Anda di halaman 1dari 9

SAMPUL LUAR

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL BERBANTU MEDIA ANIMASI


TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR SISWA KELAS X DI MAN 1
SEMARANG

OLEH

RATNA INDRAWATI
NPM 16110106

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bekerja serta
berhasil dengan pekerjaan yang dijabatnya. Didalam masyarakat secara luas terdapat
berbagai jenis pekerjaan, tetapi pekerjaan-pekerjaan yang telah dijabatnya tidak
semua memeroleh hasil serta membahagiakan sebagaimana yang menjadi tujuan
hidupnya. Mungkin saja sebagian orang telah menjabat suatu pekerjaan kemudian
berhasil, puas, dan membahagiakan dirinya.
Karir seseorang bukanlah hanya sekedar pekerjaan apa yang telah dijabatnya,
melainkan suatu pekerjaan yang benar-benar sesuai atau cocok dengan potensi-
potensi diri dari orang-orang yang menjabatnya, sehingga setiap orang yang
memegang pekerjaan yang dijabatnya itu akan berusaha semaksimal mungkin untuk
meningkatkan prestasinya, mengembangkan potensi dirinya, lingkungannya, serta
sarana dan prasarana yang diperlukan dalam menunjang pekerjaan yang sedang
dijabatnya.
Karir adalah rangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman
dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas
kerja yang terus berlanjut (Gibson dkk, 1995:305).
Dilihat dari kondisi di MAN 1 Semarang masih terdapat siswa yang sering
merasa mengantuk saat jam pelajaran berlangsung, sehingga ketika guru mengadakan
review atau sedang memberikan pertanyaan siswa tidak bisa memberikan jawaban.
Apalagi ketika guru memberikan pertanyaan yang mengharuskan siswa untuk maju ke
depan kelas dan menulis jawabannya di papan tulis, mereka merasa malu akibat tidak
tahu jawabannya.
Beberapa siswa merasa malu ketika berhadapan dengan banyak orang, hal ini
menjadikan siswa tidak berani untuk bertanya ketika ia menghadapi kesulitan belajar
pada guru dihadapan teman lainnya. Akibatnya nilai yang didapat pada mata pelajaran
tertentu menjadi rendah, bahkan beberapa mengkitui remedial beberapa kali. Padahal
ketika siswa ingin melanjutkan jenjang studi yang lebih tinggi nilai juga menjadi salah
satu faktor penting yang menjadi pertimbangan.
Disamping itu, siswa tidak memiliki waktu belajar yang teratur. Sebagai
contoh, siswa belajar hanya karena akan ada ulangan saja. Ketika hari-hari biasa siswa
cenderung tidak perduli tentang belajar dan memilih untuk bermain gadget maupun
menonton siaran televisi.
Dari hal-hal di atas ketika siswa dihadapkan dengan rencana dan pilihan karir
di masa depan cenderung belum mampu memberikan jawaban yang maksimal. Salah
satu siswa akan menyebutkan cita-citanya di masa depan, ketika tiba pada siswa
berikutnya ia akan mengikuti rencana yang telah disebutkan oleh siswa sebelumnya
atau hanya menyebutkan apa yang diinginkan orang tuanya sehingga siswa tersebut
akan mengikutinya tanpa pertimbangan lebih jauh.
Kemampuan untuk mengenal dirinya sendiripun masih kurang ditandai dengan
tidak mengenal potensinya masing-masing. Banyak siswa tidak menyadari apa yang
menjadi passion mereka selama ini ketika berkegiatan di sekolah. Banyak
ekstrakurikuler yang mampu menunjang potensi mereka tetapi sepertinya masih
belum dimanfaatkan dengan maksimal.
Padahal pada tahap pengambilan keputusan karir yang tepat, individu
dihadapkan pada beberapa pertimbangan dan pengambilan keputusan yang tidak
terpaku atas dasar kemauan semata-mata, tetapi harus didasarkan pada kondisi nyata.
Harus diingat bahwa keputusan tentang karir yang telah diambil akan mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan individu pada tahap-tahap perkembangan mendatang.
Suatu keputusan yang telah diambil sudah tentu mempunyai hubungan dan sangkut
paut dengan berbagai hal.
Apalagi di era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan adanya perubahan
fundamental dalam kehidupan masyarakat yang lebih efisien, khususnya dibidang
