Anda di halaman 1dari 13

Hubungan antara intensitas mengikuti layanan

bimbingan karir dengan wawasan karir siswa kelas


IX SMP Negeri 2 Gorontalo
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesatnya kemajuan teknologi serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi
global telah mengubah pola dan cara kegiatan bisnis, industri, perdagangan, dan
pemerintah. Perkem-bangan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dan Teknologi
Informasi (IT) telah menjadi paradigma global yang dominan. Kemampuan untuk terlibat
secara efektif dalam revolusi jaringan informasi akan menentukan masa depan
kesejahteraan bangsa. Agar tidak semakin tertinggal terhadap negara-negara maju,
Indonesia perlu melakukan terobosan sehingga secara efektif dapat mempercepat
pendayagunaan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mempererat
persatuan dan kesatuan bangsa yang merupakan landasan yang kokoh bagi
pembangunan secara berkelanjutan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi mengakibatkan
tidak sedikit dunia kerja yang menerapkan system kerja serba mesin. Pembangunan
lapangan kerja yang semakin meningkat dan serba cangggih menuntut para pekerja
harus lebih terampil serta berbakat dalam bidangnya masing-masing. Hal ini tidak dapat
dipungkiri bahwa pihak pabrik akan melakukan pemangkasan para pekerja karena
tenaga para pekerja telah digantikan dengan mesin. Apabila ini terjadi maka akan
menambah tingginya tingkat pengangguran. Kehilangan pekerjaan, sulitnya mencari
lapangan kerja serta susahnya menciptakan lapangan kerja akan membuat stress serta
mental para pekerja maupun pelamar yang drop. Kurang siapnya para pekerja
kehilangan lapangan pekerjaan, diduga diakibatkan dari kurangnya perencanaan karir,
karir yang tidak matang, kurangnya wawasan karir sebelum memasuki dunia kerja
dalam lingkungan masyarakat atau sekolah.
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang didalamnya memuat
struktur kurikulum, telah mempertajam perlunya disusun dan dilaksanakannya program
pengembangan diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,
dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan
diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga pendidikan yang
dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri
dilakukan melalui kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling yang berkenaan
dengan masalah diri pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir
peserta didik.
Sekolah merupakan institusi sebagai penjabaran Undang-undang tersebut sebagai
tempat mempersiapkan dan mewujudkan SDM yang berkualitas dan memiliki
keunggulan kompetitif yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Hal ini dapat
dipahami karena sekolah mempunyai tujuan dan perencanaan yang jelas, dapat dilihat
dengan adanya kurikulum, metode, media pendidikan dan lain-lain. Sekolah sebagai
suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan yang
penting dalam usaha mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai anggota
masyarakat yang berguna, sekolah turut pula bertanggung jawab atas anggota
masyarakat yang di hasilkannya.
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan layanan dari seorang guru yaitu guru
Bimbingan dan Konseling dalam usaha memberikan arahan dan petunjuk kepada siswa
dalam menentukan karir mendatang. Tanpa petunjuk dan arahan dari guru bimbingan
dan konseling siswa tidak akan mendapatkan gambaran tentang masa depannya yang
disesuaikan dengan bakat, potensi dan kemampuan yang dimiliki secara optimal.
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistemik dalam memfasilitasi
individu mencapai perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku efektif,
pengembangan lingkungan perkembangan, dan peningkatan keberfungsian individu
dalam lingkungannya. Semua perilaku tersebut merupakan proses perkembangan yakni
proses interaksi antara individu dengan lingkungan. Penanggung jawab bimbingan dan
konseling di sekolah adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor yang
merupakan salah satu kualifikasi pendidik.
Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan respon kepada masalah-masalah
yang muncul, akan tetapi juga membantu memperoleh pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan. Penggunaan istilah karier di dalamnya
terkandung makna pekerjaan dan jabatan sekaligus rangkaian kegiatan dalam
mencapai tujuan hidup seseorang.
Salah satu tujuan dilaksanakannya bimbingan karir di SMP yakni membantu para
peserta didik agar memahami serta dapat menentukan tujuan karir serta pengambilan
jurusan saat melanjutkan kejenjang pendidikan berikutnya yakni SMA ataupun SMK. Di
Gorontalo khususnya, pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak dapat
dipisahkan dari peranan pengembangan karir pada tingkat Menengah Pertama (SMP).
Hal ini menjadi bukti dari pentingnya pengetahuan siswa dalam pemilihan jurusan,
pengembangan bakat, keterampilan dan penentuan karir. Pada siswa kelas IX SMP
Negeri 2 Gorontalo khususnya, pengetahuan tentang wawasan karir masih minim dan
sangat kurang memahami betapa pentingnya pengetahuan tentang karier. Hal ini
tampak jelas dari kebiasaan siswa dalam menentukan karier/penjurusan, dimana
mereka memilih karier atas keputusan orang tua, siswa memilih karier hanya karena
ikut-ikutan dengan teman, dan bahkan siswa memilih karir tidak didasari oleh alasan
yang jelas.
Layanan bimbingan karir memiliki peran yang sangat penting di sekolah, khususnya
memberi arah yang lebih baik pada siswa dalam memilih karir ataupun memilih jurusan.
Namun demikian pelaksanaan layanan bimbingan karir di SMP Negeri 2 gorontalo
khususnya belum dilaksanakan dengan baik. Data ini diperoleh melalui wawancara
peneliti dengan guru BK di sekolah tersebut yang menunjukkan bahwa kurangnya
pemahaman siswa tentang karir. Bertolak dari penjabaran pada latar belakang
permasalahan, maka diadakan penelitian yang diformulasikan dalam judul “Hubungan
antara intensitas mengikuti layanan bimbingan karir dengan wawasan karir siswa kelas
IX SMP Negeri 2 Gorontalo.
1.2 Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah penelitian yakni :
(1) Siswa memilih karir atas keputusan orang tua atau karena ikut temannya, (2)
Pelaksanaan layanan bimbingan karir hanya insidentil.
1.3 Rumusan Permasalahan
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut “Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara
intensitas mengikuti layanan bimbingan karir dengan wawasan karir siswa kelas IX
SMP Negeri 2 Gorontalo ?”

