Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH STRATEGI BELAJAR

MATEMATIKA

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd.

Disusun Oleh :

Fransiska Sirait ( 4183311026 )


Melissa Ananda.T ( 4181111052)
Nurul Intan Lestari ( 4181111025 )
Matematika Dik’B 2018

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGEAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah mata kuliah Strategi
Belajar Matematika. Penulis berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd.
selaku dosen yang bersangkutan yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama
proses pembelajaran mata kuliah ini.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih. Semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, September 2019

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................................. 1
B. TUJUAN ........................................................................................................................ 2
C. MANFAAT .................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. TEORI PIAGET ........................................................................................................... 3
B. TEORI BRUNER .......................................................................................................... 5
C. TEORI GESTALT ........................................................................................................ 8
BAB III.................................................................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................................... 12
A. KESIMPULAN ........................................................................................................... 12
B. SARAN ......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ........................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan


yang paling penting. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami peserta didik. Belajar yang disadari
atau tidak, sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari
buku atau dari media elektronik, belajar di sekolah, rumah, lingkungan kerja atau masyarakat.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Definisi lainnya yaitu, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari pengertian
tersebut diketahui bahwa belajar memang selalu berkaitan dengan perubahan, baik yang
meliputi keseluruhan tingkah laku maupun yang hanya terjadi pada beberapa aspek dari
kepribadian individu.
Didunia pendidikan guru memiliki peran penting dalam pencapaian
tujuan pembelajaran. Guru memberikan pelayanan agar peserta didik belajar. Proses belajar
mengajar yang dilaksanakan harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
menjadikan siswa lebih aktif dibandingkan guru ( student dominated class). Akan tetapi, pada
umumnya mayoritas guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional.
Guru lebih berperan aktif dibandingkan dengan peserta didik (teacher dominated class).
Hal ini dapat menghambat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik
peserta didik.Peserta didik tidak dibiasakan berpikir kritis, dan kreatif. Hal ini juga dapat
dipandang bahwa belajar hanya merupakan proses transfer pengetahuan yang dimiliki guru ke
peserta didik, bukan membantu untuk mengembangkan penalaran berpikir dan pemahaman
konsep peserta didik. Menanggapi masalah tersebut diperlukan suatu teori belajar yang dapat
mengembangkan potensi, penalaran berpikir, dan pemahaman konsep peserta didik, sehingga
menjadikan peserta didik lebih aktif dibandingkan dengan guru.Berdasarkan uraian diatas
penulis memandang perlunya menanggapi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, pada

1
makalah ini akan dibahas beberapa teori belajar, yaitu teori belajar Piaget,Bruner,
danGestalt. Makalah ini menyajikan bagaimana proses pembelajaran menurut Piaget,
Bruner, dan Gestalt, dan implikasinya pada pembelajaran.

B. TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui:


1. Proses pembelajaran menurut Piaget
2. Proses pembelajaran menurut Bruner
3. Proses pembelajaran menurut Gestalt

C. MANFAAT

Adapun manfaat makalah adalah:


1. Menambah wawasan tentang proses pembelajaran Piaget,Bruner, dan Gestalt
2. Dapat dijadikan sebagai masukan bagi pembaca untuk menerapkan proses
pembelajaran Piaget, Bruner, Gestalt

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI PIAGET

Piaget (1896-1980) lahir di Swiss. Pada awal mulanya ia ahli biologi, dan dalam usia
21 tahun sudah meraih gelar doktor. Ia telah berhasil menulis lebih dari 30 buku bermutu,
yang bertemakan perkembangan anak dan kognitif.16 Pengaruh pemikiran Jean Piagert baru
mempengaruhi masyarakat, seperti di Amirika Serikat, Kanada, dan Australia baru sekitar
tahun 1950-an. Menurut Bruno (dalam Muhibin Syah), hal ini disebabkan karena terlalu
kuatnya cengkeraman aliran Behaviorisme gagasan Watson (1878-1958).