teknologi. Perubahan-perubahan teknologi tersebut begitu cepat membawa
kemudahan sekaligus tantangan bagi generasi milenial. Menurut Triyono (dalam
Lidyasari, 2019), kemudahan yang didapat di era revolusi industri 4.0 ini adalah
memberi kesempatan seluas-luasnya bagi setiap insan untuk mengakses informasi
dalam hitungan detik.
Disamping adanya kesempatan yang luas, tantangan yang dihadapi juga
semakin besar banyak sekali profesi-profesi baru yang bermunculan sedangkan kita
belum tahu seluk beluk profesi tersebut ditambah lagi persaingan dalam
mendapatkannya juga lebih sulit. Banyak sekali pekerjaan atau profesi yang mulai
digantikan dengan robot ciptaan manusia, hal ini semakin menambah kebingungan
dan ketidaksiapan masyarakat di “jaman now” karena lapangan pekerjaan yang
semakin kompetitif dimana persaingan tidak hanya dengan manusia saja tetapi juga
dengan teknologi ciptaan manusia.
Telah diketahui bahwa pada bidang karir ini para siswa belum mampu
menentukan pilihan karirnya, hal ini sesuai dengan pendapat Sukardi (dalam
Pramudi, 2015) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan karir merupakan
suatu proses dimana seseorang mengadakan suatu seleksi terhadap beberapa pilihan
dalam rencana masa depan. Bagi siswa SMA/MA, pilihan karir tersebut antara lain
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, melamar pekerjaan atau membuka
usaha sendiri. Pilihan-pilihan tersebut harus dipertimbangkan secara matang karena
akan berpengaruh pada masa depannya nanti.
Ginzberg (dalam Sukardi, 1989: 23) meninjau pemilihan karir sebagai suatu
proses yang mencakup tiga periode perkembangan yaitu: fantasi (6-11 tahun), tentatif
(12-17 tahun), dan pemilihan realistis (17 tahun- masa dewasa). Dimana siswa kelas
X di MAN 1 Semarang memasuki periode tentatif yaitu proses transisi yang ditandai
oleh pengenalan secara gradual terhadap persyaratan kerja, pengenalan minat,
kemampuan, imbalan kerja, nilai dan perspektif waktu. Periode tentatif terbagi dalam
empat tahap yaitu (1) tahap minat, dimana individu sudah mampu membuat keputusan
yang lebih definitif tentang suka/tidak suka; (2) tahap kapasitas untuk menjadi sadar
akan kemampuan sendiri terkait dengan spirasi vokasional; (3) tahap nilai, masa
terbentuknya persepsi yang lebih jelas tentang gaya-gaya okupasional; (4) tahap
transisi, saat dimana individu menyadari keputusannya tentang pilihan karirnya serta
tanggung jawab yang menyertai karir tersebut.
Didukung oleh pendapat Super dalam Tarsidi tentang tahapan perkembangan
vokasional yang terdiri dari lima tahapan yaitu growth (sejak lahir hingga 14/15
tahun), exploratory (usia 15-25 tahun), establishment (usia 25-44 tahun), maintenance
(usia 45-64), dan decline (usia 65+). Pada tahap growth, ditandai dengan
perkembangan kapasitas, sikap, minat, dan kebutuhan yang terkait dengan konsep
diri. Hal ini masih menjadi masalah bagi para siswa kelas X karena belum mampu
mengenali bakat, minat dan kapasitas yang mereka miliki. Sedangkan pada tahap
explorating, ditandai dengan fase tentatif dimana kisaran pilihan dipersempit tetapi
belum final. Inilah yang menjadi konsenterasi peneliti dalam menggali keputusan
karir pada siswa kelas X di MAN 1 Semarang, para siswa diharapkan setidaknya
sudah mampu merumuskan atau menyusun pilihannya sehingga siswa dapat
mengidentifikasi sikap dan kompetensi terkait dengan pertumbuhan karir yang lebih
efektif. Kesiapan individu untuk memasuki aktivitas yang terkait dengan karir tertentu
memiliki nilai yang sangat berharga dalam setiap proses yang dijalaninya.
Keputusan karir bagi masa depan akan terwujud jika siswa mampu
menyesuaikan diri antara potensi yang dimilikinya dengan kesempatan yang tersedia.
Akan tetapi, hal tersebut sering menimbulkan masalah bagi individu. Masalah yang
dimaksud adalah situasi dan kondisi yang tidak diinginkan, yang menyimpang, yang
belum semestinya, dan mendorong atau menantang untuk dipecahkan. Masalah yang