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara intensitas mengikuti
layanan bimbingan karir dengan wawasan karir siswa kelas IX SMP Negeri 2 Gorontalo.

1.5 Manfaat Penelitian


Secara operasional, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah memperkaya
kajian tentang hubungan antara pelaksanaan layanan bimbingan karir dengan wawasan
karir.
Manfaat praktis yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran
atau deskripsi tentang perlunya layanan bimbingan karir untuk mengembangkan
wawasan karir di SMP Negeri 2 Gorontalo. Sedangkan manfaat penelitian bagi guru
pembimbing dan sekolah adalah menambah pengalaman serta pemahaman dalam
membantu siswa memilih serta menentukan karir dalam dunia kerja, serta
mempermudah mengontrol para siswa sesuai bakat, keterampilan siswa yang akan
disalurkan dalam dunia kerja.

BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

2.1 Hakikat Wawasan Karir


2.1.1 Pengertian Karir
Di masa lalu, istilah karier dipandang oleh masyarakat awam sebagai sebuah istilah
yang eksklusif dan hanya dibicarakan di kalangan terbatas. Misalnya, karier diterapkan
kepada orang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi, pejabat publik atau orang
yang memegang jabatan struktural, bahkan menyempit di kalangan orang-orang sukses
di sektor bisnis, pemerintahan dan birokrasi. Reduksi esensi karier lainnya adalah
berupa pandangan bahwa karier identik dengan kenaikan pangkat atau golongan
secara reguler dan puncak karier terjadi ketika seseorang memegang jabatan
struktural.
Persepsi tentang karier seperti itu tidak sepenuhnya benar atau seluruhnya salah.
Alasannya, banyak istilah yang memiliki kesamaan makna dengan karier, misalnya
task, position, job, occupation, vocation, dan avocation. Karier memiliki makna yang
lebih luas dan dalam dibandingkan istilah sejenisnya. Menurut Tolbert (dalam Mamat
Supriatna, 2009:8) dalam bukunya “Layanan Bimbingan Karier di Sekolah Menengah “,
bahwa karier mengandung makna urutan okupasi, job dan posisi-posisi yang diduduki
sepanjang pangalaman kerja seseorang. Sedangkan menurut Murray (dalam Mamat
Supriatna, 2009:8) bahwa karier dapat dikatakan sebagai suatu rentangan aktivitas
pekerjaan yang saling berhubungan dalam hal ini seseorang memajukan kehidupannya
dengan melibatkan berbagai perilaku kemampuan, sikap, kebutuhan, aspirasi, dan cita-
cita sebagai rentang hidupnya sendiri.
Muslihudin, dkk.(2004:17) menjelaskan bahwa bimbingan karir merupakan pemilihan
jabatan atau karir yang diyakini bahwa jabatan atau karir tersebut paling baik untuk
memenuhi kebutuhannya. Pilihan karier siswa juga dapat diartikan tingkat kemampuan
siswa dalam menentukan karier. Jadi pilihan karier adalah jabatan/ karier yang dipilih
menurut tingkat kemampuan siswa dan diyakini bahwa jabatan yang dipilih adalah
jabatan paling baik untuk memenuhi kebutuhannya.
Pemilihan karier merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung
sepanjang hayat bagi mereka yang mencari banyak kepuasan dari pekerjaannya.
Pemilihan karier yang dibuat pada awal proses perkembangan vokasional sangat
berpengaruh terhadap pilihan-pilihan selanjutnya. Perkembangan karier seorang
dewasa masih harus membuat pilihan-pilihan di antara kemungkinan untuk
meningkatkan kariernya dan memperoleh kepuasan pribadi yang mendalam.

