Anda di halaman 1dari 13

Artikel Ilmiah

OPTIMALISASI PERKEMBANGAN MORAL SISWA TERHADAP GURU DI


SEKOLAH MELALUI MEDIA VIDEO EDUKASI

Dosen Pengampu:

1. Dr. Dian Novita Siswanti, S . Psi., M. Si., M. Psi., Psikolog


2. Eka Sufartianinsih Jafar, S. Psi., M. Psi., Psikolog

OLEH :

KELOMPOK VII

Amylya Nurul Fitra / NIM. 210701552024


Anika Putri Kadir / NIM. 210701552005
Aulia Ramadhani Hafid / NIM. 210701552009
Cantya Ramadhani / NIM. 210701552035
Ahmad Ramadhan / NIM. 210701552010

PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
Abstrak : Bangsa Indonesia telah mengalami kemerosotan moral menyangkut persoalan
etika, kejujuran, akhlak dan budi pekerti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat kompetensi moral anak usia dini, cara mengoptimalkan kompetensi moral anak usia
dengan menggunakan media Audivisual, dan keberhasilan mengoptimalkan kompetensi
moral anak usia dengan menggunakan media Audivisual. Kegiatan dilaksanakan di SD
Impres Buttatianang di Makassar pada tahun 2021 dengan jumlah responden sebanyak 10
orang siswa kelas 4. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan observasi,
pemberian kuesioner dan wawancara terhadap guru. Data diolah dengan tahapan analisis
kualitatif yaitu penyajian data (data display), persentase data dan penarikan kesimpulan.
Hasil pengamatan yaitu pemberian video edukasi terhadap anak bisa dikatakan berpengaruh
terhadap optimalisasi perkembangan moral anak.

Kata kunci : Perkembangan Moral, Guru, Media Audiovisual

Abstract : The Indonesian nation has experienced a moral decline regarding issues of ethics,
honesty, character and character. The purpose of this study was to determine the level of
moral competence of early childhood, how to optimize the moral competence of early
childhood by using Audivisual media, and to optimize the moral competence of early
childhood by using Audivisual media. The activity was carried out at SD Imppres
Buttatianang in Makassar in 2021 with a total of 10 4th grade students as respondents. Data
collection techniques used observations, giving and interviews with teachers. The data is
processed with the stages of qualitative analysis, namely data presentation (data display),
data percentage and conclusion drawing. The results of the observation are presenting
educational videos for children which can be said to have an effect on optimizing children's
moral development.

Keywords : Moral Development, Teachers, Audiovisual Media


Pendahuluan

Bangsa Indonesia telah mengalami kemerosotan moral menyangkut persoalan etika,


kejujuran, akhlak dan budi pekerti. Tidak heran jika kondisi moral remaja di Indonesia
mengalami tingkat degradasi yang tinggi, sehingga bangsa ini butuh kembali menanamkan
nilai-nilai moral yang dimiliki bangsa ini. Kemerosotan moral generasi muda, perlu
penanganan yang lebih intensif dimana kita perlu menanamkan nilai moral sedini mungkin.
Kemerosotan moral yang dialami bila tidak diberikan perhatian khusus akan berakibat
buruk bagi generasi mendatang. Pendidikan etika dan moral merupakan salah satu
pendekatan yang bisa diterapkan dalam penanaman nilai moral pada anak. Pada dasarnya,
pembentukan anak secara mendasar tergantung kepada orang- orang yang membentuknya
dan situasi lingkungan yang mendukungnya. Anak yang hidup pada kondisi lingkungan
yang membentuk kepribadian baik tentu akan menjadi baik selama belum terkontaminasi
dengan hal – hal yang buruk, begitu juga sebaliknya ketika anak hidup pada kondisi
lingkungan yang buruk tentu akan terbentuk kepribadian yang buruk selama belum
terkontaminasi dengan hal – hal yang baik yang bisa mengubah.
Menurut John Piaget dalam teori perkembangan moral, pada tahap perkembangan
moral Heteronomous Morality (usia 5 - 10 tahun) anak memandang aturan-aturan sebagai
otoritas yang dimiliki oleh Tuhan, orang tua dan guru yang tidak dapat dirubah, dan harus
dipatuhi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pada usia tersebut sangatlah penting
untuk menanamkan nilai moral terhadap anak, khususnya disekolah karena mereka juga
memandang guru disekolah sebagai salah satu pemilik otoritas mengenai aturan-aturan
dalam kesehariannya.

Di sisi lain pada Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional pada semua jenjang dan jenis satuan
pendidikan, termasuk pendidikan anak usia dini adalah berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Pernyataan ini menunjukkan bahwa menanamkan dan
mengembangkan nilai- nilai moral pada peserta didik menjadi salah satu tujuan pendidikan
nasional, bahkan aspek moral menjadi aspek yang penting dalam pendidikan. Namun
berbagai kenyataan menunjukkan kompetensi siswa pada aspek moral masih
memprihatinkan.

Kasus pelanggaran moral telah terjadi bahkan ditingkat Sekolah dasar. Pada tahun
2019, seorang murid SD di Surabaya melawan guru karena ditegur merokok. Dalam video
berdurasi 2 menit, siswa berinisial RA ini terlihat berbicara dengan nada tinggi dan berkata
kasar bahkan memaki dengan kata kata kotor serta menantang Munari, guru kelas yang
sedang menasehati. Kemudian pada tahun 2016, seorang siswa yang tengah dinasihati oleh
gurunya malah melawan dan sebut gurunya "monyet". Selanjutnya pada tahun 2019, seorang
siswa mengancam menusuk kepala sekolahnya dengan tiang bendera yang ujungnya
runcing. Kejadian itu terjadi saat orang tuanya dipanggil ke sekolah.
Kasus-kasus di atas memang bukan merupakan perkara yang terlalu berat. Akan
tetapi kebiasaan-kebiasaan berbicara kasar, kurang patuh terhadap aturan dan kurang
bertanggung jawab telah tersemai sejak usia dini akan menyebabkan perilaku-perilaku
menyimpang dengan dampak negative ynag lebih besar dilingkungannnya. Dryden (dalam
Rakhmawati, 2002) juga menyatakan pentingnya mengajarkan moral sejak usia dini sebab
lima puluh persen kemampuan belajar seseorang dikembangkan pada empat tahun
pertamanya. Berk (2006:480) menyatakan bahwa perilaku moral diperoleh dengan cara yang
sama dengan respon-respon lainnya, yaitu melalui modeling pada anak usia dini dan
penguatan.

Kita tahu bahwa anak anak sejak dini harus di ajarkan moral, dan kita juga tahu bahwa
mengajarkan moral pada anak bukanlah hal yang mudah, karena kita tahu bahwa anak-anak
sulit untuk mengerti akan suatu hal bahkan anak biasanya susah untuk minat terhadap
sesuatu. Kadang anak cepat bosan dan kurang tertarik di ajarkan suatu hal bila hanya
memberitahukannya secara langsung. Ada beberapa cara agar anak berminat mempelajari
moral salah satunya yaitu menonton vidio edukasi tentang moral. Vidio belajar dinilai dapat
membuat siswa siswi lebih muda menangkap dan memahami suatu hal lewat vidio, karna
anak tertarik berbagai macam aksi, seperti suata dan animasi dan teks. Selain itu kegiatan
belajar melalui video tersebut juga mampu merangsang keterlibatan indera dari siswa-siswi,
sehingga akan membuat mereka lebih cepat mengerti dengan materi yang diajarkan.

Rumusan masalah penelitian yaitu : a) Bagaimana tingkat kompetensi moral siswa


SD Impres Buttatianang (kelas 4) sebelum dan sesudah dilakukan intervensi tindakan dengan
menggunakan media audiovisual (video edukasi)?. b) bagaimanakah optimalisasi
perkembangan moral siswa SD Impres Buttatianang (kelas 4) dengan menggunakan media
Audiovisual (video)?. c) Apakah kompetensi moral siswa SD Impres Buttatianang (kelas 4)
dapat dioptimalkan setelah diberikan video edukasi?.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: a) tingkat kompetensi moral anak usia
dini sebelum dan sesudah pembelajaran terpadu berbasis moral, b) cara mengoptimalkan
kompetensi moral anak usia dengan menggunakan media Audivisual (vidio), dan c)
keberhasilan mengoptimalkan kompetensi moral anak usia dengan menggunakan media
Audivisual (vidio).

Metode Penelitian

Optimalisasi perkembangan moral dilaksanakan di SD Impres Buttatianang dan dalam


pengoalahan datanya menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek kegiatan ini adalah
sebanyak 10 orang siswa yang memiliki kelas offline pada tanggal 12 November 2021
dikelas 4. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan observasi, pemberian
kuesioner dan wawancara. Selanjutnya seluruh data diolah dengan tahapan analisis kualitatif
yaitu penyajian data (data display), persentase data dan penarikan kesimpulan.

Kajian Teori

Ø Teori moral piaget


Piaget menyimpulkan bahwa anak-anak melewati dua tahap yang berbeda,
dipisahkan oleh masa transisi, dalam cara mereka berpikir tentang moralitas.
· Dari usia 4 hingga 7 tahun, anak-anak menampilkan moralitas heteronom, tahap pertama
perkembangan moral dalam teori Piaget. Anak-anak menganggap keadilan dan aturan
sebagai properti dunia yang tidak dapat diubah, terlepas dari kendali manusia.
· Dari usia 7 hingga 10 tahun, anak-anak berada dalam transisi yang menunjukkan
beberapa ciri tahap pertama penalaran moral dan beberapa tahap tahap kedua, moralitas
otonom.
· Dari sekitar usia 10 tahun ke atas, anak-anak menunjukkan moralitas otonom, tahap
kedua perkembangan moral Piaget. Mereka menjadi sadar bahwa aturan dan hukum
diciptakan oleh orang-orang, dan dalam menilai suatu actor, mereka mempertimbangkan
niat actor serta konsekuensinya.

Ø Perasaan moral (ego ideal freud, hati Nurani (conscience)


Teori Psikoanalitik Menurut Sigmund Freud, rasa bersalah dan keinginan untuk
menghindari perasaan bersalah adalah dasar dari perilaku moral. Dalam teori Freud,
superego adalah cabang moral dari kepribadian. Menurut Freud, anak-anak takut
kehilangan cinta orang tua mereka dan dihukum karena ketertarikan seksual mereka yang
tidak dapat diterima kepada orang tua lawan jenis. Dalam psikoanalitik perkembangan
moral, anak-anak menyesuaikan diri dengan standar masyarakat untuk menghindari rasa
bersalah. Dengan cara ini, kontrol diri menggantikan kontrol orang tua.
Klaim Freud mengenai pembentukan ego ideal dan hati nurani tidak dapat
diverifikasi. Namun, peneliti dapat memeriksa sejauh mana anak-anak merasa bersalah
ketika mereka berperilaku buruk. Grazyna Kochanska dan rekan-rekannya (Kochanska
& Askan, 2007; Kochanska & others, 2002, 2005, 2008) telah melakukan sejumlah
penelitian yang mengeksplorasi perkembangan hati nurani anak. Dalam tinjauan
penelitian terbaru tentang hati nurani anak-anak, dia menyimpulkan bahwa anak-anak
kecil menyadari benar dan salah, memiliki kapasitas untuk menunjukkan empati terhadap
orang lain, mengalami rasa bersalah, menunjukkan ketidaknyamanan setelah
pelanggaran, dan sensitif terhadap pelanggaran aturan (Kochanska & Aksan, 2007).
Dalam satu penelitian, Kochanska dan rekan-rekannya (2002) mengamati 106 anak
prasekolah dalam situasi laboratorium di mana mereka dituntun untuk percaya bahwa
mereka telah merusak benda-benda berharga. Dalam kecelakaan ini, indikator perilaku
bersalah yang dikodekan oleh pengamat termasuk menghindari tatapan (memandang atau
menunduk), ketegangan tubuh (geliat, mundur, menggantung kepala, menutupi wajah
dengan tangan), dan kesusahan (tampak tidak nyaman, menangis). Anak perempuan
mengungkapkan lebih banyak rasa bersalah daripada anak laki-laki. Anak-anak dengan
temperamen yang lebih takut mengungkapkan lebih banyak rasa bersalah. Anak-anak
dari ibu yang menggunakan disiplin berorientasi kekuasaan (seperti memukul,
menampar, dan membentak) menunjukkan rasa bersalah yang lebih sedikit. Empati
Perasaan positif, seperti empati, berkontribusi pada perkembangan moral anak
(Eisenberg & others, 2009)

Pembahasan dan Hasil pengamatan

Peneliti mengumpulkan data mengenai optimalisasi nilai-nilai moral pada siswa


melalui observasi dan wawancara.hasil wawancara yang dilakukan dengan guru di SD
Impres Buttatianang dijabarkan sebagai berikut:

Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa siswa juga telah diajarkan etika-
etika dasar dengan baik, namun masih ada tingkah laku yang melenceng dari anak-anak
tersebut. Oleh karena itu tugas kami adalah meningkatkan dan mengoptimalkan pemahaman
mereka tentang moral dan etika yang harus diterapkan disekolah terutama terhadap guru.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru mengajarkan siswa untuk bertingkah laku
didalam/ diluar kelas dengan baik namun kadang-kadang sedikit nakal, bercanda disaat guru
menjelaskan, suka berkelahi kecil, menganggu teman namanya juga masih anak-anak yang
mempunyai banyak sifat yang berbeda.

Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pengamat kepada salah satu guru di SD
Impres Buttatianang setelah siswa diberi video edukasi tepatnya pada tanggal 18 November
2021.

Mahasiswa : Pada saat bapak menjelaskan bagaimana perilaku siswa dalam


memperhatikan penjelasan bapak?
Guru : Bersikap baik, sopan dan santun, selalu memperhatikan penjelasan
gurunya, tetapi kadang – kadang ada siswa yang kurang
memperhatikan dan saya langsung memberikan teguran yaitu
“diharapkan semua siswa agar selalu tenang dalam proses belajar
mengajar.

Mahasiswa : Apakah siswa meminta izin terlebih dahulu saat ingin keluar kelas?

Guru : iya selalu meminta izin saat hendak keluar

Mahasiswa : Apakah siswa saat berjalan didepan Bapak Membungkukkan badan


/ permisi?

Guru : Terkadang ada siswa yang begitu ada juga yang tidak

Selanjutnya pada pembagian kuesioner pertama, yaitu menggunakan kertas angket,


siswa diarahkan untuk mengerjakan soal didalam kuesioner tersebut dengan jujur. Setelah
mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari pengamat, seperti, penggambaran
peristiwa moral melalui soal cerita, bagaimana sikap yang baik ketika bertemu guru diluar
sekolah, dan pertanyaan yang menyangkut etika-etika dasar saat hendak berjalan melewati
guru. Berikut adalah table hasil kuesioner beserta skor dan persentase dari skor kuesioner
siswa sebelum menonton video edukasi.

TABEL 1.1. Skor dan Persentase Skor Kuesioner Siswa

(Sebelum menonton Video)

SEBELUM PERSENTASE
NO. JAWABAN SISWA YANG MENJAWAB
BENAR SALAH
DENGAN BENAR
1 9 1 90%
2 7 3 70%
3 6 4 60%
4 9 1 90%
5 9 1 90%
6 10 0 100%
7 7 3 70%
Kemudian , siswa diberikan video edukasi berisi animasi kartun yang mengajarkan
tentang adab dan sopan santun serta etika yang baik saat berinteraksi dengan guru.
Penggunaan media audiovisual lebih efektif dalam penyediaan model yang dapat ditiru oleh
anak. Oleh karena itu, model-model yang dibuat harus semenarik mungkin. Audiovisual
dapat menarik perhatian anak lebih baik dibandingkan pemaparan materi secara langsung
maupun melalui dongeng dan juga animasi-animasi didalam video dapat menjadi model bagi
siswa.

Setelah menonton video edukasi, kuesioner yang sama kembali dibeagikan kepada
siswa dengan tujuan agar perbedaan antara pemahaman siswa tentang etika dan moral
sebelum dan sesudah menonton video dapat diukur oleh pengamat. Berikut adalah tabel dari
skor beserta persentase skor dari hasil kuesioner siswa.

TABEL 1.2. Skor dan Persentase Skor Kuesioner Siswa

(Sesudah menonton Video)

SESUDAH PERSENTASE
NO. JAWABAN YANG MENJAWAB
BENAR SALAH
DENGAN BENAR
1 10 0 100%
2 9 1 90%
3 10 0 100%
4 10 0 100%
5 10 0 100%
6 10 0 100%
7 7 3 70%

Dari tabel diatas, dapat dilihat perbedaan yang cukup signifikan apabila dibandingkan
dengan tabel pertama yang berisi skor kuesioner siswa sebelum menonton video edukasi.
Perbandingan data skor tersebut dapat dilihat melalui diagram berikut.
Diagram persentase skor kuesioner siswa sebelum dan
sesudah diberi video edukasi
100% 100% 100% 100%
90% 90% 100%
100% 90% 100%
90%
70%
60% 70%
70%
50%

0%
1 persentase sesudah
2 3 persentase sebelum
4 5 6 7

persentase sebelum persentase sesudah

Dari grafik diagram batang diatas, terdapat persentasi kuisioner sebelum dan sesudah
menonton video edukasi yang dimana dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan yang
cukup signifikan yang mana pada pertanyaan pertama hanya 90% yang menjawab benar
namun setalah di berikan video edukasi smua siswa menjawab benar, pada soal kedua hanya
sekitar 70% persen siswa yang menjawab benar namun setalah di berikan video edukasi 90%
persen yang menjawab benar, pada soal ketiga hanya 60% yang menjawab benar namun
setalah di berikan video edukasi semuanya menjawab dengan benar, pada soal keempat
hampir semua menjawab benar yaitu 90% namun setalah menonton vidoe semua siswa
menjawab dengan benar begitupun dengan soal kelima hampir smua benar namun setalah
menonton vidoe semua menjawab benar, pada soal keenam semua siswa menjawab dengan
benar baik sebelum dan sesudah menonton video, pada soal terakhir tidak terjadi perubahan
jawaban yang di berikan tetap sama.
Dalam pengolahan data, kami menggunakan rumus mencari persentasi hasil
kuesioner menurut (Sugiyono, 2008).

