Anda di halaman 1dari 4

CATATAN SEKILAS TENTANG PENDIDIKAN, GURU DAN BERBAGAI BEBAN

PROFESINYA
Oleh: Rohmad Widiyanto, M. Hum
Kesulitan atau bahkan kebingungan dalam setiap pembicaraan mengenai pendidikan mungkin
bersumber pada kenyataan bahwa lembaga ini merefleksikan masalah-masalah atau tantangan
mendalam yang dihadapi bangsa Indonesia sebagai Negara berkembang. Pembicaraan mengenai
filsafat dan kebijaksanaan pendidikan selalu dengan sendirinya menuntut kejelasan wawasan masa
lalu, kebutuhan mendesak masa kini dan harapan subjektif masa depan. Jika wawasan terhadap tiga
dimensi kesejarahan dari suatu masyarakat dan suatu negara itu kabur, maka sulitlah diharapkan
suatu filsafat dan kebijaksanaan yang jernih dan mantap.
Pendidikan merupakan lembaga yang sarat dengan beban kesejarahan. Melalui lembaga
pendidikan, suatu masyarakat akan melestarikan nilai-nilai. Suatu masalah yang substansial sifatnya
akan muncul jika suatu masyarakat tidak mampu secara tegas mendefinisikan masa lalunya serta
pertentangan-pertentangan yang terkandung dalam tradisinya.
Dalam jajaran persoalan ini, langkah yang tepat dan paling relevan dengan kondisi masyarakat
Indonesia adalah masalah pembinaan wawasan kebangsaan, kemasyarakatan, dan kehidupan
kenegaraan yang bersatu, serta pemantapan karakter bangsa. Tidak kalah beratnya dengan hal
tersebut, adalah tuntutan mendesak masa kini yang tumbuh secara objektif, baik dari dalam maupun
dari luar. Tekanan penduduk dan penyiapan sumber daya manusia dalam berbagai tingkatannya,
serta perencanaan dan koordinasi dengan bidang-bidang lain dalam kehidupan ekonomi masyarakat
dengan Negara, tentulah mebutuhkan pemetaan persoalan secara jelas.
Sementara itu, kehidupan di luar pendidikan itu sendiri berubah-ubah dan terkadang
menolak untuk diramalkan secara tepat. Kenyataan bahwa Indonesia kini tengah berjuang keras
agar terbebas dari segala bentuk krisis, tentulah tercipta pada dirinya suatu tekanan-tekanan yang
cukup berat. Kesulitan ekonomi yang menimpa Indonesia dan banyak kawasan dunia, dihadapi
dengan sikap keras proteksionis, peningkatan efisiensi dan penataan kembali perekonomian, juga
merupakan pertanda yang bisa tidak bisa haruslah ditangkap maknanya oleh pemikir pendidikan
dan pengelola yang bertanggung jawab atas kelangsungan pendidikan. Dan bukan hanya itu,
perubahan jangka pendek juga menimbulkan implikasi terhadap anggaran, dan oleh satu dan lain
hal pertimbangan, pendidikan yang kadang-kadang terpaksa tidak memperoleh prioritas yang
tinggi, termasuk di dalamnya adalah system penggajian guru yang disamaratakan dengan yang lain.
Bukankah ini suatu pertanda buruk terhadap dunia pendidikan kita, apabila dilihat dilihat dari ketiga
beban kesejarahan di atas.
Masa depan suatu bangsa, sedikit banyak terbebankan pada dunia pendidikan. Ketidakjelasan
secara operasional mengenai masa depan suatu bangsa juga akan mempersulit penegasan filsafat
pendidikan dan pemikahan perangkat kebijakan, sebab pada dasarnya pendidikan adalah tempat
penempaan manusia untuk masa depan, dan masa depan itu secara subjektif menuntut disiplin
dimasa kini. Jika ada pertanyaan siapa penempa manusia itu? Mungkin tidak ada opsi lain kecuali
guru.

DIMENSI DAN SIKAP ETIS YANG TERKANDUNG DALAM PROFESI GURU


Secara tradisional sebutan profesi hanya diperuntukkan bagi jabatan dan bidang kerja tenaga
medis, hokum dan kependetaan. Guru pada perkembangannya dikatakan sebagai profesi karena
jabatan dan bidang kerjanya memang memenuhi syarat untuk disebut sebagai suatu profesi. Jabatan
dan bidang kerja guru bukan sekedar suatu cara untuk memperoleh nafkah atau mencari uang, tetapi
suatu jabatan pelayanan bagi pemenuhan salah satu kebutuhan akan pendidikan. Selain itu jabatan
dan bidang kerja guru memenuhi persyaratan profesi dalam pengertiannya sebagai jabatan dan
bidang kerja yang menuntut pengetahuan dan kondisi khusus.
Untuk dapat menjamin integritas profesionalnya dalam berbagai segi hubungan tersebut,
seorang guru sebagai tenaga edukatif secara professional terikat oleh moral (baik terhadap anak
didik, institusi, maupun teman sejawat), serta berbagai sikap etis profesi yang antara lain sebagai
berikut:

1. Sikap Tanggung Jawab sebagai Pendidik

Tanggung jawab ini meliputi tanggung jawab professional maupun sosial. Guru sebagai
tenaga edukatif dibedakan dari tenaga administrates, karena peran pokoknya sebagai pendidik.
Pendidik berarti pengajar dan Pembina. Kendati pendidikan tidak identik dengan pengajaran,
namun pengajaran merupakan bagian hakiki dari pendidikan, khususnya pendidikan formal di
sekolah. Karena pengajaran penting dari tenaga mendidik, maka sikap dan tanggung jawab pendidik
menuntu dikuasai dan dimilikinya hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas
kepengajaran. Untuk dapat dapat menjadi pendidik yang baik, seorang guru perlu dapat mengajar
dengan baik. Untuk ini, pertama-tama guru dituntut menguasai bahan yang bukan sekedar mampu
menghafal semalam sebelum disajikan di depan kelas. Menguasai bahan berarti memprogram,
mengetahui, memahami, mampu menerapkan, mampu membuat analisa dan sintesis, serta mampu
mengevaluasinya. Untuk itu sebagai konsekuensi dari semua itu, kepada guru dituntut harus
membuat prosem, prota, Silabus, RPP, analisis materi pelajaran, program evaluasi, remedial,
pengayaan, serta analisis hasil evaluasinya.
Selain penguasaan materi pelajaran dan pemilikan ketrampilan mengajar, termasuk dalam
sikap tanggung jawab pendidik adalah adanya usaha untuk memiliki integritas dan kemakmuran
sebagai seorang pendidik. Tidak semua orang pandai mempunyai kualitas sebagai pendidik. Karena
dalam mendidik tidak hanya tergantung pengertian penataran pengetahuan tetapi juga melatih
ketrampilan dan menanamkan nilai-nilai. Seorang pendidik diharapkan mampu memantau
terbentuknya sikap dan pandangan hidup yang benar dalam diri peserta didik. Pendidikan nilai tidak
dapat dilakukan melulu hanya secara kognitif dengan mengacu pada pemahaman nalar saja, tetapi
juga perlu memperlihatkan dimensi afektif (menggerakkan hati) dan konatif (melatih kehendak)
dalam diri peserta didik. Untuk ini keteladanan sendiri mempunyai peran penting. Dimensi
keteladanan ini memang lebih mendesak pentingnya bagi pendidikan nilai di tingkat dasar dan
menengah, karena pada masa ini merupakan masa pembentukan kepribadian anak menuju
kedewasaan.
2. Sikap Adil terhadap Siswa dan Lembaga Pendidikan Tempat Bekerja

Sikap adil merupakan sikap etis yang paling dasar, karena dalam sikap ini terkait tuntutan minimal
perwujudan sikap tanggung jawab. Sikap adil berarti sikap menghormati dan memberikan kepada
orang lain apa yang menjadi haknya. Seorang guru bersikap tidak adil pada siswanya misalnya
dalam pemberian tugas dan penilaiannya ia dipengaruhi oleh keterlibatan emosional (baik yang
negative dalam bentuk sentiment pribadi maupun yang positif dalam bentuk penganakemasan)
terhadap pribadi itu, yang oleh T Person dinyatakan perlu ada pada pemegang setiap profesi.
Bersikap adil terhadap lembaga pendidikan tempat guru bekerja berarti melaksanakan tugas
dan kewajiban sesuai dengan aturan pada masing-masing instansi.
Memang sikap adil dari guru terhadap ekolah tempat ia bekerja biasanya dapat terjadi kalau
diimbangi dengan oleh sikap adil pemerintah terhap gurunya. Kalau kesejahteraan guru
sebagaimana menurut ukuran kewajaran yang dapat dituntut tidak diperhatikan, maka cukup sulit
untuk mengharapkan agar para guru bersikap adil terhadap sekolah tempat ia bekerja.

3. Sikap Cinta Terhadap Profesi dan Terhadap Ilmu yang Diajarkan

Berbeda dengan kedua sikap etis sebelumnya yang mengikat guru sebagai suatu kewajiban.
Sikap etis yang ketiga lebih merupakan suatu kemajuan yang kalau dimiliki dapat menunjang
pelaksaan tugasnya. Sikap cinta tidak pernah dapat dipaksakan, tetapi pantas untuk dikejar dan
dicita-citakan serta diusahakan terwujudnya.
Seorang guru diharapkan mempunyai sikap cinta terhadap profesinya. Karena sikap cinta
terhadap profesi akan mendorong munculnya semangat dan dedikasi dalam melaksanakan tugasnya
yang diemban. Karena guru merupakan salah satu profesi yang tidak memiliki gengsi social tidak
terlalu tinggi, tanpa adanya idealisme tidak banyak yang sungguh berminat menjadi guru. Karena
tidak disertai kecintaan terhadapnya, kadangkala menjadikan profesi guru hanya sebagai sarana
mencari nafkah dan bukan suatu cara hidup. (a way of making money, and not way of life).
Mencintai profesi sebagai guru berarti menemukan kebahagiaan hidup dalam mengajar, mendidik
siswa dalam menyebar luaskan pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai