Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu cara untuk membendung krisis moral tersebut adalah dengan menanamkan nilai-
nilai edukatif yang benar atau nut ing jaman kalakone ‘sesuai dengan perkembangan jaman’
kepada anak di era milenial ini. Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya
(Sujono: 2009). Oleh karena itu dibutuhkan situasi kondisi yang kondusif pada saat
memberikan stimulasi dan upaya-upaya pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak
(individual differences).
Oleh karena itu, di masa ini adalah waktu yang tepat untuk mengenalkan dan menanamkan
sikap-sikap positif yang bisa berguna dikehidupannya kelak. Orang tua, guru, masyarakat
seharusnya memberikan penanaman sikap dan karakter yang baik bagi anak sehingga anak bisa
meraih kesuksesan dan keberhasilan dimasa mendatang. Anak yang berkualitas yaitu anak yang
tumbuh sesuai tahap perkembangan dan sesuai dengan umurnya.
Pendidikan karakter merupakan sebuah proses pembiasaan, yaitu pembiasaan untuk berbuat
baik; pembiasaan untuk berkata jujur; permbiasaan untuk malu berbuat curang; pembiasaan untuk
malu bersikap malas dan sebagainya. Pendidikan karakter tidak akan terbentuk secara instan, tetapi
harus dilatih secara serius dan sedini mungkin agar tercapai secara maksimal.
Untuk itu, pendidikan karakter perlu diberikan sejak usia dini karena pada periode ini
merupakan usia yang kritis dimana pertumbuhan dan perkembangan mereka sangat pesat dan
merupakan dasar untuk pembentukan karakter selanjutnya
Usia anak-anak merupakan masa-masa yang sangat penting ketika anak mulai tumbuh dan
berkembang. Otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Masa usia dini merupakan
masa keemasan (golden age) bagi tumbuh kembang anak. Menurut Wibowo (2017: 25) bahwa
masa ini merupakan masa yang sangat penting dimana semua stimulasi segenap aspek
perkembangan mengambil peran yang sangat penting bagi pertumbuhan anak selanjutnya. Orang
harus bisa memanfaatkan usia anak dengan seoptimal mungkin. Hal ini disebabkan bahwa
pendidikan anak yang dilakukan sejak dini para prinsipnya membantu anak mengembangkan otak
untuk menciptakan jejaring yang benar dan berkualitas.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan penelitian yaitu:
1. “Apakah penerapan permainan peran dapat meningkatkan kedidiplinan anak di
PAUD Linggabuana Tahun Pelajaran 2021/2022?”.
2. “Bagaimana penerapan permainan peran dapat meningkatkan kedidiplinan anak
di PAUD Linggabuana Tahun Pelajaran 2021/2022”.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang di harapkan dapat mencapai dalam kegiatan penelitian ini iyalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana Prilaku ke Dsiplinan yang di capai anak melalui
Metode Role Playing,
2. anak diajak praktek langsung memerankan tokoh yang anak sukai atau yang anak
idolakan yang ada disekitar anak dalam bentuk permainan.Sehingga metode
bermain peran yang jarang dilaksanakan atau diterapkan pada anak dapat
memberikan pengalaman yang nyata bagi anak,dan anak pun dapat menemukan
manfaat dari pembelajaran tersebut.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Anak
- Membantu anak untuk mengembangkan disiplin
- Di masa yang akan datang anak bisa memahami dan memiliki disiplin dengan baik
dalam kehidupannya
2. Bagi Guru
- Senantiasa mencari pendekatan dalam memecahkan masalah.
- Metode bermain peran dapat dijadikan salah satu solusi dalam meningkatkan disiplin
di Taman Kanak-Kanak
3. Lembaga Pendidikan/ PAUD
- Lembaga dapat mempasilitasi berbagai media yang akan digunakan dalam Kegiatan
Belajar Mengajar. Dengan meningkatkan daya serap dan hasil belajar anak untuk
meningkatkan Prilaku ke Disiplinan anak melalui Metode Role Playing yang lebih
baik,maka meningkatkan kualitas dan kuantitas sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teoritik
1. Perkembangan Emosi
a. Pengertian Perkembangan Emosi
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995). Perkembangan dapat diartikan
sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri
individu dari mulai lahir sampai mati”. Pengertian lain dari perkembangan adalah
perubahanperubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaannya atau kematangannya (maturtion) yang berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan, baik menyamgkut fisik (jasmaniah) maupun psikis
(rohaniah) (Syamsu, 2008)
Anak adalah cerminan dari orangtuanya. Anak bisa merasakan serta menyerap
emosi yang dirasakan orangtua serta meniru perilaku orangtua. Kegiatan pengabdian
masyarakat ini dilakukan untuk memperkenalkan kemungkinan-kemungkinan
terjadinya kecemasan yang tersembunyi dari orangtua yang pada akhirnya akan
mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku orangtua kepada anak. Materi mengenai
regulasi emosi orangtua bertujuan untuk membangun kesadaran akan kondisi
psikologis yang dimiliki oleh orangtua, khususnya dalam masa pandemic Covid-19
serta pemahaman akan proses yang dapat dilakukan untuk melakukan strategi
regulasi emosi. . Kegiatan ini dilakukan dalam lingkup dosen dan tenaga pendidik
Kegiatan dilakukan dengan penjelasan materi lalu dilanjutkan dengan diskusi berupa
tanya jawab untuk menambah pemahaman dan keterlibatan dari peserta. Dari survei
yang dilakukan saat kegiatan pun terlihat bahwa peserta memiliki sudah cukup
menerapkan strategi regulasi emosi dalam menghadapi kecemasan mereka Sedangkan
dari pooling yang dilakukan, terlihat bahwa, sebagian besar dari peserta menilai
kegiatan ini sangat menarik (58.8%), sangat baik secara keseluruhan (47%), merasa
harapannya tercapai (67%), penyampaian materi sangat baik (47%), serta semua
peserta (100%) ingin mengikuti lagi kegiatan yang serupa.
Emosi dapat menyebabkan perubahan perilaku, mempengaruhi ketepatan dalam
pengambilan keputusan, mempengaruhi daya ingat terhadap suatu peristiwa penting
sekaligus dapat memfasilitasi interaksi sosial (Gross, 1998). Emosi dapat membantu
kehidupan individu namun juga dapat melukai apabila terjadi pada waktu dan
intensitas yang tidak tepat. Respon emosional yang tidak tepat akan membawa
implikasi pada kondisi pathologis, kesulitan dalam relasi sosial bahkan dapat
menyebabkan timbulnya penyakit fisik.
B. Tahap perkembangan anak
Tahap perkembangan anak berdasarkan usia adalah sebagai berikut:
2. Periode prenatal yaitu masa perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu (mulai
dari pembuahan hingga kelahiran) ± 270 – 280/ 9 bulan.
3. Masa bayi, yang terbagi atas :
a. Masa neonatal (0 – 2 minggu ) 2) Masa bayi (2 minggu – 2 tahun )
b. Masa kanak – kanak 1) Masa prasekolah 2 - 6 tahun 2) Masa sekolah dasar 6
– 12 tahun 6 7 3.
c. Anak usia sekolah Pada tahap perkembangan ini anak lebih mampu
mengunakan otototot motoriknya. Anak mampu untuk berfikir logis dan
terarah anak mampu berhitung, anak mencari teman sebanyak-banyaknya
serta dapat mengatur emosinya.
C. Perkembangan emosi pada anak
1. Pengertian Emosi
Istilah emosi berasal dari kata emotus atau emovere atau mencerca (to stir up)
yang berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, missal emosi gembira
mendorong untuk tertawa, atau dengan perkataan lain emosi didefinisikan sebagai
suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan
hamper keseluruhan diri individu (Sujiono, 2005). Menurut Sarlito Wirawan Sartono
berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang
disertai warna afekti. Yang dimaksud warna efektif ini adalah perasaan-perasaan
tertentu yang dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertentu
contohnya: gembira, bahagia, takut dan lain-lain.
2. Pengelompokan Emosi
Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan
emosi kejiwaan (psikis).
a. Emosi Sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar
terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar.
b. Emosi Psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan – alasan kejiwaan. Yang
termasuk emosi jenis ini diantaranya adalah :
1) Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang
lingkup kebenaran. Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk :
a) Rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil karya ilmiah
b) Rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran
c) Rasa puas karena dapat menyelesaikan persoalan-persoalan ilmiah yang
harus dipecahkan
2) Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungan dengan orang
lain, baik bersifat perorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini seperti :
a) Rasa solidaritas
b) Persaudaraan (ukhuwah)
c) Simpati d) Kasih sayang, dan sebagainya
3) Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai – nilai baik
dan buruk atau etika (moral).
Contohnya:
a) Rasa tanggung jawab (responsibility)
b) Rasa bersalah apabila melanggar norma
c) Rasa tentram dalam mentaati normal
a. Emosi stabil
Pada seseorang yang mempunyai emosi stabil mempunyai kecenderungan
percaya diri, cermat, kukuh. Mereka selaulu menjaga pikiran walaupun dalam
keadaan kritis, sedangkan orang-orang di sekitarnya kehilangan kendali.
b. Emosi stabil rata-rata
Seseorang yang mempunyai derajat rata-rata tingkat emosional mempunyai
kecenderungan emosi keseimbangan yang baik, sabar, tak memihak,
berkepala dingin. Mereka tidak kebal atas rasa khawatir dan terkadang
menunjukkan emosi yang aneh, namun ini adalah pengecualian daripada
kebiasaan.
c. Emosi labil
Seseorang yang mempunyai emosi yang labil, tergesa-gesa, bernafsu,
sentimental, mudah tergugah, khawatir dan bimbang. Mereka mungkin
agaknya tertekan oleh kehidupan, hal ini membuat mereka mudah terkena
hal-hal negatif dan positif, sekaligus kerap dipengaruhi oleh tragedi dan
kesenangan serta tiak ada upaya untuk bereaksi mengatasi peristiwa-peristiwa
tersebut dalam hidup.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada semester
genap tahun pelajaran 2020/2021. Waktu yang dibutuhkan
selama 2 bulan sejak bulan maret-april 2021 dan akan
disesuaikan dengan kebutuhan proses belajar mengajara
yang efektif. adapun waktu yang dibutuhkan dalam
penelittian ini adalah:
Tabel 01.
Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
Alokasi Waktu
January February
No. Kegiatan Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perizinan
2 Penelitian siklus I
3 Penelitian siklus II
4 Penelitian siklus III
5 Analisis data
6 Pengolahan data
7 Penyusunan laporan
1. Siklus PTK
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah
penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilakukan selama
3 siklus, pada dasarnya ada beragam penelitian yang dapat
digunakan oleh Guru (penelitian) arah dan tujuan peneliti
tindakan kelas yang dilakukan oleh guru (peneliti) sudah
jelas yaitu demi kepentingan anak dalam memperoleh hasil
belajar yang memuaskan. Penelitian ini dilakukan didalam
kelas guna memperbaiki pembelajaran dan peningkatan
55
proses balajar mengajar anak pada kelas tertentu yang akan dilakukan selama 3 siklus.
Menurut E Mulyasa penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk
mencermati kegiatan belajar sekelompok siswa dengan memeberikan sebuah tindakan
yang sengaja di munculkan.13
Tindakan kelas tersebut dilakukan oleh Guru. Oleh Guru beserta Siswa, atau
Siswa di bawah bimbingan arahan Guru, dengan maksud untuk memperbaiki dan
meningkatakan kualitas pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas diartikan suatu kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dan tindakan-tindakan
yang dilakukan itu, serta untuk memperbaiki kondisi- kondisi dimana praktek-praktek
pembelajaran tersebut dilakukan.
Definisi lain bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian sistemmatik dari
upaya perbaikan pelaksanaan peraktek pendidikan oleh sekelompok Guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembejaran berdasarkan refleksi mereka mengenai
hasil dari tindaka-tindakan tersebut.14
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, penelitian melaKukan
prapenelitian sebelum melakukan PTK dengan beberapa siklus untuk melihat peningkatan
kemampuan Disiplin anak melalui metode bermain role playing. Namun apa bila siklus
satu kemampuan anak dalam mengembangkan kemampuan Disiplin pada anak belum
berkembang sesuai dengan yang diharapkan,maka penelitian menambahkan siklus lagi
untuk meningkatkan kemampuan Disiplin anak sesuai dengan diharapkan.
Langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini ada beberapa siklus tindakan
pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil dan tindakan tindakan pada siklus.
13
Prof Dr.H,Mahmud,M.Si,Metode penelitian pendidikan (Bandung pusat setia,2011)
14
Rochiati Wiratmadja,Model penelitian tindakan kelas (Bandung
remaja rosdakarya,2009)
Digram 1, Desain siklus I
PERENCANAN
PERENCANAAN
PERENCANAAN
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik Kelompok B PAUD Linggabuana
dengan jumlah anak 20 orang, yang terdiri dari 10 anak laki-laki, dan 10 anak perempuan.
D. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Anak
Data yang diproleh dari anak adalah data kegiatan untuk meningkatkan disiplin
anak, data ini diproleh melalui hasil observasi, adapun sumber data dari anak adalah:
Tabel 02
Data Anak
2. Guru
Sumber data dari guru berupa lembaran observasi hasil kegiatan anak
meningkatkan disiplin anak melalui metode role playing selama proses kegiatan
penelitian berlangsung. Selain itu sumber guru juga berupa ungkapan anak dan guru
kepada temannya, serta ungkapan anak sama guru, salin itu wawancara guru dengan anak
selama kegiatan penelitian yang disesuikan dengan tingkat perkembangan anak. Adapun
data guru PAUD FITRI Bagan Deli Belawan.
Tabel 3.
Data Guru TA. 2017-2018
3. Teman Sejawat
Teman sejawat dalam penelitian ini adalah guru yang membantu dan mengamati
kegiatan penelitian, baik pengamatan kepada anak selama proses pembelajaran, dan
pengamatan kepada peneliti sebagai plaksanaan kegiatan . hasil penmgamatan teman
sejawat selanjutnya menjadi bahan untuk refleksi. Adapaun guru yang menjadi temanb
sejawat pada penelitian ini adalah.
Teman sejawat yang dijadikan pada plaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK)
ini adalah : MUHAMMAD FATWA,S.Pd. sedangkan kolabor adalah Kepala Yayasan
Sekolah Bapak SABARUDDIN,S.Pd.
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Bagian penting dalam satu penelitian adalah pengumpulan data, pengumpulan
data adalah pencatatan pristiwa-pristiwa, hal-hal atau keterangan- keterangan sebagaian
atau keseluruhan elemen yang akan menunjang dan mendukung penelitian. Data yang
dikumpulkan dianalisis dan ahasilnya digunakan sebagai bahan penimbangan dalam
pengambilan satu simpulan. Setiap jenis peneliti mempunyai cara atau metode tersendiri
untuk pengumpulan data. Hal ini disesuaikan data dilakukan observasi, tes, angket, atau
wawancara. Pada penelitiann ini teknik pengumpulan data dan alat pengumpulan data
yang digunakan adalah:
1. Tehnik kumpulan data terdiri dari:
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara melihat secara
langsung terhadap obyek penelitian. Kemudian mencatat hasil pengamatan untuk
selanjutnya dianalisi. Peneliti melakukan penelitian tindakan kelas ini secara
langsung pada proses pembelajaran meningkatkan disiplin anak kelompok B
PAUD Linggabuana tahun pelajaran 2017/2018 semester kedua . Observasi
dilakukan sebelum dan sesudah pemberian pembelajaran metode role playing.
Metode ini digunakan uintuk mendapatkan data tentang plaksanaan metode
pembelajaran role playing dan dampaknya pada kemampuan disiplin anak
Kelompok B PAUD Linggabuana.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemmapuan motorik
kasar anak dengan senam fantasi menggunkan bukudaftar hadir dan foto
kegiatan.
3. Lembar Observasi
Observasi dilakukan melalui untuk mengumpulkan data untuk memproleh sebuh
informasi dengan cara pengamatan langsung terhadap sikap dan prilaku anak,pengamatan
selama melakukan penelitian dicatat pada lembar pengamatan menggunakan beberapa
aspek penilaia
Tabel 4
Lembar Observasi
Instrumen penelitian Anak
No Nama Anak Anak datang Anak dapat Anak dapat Anak dapat
tepat waktu memelihara menyimpan membuang
lingkungan permainan sampah pada
kelas, contoh sendiri di tempatnya
nya tidak tempatnya
mencoret
meja
B M B B B M B B B M B B B M B B
B B S S B B S S B B S S B B S S
H B H B H B H B
1. AB
2. DC
3. GB
4. MN
5. YS
6. LK
7. RT
8. YK
9. KA
10. SS
11. NG
12. CW
13. KD
14. AB
15. DC
16. GB
17. MN
18. AM
19. AY
20. FC
Keterangan :
BSB = Berkembang sangat baik
BSH = Berkembang sesuai harapan
MB = Mulai berkembang
BB = Belum berkembang
F. Indikator kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu anak di kata gorikan brhasil
apabila hasil belajar anak mencapai 80%. Adapun indicator kinerjanya adalah
Tabel 05 Indikator
kinerja
Interval Kriteria
H. Prosudur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam satu siklus: dimulai dari prasiklus
setiap siklus meliputi, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
1. Perencanaan Kegiatan
ini meliputi
a. Membuat scenario perbaikan
b. Membuat perencanaan pengajaran
c. Mempersiapkan alat peraga
d. Membuat lembar observasi
e. Mendesain alat observasi.
2. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.
3. Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi langsung terhadap proses pembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
4. Refleksi
Pada tahap ini, data-data yang diproleh melalui obsevasi dikumpulkan dari
dianalisis guna mengetahu beberapa jauh tindakan telah membawa perubagan,
dan bagaimana perubahan terjadi. Secara rinci tahapan penelitian ini dapat
dijabarkan dalam gambar berikut ini.
a. Deskripsi pra siklus
Berdasasrkan hasil observasi awal atau prasiklus pada anak RA-AL Hidayah
medan belawa, bahwa kemampuan anak dalam mengenal gejala alan mesih
sangat rendah.
b. Penelitian siklus 1
1. Tahap perencanaan
pada tahap ini guru:
Memebuat scenario perbaikan
Membuat rencana kegiatan satu siklus
Membuat rencana kegiatan harian (RPPH)
Guru Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan
Membuat lembar observasi.
2. Tahap plaksanaan
Pada tahap ini Guru:
Kegiatan pembelajaran diawali dengan berdoa bersama dengan
absensis pada setiap anak
Guru menyiapkan media pembelajaran metode role playing
Guru membuat kaitan dengan menjelaskan bagaimana
pembelajran dilakukan.
Guru membagi anak menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 5 anak
setiap kelompok
Guru memberikan contoh metode role playing
Guru memberikan semangat dan mengamati anak saat
beraktifitas di kelas
3. Tahap pengamatan
Pada tahap ini guru:
Memonitor kegiatan anak dalam melakukan metode role playing
Membantu anak jika anak menemui kesulitan
Memberikan tanda ceklish terhadap proses kegiatan anak
4. Tahap refleksi
Pada tahap ini guru :
Membahas dan mengevaluasi hasil belajar dari kegiatan anak
Sebagai dasar perlu atau tidak melaksanakan siklus kedua. Jika pada
siklus 3 belum menunjukkan adanya peningkat kedisiplinan anak
metode role playing, maka perlu dilanjut siklus selanjutnya, tapi
apabila pada siklus ini telah tercapai, maka penelitian ini selesai
hingga siklus 3.
c. Penelitian siklus II
1. Tahap perencanaan
Pada tahap ini guru:
Memebuat scenario perbaikan II
Membuat rencana kegiatan satu siklus untuk siklus III
Membuat rencana kegiatan harian (RPPH)
Guru Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan
Membuat lembar observasi.
2. Tahap plaksanaan
Pada tahap ini Guru:
Kegiatan pembelajaran diawali dengan berdoa bersama dengan
absensis pada setiap anak
Guru menyiapkan media pembelajaran metode role playing
Guru membuat kaitan dengan menjelaskan bagaimana
pembelajran dilakukan.
Guru membagi anak menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 5 anak
setiap kelompok
Guru memberikan contoh metode role playing
Guru memberikan semangat dan mengamati anak saat
beraktifitas di kelas
3. Tahap pengamatan
Pada tahap ini guru:
Memonitor kegiatan anak dalam melakukan metode role playing
Membantu anak jika anak menemui kesulitan
Memberikan tanda ceklish terhadap proses kegiatan anak.
4. Tahap refleksi
Pada tahap ini guru :
Membahas dan mengevaluasi hasil belajar dari kegiatan anak
Sebagai dasar perlu atau tidak melaksanakan siklus kedua. Jika pada
siklus II belum menunjukkan adanya peningkat kedisiplinan anak
metode role playing, maka perlu dilanjut siklus selanjutnya, tapi
apabila pada siklus ini telah tercapai, maka penelitian ini selesai
hingga siklus III.
d. Penelitian siklus III
1. Tahap perencanaan
Pada tahap ini guru:
Memebuat scenario perbaikan
Membuat rencana kegiatan satu siklus
Membuat rencana kegiatan harian (RPPH)
Guru Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan
Membuat lembar observasi.
2. Tahap plaksanaan
Pada tahap ini Guru:
Kegiatan pembelajaran diawali dengan berdoa bersama dengan
absensis pada setiap anak
Guru menyiapkan media pembelajaran metode role playing
Guru membuat kaitan dengan menjelaskan bagaimana
pembelajran dilakukan.
Guru membagi anak menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 5 anak
setiap kelompok
Guru memberikan contoh metode role playing
Guru memberikan semangat dan mengamati anak saat
beraktifitas di kelas
3. Tahap pengamatan
Pada tahap ini guru:
Memonitor kegiatan anak dalam melakukan metode role playing
Membantu anak jika anak menemui kesulitan
Memberikan tanda ceklish terhadap proses kegiatan anak.
4. Tahap refleksi
Pada tahap ini guru :
Membahas dan mengevaluasi hasil belajar dari kegiatan anak
Sebagai dasar perlu atau tidak melaksanakan siklus kedua. Jika pada
siklus III belum menunjukkan adanya peningkat kedisiplinan anak
metode role playing, maka perlu dilanjut siklus selanjutnya, tapi
apabila pada siklus ini telah tercapai, maka penelitian ini selesai
hingga siklus III
1. Personalita penelitian
Tim yang terlibat dalam penelitian kelas ini adalah :
Rice, F.P. & Dolgin, K.G. (2008). The Adolescent. Development, Relationships, and Culture.
12th ed. New Jersey: Pearson Education, Inc. Robinson, L.R., Morris, A.S., Heller, S.S.,
Scheeringa, M.S., Boris, N.W., Smyke, A.T.
(2009). Relation between emotion regulation, parenting, and psychopathology in young
maltreated children in out of home care. Journal of Child Family Study. Vol. 18. p. 421-434.
Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan. Educational Psychology. (terj. Diana Angelica).
Jakarta: Penerbit Salemba Humanika Schulz, M.S., Waldinger,
R.J., Hauser, S.T. & Allen, J.P. (2005). Adolescents’ behavior in the presence of
interparental hostility: Developmental and emotion regulatory influences. Journal of
Developmental and Psychopathology. Vol. 17, p. 498-507, DOI:
10.1017/S0954579405050236
Smetana, J.G. (2011). Adolescents, Families, and Sosial Development. How teens Construct
Their Worlds. West Sussex: John Willey & Sons, Ltd
Morris, A.S., Silk, J.S., Steinberg, L., Myers, S.S. & Robinson, L.R. (2007). The role of the
family context in the development of emotion regulation. Journal of Sosial Development.
Vol. 16 (2), p. 361-388. DOI: 10.1111/j.1467-9507.2007.00389.x
Õngen, D.E. (2010). Cognitive emotion regulation in the prediction of depression and
submissive behavior: gender and grade level differences in Turkish adolescents. Procedia
Sosial and Behavioral Sciences, 9, 1516-1523. DOI: 10.1016/j.sbspro.2010.12.358