1. Belajar menurut Teori Kognitif Jean Piaget


Kecerdasan adalah proses adaptasi terhadap lingkungan. Struktur kognitif seperti
halnya struktur biologi, bukan ketentuan yang sudah ada sebelumnya, tidak di dalam pikiran
orang maupun diluar sebagaimana kita mengorganisasikannya.Kecerdasan atau inteligensi
indiividu tumbuh dan berkembang melalui interaksi dengan lingkungannya.Kontak dengan
lingkungan fisik perlu karena interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber
pengetahuan baru.
Piaget juga membahas tentang belajar dan kecerdasan.Kecerdasan merupakan
mekanisme yang dengannya individu berinteraksi dengan lingkungan. Belajar menurut piaget
sama dengan pengetahuan yang terjadi ketika individu dan objek luluh menjadi satu dan tak
terpisahkan. Inti teori piaget ada 3 yakni, pertama pengetahuan itu bukan satuan objektif yang
ada di lingkungan. Kedua, pertumbuhan kecerdasan bergantung pada pembentukan struktur
baru dari struktur sebelumnya dan merupakan bagian adaptasi inteligensi dengan
lingkungan.Ketiga, 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif.
Hal tersebut diuraikan oleh Ormrod antara lain pertama, anak-anak adalah pebelajar
yang aktif dan termotivasi; Kedua, anak-anak mengonstruksi pengetahuan mereka
berdasarkan pengalaman; ketiga, anak-anak belajar melalui dua proses yang saling
melengkapi, yakni asimilasi dan akomodasi; keempat, interaksi anak dengan lingkungan;
kelima, proses ekuilibrasi mendorong kemampuan kearah kemampuan berpikir kompleks; dan
ketujuh, sebagai salah satu akibat dari perubahan kematangan di otak, anak-anak berpikir
dengan cara yang secara kualitatif berbeda pada usia yang berbeda.

3
Sumber: Buku Teori Belajar & Pembelajaran Impementasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
di SMP, SMA, dan SMK. Oleh : Firmina Angela Nai. ISBN: 978- 602-401- 964- 8

2. Tahap-tahap Perkembangan Teori belajar Piaget

1. Tahap sensorimotor: dari kelahiran sampai umur 2 tahun, bayi memahami lingkungan
sekitar dengan cara mengoordinasikan sensori (melalui penglihatan dan pendengaran),
dengan tindakan sensori (meraih, menyentuh, merasakan) sehingga disebut tahap
sensori motor.
2. Tahap pra-operasional: umur 2-7 tahun, anak pada usia ini mulai merepresentasikan
pengalaman sehari-hari melalui kata-kata, simbol dan gambar. Dua hal tersebut
menandakan pemikiran simbolik yang semakin maju dan melampaui hubungan
informasi sensori dan tindakn fisik.
3. Tahap operasional konkrit: umur 7-11/12 tahun, pada masa ini individu memahami
bahwa sudut pandang dan perasaan yang mereka alami, tidak selalu juga dialami oleh
orang lain.
4. Tahap operasional formal: umur 12 tahun hingga dewasa, pada masa ini proses
penalaran logis diterapkan ke ide-ide abstrak dan objek konkret. Anak dan remaja
mulai dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep dan mulai mengambil
keputusan berdasarkan pengalaman, berpikir lebih abstrak idealis dan logis.

Sumber:Buku Psikologi Pendidikan (Aplikasi Teori di Indonesia, oleh : Faizah, S.Psi, M.Psi,ulifa Rahma,S.Psi, M.Psi, dan
Yuliezar Perwira Dara, S.Psi, M.Psi. ISBN : 978-602-432-341-7

3. Implikasinya Dalam Pendidikan


a. Belajar belum terpusat pada struktur kognitif dari murid
b. Murid dari usia yang sama berasal dari kebudayaan yang sama cenderung mempunyai
struktur kognitif yang sama.
c. Materi belajar yang tidak dapat diasimilasikan struktur kognitif anak akan tidak
mempunyai arti bagi anak.
d. Bila materi seluruhnya dapat diasimilasi, maka tidak akan ada terjadi belajar.
e. Untuk terjadi belajar maka bahan yang disajikan harus sebagian dikenal dan sebagian
tidak dikenal.
f. Bagian dikenal akan diasimilasi, dan tidak dikenal perlu modifikasi dalam struktur
kognitif anak, ini adalah akomodasi dan ini sama dengan belajar.
4
g. Jadi pendidikan optimal adalah bila ada tantangan bagi siswa, sehingga proses
asimilasi dan akomodasi dapat mengembangkan intelegensi.
h. Untuk menciptakan pendidikan yang optimal itu guru harus mengerti sampai batas
mana tingkat berfungsinya setiap struktur kognitif dari muridnya.
i. Oleh karena tingkat perkembangan struktur kognitif murid bervariasi, maka materi
untuk merangsang perkembangan inteligensi murid juga harus bervariasi, maka
pendidikan harus bersifat individu.

Sumber: Materi Dasar Pendidikan Program Bimbingan Dan Konseling Di Perguruan Tinggi, Buku IIC Psokologi Belajar,
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus
1982/1983.

B. TEORI BRUNER
Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915)
dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang
memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan
berfikir. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir
dan pencipta informasi.
Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, di mana murid
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41). Metode
Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses inturuf
untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi
bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan
beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery
itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert
B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik,
dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar
perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta didik pada tahap eksplorasi.
Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana
peserta didik dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau
pengerlian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar
peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Sumber : Buku Teori dan Aplikasi Pembelajaran Terpadu karya Dr. Ibadullah Malawi, M.Pd., Dr. Ani
Kadarwati, M.Pd., Dian Permatasari Kusuma Dayu, M.Pd.
5
1. Tahap Pembelajaran Teori Bruner
Menurut Bruner dalam Irawan (2001:27-28) teori psikologi kognitif disebut “teori
belajar penemuan” dan prosesnya melalui tahap-tahap:
a) Proses belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara kita mengatur materi, dan bukan
ditentukan oleh umur siswa.
b) Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap yang ditentukan oleh caranya melihat
lingkungan, yaitu:
1. Enaktif, seseorang melakukan aktifitas-aktifitas individu untuk memahami
lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahuan motorik, atau seorang siswa melakukan observasi dengan
cara mengalami secara langsung atau realitas. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan,
pegangan, melalui percobaan.
2. Ikonik, siswa melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Siswa
melakukan observasi terhadap suatu realitas, tetapi tidak dengan secara langsung
mengalami, ia cukup melakukannya melalui sumber-sumber sekunder seperti
tulisan/gambar-gambar/ melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan
(komparasi).
3. Simbolik, proses belajar untuk memahami gagasan-gagasan yang abstrak. Siswa
membuat abstraksi berupa teori-teori, penafsiran, analisis terhadap realitas yang telah
ia amati dan alami.

Selain ciri umum yang sudah dijelaskan di atas, teori kognitif Bruner ini dalam
aplikasi praktisnya sangat membebaskan pembelajar untuk belajar sendiri. Karena itulah teori
Bruner ini dianggap sangat cenderung bersifat “discovery” (belajar dengan cara menemukan),
juga disebut “kurikulum spiral Bruner”, karena banyak menuntut pengulangan-pengulangan.

Sumber :Buku Belajar & Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning karya Dr. Sri Hayati, M.Pd.

Sehingga, secara sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan
symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau
kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain)
ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan kesermbangan pada gambar atau
bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase
svmbolic (Syaodih, 85:2001).
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning, pendidik berperan sebagai
6
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat pendidik harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145).
Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya pendidik
harus memberikan kesempatan peserta didiknya untuk menjadi scorang problem solver,
seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode Discovery Learning bahan ajar
tidak disajikan dalam bentuk akhir, peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai “kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

Sumber : Buku Teori dan Aplikasi Pembelajaran Terpadu karya Dr. Ibadullah Malawi, M.Pd., Dr. Ani
Kadarwati, M.Pd., Dian Permatasari Kusuma Dayu, M.Pd.