2.1.2 Pentingnya Pemilihan Karir bagi siswa


Karir bagi siswa bukan hal yang mudah untuk ditentukan dan menjadi pilihan yang
sesuai dengan kemampuan yang miliki namun haruslah direncanakan. Untuk
menentukan hal demikian harus didasarkan pada keputusan siswa itu sendiri yang
didasarkan pada pemahaman tentang kemampuan dan minat serta pengenalan karir
yang ada di masyarakat.
Keberhasilan siswa dalam pemilihan karir yang tepat tidaklah semudah seperti apa
yang dibayangkan. Agar siswa mempunyai pilihan yang tepat terhadap suatu pilihan
karir atau pekerjaan, menurut Hoppock yang dikutip oleh Sukardi (1994:79) dalam
bukunya “Bimbingan dan Penjurusan” mengemukakan pokok-pokok pikirannya yang
terdiri dari sepuluh butir yang kemudian dijadikan tulang punggung dari teorinya. 10
butir tersebut antara lain:
a. Pekerjaan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan atau untuk memenuhi kebutuhan.
b. Pekerjaan, jabatan atau karir yang dipilih adalah jabatan yang diyakini bahwa jabatan
atau karir itu paling tidak memenuhi kebutuhannya.
c. Pekerjaan, jabatan atau karir tertentu dipilih seseorang apabila untuk pertama kali dia
menyadari bahwa jabatan itu dapat membantunya dalam memenuhi kebutuhannya.
d. Kebutuhannya yang timbul, mungkin bisa diterima secara intelektual yang diarahkan
untuk tujuan tetentu.
e. Pemilihan jabatan/karir akan menjadi lebih baik apabila seseorang mampu
memperkirakan bagaimana sebaiknya jabatan yang akan datang itu akan memenuhi
kebutuhannya.
f. Informasi mengenai jabatan/karir akan membantu dalam pemilihan jabatan/karir yang
diinginkan
g. Informasi mengenai jabatan/ karir akan membantu dalam memilih jabatan/ karir
karena informasi tersebut membantunya dalam menentukan apakah pekerjaan itu
dapat memenuhi kebutuhannya .
h. Kepuasan dalam pekerjaan tergantung pada tercapai tidaknya pemenuhan
kebutuhan seseorang
i. Kepuasan kerja dapat diperoleh dari suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhan
sekarang/ masa yang akan dating
j. Pemilihan pekerjaan selalu dapat berubah apabila seseorang yakin bahwa perubahan
tersebut lebih baik untuk pemenuhan kebutuhannya.

Dari dasar teori tersebut tidaklah mungkin siswa dapat menentukan karir tanpa bantuan
dan bimbingan dari konselor, karena disadari atau tidak untuk dapat memahami
kemampuan diri siswa tidaklah mungkin muncul dengan sendirinya, akan tetapi
diperlukan bimbingan dan arahan dari konselor.