P = f/n x 100

P : prosentase

F : frekuensi dari setiap jawaban angket (sebelum dan sesudah)

N : Jumlah responden

Maka:

130/200 x 100 = 65%.

Dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan skor sebesar 65% dalam pengerjaan
kuesioner I dan kuesioner ke-II. Maka kesimpulan yang kami dapatkan adalah memberikan
video edukasi kepada siswa cukup berpengaruh terhadap optimalisasi perkembangan moral
pada siswa. Dengan memberikan video edukasi siswa juga dapat memahami mana perilaku
moral yang menyimpang sehingga dengan pemahamannya tersebut siswa dapat terarah untuk
menerapkan perilaku-perilaku moral yang baik.

Kesimpulan

Bangsa Indonesia telah mengalami kemerosotan moral menyangkut persoalan


etika, kejujuran, akhlak dan budi pekerti. Kemerosotan moral yang dialami bila tidak
diberikan perhatian khusus akan berakibat buruk bagi generasi mendatang. Menurut John
Piaget dalam teori perkembangan moral, pada tahap perkembangan moral Heteronomous
Morality anak memandang aturan-aturan sebagai otoritas yang dimiliki oleh Tuhan, orang
tua dan guru yang tidak dapat dirubah, dan harus dipatuhi dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu, pada usia tersebut sangatlah penting untuk menanamkan nilai moral terhadap
anak, khususnya disekolah karena mereka memandang guru disekolah sebagai salah satu
pemilik otoritas mengenai aturan-aturan dalam kesehariannya.
Kasus-kasus moral anak yang ada di Sekolah Dasar pada dasarnya bukan merupakan
perkara yang terlalu berat. Akan tetapi kebiasaan-kebiasaan berbicara kasar, kurang patuh
terhadap aturan dan kurang bertanggung jawab telah tersemai sejak usia dini akan
menyebabkan perilaku-perilaku menyimpang dengan dampak negatif yang lebih besar
dilingkungannnya.

Dari hasil pengamatan kami tentang upaya mengoptimalkan pemahaman anak di SD


Impres Buttatianang dengan pemberian edukasi/intervensi dapat dilihat pada skor kuesioner
bahwa terjadi peningkatan pemahaman pada anak tentang etika/adab yang baik terhadap
guru. Maka dapat dikatakan bahwa dengan mengedukasi mereka melalui media
Audiovisual/Video edukasi, mereka akan jauh lebih tertarik untuk memahaminya
dikarenakan dalam video animasi tersebut, anak dapat menjadikan karakter didalam animasi
sebagai model dalam penerapan etika-etika dasar dikehidupan sehari-hari sesuai apa yang
disajikan didalam video edukasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, N. D. (2014). Niken Dwi Cahyani, 2014 Efektivitas Bimbingan Pribadi-Sosial


Untuk Mengembangkan Karakter Hormat Peserta Didik Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. 1–12. perpustakaan.upi.edu

Deti, S., & Lestari, T. (2021). Upaya Meningkatkan Perkembangan Moral pada Anak
Sekolah Dasar. 5(2016), 1696–1699.

Fithri, R., & Pradipta, R. (2017). Penerapan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan
Perekembangan Moral Anak Usia 5-6 Tahun di PAUD Cemara Indah Kota Pekan
Baru. PAUD Lectura : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 58–71.

Ruslan, Elly, R., & Aini, N. (2016). Penanaman Nilai-Nilai Moral di SD Negeri
Lampeuneurut. Ilmiah, 1, 68–77. https://media.neliti.com/media/publications/187368-
ID-penanaman-nilai-nilai-moral-pada-siswa-d.pdf

Sit, M. (2010). Optimalisasi Kompetensi Moral Anak Usia Dini. Pendidikan Dan
Kebudayaan, 16.

Yusmiatinengsih, R. (2017). Upaya Meningkatkan Perkembangan Moral Anak Usia Dini


Melalui Mendongeng Di Tk Dharmawanita. JIV-Jurnal Ilmiah Visi, 7(1), 18–41.
https://doi.org/10.21009/jiv.0701.3

John, W Santrock. 2008. Perkembangan anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Link Google Form kuesioner : https://forms.gle/E1y5H7efwjQ7dJcGA

Link YouTube video edukasi: https://www.youtube.com/watch?v=Cx_WxXD0n6Q&t=224s

Anda mungkin juga menyukai