Anda di halaman 1dari 3

Nama : Adelia Mauritia Shalsa (1192451008)

Putri Tasyaa Muri Handayani ( 119351031)


BK Reguler C 2019
Tugas rutin Profesi Pendidikan halaman 80 (BAB 3)
1. Dewasa ini sering diberitakan di koran terjadinya tawuran antar pelajar di kota – kota. Menurut
Anda faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya tawuran tersebut? kemudian jelaskan apa
usaha yang dapat dilakukan oleh organisasi profesi guru untuk menanggulangi permasalahan itu?
Jawab : Salah satu faktor penyebab terjadinya tawuran antarpelajar ialah ketidakmampuan
orangtua dalam menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya dalam melindungi anak.
Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di
dalam diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi
eksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya
4 faktor psikologis mengapa seorang remaja terlibat perkelahian pelajar. Berikut ini saya
akan memaparkan beberapa solusi alternative yang mungkin akan dapat berguna untuk
mengurangi tawuran antar pelajar ini:
- Para Siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan
selesai jika penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.
- Lakukan komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk
mengajarkan cinta kasih.
- Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan
orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
- Ajarkan ilmu sosial Budaya, ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar
khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.

2. Dalam rangka peningkatan mutu profesi keguruan dewasa ini, lebih banyak program yang
direncanakan dan diselenggarakan oleh organisasi sendiri? Menurut pendapat Anda manakah
yang lebih efisisen, diselenggarakan oleh pemerintah atau oleh organisasi profesi sendiri?
Berikan alasan anda yang lengkap!
Jawab : Disamping PGRI yang salah satu organisasi yang diakui oleh pemerintah juga
terdapat organisasi lain yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang
didirikan atas anjuran Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya, organisasi
ini tidak ada kaitan yang formal dengan PGRI. Selain itu ada juga organisasi profesional
guru yang lain yaitu ikatan serjana pendidikan indonesia (ISPI), yang sekarang suda
mempunyai nanyak devisi yaitu Ikatan Petugas Bimbingan Belajar (IPBI), Himpunan
Serjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HSPBI), dan lain-lain, hubungannya secara
formal dengan PGRI juga belum tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan
kerjasama yang saling menunjang dalam meningkatkan mutu anggotanya. Dengan adanya
keragaman bentuk dan corak serta struktur dan kedudukan Organisasi Profesi
Kependidikan/Keguruan seperti telah dipaparkan di muka, dengan sendirinya
keanggotaan Organisasi Profesi Kependidikan ini beragam pula. Akan tetapi pada
umumnya Organisasi profesi kependidikan yang bersifat asosiasi atau persatuan langsung
dari setiap pribadi pengemban profesi yang bersangkutan. Sedangkan keanggotaan
organisasi profesi kependidikan yang bersifat federasi cukup terbatas oleh pucuk
organisasi yang berserikat saja.

3. Kembangkan dalam kelompok anda satu gagasan atau ide tentang sikap guru terhadap
implementasi kurikulum dengan issu “sikap guru profesional terhadap kelanjutan impelementasi
Kurikulum 2013(maksimal 4 di halaman Kuarto) yang didukung oleh data faktual dan
dipresentasikan secara berkelompok didepan kelas
Jawab : Dewasa ini pengembangan dunia pendidikan dihadapkan kepada perkembangan
yang pesat tentang ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi, yang ditandai
dengan semakin luasnya imformasi dari berbagai belahan bumi. Namun di sisi lain
peradaban kehidupan terdapatnya esensi nilai yang harus dipertahankan, yang
menyangkut tatanan sosial. Oleh karena itu, sistem pendidikan dan perbaikan kurikulum
dan sistem pendidikan tak bisa ditawar-tawar lagi. Sistem pendidikan kontekstual dengan
pendekatan demokratic teaching merupakan alternatif yang diambil secara nasional di
bidang pengajaran.
Pengembangan kurikulum 2013 dilakukan karena adanya tantangan internal maupun
tantangan eksternal (Kemendikbud 2013a). Tantangan internal terkait tuntutan
pendidikan yang mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan dan faktor perkembangan
penduduk Indonesia. Tantangan eksternal berkaitan dengan tantangan masa depan,
kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan
pengetahuan dan pedagogik, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.
Kompetensi guru bukan saja menguasai apa yang harus dibelajarkan (content) tapi
bagaimana membelajarkan siswa yang menantang, menyenangkan, memotivasi,
menginspirasi dan memberi ruang kepada siswa untuk melakukan keterampilan proses
yaitu mengobservasi, bertanya, mencari tahu, merefleksi sebagaimana dinyatakan filosof
Betrand Russel, “More important than the curriculum is the question of the methods of
teaching and the spirit in which the teaching is given”. Kurikulum penting, tetapi yang
tak kalah pentingnya juga adalah bagaimana strategi membelajarkan dan spiritnya.
Dengan strategi pembelajaran yang tepat dalam mengimplementasikan kurikulum disertai
dengan spirit pendidikan yang selalu menggelora pada setiap guru atau pendidik dan
peserta didik, maka proses pendidikan itu sendiri tidak terlepas dari rohnya. Kesiapan
guru di lapangan akan menjadi faktor penentu implementasi kurikulum baru. Betapapun
komprehensif perencanaan pemerintah (kurikulum) pada akhirnyasemua akan bergantung
pada mutu dan kulaitas guru di lapangan. Konsep kesiapan guru sebagai kemampuan dan
kemauan (ability and¬ willingness) guru untuk memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan perilaku mereka sendiri. . Guru harus selalu berusaha menyesuaikan diri
dengan kurikulum baru yang dibuat pemerintah. Dengan demikian, kompetensi dan
kesiapan guru dalam mengimplementasikan peraturan dan kebijakan pembaharuan
kurikulum pendidikan di atas perlu dipertimbangkan.
Elemen yang terkait dalam program pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
sekaligus sebagai variabel yang turut menentukan terimplementasi system pendidikan
nasional pada suatu sekolah, yaitu proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
Guru merupakan unsur yang dominan sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran di kelas.
Kurikulum baru menuntut guru untuk melaksanakan pembelajaran yang berbasis tematik
integratif. Selain itu, dalam kompetensi pedagogik, guru dituntut untuk memahami
karateristik peserta didik, sehingga guru dapat menerapkan pendidikan karakter secara
spontan dalam setiap proses pembelajaran agar siswa dapat memenuhi kompetensi sikap.
Oleh karena itu, pembelajaran pendekatan sain atau Saintific Learning Aproach tidak
hanya kegiatan komunikasi resifrokal, tetapi guru dituntut memliki keesiapan
(kemampuan dan kemauan) memanfaatkan media pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai