Anda di halaman 1dari 8

SAMPUL LUAR

PERAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN MORAL REMAJA

DI DESA BOYOLALI GAJAH DEMAK

SKRIPSI

OLEH

NURUL FAJRI

NPM. 16110118

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian
Remaja merupakan suatu periode pertumbuhan diantara masa
kanak-kanak dan dewasa (DeBrun dalam Putro, 2017). Papalia dan Olds
menyebutkan masa remaja merupakan masa peralihan perkembangan yang
dimulai pada usia12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan
tahun atau awal dua puluh tahun yang disebut dengan masa kanak-kanak
dan dewasa (Putro, 2017)
Saat berada dalam periode ini status anak remaja dalam masyarakat
dikatakan tidak dapat ditentukan dan membingungkan. Pada satu waktu
remaja ini diperlakukan seperti anak-anak, tetapi apabila mereka
berperilaku seperti anak-anak akan mendapat teguran agar bertindak sesuai
umurnya yaitu jangan seperti anak-anak. Status seperti ini menimbulkan
kesulitan bagi remaja (Soesilowindradini, 2016).
Adapun ciri-ciri khas dari masa remaja menurut adalah sebagai
berikut: (1) status remaja dalam periode ini tidak menentu; (2) pada masa
ini remaja cenderung emosional; (3) remaja memiliki keadaan yang tidak
stabil: (4) remaja memiliki banyak masalah; (5) sikap orang dewasa
terhadap anak remaja pada umumnya kurang senang: dan (6) pada masa
ini remaja mengalami masa yang kritis (Soesilowindradini, 2016: 146).
Disamping itu, masa remaja memiliki tugas-tugas perkembangan
yang perlu untuk diselesaikan, tugas-tugas tersebut pada dasarnya tidak
dapat dipisahkan ataupun dipilah-pilah, karena remaja merupakan pribadi
yang utuh (Sunanto, 2018: 45). Menurut Harvinghurts (dalam
Soesilowindradini, 2016: 23) dalam melaksanakan tugas perkembangan ini
perlu suatu kemampuan yang dapat membawa kebahagiaan dan sukses
dengan tugas-tugas berikutnya, sedangkan kegagalan akan membuat
individu tidak bahagia dan mengalami kesulitan dalam menghadapi tugas-
tugas selanjutnya.
Salah satu tugas perkembangan yang penting dalam masa remaja
adalah untuk mengerti apa yang diharapkan oleh kelompoknya dan untuk
mau merubah sikap-sikapnya sesuai harapan-harapan tanpa selalu
dibimbing, diawasi, dan diancamoleh orang-orang dewasa seperti saat
masa anak-anak. Pada masa ini terjadi perubahan dalam konsep-konsep
moral, kini remaja tidak mau menerima konsep-konsepdari hal-hal yang
benar dan tidak benar, yang telah ditetapkan oleh orang tuanya atau teman-
teman sebayanya dengan begitu saja seperti dalam masa anak-anak. Saat
iini remaja menentukannya sendiri berdasarkan konsep-konsep moral yang
diperoleh saat masa anak-anak tetapi telah dirubah sesuai
perkembangannya bisa dikatakan pada tahap perkembangan yang lebih
matang (Soesilowindradini, 2016: 191).
Santrock (dalam Desmita, 2018: 258) menyebutkan perkembangan
moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi
mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain. Menurut Chaplin moral merupakan nilai yang berlaku
dalam lingkungan sosial dan mengatur tingkah laku seseorang yang
artinya moral menjadi tolak ukur yang dipakai oleh masyarakat untuk
menentukan baik buruknya tindakan manusia sebagai manusia (Adisusilo,
2013; Nurmalisa & Adha, 2016).
Remaja yang sedang berada pada fase perekmbangan moral sering
kali memunculkan sikap yang melawan, periode badai, gelisah, dan tidak
stabil. Prayitno (Gianoza dkk, 2013) salah satu yang memengaruhi
perkembangan moral remaja adalah orang tua maupun guru sebagai
model, hal ini dapat dilihat dari tingkah laku orang tua atau guru yang baik
akan ditiru oleh remaja kemudian akan diterapkan di lingkungan, proses
ini merupakan cerminan dari modeling tersebut.
Data lapangan menunjukkan bahwa melalui hasil wawancara
dengan Wahyu Saputra yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2020
pukul 17.00 WIB. Wahyu menyebutkan orang tua merupakan salah satu
yang memiliki peran penting dalam mengajarkan moral akan tetapi Wahyu
mengakui tidak cukup mendapatkan pendidikan moral yang baik
dikarenakan orangtuanya yang telah bercerai sehingga akhirnya bertahan
hidup di jalanan.
Berkebalikan dengan hasil yang didapat oleh Wahyu, saat
mewawancarai Arjun Fanani pada tanggal 20 Juni 2020 pukul 16.00 WIB.
Arjun menyebutkan bahwa pendidikan moral yang telah diberikan orang
tuanya sudah cukup maksimal sehingga mampu memposisikan diri dengan
menjaga attitude sebaik mungkin saat bersosialisasi dan tidak melakukan
hal-hal yang dilarang agama seperti mencuri, mabuk-mabukan, dan
membuat resah masyarakat sekitar.
Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Bapak Waluyo pada
tanggal 20 Juni pukul 16.00 WIB. Bapak Waluyo menyebutan bahwa
orang tua tidak sepenuhnya memiliki peran penting dalam mengajaran
pendidikan moral, beliau memasrahkan pendidikan moral yang perlu
diajarkan pada anak-anaknya melalui anak tertuanya dengan alasan
memikirkan kesembuhan penyakitnya. Hal yang hampir sama
diungkapkan oleh Bapak Sunoto ketika diwawancarai pada hari yang sama
pukul 19.00 WIB. Beliau hanya memasrahkan begitu saja pendidikan
moral pada guru di sekolah dengan alasan sibuk bekerja.
Sedikit berbeda dengan kedua hasil wawancara diatas yang
dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2020 pukul 18.00 WIB, Ibu Sri
Wahyuni mengungkapkan bahwa orang tua memiliki peranan penting
dalam mengajarkan pendidikan moral bagi anak, beliau menambahkan
bahwa sebagai orang tua yang khususnya beragama islam selalau
membiasakan anak untuk tidak lupa solat lima waktu karena hal tersebut
bisa menjadikan pondasi moralitas anak.
Fenomena-fenomena diatas telah menunjukkan ksesenjangan
antara peran orang tua dalam memberikan pendidikan moral bagi remaja.
Disamping itu remaja juga merasa terbebani ketika tidak menemukan
model yang tepat dari perilaku orang tuanya sehingga memilih untuk
menentukan hidupnya sesuai keyakinan dirinya sendiri.
Pentingnya mengangkat permasalah peran orang tua terhadap
pendidikan moral remaja ini dimaksudkan untuk membina dan menangani
moral remaja maupun cara orang tua dalam memberikan pendidikan moral
bagi anaknya. Meskipun beberapa orang tua sudah mampu untuk
meberikan pendidikan moral yang baik bagi anaknya masih perlu
digalakkan untuk perkembangan moral anak yang lebih optimal.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Peran Orang Tua Terhadap
Pendidikan Moral Remaja di Desa Boyolali Gajah Demak”.
B. Fokus Penelitian
Berangkat dari permasalahan kurangnya pemberian pendidikan
moral orang tua terhadap remaja mengakibatkan remaja tidak mengetahui
bagaimana pengaplikasian moral pada lingkungan sosial secara optimal.
Remaja ini hanya mengandalkan apa yang telah dipegang teguh dirinya
sendiri dalam mengahadapi orang-orang disekitanya.
Contoh nyata pengaplikasian moral yang hanya berdasar pada
dirinya sendiri adalah seperti yang diungkapkan Wahyu bahwa remaja
dengan pendidikan moral yang baik memiliki tingkat kesetiakawanan
dengan anak jalanan. Wahyu berasumsi di jalanan ia diajarkan kehidupan
yang sebenarnya karena tidak mendapat pendidikan moral yang cukup dari
orang tua akibat bercerai.
Berdasarkan permasalahan dalam konteks penelitian, maka dapat
dirumuskan fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana peran orang tua
terhadap pendidikan moral remaja di Desa Boyolali Gajah Demak.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui peran orangtua terhadap pendidikan moral remaja di Desa
Boyolali Gajah Demak.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ni diharapkan dapat menambah informasi baru yang
mendukung sehingga dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi
ilmu bimbingan dan konseling, khususnya tentang pendidikan moral
maupun peran orang tua bagi remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Orang Tua
Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam
memberikan pendidikan moral bagi putra-putrinya sehingga
perkembangan moral yang dicapai pada masa remaja ini
berlangsung secara optimal.
b. Bagi Remaja
Remaja akan lebih termotivasi dalam mempelajari
perkembangan moralnya agar tidak mudah terbawa arus saat berada
pada lingkungan sosial yang berbeda.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti sebagai
pengalaman dan menambah wawasan bagaimana proses
perkembangan moral remaja dan mampu melihat pola-pola orang
tua dalam memberikan pendidikan moral bagi anak.
E. Penegasan Istilah
Maksud dari penegasan istilah peran orang tua terhdapa pendidikan
moral remaja di Desa Boyolali Gajah Demak yaitu untuk menghindari
kekeliruan dalam mengartikan judul skripsi ini, maka perlu diperjelas
berbagai istilah yang digunakan sebagai berikut:
Ahmad Nawawi mengungkapkan pendidikan nilai moral
merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh individu (orang dewasa) yang
terencana untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik (anak,
generasi penerus) menanamkan ketuhanan, nilai-nilai estetik dan etik, nilai
baik dan buruk, benar dan salah, mengenai perbuatan, sikap dan
kewajiban; akhlak mulia, budi pekerti luhur agar mencapai kedewasaannya
dan bertanggung jawab (Khaironi, 2017).
Bandura (dalam Laila, 2015) berpendapat perkembangan sosial dan
moral siswa selalu berkaitan dengan proses belajar sebab prinsip dasar
belajar hasil temuannya adalah belajar sosial dan moral. Bahwasanya proses
belajar maupun pelaksaan pendidikan dimulai pertama bagi anak dilalui
dalam lingkungan keluarga. Tingkah laku, tutur kata, dan penampilan orang
tua akan ditiru oleh anak (Khaironi, 2017).
Moral merupakan salah satu aspek perkembangan yang perlu untuk
diberikan stimulus bahkan sejak dini (Khaironi, 2017). Bandura (dalam
Laila, 2015) menyebutkan seorang anak akan belajar mengubah perilakunya
sendiri melalaui penyaksian cara orang tua atau sekelompok orang mereaksi
aatu merespon sebuah stimulus tertentu. Individu ini mampu untuk
memelajari respon-respon baru dengan pengamatan terhadap perilaku
contoh dari orang lain, misalnya guru dan orang tuanya.
Keluarga merupakan sistem sosialisasi bagi anak, dimana ia
mengalami pola disiplin dan tingkah laku efektif. Meskipun dalam
perkembangannya keluarga bukan menjadi pengaruh utama dalam aspek
moral remaja, keluarga tetap akan menjadi pusat dukungan bagi kepribadian
remaja tersebut. Dengan demikian peran orang tua sangat dibutuhkan,
terutama atas tanggung jawabnya dalam menciptakan sistem sosialisasi
yang baik dan sehat bagi perkembangan moral remaja. Remaja sedang
tumbuh dan berkembang, oleh sebab itu pendampingan dari orang dewasa
yang sanggup memahami dan memperlakukan dengan bijaksana sangat
diperlukan (Santrock, 2002; Rejeki, 2008).
Adapun dukungan moral yang diberikan orang tua terhadap
pendidikan anaknya yang diungkapkan oleh Aliah B. Purwakania dapat
berupa perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan keutuhan psikis yang
meliputi kasih sayang, keteladanan, bimbingan dan pengarahan, dorongan,
dan menanamkan rasa percaya diri (Widayati, 2005; Gianoza dkk, 2013).
Perhatian orang tua dengan cara pemenuhan kebutuhan psikis tersebut
harapannya mampu memberikan semangat pada anak, guna meraih suatu
cita-cita dan norma-norma yang sesuai dengan nilai moral.
Kemudian dalam hubungan keluarga, hal yang penting dapat
membantu perkembangan moral anak adalah apabila dalam melakukan
interaksi orang tua akan mengajak anak untuk berdialog mengenai nilai-nilai
moral. Pada situasi demikian terjadi peningkatan tahap perkembangan
pemahaman moral anak, yaitu adanya pertukaran sudut pandang antara anak
dan orang tua (Zainuddin, 2005; Rejeki, 2008).

Anda mungkin juga menyukai