2.2 Hakikat Bimbingan Karir


2.2.1 Sejarah Singkat Bimbingan Karir
Konsep bimbingan jabatan lahir bersamaan dengan konsep bimbingan di Amerika
Serikat pada awal abad keduapuluh, yang dilatari oleh berbagai kondisi obyektif pada
waktu itu (1850-1900), diantaranya : (1) keadaan ekonomi; (2) keadaan sosial, seperti
urbanisasi; (3) kondisi ideologis, seperti adanya kegelisahan untuk membentuk kembali
dan menyebarkan pemikiran tentang kemampuan seseorang dalam rangka
meningkatkan kemampuan diri dan statusnya; dan (4) perkembangan ilmu (scientific),
khususnya dalam bidang ilmu psiko-fisik dan psikologi eksperimantal yang dipelopori
oleh Freechner, Helmotz dan Wundt, psikometrik yang dikembangkan oleh Cattel,
Binnet dan yang lainnya Atas desakan kondisi tersebut, maka muncullah gerakan
bimbingan jabatan (vocational guidance) yang tersebar ke seluruh Negara. Crites,
(Bahrul Falah, 1987).
Isitilah vocational guidance pertama kali dipopulerkan oleh Frank Pearson pada tahun
1908 ketika ia berhasil membentuk suatu lembaga yang bertujuan untuk membantu
anak-anak muda dalam memperoleh pekerjaan.
Pada awalnya penggunaan istilah vocational guidance lebih merujuk pada usaha
membantu individu dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk di
dalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki
suatu pekerjaan.
Namun sejak tahun 1951, para ahli mengadakan perubahan pendekatan dari model
okupasional (occupational) ke model karier (career). Kedua model ini memliki
perbedaan yang cukup mendasar, terutama dalam landasan individu untuk memilih
jabatan. Pada model okupasional lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat
dengan tuntutan dan persyaratan pekerjaan. Sedangkan pada model karier, tidak hanya
sekedar memberikan penekanan tentang pilihan pekerjaan, namun mencoba pula
menghubungkannya dengan konsep perkembangan dan tujuan-tujuan yang lebih jauh
sehingga nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan semacamnya
mulai turut dipertimbangkan.
Sementara itu, dalam perspektif pendidikan nasional, pentingnya bimbingan karier
sudah mulai dirasakan bersamaan dengan lahirnya gerakan bimbingan dan konseling di
Indonesia pada pertengahan tahun 1950-an, berawal dari kebutuhan penjurusan siswa
di SMA pada waktu itu. Selanjutnya, pada tahun 1984 bersamaan dengan
diberlakukannya Kurikulum 1984, bimbingan karier cukup terasa mendominasi dalam
layanan bimbingan dan penyuluhan dan pada tahun 1994, bersamaan dengan
perubahan nama bimbingan penyuluhan menjadi bimbingan dan konseling dalam
Kurikulum 1994, bimbingan karier ditempatkan sebagai salah bidang bimbingan.
Sampai dengan sekarang ini bimbingan karier tetap masih merupakan salah satu
bidang bimbingan. Dalam konsteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, serta kurikulum
KTSP dengan diintegrasikannya pada pengembangan diri dalam kurikulum sekolah,
maka peranan bimbingan karier sungguh menjadi amat penting, khususnya dalam
upaya membantu siswa dalam memperoleh kecakapan vokasional (vocational skill),
yang merupakan salah jenis kecakapan dalam Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill
Education).

