Anda di halaman 1dari 13

NFECE 3 (1) (2014)

Journal of Non Formal Education and


Community Empowerment
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jnfc

POLA PENGASUHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER ANAK


(STUDI KASUS DI YAYASAN TUNAS RAJAWALI KOTA SEMARANG)

Septi Pertiwi 

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Bagaimana pola pengasuhan dalam upaya mengembangkan karakter anak, bagaimana karakter anak dari hasil pola pengasuhan dan apa kendala yang
dihadapi dalam pengembangan karakter anak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola pengasuhan dalam mengembangkan karakter anak,
Diterima Februari 2014 mendeskripsikan hasil dari pengembangan karakter anak dengan pola pengasuhan yang diterapkan dan mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam
pengembangan karakter anak. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan adalah metode penelitian
Disetujui Maret 2014 deskriptif kualitatif. Subyek penelitian berjumlah 4 orang terdiri dari 1 ketua yayasan dan 3 pengasuh dan 10 informan. Pengumpulan data dilakukan dengan
Dipublikasikan April menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber. Teknik analisis data
yang digunakan adalah display data, reduksi data, pengumpulan data dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengasuhan di
2014 yayasan Tunas Rajawali menggunakan pola pengasuhan yang cenderung demokratis, karakter yang dikembangkan dalam pengasuhan meliputi karakter yang
berhubungan dengan Tuhan, berhubungan dengan diri sendiri, berhubungan dengan sesama, dan berhubungan dengan lingkungan. Hasil dari pola
________________ pengasuhan yang cenderung demokratis adalah menghasilkan anak yang memiliki perkembangan karakter yang memiliki kematangan jiwa, emosi stabil,
memiliki rasa tanggungjawab yang besar, mudah bekerjasama dengan orang lain, mudah menerima saran orang lain, mudah di atur, dan taat peraturan atas
Keywords: kesadaran sendiri. Penerapan pola pengasuhan yang cenderung demokratis dipadukan dengan sifat kekeluargaan yang diterapkan di yayasan Tunas Rajawali
Caretaking Pattern; sehingga perkembangan karakter anak asuh menjadi lebih baik dan tanpa ada paksaan dari siapapun untuk merubah dirinya menjadi lebih baik. Pengasuh
mempunyai kompetensi untuk mengembangkan karakter anak asuh menjadi lebih baik dan berbudi luhur. Simpulan dalam penelitian ini adalah penerapan
Character Development; pola pengasuhan yang cenderung demokratis dalam pengembangan karakter anak yang diterapkan di yayasan Tunas Rajawali berkembang dengan baik dan
Tunas Rajawali sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh ketua yayasan dan seluruh pengasuh. Kendala pengasuhan anak dalam upaya pengembangan karakter di
pengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (IPTEK, lingkungan anak bersosialisasi).
Foundation.
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
This research answers the questions of how caretaking pattern can develop children’s characters, how the children’s characters after the caretaking
pattern is, and what obstacles faced in developing children’s character are. This research aims to describe caretaking pattern to develop children’s
characters, the result of children’s characters development using the applied caretaking pattern, and the obstacles faced in developing children’s
characters.The research approach of this study is qualitative and the method used is descriptive qualitative. There are 4 subjects involved in this
research consisting of 1 head of the foundation, 3 caretakers, and 10 informants. Data collecting was done by interview, observation, and
documentation. Data validating was done by triangulation method and source. Technique of analyzing data used by this research is data display,
data reduction, data gathering, and conclusion taking. The result of this research shows that caretaking pattern in Tunas Rajawali Foundation
tends to be democratic. Characters which are developed in caretaking include characters relating to God, to themselves, to other people, and to the
environment. The result of the said caretaking pattern which tends to be democratic is to develop children’s character to be grown up psychologically,
to have stable emotion, to possess high responsibility, to easily work with other people, to easily accept other people’s opinion, to be easily controlled,
and to consciously obey the rule. The application of caretaking pattern which tends to be democratic is equipped with kinship by Tunas Rajawali
Foundation so that the development of children’s characters goes better and they are able to change themselves without a force from anyone. The
caretakers have a competence to develop children’s character to be better and magnanimous.In short, the conclusion of this research states that the
application of caretaking pattern tending to be democratic in developing children’s characters which is applied by Tunas Rajawali Foundation
grows appropriately and in line with the purpose wished by the head of the foundation and all the caretakers. The obstacles in children’s caretaking
during the characters’ development are influenced by the internal and external factors (science and technology, children’s environment to socialize).

© 2014 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6331
Gedung A2 Lantai 2 FIP Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: epy.dady@gmail.com

17
Septi Pertiwi / NFECE 3 (1) (2014)

PENDAHULUAN on moral self, identity, and character have inspired


centuries of philosophical reflection on the nature of
Masa depan generasi suatu bangsa ada human conduct and, more recently, nearly a century
pada generasi mudanya yaitu bahwa suatu of intensive psychological study. The themes of this
bangsa menginginkan kemajuan, masyarakat volume are genuinely a lifespan developmental
yang sehat, mandiri, beriman, cinta tanah air, concern.”
berkesadaran hukum, dan lingkungan, Artinya Tema-tema diri moral, identitas,
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan karakter menggarisbawahi yayasan
memiliki etos kerja yang tinggi serta disiplin. kompleks perilaku moral dewasa. Dewasa
Sehubungan hal tersebut, pemerintah berupaya bertindak dari rasa diri di mana integritas moral
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mungkin merupakan komponen penting.
meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Mereka menanggapi tantangan etika sehari-hari
Dalam Undang–Undang Sistem Pendidikan dengan mendaftar identitas - profesional,
Nasional No. 20 Th. 2003 Pasal 13 keluarga, agama - yang memberikan bimbingan.
menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri Orang dewasa juga diintegrasikan ke dalam
dari pendidikan formal, informal dan nonformal jaringan hubungan sosial yang memotivasi
yang saling melengkapi. Pendidikan karakter tindakan moral, dalam masyarakat yang baik
perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. dapat mendukung atau melemahkan bertindak
Dalam konteks pendidikan, anak perlu atas dasar karakter moral. Hal ini tidak
mendapat pembinaan karakter yang lebih baik. mengherankan bahwa pengaruh pada diri moral,
Orang tua perlu memberi keteladanan yang baik identitas, dan karakter memiliki abad terinspirasi
ditiru oleh anak. Media masa seperti televisi refleksi filosofis tentang sifat manusia dan
lebih banyak menayangkan acara yang lebih perilaku, baru-baru ini, hampir satu abad
menunjang pembentukan karakter bangsa, penelitian psikologis intensif. Tema-tema dari
bukan mengutamakan tayangan kekerasan dan buku ini yang benar-benar menjadi perhatian
kebebasan. Teknologi yang berkembang di umur perkembangan. Pola pengasuhan anak
segala aspek kehidupan harus sebagai bagian dari proses sosialisasi yang paling
dikendalikan untuk dimanfaatkan ke arah yang penting dan mendasar karena fungsi utama pola
lebih positif. Pengembangan karakter anak tidak pengasuhan di sini adalah untuk
hanya dilakukan di sekolah saja, namun mempersiapkan seorang anak menjadi warga
pengembangan karakter bisa diterapkan masyarakat. Menurut Horton (1984:87),
dikeluarga, dan masyarakat. Pendidikan sosialisasi merupakan suatu proses seseorang
karakter perlu dikembangkan dengan menghayati norma-norma kelompok dimana ia
keteladanan dari orang dewasa, baik itu di hidup sehingga timbullah diri yang unik.
rumah, sekolah, atau di tengah masyarakat. Seseorang yang telah mengalami proses
Seperti yang dijabarkan oleh Schoeman (2010:3) sosialisasi akan berbuat sesuai dengan harapan
jurnal internasional: masayarakat. Melalui sosialisasi individu
“The themes of moral self, identity, and diharapkan dapat berperan sesuai dengan aturan
character underscore the complex foundations of dan nilai yang berlaku dalam masyarakat.
mature moral conduct. Adults act from a sense of self Sosialisasi pertama kali terjadi dalam kehidupan
in which moral integrity may be an important lingkungan keluarga. Melalui pola pengasuhan
component. They respond to everyday ethical anak yang diberikan oleh orang tuanya karakter
challenges by enlisting identities – professional, anak akan terbentuk untuk masa depannya.
familial, religious – that provide guidance. Adults are Proses pengasuhan anak di Yayasan Tunas
also integrated into networks of social relationships Rajawali (eagle’s nest family), bertujuan untuk
that motivate moral conduct, in communities that membentuk karakter anak asuhnya sejak dini,
may either support or undermine acting on the basis of agar terbentuk/terbangun pola pikir, sikap,
moral character. It is not surprising that the influences perilaku anak asuh yang mempunyai pribadi
18
Septi Pertiwi / NFECE 3 (1) (2014)