2. Tiga Proses Kognitif dalam Belajar


Menurut Bruner, ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yakni:
1) Proses perolehan informasi baru (informasi)
2) Proses mentransformasikan informasi yang diterima (transformasi)
3) Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (evaluasi)

Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui kegiatan membaca, mendengarkan


penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengarkan audiovisual dan lain-
lain. Proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita
memperlakukan pengetahuan yang sudah ditcrima agar sesuai dengan kebutuhan.Informasi
yang diterima dianalisis, diproses atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu
saat dapat dimanfaatkan. Menurut Bruner, pembentukan konsep dan pemahaman konsep
merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang
berbeda pula.

Sumber : Buku Belajar & Pembelajaran Modern karya Muhammad Fathurrohman

3. Penerapan Teori Bruner


Secara umum, teori penemuan Bruner ini bila diaplikasikan mengikuti pola sebagai
berikut:
1) Menentukan tujuan-tujuan instruksional.
2) Memilih materi pembelajaran.

7
3) Menentukan topik-topik yang bisa dipelajari secara induktif oleh pembelajar
(secara sederhana, belajar secara induktif menuntut pembelajar belajar dari
contoh-contoh, kemudian menyimpulkan sendiri konsep-konsep pengetahuan
yang tersirat dalam contoh-contoh itu ).
4) Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dan sebagainya yang dapat digunakan
pembelajar untuk belajar.
5) Mengatur topik-topik pelajaran sebaik rupa sehingga urutan topik itu bergerak
dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak, dari yang sederhana ke yang
lebih kompleks, dari tahap enaktif, ikonik, sampai ketahap simbolik, dan
seterusnya.
6) Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Sumber :Buku Belajar & Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning karya Dr. Sri Hayati, M.Pd.

C. TEORI GESTALT
Teori gestalt adalah Field theory dalam fisika yang dikenal dalam masalah-masalah
psikologis. Frield adalah sistem organisasi yang dinamis, dimana setiap bagiannya
memperngaruhi bagian-bagian lainnya, saling bergantung, dapat dilihat sebagai field, dan
organisme sendiri adalah sebagai sistem orang akan mempengaruhi penghayatannya.

Sumber: Materi Dasar Pendidikan Program Bimbingan Dan Konseling Di Perguruan Tinggi, Buku IIC Psokologi Belajar,
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus
1982/1983.

1. Hukum Gestalt

Menurut aliran gestalt ada satu hukum pokok, yaitu Hukum Pragnanz yaitu suatu
prinsip yang menyatakan kecenderungan terhadap apapun yang dipandang untuk menerima
kemungkinan kondisi yang paling baik.Hukum pragnanz digunakan sebagai petunjuk prinsip
dalam mempelajari persepsi belajar dan ingatan.dan 3 hukum tambahan (subsider) yang
tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu Hukum Kesamaan, Hukum Kedekatan dan
Hukum Ketertutupan. Dalam bukunya yang berjudul "Investigation of Gestalt Theory"
(1923), Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt sebagai berikut:

a) Hukum Keterdekatan (law of proximity)


Dalam kita mengamati, obyek-obyek yang berdekatan satu sama lain akan nampak
8
sebagai satu unit persepsi. Dengan demikian hal-hal yang saling berdekatan dalam
waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.
b) Hukum Ketertutupan (law of closure)
Menyatakan bahwa kita mempunyai tendensi untuk melengkapi atau mengisi
pengalaman-pengalaman yang tidak lengkap, agar menjadi lebih berarti. Atau hal-
hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
c) Hukum Kesamaan (law of equivalence)
Dalam kita melakukan pengamatan, maka obyek-obyek yang mempunyai
kemiripan (similarity) satu sama lain akan diorganisir ke dalam satu persepsi.
Dengan kata lain hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan
sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.
Sumber:Laurens Marcella Joyce.2005.arsitektur dan perilaku manusia.surabaya.gramedia widiasarana