2.2.2 Pengertian Bimbingan Karir


Menurut Miller (Syuhada, 1998:15) Bimbingan didefinisikan sebagai suatu proses
pemberian bantuan kepada individu-individu dalam mencapai pemahaman dan
pengarahan diri. Sedangkan karier diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan-
pekerjaan, jabatan-jabatan dan kedudukan yang mengarah pada dunia kerja. Dari
kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir menurut Syuhada
(1998:15) adalah pemberian bantuan kepada individu-individu dalam mencapai
pemahaman dan pengembangan diri dalam bidang karir.
Yusuf & Nurihsan, (2008:48), mendefinisikan bimbingan karier adalah suatu proses
bantuan yang diberikan kepada individu-individu dalam mencapai penanaman dan
pengarahan diri pada pekerjaan atau karir, jabatan dan kedudukan yang dimiliki oleh
individu dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan bermasyarakat.
Bimbingan karier adalah proses bantuan yang diberikan kepada siswa agar dapat
memahami diri, memahami nilai-nilai, memahami lingkungan, mengenal masalah dan
cara mengatasi, serta dapat merencanakan masa depan (Depdikbud, 1991:4).
Sedangkan definisi bimbingan karier menurut Sukardi & Kusmawati (2008:69) adalah
layanan bantuan yang diberikan kepada individu-individu untuk memilih, menyiapkan,
menyesuaikan dan menetapkan dirinya dalam pekerjaan yang sesuai serta
memperoleh kebahagiaan daripadanya. Berkaitan dengan sekolah, bimbingan karier
dapat dipandang sebagai suatu proses perkembangan yang berkesinambungan yang
membantu terutama dalam hal perencanaan karier, pembuatan keputusan,
perkembangan ketrampilan/ keahlian informasi karier, dan pemahaman diri.
Menurut Winkel (dalam Tohirin, 2007:133) menjelaskan bahwa bimbingan karir
merupakan bantuan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan
lapangan pekerjaan atau jabatan (profesi) tertentu serta membekali diri agar siap
memangku jabatan tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan
dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.
Sedangkan Prayitno & Amti (2004:92) menjelaskan bahwa bimbingan karir bermakna
bimbingan yang membantu siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-
masalah yang menyangkut karir tertentu. Bimbingan karier menitikberatkan pada
perencanaan kehidupan seseorang dengan mempertimbangkan keadaan dirinya
dengan lingkungannya agar ia memperoleh pandangan yang lebih luas tentang
pengaruh dari segala peranan positif yang layak dilaksanakannya dalam masyarakat.
Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan respon kepada masalah-masalah
yang muncul, akan tetapi juga membantu memperoleh pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan. Penggunaan istilah karier didalamnya
terkandung makna pekerjaan dan jabatan sekaligus rangkaian kegiatan dalam
mencapai tujuan hidup seseorang.
Dari definisi tersebut diambil kesimpulan, bahwa bimbingan karier adalah suatu proses
bantuan, layanan informasi dan pendekatan terhadap individu/ kelompok individu agar
dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja untuk menentukan
pilihan karier, mampu untuk mengambil keputusan karier dan mengakui bahwa
keputusan tersebut adalah yang paling tepat/ sesuai dengan keadaan dirinya
dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan karier yang akan ditekuninya.