positif, berjiwa luhur dan bertanggungjawab. RUMUSAN MASALAH


Karakter merupakan sifat manusia pada
umumnya yang bergantung pada faktor Berdasarkan latar belakang maka
kehidupannya sendiri. Menurut Fitri (2012:20- rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
21), karakter merupakan nilai-nilai perilaku Bagaimana pola pengasuhan dalam upaya
manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri mengembangkan karakter anak asuh di Yayasan
sendiri, sesama manusia, lingkungan, Tunas Rajawali Kota Semarang?, Bagaimana
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, karakter anak sebagai hasil dari pola
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan pengasuhan di Yayasan Tunas Rajawali Kota
norma-norma agama, hukum, tata karma, Semarang?, Apakah kendala yang dihadapi pada
budaya dan adat istiadat. Untuk mewujudkan pola pengasuhan anak untuk mengembangkan
karakter pada anak asuh memerlukan proses karakter di Yayasan Tunas Rajawali Kota
yang panjang. Yayasan Tunas Rajawali Semarang?
mempunyai visi dan misi (dalam Alkitab,
Yakobus 1:27), ibadah yang murni dan yang tak TUJUAN PENELITIAN
bercacat dihadapan Allah, Bapa kita adalah
mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam Tujuan dari penelitian ini adalah:
kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya Mendeskripsikan pola pengasuhan untuk
sendiri tidak dicemarkan oleh dunia. Pada mengembangkan karakter anak di Yayasan
awalnya yayasan ini belum berbadan hukum, Tunas Rajawali Kota Semarang.
dikenal sebagai keluarga besar Eagle’s Nest yang Mendeskripsikan karakter anak sebagai hasil
bergerak untuk membantu anak-anak yang dari pola pengasuhan di Yayasan Tunas
kurang beruntung, yang bertujuan mulia agar Rajawali Kota Semarang. Mendeskripsikan
bisa terbang seperti rajawali mengatasi persoalan kendala yang dihadapi pada penerapan pola
dalam hidup. Ada yang dirawat dari bayi, ada pengasuhan anak untuk mengembangkan
pula yang sudah besar. Akhirnya berbadan karakter di Yayasan Tunas Rajawali Kota
hukum pada Desember 2009 sudah berbadan Semarang.
hukum dengan nama “Yayasan Tunas
Rajawali”. Yayasan Tunas Rajawali (eagle’s nest LANDASAN TEORI
family) berdiri sebagai suatu wujud untuk
membantu meningkatkan kesejahteraan sosial Pola pengasuhan adalah bentuk
anak yang ada di yayasan, agar mereka tidak perlakuan atau tindakan pengasuh untuk
merasa kehilangan suasana seperti dalam memelihara, melindungi, mendampingi,
keluarga, Yayasan Tunas Rajawali (eagle’s nest mengajar dan membimbing anak selama masa
family) berusaha memberikan pelayanan yang perkembangan. Menurut Ki Hajar Dewantara
terbaik dan menggantikan peranan keluarga bagi (dalam Ahmadi, 2004:96), peranan orang tua
anak. Yayasan Tunas Rajawali bertujuan asuh merupakan lingkungan pertama yang
memberikan pelayanan kesejahteraan pada dikenal oleh anak dalam hidupnya dan menjadi
anak-anak yang kurang beruntung dan terlantar tempat tumbuh kembang untuk menjadi dewasa
dengan memenuhi kebutuhan fisik, mental dan yang ditandai oleh tempat-tempat tinggal
sosial agar mereka kelak menjadi anggota bersama, kerjasama ekonomi dan sosial.
masyarakat yang mampu hidup layak serta Menurut Kartono (1997:59), orang tua
memberikan bantuan moral dan material kepada asuh merupakan kumpulan orang yang terkait
anak agar dapat hidup mandiri di tengah dalam satu wadah atau tempat adanya orang tua
masyarakat. asuh. Diantara orang tua asuh ini terdapat unsur
yang sama, yaitu adanya cinta kasih,
ketergantungan, saling membutuhkan dan saling
melengkapi. Orang tua asuh saling memberi,
19
Septi Pertiwi / NFECE 3 (1) (2014)