seperti ini tentu saja menimbulkan kesulitan bagi para siswa oleh karena itu siswa
butuh bantuan untuk mengatasinya.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui hasil DCM (Daftar Cek Masalah)
pada siswa kelas X di MAN 1 Semarang para siswa belum mampu menentukan cita-
cita pasti yang ingin diraih dikarenakan mereka belum mengenal bakat maupun
potensi yang ada dalam dirinya, dapat dilihat dari butir item dengan pernyataan saya
ingin mengetahui bakat dan kemampuan saya yang mencapai prosentase 50,3% (51
siswa). Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas para siswa juga belum mempunyai
cukup informasi tentang bagaimana karir yang sesuai dengan potensi dikarenakan
kemungkinan adanya kecenderungan terjadinya pilihan yang terbatas dan juga
khawatir tidak bisa melakukan semuanya sendiri. Harus berbuat apa setelah lulus
sekolah, didukung dengan pernyataan menuju studi lanjut atau memilih bekerja yang
dalam prosentasenya mencapai 35,6% (37 siswa) juga menjadi kekhawatiran
tersendiri bagi mereka. Ditambah lagi butir pernyataan cita-citaku selalu goyah yang
mencapai 29% (29 siswa).
Selain itu berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 9 Agustus 2019 yang
dilakukan dengan 5 orang siswa MAN 1 Semarang diketahui 3 siswa yang belum
mengetahui apa cita-cita serta tujuan masa depan, 1 siswa yang sudah mampu
meyusun rencana masa depan dengan berbagai informasi yang diperoleh dan karena
keinginan orang tua kemudian 1 siswa hanya mengikuti teman-teman. Hal ini
didukung pernyataan guru BK yang mengungkapkan bahwa pemberian informasi
karir diberikan saat kelas XII dan menurut beliau sudah sangat terlambat, sehingga
tiap tahunnya para siswa sulit menetapkan dan memutuskan karir apa yang akan
diambil. Kurangnya siswa dalam mengenali dan memahami bakat dan minat yang
dibutuhkan di masa mendatang turut menjadi faktor pendukung. Guru BK juga
mengungkapkan tidak menutup kemungkinan apabila ada siswa yang ingin
melakukan bimbingan tentang karir dari kelas X, tetapi hal ini masih amat jarang
hanya satu dua siswa yang kadang datang ke ruang BK terkait permasalahan karir
kebanyakan hanya menyangkut masalah-masalah yang menyangkut pribadi siswa.
Ketidakperdulian siswa tentang perencanaan karir mencapai prosentase yang tinggi
menurut guru BK, sehingga saat kelas XII mereka masih mengalami kesulitan dalam
mengambil keputusan yang telah direncanakan. Jadi berdasarkan data yang diperoleh
dari hasil DCM (Daftar Cek Masalah) dan wawancara pada siswa kelas X di MAN 1
Semarang banyak sekali masalah yang dihadapi siswa dalam proses pengambilan
keputusan karir.
Fenomena lain diungkapkan Founder dan CEO Rencanamu, Rizky
Muhammad, berdasarkan riset yang dilakukan Rencanamu selama tiga tahun terakhir
yang mendalami profil data lebih dari 1,6 juta siswa dan mahasiswa pengguna serta
riset terhadap industri, ditemukan fakta-fakta mengenai kondisi talenta dan
ketimpangan antara pasokan dan permintaan atau supply dan demand, dengan fakta-
fakta diantaranya sebanyak 92% persen siswa SMA/SMK sederajat bingung dan tidak
tahu akan menjadi apa kedepannya.
Rizky mengatakan, fakta tersebut juga mengungkap bahwa siswa kurang
mendapat bimbingan secara menyeluruh terkait perencanaan kuliah dan karir. Ketidak
sesuaian antara supply dan demand, yaitu bidang-bidang yang diambil oleh siswa dan
apa yang dibutuhkan industri saat ini (Indah Handayani, 2019).
Dari berbagai penjelasan diatas para siswa perlu diberi bantuan yang
menyediakan berbagai keterangan, informasi, bahan-bahan, atau sumber-sumber
infromasi jabatan, perguruan tinggi dan memberikan kesempatan untuk mengadakan
diskusi yang lingkupnya menitikberatkan pada perguruan tinggi, pekerjaan, jabatan
atau karir. Salah satu upaya yang dinilai cocok adalah pemberian layanan bimbingan
klasikal berbantu media animasi. Berdasarkan Permendikbud No. 111 Tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling di Pendidikan Dasar dan Menengah:

Bimbingan klasikal sebagai salah satu layanan dasar serta layanan peminatan
dan perencanaan individual pada komponen program Bimbingan dan
Konseling. Bimbingan klasikal dilaksanakan dalam satu rombongan belajar
dan dilaksanakan dalam kelas besar atau lintas kelas.

Media animasi menurut Salim (2003: 1) adalah proses penciptaan efek gerak
atau efek perubahan bentuk yang terjadi selama beberapa waktu. Jadi dalam proses
pemberian layanan siswa akan diberikan berbagai macam visualisasi yang berkaitan
dengan wawasan atau informasi karir.
Adapun penggunan bimbingan klasikal diharapkan tujuan bimbingan dapat
tercapai secara efisien dan efektif karena mencakup keseluruhan kelas serta memberi
peluang kepada guru bimbingan dan konseling mengenal karakteristik dan
permasalahan yang dihadapi siswa baik secara individual maupun kelompok.
Penggunaan bimbingan klasikal juga diharapkan dapat meningkatkan antusias siswa
dalam mencapai potensi diri yang lebih baik guna menunjang perencanaan karir yang
lebih matang. Penggunaan media animasi merupakan suatu pemeberian layanan yang
inovatif sehingga memungkinkan siswa akan lebih mudah menerima materi layanan.
Azwar (dalam Mirnayenti, dkk 2015) menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap
suatu objek selalu berperan sebagai perantara antara responsnya dan objek
bersangkutan.
Menurut Elizabeth T. Santoso (dalam Caraka & Nindiya, 2017), menyebutkan
bahwa generasi Z cenderung praktis dan berperilaku instan ditambah sering
menggunakan media digital dalam perkembangan teknologi infromasi. Jadi
pemberian media animasi yang berbasis komputer dianggap mampu memberikan
rangsangan untuk pemecahan suatu masalah karena mereka menyukai hal-hal yang
mendetail dan tidak membuang banyak waktu seperti halnya dengan hanya
mendengarkan guru berbicara saja. Mereka akan mampu terlibat secara aktif dalam
pemberian layanan yang diberikan dan termotivasi untuk menguasai apa yang mereka
butuhkan.
Berdasarkan latar belakang diatas untuk membantu siswa kelas X dalam
menentukan pilihan karir peneliti terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Layanan Bimbingan Klasikal Berbantu Media Animasi Terhadap
Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas X di MAN 1 Semarang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
permasalahan pemberian layanan bimbingan klasikal pada siswa kelas X dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Siswa sering merasa mengantuk
2. Siswa merasa maluberhadapan dengan banyak orang
3. Waktu belajar siswa tidak teratur
4. Karena semangat belajar yang kurang sehingga siswa belum mantap menentukan
cita-cita atau karir
5. Banyak siswa yang tidak disiplin dalam belajar
6. Belum mampu menetapkan antara studi lanjut atau bekerja
7. Khawatir tidak mampu melakukan semuanya sendiri (mengambil keputusan, studi
jauh di luar kota, bekerja di luar kota, dan takut untuk memulai suatu usaha
sendiri)
8. Belum mengenal bakat dan potensi diri
9. Cita-cita yang selalu goyah atau berubah-ubah
10. Kesulitan mengambil keputusan tentang rencana masa depan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, maka
dilakukan pembatasan masalah agar penelitian yang akan dilakukan lebih spesifik dan
fokus pada pengambilan keputusan karir pada siswa kelas X di MAN 1 Semarang,
untuk membantu siswa dalam mengambil keputusan karir maka peneliti berupaya
memberikan layanan bimbingan klasikal berbantu media animasi.

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keputusan karir siswa kelas X MAN 1 Semarang sesudah diberikan
layanan bimbingan klasikal berbantu media animasi?
2. Apakah layanan bimbingan klasikal berbantu media animasi berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan karir siswa kelas X MAN 1 Semarang?
E. Tujuan Masalah
1. Melalui layanan bimbingan klasikal berbantu media animasi siswa dapat
menentukan keputusan karirnya secara tepat.
2. Layanan bimbingan klasikal berbantu media animasi berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan karir siswa.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi siswa
1) Meningkatkan wawasan karir siswa.
2) Munculnya kesadaran diri siswa terkait potensinya.
3) Siswa termotivasi untuk menentukan karir yang sesuai potensinya.
b. Manfaat bagi guru
1) Memberikan gagasan dan pengalaman tentang layanan bimbingan klasikal
berbasis media animasi.
2) Guru semakin meningkatkan dalam proses pemberian layanan.
c. Manfaat bagi sekolah
1) Meningkatkan kualitas pemberian layanan di sekolah.
2) Menumbuhkan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi siswa di
kelas.
d. Manfaat bagi peneliti
1) Memberikan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian tindakan
tentang wawasan karir berbantu media.
2) Memberikan pengalaman dalam mengembangkan kreativitas.
2. Manfaat teoritis
a. Diperoleh pengetahuan baru tentang layanan bimbingan klasikal berbantu
media animasi terhadap wawasan karir siswa.
b. Untuk menambah referensi dan sebagai dasar untuk penelitian yang
menitikberatkan pada pengambilan keputusan karir.

Anda mungkin juga menyukai