Dosen Pengampu:
OLEH :
KELOMPOK VII
2021
Abstrak : Bangsa Indonesia telah mengalami kemerosotan moral menyangkut persoalan
etika, kejujuran, akhlak dan budi pekerti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat kompetensi moral anak usia dini, cara mengoptimalkan kompetensi moral anak usia
dengan menggunakan media Audivisual, dan keberhasilan mengoptimalkan kompetensi
moral anak usia dengan menggunakan media Audivisual. Kegiatan dilaksanakan di SD
Impres Buttatianang di Makassar pada tahun 2021 dengan jumlah responden sebanyak 10
orang siswa kelas 4. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan observasi,
pemberian kuesioner dan wawancara terhadap guru. Data diolah dengan tahapan analisis
kualitatif yaitu penyajian data (data display), persentase data dan penarikan kesimpulan.
Hasil pengamatan yaitu pemberian video edukasi terhadap anak bisa dikatakan berpengaruh
terhadap optimalisasi perkembangan moral anak.
Abstract : The Indonesian nation has experienced a moral decline regarding issues of ethics,
honesty, character and character. The purpose of this study was to determine the level of
moral competence of early childhood, how to optimize the moral competence of early
childhood by using Audivisual media, and to optimize the moral competence of early
childhood by using Audivisual media. The activity was carried out at SD Imppres
Buttatianang in Makassar in 2021 with a total of 10 4th grade students as respondents. Data
collection techniques used observations, giving and interviews with teachers. The data is
processed with the stages of qualitative analysis, namely data presentation (data display),
data percentage and conclusion drawing. The results of the observation are presenting
educational videos for children which can be said to have an effect on optimizing children's
moral development.
Di sisi lain pada Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional pada semua jenjang dan jenis satuan
pendidikan, termasuk pendidikan anak usia dini adalah berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Pernyataan ini menunjukkan bahwa menanamkan dan
mengembangkan nilai- nilai moral pada peserta didik menjadi salah satu tujuan pendidikan
nasional, bahkan aspek moral menjadi aspek yang penting dalam pendidikan. Namun
berbagai kenyataan menunjukkan kompetensi siswa pada aspek moral masih
memprihatinkan.
Kasus pelanggaran moral telah terjadi bahkan ditingkat Sekolah dasar. Pada tahun
2019, seorang murid SD di Surabaya melawan guru karena ditegur merokok. Dalam video
berdurasi 2 menit, siswa berinisial RA ini terlihat berbicara dengan nada tinggi dan berkata
kasar bahkan memaki dengan kata kata kotor serta menantang Munari, guru kelas yang
sedang menasehati. Kemudian pada tahun 2016, seorang siswa yang tengah dinasihati oleh
gurunya malah melawan dan sebut gurunya "monyet". Selanjutnya pada tahun 2019, seorang
siswa mengancam menusuk kepala sekolahnya dengan tiang bendera yang ujungnya
runcing. Kejadian itu terjadi saat orang tuanya dipanggil ke sekolah.
Kasus-kasus di atas memang bukan merupakan perkara yang terlalu berat. Akan
tetapi kebiasaan-kebiasaan berbicara kasar, kurang patuh terhadap aturan dan kurang
bertanggung jawab telah tersemai sejak usia dini akan menyebabkan perilaku-perilaku
menyimpang dengan dampak negative ynag lebih besar dilingkungannnya. Dryden (dalam
Rakhmawati, 2002) juga menyatakan pentingnya mengajarkan moral sejak usia dini sebab
lima puluh persen kemampuan belajar seseorang dikembangkan pada empat tahun
pertamanya. Berk (2006:480) menyatakan bahwa perilaku moral diperoleh dengan cara yang
sama dengan respon-respon lainnya, yaitu melalui modeling pada anak usia dini dan
penguatan.
Kita tahu bahwa anak anak sejak dini harus di ajarkan moral, dan kita juga tahu bahwa
mengajarkan moral pada anak bukanlah hal yang mudah, karena kita tahu bahwa anak-anak
sulit untuk mengerti akan suatu hal bahkan anak biasanya susah untuk minat terhadap
sesuatu. Kadang anak cepat bosan dan kurang tertarik di ajarkan suatu hal bila hanya
memberitahukannya secara langsung. Ada beberapa cara agar anak berminat mempelajari
moral salah satunya yaitu menonton vidio edukasi tentang moral. Vidio belajar dinilai dapat
membuat siswa siswi lebih muda menangkap dan memahami suatu hal lewat vidio, karna
anak tertarik berbagai macam aksi, seperti suata dan animasi dan teks. Selain itu kegiatan
belajar melalui video tersebut juga mampu merangsang keterlibatan indera dari siswa-siswi,
sehingga akan membuat mereka lebih cepat mengerti dengan materi yang diajarkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: a) tingkat kompetensi moral anak usia
dini sebelum dan sesudah pembelajaran terpadu berbasis moral, b) cara mengoptimalkan
kompetensi moral anak usia dengan menggunakan media Audivisual (vidio), dan c)
keberhasilan mengoptimalkan kompetensi moral anak usia dengan menggunakan media
Audivisual (vidio).
Metode Penelitian
Kajian Teori
Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa siswa juga telah diajarkan etika-
etika dasar dengan baik, namun masih ada tingkah laku yang melenceng dari anak-anak
tersebut. Oleh karena itu tugas kami adalah meningkatkan dan mengoptimalkan pemahaman
mereka tentang moral dan etika yang harus diterapkan disekolah terutama terhadap guru.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru mengajarkan siswa untuk bertingkah laku
didalam/ diluar kelas dengan baik namun kadang-kadang sedikit nakal, bercanda disaat guru
menjelaskan, suka berkelahi kecil, menganggu teman namanya juga masih anak-anak yang
mempunyai banyak sifat yang berbeda.
Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pengamat kepada salah satu guru di SD
Impres Buttatianang setelah siswa diberi video edukasi tepatnya pada tanggal 18 November
2021.
Mahasiswa : Apakah siswa meminta izin terlebih dahulu saat ingin keluar kelas?
Guru : Terkadang ada siswa yang begitu ada juga yang tidak
SEBELUM PERSENTASE
NO. JAWABAN SISWA YANG MENJAWAB
BENAR SALAH
DENGAN BENAR
1 9 1 90%
2 7 3 70%
3 6 4 60%
4 9 1 90%
5 9 1 90%
6 10 0 100%
7 7 3 70%
Kemudian , siswa diberikan video edukasi berisi animasi kartun yang mengajarkan
tentang adab dan sopan santun serta etika yang baik saat berinteraksi dengan guru.
Penggunaan media audiovisual lebih efektif dalam penyediaan model yang dapat ditiru oleh
anak. Oleh karena itu, model-model yang dibuat harus semenarik mungkin. Audiovisual
dapat menarik perhatian anak lebih baik dibandingkan pemaparan materi secara langsung
maupun melalui dongeng dan juga animasi-animasi didalam video dapat menjadi model bagi
siswa.
Setelah menonton video edukasi, kuesioner yang sama kembali dibeagikan kepada
siswa dengan tujuan agar perbedaan antara pemahaman siswa tentang etika dan moral
sebelum dan sesudah menonton video dapat diukur oleh pengamat. Berikut adalah tabel dari
skor beserta persentase skor dari hasil kuesioner siswa.
SESUDAH PERSENTASE
NO. JAWABAN YANG MENJAWAB
BENAR SALAH
DENGAN BENAR
1 10 0 100%
2 9 1 90%
3 10 0 100%
4 10 0 100%
5 10 0 100%
6 10 0 100%
7 7 3 70%
Dari tabel diatas, dapat dilihat perbedaan yang cukup signifikan apabila dibandingkan
dengan tabel pertama yang berisi skor kuesioner siswa sebelum menonton video edukasi.
Perbandingan data skor tersebut dapat dilihat melalui diagram berikut.
Diagram persentase skor kuesioner siswa sebelum dan
sesudah diberi video edukasi
100% 100% 100% 100%
90% 90% 100%
100% 90% 100%
90%
70%
60% 70%
70%
50%
0%
1 persentase sesudah
2 3 persentase sebelum
4 5 6 7
Dari grafik diagram batang diatas, terdapat persentasi kuisioner sebelum dan sesudah
menonton video edukasi yang dimana dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan yang
cukup signifikan yang mana pada pertanyaan pertama hanya 90% yang menjawab benar
namun setalah di berikan video edukasi smua siswa menjawab benar, pada soal kedua hanya
sekitar 70% persen siswa yang menjawab benar namun setalah di berikan video edukasi 90%
persen yang menjawab benar, pada soal ketiga hanya 60% yang menjawab benar namun
setalah di berikan video edukasi semuanya menjawab dengan benar, pada soal keempat
hampir semua menjawab benar yaitu 90% namun setalah menonton vidoe semua siswa
menjawab dengan benar begitupun dengan soal kelima hampir smua benar namun setalah
menonton vidoe semua menjawab benar, pada soal keenam semua siswa menjawab dengan
benar baik sebelum dan sesudah menonton video, pada soal terakhir tidak terjadi perubahan
jawaban yang di berikan tetap sama.
Dalam pengolahan data, kami menggunakan rumus mencari persentasi hasil
kuesioner menurut (Sugiyono, 2008).
P = f/n x 100
P : prosentase
N : Jumlah responden
Maka:
Dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan skor sebesar 65% dalam pengerjaan
kuesioner I dan kuesioner ke-II. Maka kesimpulan yang kami dapatkan adalah memberikan
video edukasi kepada siswa cukup berpengaruh terhadap optimalisasi perkembangan moral
pada siswa. Dengan memberikan video edukasi siswa juga dapat memahami mana perilaku
moral yang menyimpang sehingga dengan pemahamannya tersebut siswa dapat terarah untuk
menerapkan perilaku-perilaku moral yang baik.
Kesimpulan
Deti, S., & Lestari, T. (2021). Upaya Meningkatkan Perkembangan Moral pada Anak
Sekolah Dasar. 5(2016), 1696–1699.
Fithri, R., & Pradipta, R. (2017). Penerapan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan
Perekembangan Moral Anak Usia 5-6 Tahun di PAUD Cemara Indah Kota Pekan
Baru. PAUD Lectura : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 58–71.
Ruslan, Elly, R., & Aini, N. (2016). Penanaman Nilai-Nilai Moral di SD Negeri
Lampeuneurut. Ilmiah, 1, 68–77. https://media.neliti.com/media/publications/187368-
ID-penanaman-nilai-nilai-moral-pada-siswa-d.pdf
Sit, M. (2010). Optimalisasi Kompetensi Moral Anak Usia Dini. Pendidikan Dan
Kebudayaan, 16.