2.2.3 Fungsi dan Tujuan Pelaksanaan Bimbingan Karir


Fungsi Bimbingan Karier di sekolah yakni sebagai salah satu kesatuan proses
bimbingan memiliki manfaat yang dinikmati oleh kliennya dalam mengarahkan diri dan
menciptakan kemandirian dalam memilih karier yang sesuai dengan kemampuan
siswanya.
Sedangkan secara umum tujuan diselenggarakannya Bimbingan Karier menurut
Sukardi & Kusmawati (2008:72) ialah membantu siswa dalam pemahaman dirinya dan
lingkungannya, dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengarahan
kegiatan-kegiatan yang menuju kepada karier dan cara hidup yang akan memberikan
rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya.
Melalui bimbingan karier siswa akan diarahkan dalam mengenal diri dan
kemampuannya untuk memahami diri dan senantiasa mampu meningkatkan
kemampuannya, melatih dalam merencanakan kariernya sehingga dengan demikian
siswa menjadi terlatih dan bersikap dewasa dalam berpikir dan merencanakan
kariernya. Dengan bimbingan karier diharapkan siswa mampu dalam merencanakan
kariernya dan mampu dalam mengambil keputusan yang tepat untuk kariernya
sehingga tercipta adanya sikap yang positif terhadap karier yang akan menjadi
pilihannya.
Menurut pendapat Joedonagoro (dalam Gani, 1987:22), menyatakan Bimbingan Karier
dapat memberikan dorongan-dorongan yang positif, mampu menciptakan sikap
kemandirian dalam memilih karier dan merupakan usaha yang sangat berarti dalam
membentuk kualitas tenaga kerja masa depan.
Tohirin (2007:134) menjelaskan tujuan bimbingan karir di sekolah adalah (a) agar siswa
memperoleh informasi tentang karir atau jabatan atau profesi tertentu, (b) agar siswa
memperoleh pemahaman tentang karir atau pekerjaan atau profesi tertentu secara
benar, (c) agar siswa mampu merencanakan dan membuat pilihan-pilihan karir tertentu
kelas setelah dari pendidikan, (d) agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan karir
yang akan dipilihnya kelas, (e) agar siswa mampu mengembangkan karir setelah
selesai dari pendidikannya.
Dalam bimbingan karir terjadi interaksi antara siswa dengan guru pembimbing yang
dapat memudahkan (Enabling) atau menghambat (Constraining), interaksi akan di
persepsi siswa sebagai yang memudahkan yaitu apabila guru pembimbing (konselor)
memberikan informasi mengenai pendidikan lanjutan dan perencanaan pekerjaan,
menyediakan waktunya untuk berdiskusi dengan siswa di luar jam bimbingan
sehubungan dengan pilihan pendidikan lanjutan dan perencanaan pekerjaan, memberi
alternatif pemecahan masalah kepada siswa untuk memecahkan masalahnya sendiri
sehubungan dengan pendidikan lanjutan dan perencanaan pekerjaan, memberi
kesempatan untuk melakukan eksplorasi pendidikan lanjutan dan perencanaan
pekerjaan dan memberi kebebasan untuk menentukan pilihannya. Sedangkan interaksi
yang di persepsi siswa sebagai menghambat, mempunyai ciri kebalikan dari pola
memudahkan.
Dengan demikian bahwa tujuan pelaksanaan bimbingan karir dilaksanakan di dalam
lingkungan sekolah yakni sebagai suatu proses bantuan, layanan informasi dan
konsultasi siswa dalam mendeteksi dan memantapkan pemahaman diri siswa, layanan
dalam memberikan informasi tentang lingkungan karier dan layanan konsultasi dalam
merencanakan karier siswa, agar siswa mampu untuk menciptakan sikap kemandirian
dalam kebebasan memilih karier, kemantapan diri dalam memilih karier dan
bertanggung jawab terhadap karier yang akan dipilihnya.
2.2.4 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Bimbingan Karier
Agar bimbingan karier dapat berfungsi dengan sebaik- baiknya sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan, maka beberapa pandangan tentang prinsip-prinsip bimbingan
perlu diperhatikan oleh para pembimbing pada khususnya dan administrator sekolah
pada umumnya terutama dalam penyusunan program pelaksanaan layanan bimbingan
karier di sekolah. Menurut Nurihsan & Sudianto (2005:153) menyebutkan bahwa
Secara umum prinsip-prinsip bimbingan karier di sekolah, adalah sebagai berikut:
- Seluruh siswa hendaknya mendapat kesempatan yang sama untuk mengembangkan
dirinya dalam pencapaian kariernya secara tepat.
- Setiap siswa hendaknya memahami bahwa karier itu adalah sebagai suatu jalan
hidup, dan pendidikan adalah sebagai persiapan dalam hidup.
- Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang cukup
memadahi terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan perkembangan sosial pribadi dan
perencanaan pendidikan karier.
- Siswa secara keseluruhan hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman
tentang hubungan antara pendidikannya dan kariernya.
- Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan untuk menguji konsep, berbagai
peranan dan ketrampilannya guna mengembangkan nilainilai dan norma-norma yang
memiliki aplikasi bagi karier di masa depannya
- Program Bimbingan Karier di sekolah hendaknya diintegrasikan secara fungsional
dengan program bimbingan dan konseling pada khususnya. Program materi bimbingan
karier dalam penyampaiannya diintegrasikan dengan materi bimbingan konseling. Hal
ini dilakukan karena bimbingan karier merupakan bagian dari bimbingan.
- Program bimbingan karier di sekolah hendaknya berpusat di kelas, dengan koordinasi
oleh pembimbing, disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat.
Dari beberapa prinsip yang terdapat dalam bimbingan karier tersebut dapat disimpulkan
bahwa, bimbingan karier dalam pelaksanaannya memiliki pedoman yang umum dan
jelas dalam memberikan pelayanan kepada siswanya dalam mendeteksi diri,
memberikan layanan tentang karakteristik dunia kerja sehingga mampu menciptakan
kemandirian siswa dalam menentukan arah pilih karier yang sesuai dengan keadaan
dirinya, agar mampu mencapai kebahagiaan hidup dimasa depan kariernya.
Sedangkan bentuk-bentuk pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dapat diberikan
kepada siswa menurut Tohirin (2007:135-136) adalah layanan informasi tentang diri
sendiri, layanan informasi tentang lingkungan hidup yang relevan bagi perencanaan
karir, layanan penempatan, dan layanan orientasi.

