untuk

diimplementasikan dalam sesi konseling dan kehidupan sehari-hari.

Konseling karir dengan pendekatan narrative untuk mengeksplorasi

keputusan karir klien berfokus pada kondisi klien dalam kaitannya dengan

lingkungan utamanya, yang berkutat pada persoalan hubungan/relasional di dalam

keluarga. Whiston, dkk, (2005 : 169)

B. Pengertian Genogram

Menurut Okiishi, genogram merupakan suatu model gambar tiga generasi

tentang asal usul keluarga. Genogram dipandang sebagai suatu alat yang mudah

untuk menggambarkan pengaruh orang tua dan keluarga (Magnuson & Shaw,

2003:45). Selanjutnya menurut Chrzastowski, genogram adalah teknik yang dapat

digunakan dalam berbagai cara selama terapi.

Genogram menciptakan kesempatan unik untuk mengeksplorasi dan menceritakan

ulang kisah-kisah keluarga sehingga memungkinkan re-authoring (Chrzastowski,

2011 :635). Kesimpulannya, genogram adalah suatu model gambar tiga generasi

tentang asal usul keluarga, yang dapat digunakan sebagai alat untuk

mengeksplorasi atau menceritakan ulang kisah kisah keluarga, sehingga dapat

dianalisis berbagai pengaruh orang tua dan keluarga tersebut selama tiga generasi

terhadap berbagai aspek tertentu. Pada konseling, genogram dapat dijadikan alat
21

intervensi yang beragam. Keragaman ini disesuaikan dengan kondisi konseli yang

ditangani, salah satunya dapat digunakan dalam konseling karir (Magnuson &

Shaw, 2003:46). Menurut Okiishi penggunaan genogram dalam konseling karir

terdiri dari tiga tahapan (Okiishi, 1 987:139-140), yaitu: (a) Tahap konstruksi

genogram. Konselor membentuk genogram berdasarkan informasi dan arahan dari

klien. (b) Tahap identifikasi jabatan. Konselor bersama klien mencatat pekerjaan-

pekerjaan individuindividu tertentu yang ditunjukkan dalam genogram.

(c) Tahap eksplorasi Klien. Konselor bersama klien mengeksplorasi individu-

individu yang dinyatakan dalam genogram.

C. Gambaran Konseling Naratif berbasis Genogram dalam membantu

studi lanjutan Siswa

Pengalaman sosial dalam awal pertumbuhan hingga dewasa guna

memenuhi kebutuhan tertentu tampaknya terkait dengan jumlah orientasi

pekerjaan atau karir seseorang dikemudian hari. Jenis-jenis interaksi orang tua

dengan anaknya akan mempengaruhi cara anak dalam menentukan pilihan

pekerjaan atau karir. Lopez dan Andrews (1987) dalam Chope (2005: 396)

menjelaskan bahwa rentetan kejadian atau life-event yang terjadi dalam

lingkungan keluarga memiki arti yang penting terhadap pengambilan keputusan

karir para anggota keluarga. Dalam konteks konseling karir, penggunaan

genogram adalah untuk melakukan asessmen dan mendiskusikan pola dan

perilaku karir dalam sebuah keluarga (Gibson, 2005).

Aplikasi genogram dalam konseling dan pendekatan naratif untuk

membantu arah pilihan karir siswa melewati tiga tahapan utama, yaitu tahap pra-
22

konseling, konseling, dan pasca-konseling. Merancang suatu genogram pada

dasarnya yaitu mengumpulkan informasi faktual atas kumulasi fakta yang terjadi

selama kehidupan klien/konseli (Papadopoulos, & Bor, 2007).

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang menguji secara

langsung pengaruh suatu variabel yang lain dan menguji hipotesis tentang

perbedaan tingkat pemahaman terhadap studi lanjut antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan perlakuan konseling karir

dengan teknik genogram. Adapun desain ekperimen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah True Experimental Designs dalam bentuk Pretest-Posttest

Control Grup Design yang akan mengkaji tentang efektifitas konseling karir

berbasis Genogram untuk studi lanjut siswa.

2. Desain Penelitian

Adapun disain eksperimen yang digunakan adalah Pretest-Posttest

Control Grup Design yang dapat di gambarkan sebagai berikut :


23

Group Pre-test Treatment Post-Test

Ekspeimen (E) O1 X O3

Kontrol (K) O2 X1 O4

(Noor, 2013:117)

Gambar 3.1 Pendekatan dan Disain Penelitian

Dimana:

E : Kelompok eksperimen

K : Kelompok Kontrol

O1 : Pre-test Kelompok eksperimen

O3 : Pre-test kelompok kontrol

X : Treatment atau perlakuan sebanyak 5 kali

O2 : Post-Test kelompok eksperimen setelah penerapan konseling

karir dengan teknik genogram

O4 : Post-Test kelompok kontrol (berdasarkan rencana terhadap studi

lanjut siswa yang tidak diberikan perlakuan layanan konseling karir

dengan teknik genogram dengan metode yang lain (ceramah) yang di

sampaikan oleh guru pembimbing dari sekolah.

Gambaran disain penelitian ini adalah kedua kelompok diberi angket awal

(pre-test) dengan angket yang sama, kemudian kelompok eksperimen diberi

perlakuan (treatment) sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan dengan


24

konseling karir dengan teknik genogram tetapi menggunakan layanan informasi

dengan metode ceramah/klasikal yang disampaikan oleh guru pembimbingnya di

sekolah yang bersangkutan. Setelah kelompok eksperimen selesai diberikan

perlakuan maka kedua kelompok tersebut diberi angket lagi sebagai angket

terakhir (post test). Adapun prosedur pelaksanaan penelitian mulai dari tahap

perencanaan, Pre-Test, pelaksanaan konseling karir dengan teknik genogram

kemudian Post-Test.

Untuk lebih jelasnya dapat disajikan dalam bentuk diagram dibawah ini :

Kurangnya Pemahaman tentang Studi


Lanjutan siswa

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Treatment
Efektifitas Konseling Karir Tanpa Treatment
Teknik Genogram

Post-Test
Post-Test
25

Pemahaman Studi Lanjutan


Siswa

Anda mungkin juga menyukai