merawat, meminta, memberi pengertian, dimana anak asuh itu dibesarkan. Dengan kata
mempunyai loyalitas atau kesetiaan dan saling lain ada kegiatan-kegiatan yang berlangsung
melengkapi sesuai dengann kodratnya masing- berulang yang bersifat sama sebagai sebuah
masing, maka akan membangkitkan orang tua kebiasaan yang merupakan proses pendewasaan
asuh untuk membina, mendidik dan anak asuh yang di atur oleh norma lingkungan.
membimbing dengan rasa tanggung jawab. Pola pendidikan yaitu suatu wujud, tipe, sifat,
Menurut Olga (2012:34), pengasuh adalah yang dikenakan kepada anak oleh orang tua
pengganti orang tua bagi anak-anak yang karena atau pengasuh dalam kegiatan mendidik,
berbagai hal tidak dapat hidup bersama orang membimbing, mendisiplinkan, serta melindungi
tua mereka. Peran pengasuh menggantikan anak untuk mencapai kedewasan sesuai norma
peran orang tua, memberi segala stimulasi yang yang diharapkan oleh masyarakat umumnya.
diperlukan oleh anak-anak agar mereka dapat Hasil penelitian Susilaningsih (2006:56),
berkembang seimbang mental, fisik dan menunjukkan hasil sebagaimana terlihat pada
spiritual. Menjadi pengasuh di dalam sebuah tabel berikut: Pola Otoriter: Anak kurang
yayasan tidaklah mudah, sebab harus memiliki matang, kurang kreatif dan inisiatif karena takut
jiwa sosial yang tinggi, pengabdian, pelayanan, salah, kurang tegas membedakan baik buruk,
semangat pengorbanan, serta yang lebih utama suka menyendiri, kurang supel dalam bergaul,
yaitu merasa terpanggil untuk melayani sesama dan ragu-ragu/takut dalam
yang membutuhkan. Peran dan fungsi pengasuh bertindak/mengambil keputusan karena takut
dalam kegiatan di Yayasan Tunas Rajawali dimarahi. Pola Permisif: Anak cenderung terlalu
antara lain: bebas dan sering tidak mengindahkan aturan,
(1) Melaksanakan tugas-tugas pengasuhan, kurang rajin beribadah, cenderung tidak sopan,
meliputi mendidik dan mengasuh anak-anak bersifat agresif, sering mengganggu orang lain,
yang dipercayakan, memberi teladan dalam sulit diajak bekerjasama, sulit menyesuaikan diri
tutur kata dan tingkah laku, tempat dan emosi kurang stabil. Pola Demokratis:
curhat/mengadu segala kesedihan dan Kematangan jiwa baik, emosi stabil, memiliki
kegembiraan setelah Tuhan nya, memberi rasa tanggungjawab yang besar, mudah
rasa aman pada anak, memberi tempat bekerjasama dengan orang lain, mudah
untuk tumbuh dan berkembang, memberi menerima saran orang lain, mudah di atur, dan
petunjuk yang benar dan sebagai teman atau taat peraturan atas kesadaran sendiri. penerapan
sahabat bagi anak asuh. pola asuh yang cenderung demokratis dalam
(2) Memerankan peran orang tua. yayasan atau keluarga, pengasuh menempatkan
(3) Memberikan substitusi orang tua pada anak anak pada posisi yang sama dalam keluarga.
asuh. Dimana anak selalu di ajak diskusi masalah-
(4) Sebagai tugas-tugas perantara penanam masalah yang dihadapi dalam keluarga.
tingkah laku budayanya sesuai dengan nilai- Pengasuh dan anak saling terbuka, saling
nilai hidup dan life space atau the subjective menerima dan saling memberi dan anak diakui
reality pengasuh. keberadaannya. Anak menunju kematangan
Pengasuh adalah sosok teladan yang akan jiwa yang baik, emosi stabil, memiliki rasa
diinternalisasi dan diidentifikasi menjadi peran tanggungjawab yang besar, mudah bekerjasama
oleh anak asuh, maka salah satu tugas pengasuh dengan orang lain, mudah menerima saran dari
secara kodrati adalah membangun kepribadian orang lain, mudah diatur dan taat pada
anak asuh dan mendewasakannya. Karena peraturan atas kesadaran sendiri.
pengasuh nerupakan pendidik pertama dan Yayasan Tunas Rajawali menerapkan
paling utama bagi anak asuh. Kelakuan budaya agar anak memiliki perkembangan karakter
dalam organisasi dan dipolakan. Ini berarti yang baik, maka pengasuh dituntut untuk bisa
bahwa ada keturunan, dan ada pola yang tidak memilih pola asuh yang baik untuk anak
terwujud begitu saja di lingkungam ,masyarakat asuhnya, yaitu pola asuh yang cenderung
20
Septi Pertiwi / NFECE 3 (1) (2014)

demokratis namun dalam yayasan lebih realita permasalahan kebangsaan yang


menerapkan untuk bersifat kekeluargaan, berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan
sehingga perkembangan karakter anak asuh belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila;
menjadi lebih baik dan tanpa ada paksaan dari keterbatasan perangkat kebijakan terpadu
siapapun untuk merubah dirinya menjadi lebih dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila;
baik. Pengembangan karakter adalah usaha bergesernya nilai etika dalam kehidupan
yang disengaja agar sesuatu menjadi lebih berbangsa dan bernegara; memudarnya
maju dari sebelumnya baik kuantitas maupun kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa;
kualitasnya melalui nilai-nilai perilaku manusia ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha kemandirian bangsa (Sumber: Buku Induk
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, Bangsa 2010-2025). Untuk mendukung
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan perwujudan cita-cita pembangunan karakter
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan
karma, budaya dan adat istiadat. Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi
Menurut Syarbini (2012:25), bahwa inti permasalahan kebangsaan saat ini, maka
dari pendidikan karakter bukanlah sekedar Pemerintah menjadikan pembangunan karakter
mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik sebagai salah satu program prioritas
tentang mana yang baik dan yang buruk. pembangunan nasional. Semangat itu secara
Namun lebih dari itu pendidikan karakter implisit ditegaskan dalam Rencana
adalah proses menanamkan nilai-nilai positif Pembangunan Jangka Panjang Nasional
kepada peseta didik melalui berbagai model dan (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana
strategi yang tepat. Berdasarkan kajian nilai-nilai pendidikan karakter ditempatkan sebagai
agama, norma-norma sosial, peraturan atau landasan untuk mewujudkan visi pembangunan
hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip hak nasional, yaitu “Mewujudkan masyarakat
asasi manusia, telah teridentifikasi butir-butir berakhlak mulia, bermoral, beretika,
yang dikelompokkan menjadi empat nilai berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah
utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam Pancasila.”
hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, Keluarga dalam dimensi hubungan darah
sesama manusia dan lingkungan serta merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat
kebangsaan. Berikut adalah nilai-nilai utama oleh hubungan darah antara satu dengan yang
yang dimaksudkan sebagaimana telah dibuat lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah
tabel sebagai berikut menurut Agus (2012:43). ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun besar dan keluarga kecil. Sedangkan dalam
2003 pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan
nasional berfungsi mengembangkan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya
kemampuan dan membentuk watak serta saling berhubungan atau interaksi dan saling
peradaban bangsa yang bermartabat dalam mempengaruhi antara satu dengan yang
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, lainnya, walaupun diantara mereka tidak ada
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta hubungan darah.
didik agar menjadi manusia yang beriman dan Meskipun sudah cukup banyak upaya
bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, yang dilakukan lembaga-lembaga internasional,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan negara-negara, dan organisasi-organisasi non
menjadi warga Negara yang demokratis dan pemerintah, di seluruh dunia terjadi peningkatan
bertanggung jawab. jumlah anak yang masih tidak mendapatkan
Pembangunan karakter yang merupakan dukungan keluarga biologis mereka. Menurut
upaya perwujudan amanat Pancasila dan Tita (2009:23) dijelaskan anak terlantar memiliki
Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh latar belakang yang berbeda antara lain:
21
Septi Pertiwi / NFECE 3 (1) (2014)

ditelantarkan oleh orang tuanya dengan meliputi satu ketua Yayasan Tunas Rajawali
berbagai alasan seperti anak tersebut adalah dan tiga pengasuh yayasan yang aktif
anak yang tidak diharapkan oleh orang tuanya, melakukan pengasuhan di yayasan sehingga
anak yatim piatu yang ditinggal oleh salah satu mengetahui pola pengasuhan yang di
atau bahkan kedua orang tuanya, korban laksanakan di Yayasan Tunas Rajawali, serta
perceraian orang tuanya yang menyebabkan sepuluh orang informan anak asuh dari Yayasan
anak mengalami penurunan mental, hasil dari Tunas Rajawali.
perkawinan tidak syah, korban bencana alam Lokasi penelitian yaitu di Yayasan Tunas
yang kemudian memisahkan orang tua dengan Rajawali, Alasan dipilihnya Yayasan Tunas
anaknya, ataupun karena tindak kriminal orang Rajawali karena Yayasan Tunas Rajawali
tuanya, akibat broken home, single parent merupakan salah satu yayasan kristen di
merupakan sumber utama terlepasnya anak dari Semarang yang dipimpin oleh ibu Els de la
pengasuhan orang tua, hal ini dipengaruhi oleh Croix yang berdarah Belanda, menyandang
berbagai lingkungan mereka berada misalnya predikat salah satu dari sepuluh perempuan
lingkungan masyarakat, sekolah, dan keluarga. yang menginspirasi perempuan di Indonesia.
Sedangkan kondisi awal anak terlantar Fenomena anak asuh Tunas Rajawali yang bisa
mereka memiliki sifat-sifat sebagai berikut: menyelesaikan jenjang pendidikan perguruan
tingkat emosional yang tinggi, memiliki tingkat tinggi dan alumni dari Yayasan Tunas Rajawali
pengetahuan, daya nalar sangat rendah, mudah yang sukses. Hal ini yang menarik penulis untuk
tersinggung, memiliki rasa tidak percaya diri dan meneliti di Yayasan Tunas Rajawali, pola
gampang putus asa. Hal ini dipengaruhi oleh pengasuhan seperti apakah yang di terapkan di
berbagai faktor yaitu kurang perhatian dari Yayasan Tunas Rajawali sehingga bisa
orang tua, keberadaan ekonomi yang tidak menghasilkan anak asuh yang memiliki karakter
mendukung dan sarana prasarana yang ada baik. Dari alasan itu maka penulis tertarik untuk
belum dimamfaatkan secara optimal. meneliti pola pengasuhan dalam rangka
Permasalahan yang terjadi pengasuhan yang pengembangan karakter di Yayasan Tunas
dilaksanakan saat ini belum tersentuh Rajawali Kota Semarang.
pengembangan keterampilan dari anak terlantar, Teknik pengumpulan data dalam
karena pengasuhan difokuskan terhadap kasih penelitian ini menggunakan teknik, observasi ,
sayang yang utuh dan sepenuhnya untuk wawancara dan dokumentasi. Untuk menjamin
pengganti orang tua mereka yang sangat validitas dan data temuan yang diperoleh dalam
didambakan oleh para anak terlantar. penelitian ini, peneliti melakukan beberapa
upaya disamping menanyakan langsung kepada
METODE subjek, peneliti juga berupaya mencari jawaban
dari sumber lain, yaitu dari ketua yayasan,
Berdasarkan pokok permasalahan yang pengasuh yayasan serta karyawan di yayasan
dikaji, yaitu mengenai Pola Pengasuhan untuk tersebut yang mengetahui mengenai
Mengembangkan Karakter Anak di Yayasan permasalahan dalam penelitian ini.
Tunas Rajawali Kota Semarang, maka
penelitian ini menggunakan pendekatan HASIL DAN PEMBAHASAN
deskriptif kualitatif. Karena metode deskriptif
kualitatif merupakan prosedur pemecahan Pola pengasuhan merupakan bentuk
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan perlakuan atau tindakan pengasuh untuk
atau melukiskan keadaan subyek atau obyek memelihara, melindungi, mendampingi,
penelitian, pada saat sekarang berdasarkan mengajar dan membimbing anak selama masa
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana perkembangan. Seorang pengasuh pasti akan
adanya. Adapun subjek penelitian ini adalah berusaha memberikan yang terbaik untuk anak
pengelola Yayasan Tunas Rajawali yang asuhnya baik itu yang bersifat jasmani ataupun
22
Septi Pertiwi / NFECE 3 (1) (2014)