2.3 Hipotesis Penelitian


Adapun hipotesis penelitian ini adalah “terdapat hubungan yang signifikan antara
intensitas mengikuti layanan bimbingan karier dengan wawasan karier siswa kelas IX
SMP Negeri 2 Gorontalo.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu suatu
metode yang menggambarkan secara sistematis dan obyektif tentang hubungan antara
pelaksanaan bimbingan karir terhadap wawasan karir di SMP Negeri 2 Gorontalo.
3.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di SMP Negeri 2 Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan selama 3
bulan
3.1.2 Variabel Operasional
Mengacu pada hipotesis masalah yang diteliti, maka dalam penelitian ini akan dianalisis
dua variabel penelitian yaitu :
Variabel X yaitu pelaksanaan bimbingan karir.
Indikator-indikator yang diperhatikan dari variabel X (bimbingan karir) adalah :
a. Frekuensi siswa mengikuti layanan karir,
b. Ketekunan dalam mengikuti layanan karir,
c. Keaktifan siswa dalam mengikuti layanan karir,
d. Keterbukaan siswa dalam mengikuti layanan karir.
e. Manfaat layanan karier.
Variabel Y adalah wawasan karir di SMP Negeri 2 Gorontalo dengan indikator sebagai
berikut
a. Wawasan tentang diri sendiri,
b. Wawasan tentang dunia kerja,
c. Perencanaan karir,
d. Upaya mengembangkan bakat dan karir.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi anggota populasi dalam penelitian ini adalah siswa
SMP Negeri 2 Gorontalo. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 360 orang siswa.
3.2.2 Sampel
Anggota sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX yang berjumlah 40 orang
siswa, terdiri dari 17 siswa perempuan dan 23 siswa laki-laki.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


3.3.1 Observasi
Sebagai teknik awal digunakan untuk memperoleh data umum obyek penelitian yang
meliputi keadaan siswa, sekolah.
3.3.2 Teknik Kuesioner
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan bimbingan karir
dan wawasan karir siswa. Adapun jenis kuesioner yang terdiri dari 30 buah pernyataan
yang merupakan penjabaran dari indikator dimana masing-masing pernyataan
disediakan 4 alternatif jawaban.
Cara pembobotan angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Jika pernyataannya berbentuk positif ; Selalu = 5, Pada umumnya = 4 Sering = 3,
Kadang = 2, dan tidak pernah = 1
b. Untuk pernyataan yang berbentuk negative; Selalu = 1, pada umumnya =2 Sering
=3, Kadang = 4 dan tidak pernah = 5
3.3.3 Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh melalui angket dianalisis dengan menggunakan analisis
regresi korelasi untuk mengetahui hubungan fungsional antara variabel X dan variabel
Y.
Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data
dengan rumus :

X2 = (Sudjana, 1986:27)

Di mana :
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi teoritik
Langkah berikut adalah mencari persamaan regresi dengan rumus :
Ỳ = a + bx (Sudjana, 1984:301)
Untuk menghitung harga a dan b digunakan rumus :
a = (ΣYi)( ΣX2i) - (ΣXi)( ΣXiYi)
n ΣX21 – ( ΣX1)2
b = nΣ XiYi– (ΣXi)( ΣYi)
n ΣX2i – ( ΣXi)2
Di mana :
a = Konstan
b = Koefisien regresi
ΣX = Jumlah nilai X
ΣY = Jumlah nilai Y
ΣX2 = Jumlah kuadrat nilai X
ΣY2 = Jumlah kuadrat nilai Y
ΣXY = Jumlah produk antara nilai X dan Y
Setelah itu dilanjutkan dengan pengujian koefisien korelasi dengan menggunakan
rumus :
r = n∑XiYi – (∑Xi)(∑Yi)
√{n∑Xi2 – (∑Xi)2 }{n∑Yi2 – (∑Yi)2}

Di mana :
r = Koefisien korelasi
n = Banyak sampel
ΣX = Jumlah nilai X
ΣY = Jumlah nilai Y
ΣX2 = Jumlah kuadrat nilai X
ΣY2 = Jumlah kuadrat nilai Y
ΣXY = Jumlah produk antara nilai X dan Y
Diposkan oleh dzainal arifin di 19.22
Label: Hubungan antara intensitas mengikuti layanan bimbingan karir dengan wawasan
karir

Anda mungkin juga menyukai