rohani, selalu mengikuti tumbuh kembang anak Rajawali. Dengan berdo’a, mereka percaya,
asuhnya, tumbuh dengan aktif dan mandiri, Tuhan selalu ada dan bersedia membantu
namun di balik itu semua, anak asuh masih mereka kapan saja, dimana saja dan dengan
harus dibimbing dan dipimpin untuk siapa saja.
mendapatkan karakter yang lebih baik. Nilai karakter yang berhubungan dengan
Pendidikan karakter sangat penting bagi diri sendiri ditunjukkan dengan tingkah laku,
perkembangan anak, maka perlu pola untuk perkataan dan perbuatan anak asuh. Anak asuh
mengimplementasikannya agar mendapatkan yang menentukan bagaimana karakternya
hasil yang maksimal. Pola yang dimaksud terbentuk. Setiap anak diciptakan dengan
adalah pola pendidikan karakter yang akan berbagai karakter yang berbeda-beda. Seperti hal
menjadi sebuah formulasi kolektif yang saling nya anak asuh di yayasan Tunas Rajawali,
berkaitan antara satu dengan yang lainnya, berbeda anak, berbeda pula karakternya. Sikap,
sehingga menjadi satu kesatuan yang terintegrasi perkataan dan perilakunya pun jelas berbeda
secara utuh. Tujuan adanya pendidikan karakter antar anak asuh. Dan tugas mulia dari pengasuh
di yayasan Tunas Rajawali adalah untuk yayasan yaitu mengubah karakter yang kurang
memfasilitasi pengetahuan dan pengembangan baik pada anak asuh menjadi lebih baik lagi agar
nilai-nilai karakter sehingga terwujud dalam mereka menjadi seorang yang bisa bertanggung
perilaku anak, baik ketika anak tersebut jawab kepada dirinya sendiri. Anak asuh
bersekolah maupun setelah tamat dari sekolah mengalami perubahan karakter yang
dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi berhubungan dengan dirinya sendiri antara lain
proses pertumbuhan anak, kenyamanan dan mandiri, disiplin dan bertanggung jawab.
keamanan yang membantu proses Perubahan sikap dan perilaku yang tidak mudah
pengembangan diri. Pendidikan karakter di tergantung pada orang lain dalam
Yayasan Tunas Rajawali bukan hanya tanggung menyelesaikan tugasnya, tindakan yang
jawab pengasuh, tetapi juga melibatkan seluruh menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
komponen yang ada di yayasan Tunas Rajawali berbagai peraturan, sikap dan perilaku anak
dalam pengembangan karakter anak asuh, asuh dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
sehingga karakter anak-anak asuh dapat sebagaimana yang harus dilakukan terhadap
berkembang dan menjadi lebih baik. Kebiasaan dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan dan
yang buruk yang dilakukan pada seorang anak, sekolah. Nilai karakter dalam hubungan dengan
biasanya terbentuk dari sebuah perilaku yang sesama salah satunya yaitu demokratis dengan
dilakukan tanpa kesadaran yang penuh. Tetapi cara berpikir, bersikap dan bertindak yang
ketika perbuatan itu sudah menjadi karakter menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
yang buruk, kemudian dia sadar, maka untuk orang lain. Seluruh anak asuh mempunyai akses
memperbaiki dan berusaha mengubah karakter yang sama, akses pendidikan, kasih sayang
buruknya itu diperlukan kesadaran yang total. keluarga dan akses sosial. Sifat, sikap dan pola
Nilai karakter dalam hubungannya pikir yang cenderung demokratis bagi pengasuh
dengan Tuhan ditunjukkan melalui pikiran, di yayasan Tunas Rajawali sangat penting untuk
perkataan dan tindakan yang diupayakan selalu diterapkan, karena mereka menginginkan anak
berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau asuh mereka bisa sukses di kehidupannya
sesuai dengan ajaran agama. Unsur yang dapat setelah mereka keluar dari yayasan dan tidak
mengembangkan manusia menjadi religius, bergantung kepada orang lain, karena mereka
yaitu keyakinan agama, ibadat, pengetahuan telah dibekali oleh banyak ilmu dan pelajaran
agama, pengalaman agama dan konsekensi dari hidup dan pengalaman dari yayasan.
keempat unsur tersebut. Melaksanakan ibadah Nilai karakter dalam hubungannya
setiap hari merupakan kegiatan yang wajib dengan lingkungan ditunjukkan salah satunya
dilakukan oleh seluruh umat beragama, dengan peduli lingkungan dan cinta damai.
khususnya untuk keluarga besar yayasan Tunas Peduli lingkungan dalam arti tindakan yang
23
Septi Pertiwi / NFECE 3 (1) (2014)

selalu berupaya mencegah kerusakan pada terbang tinggi seperti rajawali dalam mengatasi
lingkungan alam di sekitarnya dan persoalan hidup mereka. Walaupun dengan latar
mengembangkan upaya-upaya untuk belakang anak yang berbeda-beda, namun tetap
memperbaiki kerusakan alam yang sudah saja mereka mempunyai hak untuk memperoleh
terjadi. Serta cinta damai dalam sikap, perkataan hidup yang sejahtera dan pendidikan yang
dan tindakan yang menyebabkan orang lain layak. Di dalam yayasan tersebut terdapat
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. beberapa tingkatan usia sekolah, sehingga bagi
Dalam menghadapi banyak anak asuh dengan anak-anak yang mempunyai selisih usia yang
berbagai karakter yang berbeda-beda, lebih sedikit akan menemukan teman sebaya.
menyebabkan anak asuh mempunyai masalah Meskipun tingkat usianya berbeda, masing-
hidup baik itu yang bersifat individu maupun masing individu akan belajar memahami apa
yang bersifat kelompok. Oleh karena itu, peran yang terjadi, batas-batas toleransi, kerjasama
pengasuh di sini sangat penting, karena dengan yang lain, dan bagaimana
pengasuh juga dapat menjadi penengah diantara mengembangkan persahabatan sehingga mampu
masalah yang berhubungan dengan karakter untuk memperkirakan apa yang akan dilakukan
yang di hadapi oleh anak asuh. Hal ini dalam berinteraksi dengan masyarakat luas yang
menunjukkan bahwa pengasuhan yang di beragam. Oleh karena itu Yayasan Tunas
lakukan oleh pengasuh sangat membantu anak Rajawali mengusahakan semaksimal mungkin
asuh dalam menyelesaikan masalah. Karena untuk setiap anak asuh mengenyam pendidikan
mereka semua selalu ingin memahami anak sampai tamat SMA. Namun tidak sampai di situ
asuhnya. Namun tidak dipungkiri untuk saja, dari pihak yayasan mengadakan tes bakat
menyamakan karaker itu sangat sulit sekali dan minat kepada anak asuh yang baru lulus
karena setiap orang mempunyai karakter yang SMP dan SMA agar mereka dapat melanjutkan
berbeda-beda sehingga terkadang pengasuh pun pendidikan sesuai dengan bidang kemampuan
dibuat bingung dengan beberapa sikap anak dan keinginannya.
asuh. Ketika pengasuh mendapati anak asuh Yayasan Tunas Rajawali yang
yang bermasalah, pengasuh akan senang hati menggunakan pola pengasuhan yang cenderung
untuk mendengarkan keluh kesah anak asuhnya, demokratis namun lebih bersifat kekeluargaan,
memberikan solusi yang terbaik kepada anak menjadikan hubungan antara pengasuh dan
asuh agar mereka paham dengan masalahnya anak asuh terlihat seperti orang tua sekaligus
dan dapat memikirkan dampak baik atau sahabat bagi anak asuh namun anak asuh tidak
buruknya bagi diri mereka sendiri. Tidak meninggalkan sikap menghormati kepada yang
terkecuali dalam aturan sebuah yayasan juga lebih tua. tidak seperti hal nya guru dengan
ada hukuman yang diberikan kepada anak asuh murid di sekolah yang terkesan harus sangat
yang melanggar peraturan, tetapi di yayasan hormat kepada gurunya dan tidak terkesan
Tunas Rajawali mereka akan benar-benar bersahabat. Pola pengasuhan secara cenderung
menghukum anak asuhnya ketika anak asuh demokratis kekeluargaan dalam penerapanya
melakukan kesalahan, misalnya hukumannya melalui metode yaitu
dengan menyalin Al Kitab, atau disuruh 1. Metode Keteladanan
menghafalkan pasal di dalam Al Kitab, atau Konsep dan persepsi pada diri seorang
sejenisnya yang bersifat mendidik anak. anak dipengaruhi oleh unsur dari luar diri
Yayasan Tunas Rajawali ini didirikan mereka. Sejak fase-fase awal kehidupan, anak
dengan tujuan untuk membantu anak-anak yang banyak sekali belajar melalui peniruan terhadap
kurang beruntung yang mempunyai latar kebiasaan dan tingkah laku orang-orang di
belakang antara lain yatim piatu, anak terlantar, sekitarnya. Keteladanan merupakan syarat
keluarga cerai, korban kerusuhan dan bencana utama dalam proses pendidikan karakter.
alam, dengan harapan besar ketika anak asuh Perbuatan yang dicontohkan melalui
tersebut sudah besar dan siap, mereka bisa keteladanan orang tua atau pengasuh yang
24
Septi Pertiwi / NFECE 3 (1) (2014)

konsisten merup0akan pendidikan awal yang Pendidikan karakter sangat penting bagi
paling baik. perkembangan anak, maka perlu pola untuk
2. Perhatian dan Kasih Sayang mengimplementasikannya agar mendapatkan
Masa pertumbuhan anak memerlukan hasil yang maksimal. Pola yang dimaksud
perhatian khusus dalam masalah emosi. Hal adalah pola pendidikan karakter yang akan
yang perlu diperhatikan pengasuh dalam menjadi sebuah formulasi kolektif yang saling
membentuk karakter anak yaitu membentuk berkaitan antara satu dengan yang lainnya,
pondasi keimanan yang kuat, memperhatikan sehingga menjadi satu kesatuan yang terintegrasi
moral, memperhatikan mental anak, secara utuh. Yayasan Tunas Rajawali
memperhatikan sisi kejiwaan, memperhatikan merupakan dunia yang baru bagi anak-anak
segi spiritual, memperhatikan jasmani dan dimana situasi dan keadaan lingkungannya
memperhatikan segi intelektual. berbeda dengan lingkungan keluarga. Dengan
3. Nasihat tinggal bersama-sama dalam satu yayasan yang
Metode nasihat sangat cocok diterapkan meliputi anak-anak yang kurang beruntung
pada anak usia remaja, karena dengan kalimat- seperti anak yatim piatu, anak terlantar,
kalimat yang baik dapat menentukan hati untuk keluarga yang bercerai, korban kerusuhan dan
mengarahkannya kepada ide yang dikehendaki bencana alam, pengasuh, serta pengurus-
pengasuh. Sasaran metode nasihat yaitu untuk pengurus yayasan yang lainnya. Pada awalnya
menimbulkan kesadaran pada orang yang kepribadian dasar dan karakter yang dimiliki
dinasihati agar mau melaksanakan perbuatan anak yang dititipkan di yayasan Tunas Rajawali
yang baik dan benar. telah terbentuk melalui agensi sosial yaitu
4. Pembiasaan keluarga. Menurut Ahmadi Abu (2007:108)
Metode pembiasaan dilakukan dengan keluarga adalah wadah yang sangat penting
disiplin dalam menjalani kehidupan sehari-hari. diantara individu dan grup. Keluargalah sudah
Disiplin yang ditanamkan oleh pengasuh barang tentu yang pertama-tama pula menjadi
merupakan modal dasar yang sangat penting tempat untuk mengadakan sosialisasi kehidupan
bagi anak untuk menghadapi berbagai macam anak-anak. Ibu, ayah dan saudara-saudaranya
persoalan. serta keluarga-keluarga lainnya adalah orang
5. Penghargaan dan Hukuman yang pertama dimana anak-anak mengadakan
Metode penghargaan dan hukuman kontak dan pertama pula untuk mengajarkan
dalam upaya pembentukan karakter yaitu pada anak-anak itu sebagaimana dia hidup
dengan ungkapan kata atau pujian, dengan dengan orang lain.
memberikan materi, dengan memberikan Pendidikan karakter di Yayasan Tunas
senyuman atau tepukan. Sedangkan pemberian Rajawali melibatkan seluruh komponen yang
hukuman darus di dasari dengan jalinan cinta ada di yayasan Tunas Rajawali dalam
dan kasih sayang, alasan yang jelas, pengembangan karakter anak asuh, sehingga
menimbulkan kesan di hati anak, menimbulkan karakter anak-anak asuh dapat berkembang dan
penyesalan dan pemberian maaf dan harapan menjadi lebih baik. Kebiasaan yang buruk yang
serta kepercayaan. Diperkuat dengan teori dari dilakukan pada seorang anak, biasanya
Zakiah (1997:71), bahwa terdapat tiga terbentuk dari sebuah perilaku yang dilakukan
lingkungan yang bertanggung jawab dalam tanpa kesadaran yang penuh. Tetapi ketika
mendidik karakter anak, yaitu keluarga (orang perbuatan itu sudah menjadi karakter yang
tua), sekolah (para guru) dan masyarakat. Ketiga buruk, kemudian dia sadar, maka untuk
lingkungan ini tidak bisa dipisahkan satu dengan memperbaiki dan berusaha mengubah karakter
yang lainnya. Tetapi dari ketiganya, lingkungan buruknya itu diperlukan kesadaran yang total.
keluarga memiliki tanggung jawab utama dan Penanggulangan atas rusaknya karakter adalah
pertama terhadap pendidikan karakter anak. dengan menghilangkan atau memperbaiki
faktor-faktor penyebabnya.penanggulangan
25
Septi Pertiwi / NFECE 3 (1) (2014)

sangat diperlukan demi memelihara laku anak yang tidak diharapkan. Di samping
perkembangan karakter anak asuh, begitu pula itu aspek yang penting adalah aspek konsistensi,
dengan pemberian program-program dalam arti aturan-aturan yang diberikan sifatnya
pembangunan karakter yang membina stabil dan dengan sendirinya anak tidak akan
kepribadian anak. Semua itu harus ditunjukan bingung dengan apa yang sebenarnya mereka
dengan keteladanan dari pengasuh dan terutama lakukan dan menjadi harapan masyarakat luas.
seluruh pengurus yayasan Tunas Rajawali. Sarana dan prasarana juga menjadi salah
Pendidikan jasmani dan rekreasi merupakan satu faktor yang mempengaruhi pengembangan
kegiatan yang dapat memecah kebosanan dalam karakter anak. Walaupun sarana dan prasarana
pembinaan karakter di yayasan, meskipun harus di yayasan Tunas Rajawali sudah memadai,
disesuakan dengan waktu dan kondisi, termasuk sudah ada transportasi yang lengkap, mobil atau
kondisi keuangan. Dan apresiasi seni s epeda motor, peralatan musik, peralatan olah
merupakan selingan hidup yang dapat raga, tempat bermain anak juga, namun tidak
menyehatkan dengan keindahan yang mudah untuk anak asuh meninggalkan yayasan,
ditawarkan.. karena sebuah yayasan juga memiliki peraturan
Menurut Syarbini (2012:19), Pendidikan yang harus dipatuhi oleh semua anak asuh. Jika
karakter sangatlah penting karena karakter akan anak akan pergi ke luar yayasan, mereka harus
menunjukkan siapa diri kita sebenarnya, benar-benar memperoleh izin dari ketua atau
karakter akan menentukan bagaimana seseorang pengasuh yayasan dan dengan alasan yang jelas.
membuat keputusan, karakter menentukan Karena mereka semua yang berada di yayasan
sikap, perkataan dan perbuatan seseorang, Tunas Rajawali percaya bahwa jika mereka
sehingga menjadi identitas yang menyatu dan melakukan sesuatu yang kurang baik, maka
mempersonalisasi terhadap dirinya sehingga Tuhan akan melihat dan akan
mudah membedakan dengan identitas yang memperingatkannya dengan caraNya. Faktor
lainnya. Berdasarkan Character Education internal lain yaitu masalah yang muncul dari
Partnership penguatan pada pola pengasuhan di anak asuh itu sendiri. Karena mereka semua
pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya diciptakan dengan berbagai karakter yang
komitmen yang kuat dari segenap komponen berbeda-beda yang mengakibatkan terkadang
lingkungan belajar, adanya pengkondisian anak asuh berbeda pendapat karena masalah
kebiasaan yang terprogram dan terintegrasi yang sepele. Tetapi setiap ada anak asuh yang
dengan nilai-nilai karakter secara universal, mempunyai masalah pribadi atau kelompok,
seluruh pemimpin harus menjadi teladan pengasuh selalu siap untuk menampung keluh
(modeling) yang dilakukan dengan konsisten dan kesah mereka, mengajak mereka berbicara,
berkesinambungan (sustainable), selalu memberikan solusi yang terbaik karena pada
melakukan motivasi dan evaluasi. Penanaman hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial
nilai-nilai terhadap anak lebih ditekankan pada yang tidak bisa hidup sendiri dan tetap
aspek peraturan. Hukum dan konsistensi. membutuhkan orang lain untuk menunjang
Nemurut Hurlock (dalam Ihroni, 1999:53-55) kehidupannya. Tidak jarang jika anak asuh
tujuan dari adanya peraturan ini adalah untuk tersebut memang melakukan kesalahan pihak
membekali anak suatu pedoman-pedoman agar pengasuh tidak segan untuk memberikan sanksi
bertingkah laku benar. Dengan aturan-aturan kepada anak, tetapi pengasuh juga memberikan
tersebut anak asuh dapat megetahui apa yang sanksi yang bersifat mendidik tanpa ada
harus dilakukan dan apa yang tidak boleh kekerasan fisik. Misalnya jika anak tersebut
dilakukan di dalam yayasan ataupun di luar setingkat SD, biasanya hukumannya menyalin
yayasan. Peraturan ini mempunyai fungsi beberapa pasal di Al Kitab atau hapalan
penting yaitu mendidik anak untuk bentingkah beberapa pasal dalam Al Kitab. Kemudian jika
laku sesuai dengan aturan-aturan yang ada di yang melakukan kesalahan setingkat SMP atau
masyarakat dan dapat mengendalikan tingkah SMA, hukumannya bisa saja tidak boleh keluar
26
Septi Pertiwi / NFECE 3 (1) (2014)

yayasan selama waktu yang ditentukan oleh stabil, memiliki rasa tanggungjawab yang besar,
yayasan kecuali untuk urusan sekolah, mudah bekerjasama dengan orang lain, mudah
tujuannya agar mereka jera dengan kesalahan menerima saran orang lain, mudah di atur, dan
yang mereka lakukan. taat peraturan atas kesadaran sendiri. Penerapan
Jika ada faktor internal, ada pula faktor pola yang cenderung demokratis dipadukan
eksternal, misalnya saja seperti sosialisasi dengan kekeluargaan sehingga perkembangan
dengan masyarakat sekitar. Anak asuh juga karakter anak asuh menjadi lebih baik dan tanpa
melakukan sosialisasi dengan masyarakat sekitar ada paksaan dari siapapun untuk merubah
walaupun terbatas karena di lokasi yayasan dirinya menjadi lebih baik. Karakter anak
Tunas Rajawali bukan merupakan tempat yang sebagai hasil dari pola pengasuhan ditunjukan
padat penduduk. Namun anak asuh wajib melalui penerapan nilai-nilai karakter yang di
memiliki perilaku dan tutur bahasa yang baik berikan pengasuh sehingga anak asuh
ketika bersosialisasi dengan warga di lingkungan mengalami perubahan sesuai karakter yang di
sekitar, karena perilaku dan tutur kata berikan yaitu nilai karakter dalam hubungannya
merupakan pencerminan dari kepribadian anak dengan Tuhan ditunjukkan melalui pikiran,
tersebut. Anak banyak berinteraksi dan perkataan dan tindakan yang diupayakan selalu
berkomunikasi dengan orang lain terutama saat berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau
di sekolah, karena dari situ lah anak belajar lebih sesuai dengan ajaran agama, Nilai karakter yang
banyak tentang sosialisasi selain dari pengasuh. berhubungan dengan diri sendiri ditunjukkan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tingkah laku, perkataan dan perbuatan
di yayasan Tunas Rajawali saat ini sudah anak asuh. Anak asuh yang menentukan
memadai dengan adanya komputer sekaligus bagaimana karakternya terbentuk, Nilai karakter
jaringan internet. Jadi ketika ada anak asuh dalam hubungannya dengan sesama salah
yang memerlukannya, mereka dapat meminta satunya yaitu demokratis dengan cara berpikir,
izin kepada pengasuh untuk menggunakannya bersikap dan bertindak yang menilai sama hak
dengan pengawasan pengasuh. Anak asuh juga dan kewajiban dirinya dan orang lain, dan Nilai
dibatasi untuk tidak membawa alat komunikasi karakter dalam hubungannya dengan
di dalam yayasan, karena pihak yayasan lingkungan ditunjukkan salah satunya dengan
menginginkan yang terbaik untuk anak asuhnya, peduli lingkungan dan cinta damai. Kendala
supaya anak tersebut tidak hanya mematung pengasuhan anak dalam upaya pengembangan
dengan alat komunikasi karena sekarang ini karakter di pengaruhi oleh faktor internal dan
banyak sekali anak yang terpengaruh dengan faktor eksternal, yaitu faktor internal
teknologi dan jika tidak terkontrol, dipengaruhi oleh masalah yang muncul dari
menyebabkan karakter anak berubah menjadi pengasuh dan anak asuh, faktor eksternal
kurang baik dan dapat menurunkan prestasi dipengaruhi oleh lingkungan dimana tempat
belajarnya. anak asuh bersosialisasi, seperti sekolah, gereja
dan masyarakat sekitar.
SIMPULAN Saran dari penulis yaitu pengasuhan yang
dilakukan yayasan Tunas Rajawali sudah sangat
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian baik, oleh karena itu peneliti menyarankan agar
dapat disimpulkan sebagai berikut: Pola asuh seluruh komponen yayasan Tunas Rajawali
yang di berikan kepada anak asuh di Yayasan dapat menjaga dan terus mengembangkan nilai-
Tunas Rajawali yaitu pola pengasuhan nilai karakter yang baik pada anak asuh
cenderung demokratis dengan basis sehingga tujuan yayasan dapat tercapai dengan
kekeluargaan. Yayasan Tunas Rajawali sempurna. Kerjasama dan komunikasi antara
menerapkan pola asuh yang cenderung Pembina, ketua dan pengasuh harus selalu
demokratis agar anak memiliki perkembangan terjalin agar tidak ada salah paham atau
karakter yang memiliki kematangan jiwa, emosi masalah yang berarti dan tidak berdampak
27
Septi Pertiwi / NFECE 3 (1) (2014)

terhadap pengasuhan pada anak. Pengasuh Kartono, Kartini. 1997. Tinjauan Holistik
memotivasi anak asuh dan memberikan Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional.
hukuman bagi yang melanggar dan memberikan Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
hadiah bagi yang berprestasi sehingga anak asuh Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter.
mentaati semua peraturan yang dibuat dan Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global.
sesama anak asuh menjalin kerukunan dan Jakarta: Grasindo
komunikasi yang baik dengan semua komponen Latifah, Melly. 2008. Peran Keluarga dalam
yang ada di yayasan, agar tidak menimbulkan Pendidikan Karakter
masalah dengan sesamanya, sehingga karakter http://www.tumbuh-kembang-
anak asuh semakin berkembang dan semakin anak.blogspot.com/2008/03/pendahul
baik. uan-saat-di-layar-televisi-kita.html.
Diunduh tanggal 13 September 2013
DAFTAR PUSTAKA pukul 21.00 WIB
Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta Bandung: Pustaka Setia.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Masyhuri dan M. Zainuddin. Metodologi
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penelitian - Pendekatan Praktis dan
Rineka Cipta Aplikatif. 2008. Refika Aditama:
Awak, Uda. 2013. Pentingnya pendidikan Bandung
karakter. Uda GoBlog. http://www.uda- Megawangi, Ratna. 2003. Pendidikan Karakter
go-blog.blogspot.com. Diunduh tanggal untuk Membangun Masyarakat Madani.
31 Maret 2013 pukul 10.41WIB IPPK Indonesia Heritage Foundation
Barnadib, Sutari Imam. 1983. Pengantar Ilmu Miles & Haberman. 1992. Analisis data
Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: FIP Kualitatif. Jakarta : Universitas
IKIP Press. Indonesia
Darajat, Zakiah. 1996. Problem Remaja di Mohamad. 2011. Pendidikan di Alaf Baru:
Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang Rekonstruksi atas Moralitas Pendidikan.
Depertemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Yogyakarta: Primashophie Press
Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga . Moleong, Lexy.2002. Metodologi Penelitian
Jakarta: Balai Pustaka Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Erikson, Erik. 1995. Psikologi Anak. Jakarta: Karya
Balai Pustaka Mu’in, Fatchul. 2011. Pendidikan Karakter
Fitri, Agus Zaenul. 2012. Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik & Praktik. Ar – Ruzz
Berbasis Nilai & Etika di Sekolah. Ar - Media: Yogyakarta
Ruzz Media: Yogyakarta Muhammad AR. 2003. Pendidikan di Alaf Baru:
Hambali, Imam & Syamsul Arifin. Pengaruh Rekonstruksi Atas Moralitas Pendidikan.
Kondisi Keluarga Terhadap Anak Yogyakarta: Prismasophie Press
Berperilaku Brelion (Malang: Lemkit Mustari, Mohamad. 2011. Nilai Karakter Refleksi
IKIP Malang, 1995), hlm. 54 untuk Pendidikan Karakter. Yogyakarta:
Harian kompas, 16 Maret 2013 LaksBang
Harmainy, Leonardi. Pendidikan Karakter Sejak Narvaez, Darcia. 2012. Personality, Identity and
Dini.Harian Singgalang, Edisi 25 Character. Cambridge Books Online.
Oktober 2011 ebooks.cambridge.org. diunduh tanggal
Horton, P.B & Hunt C.L. 1984. Sosiologi. 4 April 2013 pukul 14.00 WIB
Jakarta: Erlangga Nawawi, Haradi. 2005. Metode Penelitian.
Hurlock, B. Elizabeth. 1980. Perkembangan Bandung. PT. Eresco
Anak. Jakarta: Erlangga, Gelora Aksa
Pratama.
28
Septi Pertiwi / NFECE 3 (1) (2014)

Pitriwulan. 2011. Pengertian Pengembangan. Sulastri. 2012. Konsep Parenting :


Shvoong. id.shvoong.com. diunduh Memahami Karakteristik Anak serta Cara
tanggal 8 Maret 2013 pukul 15.15 WIB Menghadapinya. Pejuang Perubahan.www.Restu-
Puspita, Widya Ayu. 2011. Pengasuhan Anak. creativity.blogspot.com. Diunduh tanggal 19
Pengasuhan Anak. Maret 2013 pukul 19.25 WIB
http://www.psyhologymania.com. Syarbini, Amirulloh. 2012. Buku Pintar
Diunduh tanggal 8 Maret 2013 pukul Pendidikan Karakter. Jakarta: As@-
11.35 WIB Prima Pustaka
Poerwadarminta.2002. Kamus Umum Bahasa Umbara, Citra. 2009. Undang-Undang
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002, Tentang
Rahman, S. Hibana. 2002. Konsep Dasar Perlindungan Anak, Bandung
Pendidikan Anak Usia Dini. Galah: Undang-Undang Republik Indonesia
Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Rosita, Tita. 2009. Pengembangan dan Pengasuhan Pendidikan Nasional, Jakarta: Departemen
Anak. Bandung : PT Remaja Pendidikan Nasional
Rosdakarya Waluyo, Edi. 2007. Membangun
Sarminto, Herini. 2004. Pertumbuhan dan Karakter melalui Pendidikan sejak Usia Dini.
Perkembangan Anak dan Cara Penilaliannya Dalam http://paud.unnes.ac.id/index.php?option=com
Keluarga dari Segi Kesehatan. Makalah seminar content&view=article&id=6:membangun-
membangun karakter anak sejak usia dini, 14 karakter-melalui-pendidikan-sejak-usia-dini-
Agustus 2004 di JEC Yogyakarta &catid=3:news
Schoeman, Ferdinan. 2010. Emotions, Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter
Responsibility and Character. Cambridge Strategi Membangun Karakter Bangsa dan
Books Online. ebooks.cambridge.org. Peradaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
diunduh tanggal 4 April 2013 pukul Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan
13.52 WIB Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja
Semiawan, C. 2008. Pendidikan Keluarga Rosdakarya
Dalam Era Global. Tema Baru: Jakarta
Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

29

Anda mungkin juga menyukai