2. Konsep Teoritis Utama


Adapun konsep teoritis utama yaitu:
1. Teori Medan
Psikologi gestalt dapat dianggap sebagai usaha untuk mengaplikasikan flield
theory dari fisika ke problem psikologi. Psikologi gestalt menggunakan konsep
medan ini di banyak level,gestalten itu sendiri, misasnya, dapat dianggap sebagai
medan-medan kecil, lingkungan dipresepsi dapat dianggap sebagai suatu medan,
dan seseorang dapat dianggap sebagai sistem yang saling terkait secara dinamis.
2. Nature Versus Nurture
Behavioris cenderung melihat otak sebagai penerima pasif terhadap sensasi
yang pada gilirannya akan menghasilkan respon.menurut pendapat behavioris ,
otak adalah semacam papan penghubung yang kompleks. Kata behavioris, sifat
manusia ditentukan oleh apa-apa yang kita alami.
3. Hukum Pragnanz
Hukum pragnanz dipakai oleh gestaltis sebagai prinsip pedoman mereka dalam
meneliti persepsi, belajar dan memori. Belakangan ia juga diaplikasikan ke
personalitas dan psikoterapi.
4. Otak Dan Pengalaman Dasar
Otak adalah sistem fisik, otak menciptakan medan yang mempengaruhi
informas yang masuk kedalamnya, seperti medan magnet mempengaruhi partikel
logam.medan kekuatan inilah yang mengatur pengalaman sadar. Apa yang kita
alami secara sadar adalah informasi sensoris setelah ia dikelolah oleh medan

9
kekuatan dalam otak.
5. Realitas Subjektif Dan Objektif
Menurut teoretisi gestalt, yang menentukan perilaku adalah kesadaran atau
realitassubjektif, dan fakta ini mengandung implikasi penting. Menurut teoretisi
gestalt, hukum pragnanz bukan hanya satu-satunya hal yang mengubah dan
memberi makna pada apa-apa yang kita alami secara fisik.

Sumber: Theories Of Learning ( Teori Belajar) , Oleh B.R Hergenhahn Dan Matthew H . Olson ,
Tahun 2009, Penerbit Prenada Media Group, Kota Terbit Jakarta

3. Aplikasi Dalam Teori Gestalt


Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

a) Pengalaman tilikan (Insight)

Bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku yaitu


kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.

b) Pembelajaran yang bermakna (Meaningful learning)

Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan


dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin
efektif sesuatu yang dipelajari.

c) Perilaku bertujuan (Purposive behavior)

Bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat
hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin
dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal
tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami
tujuannya.

d) Prinsip ruang hidup (Life Space)

Bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia


berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan
dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

10
e) Transfer dalam Belajar

Pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi


lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan
pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian
menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Juga
menekankan pentingnya penangkapan prinsipprinsip pokok yang luas dalam
pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi).

Sumber: Buku belajar dan pembelajaran oleh husamah,dkk. 2018,universitas muhammadiyah malang
dikota malang

4. Penerapan Teori Gestalt Dalam Kegiatan Belajar Mengajar


Penerapan teori ini terlihat dalam penyusunan kurikulum, metode mengajar
serta dalam strategi penyampaian pelajaran.
a. Penerapan teori gestalt dalam penyusunan kurikulum
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk SD/MI juga dipengaruhi
oleh teori gestalt. Dalam KTSP, kurikulum SD/MI untuk kelas rendah, yakni kelas
I/III dilaksanakan dengan pembelajaran tematik atau terpadu. Dalam pembelajaran
tematik/terpadu, setiap mata pelajaran tidak dilaksanakan secara terpisah, akan
tetapi pembelajaran dilaksanakan secara terpadu melalui tema tertentu.
b. Penerapan teori gestalt dalam penggunaan metode pembelajaran
Teori gestalt telah banyak dijadikan dasar dalam penggunaan metode
pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan concept. Map (peta konsep)
merupakan salah satu metode pembelajaran yang didasarkan pada teori gestalt.
Pembelajaran melalui concept, map, guru sebelum menyampaikan materi secara
rinci, guru menyampaiakan peta konsep yang menunjukkan hubungan antar pokok
materi yang satu dengan lainnya, sehingga hubungan antar pokok materi tersebut
membentuk sebuah satu kesatuan.

Sumber: Psikologi Belajar , Oleh Lilik Sriyanti Tahun 2003 , Penetrbit Ombak , Dan Kota Terbit
Yogyakarta

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem
makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi
mereka.Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimilasi dan
akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru kedalam
pengetahuan mereka yang sudah ada.Sedangkan akomodasiterjadi ketika individu
menyesuaikan diri dengan informasi baru.Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi
perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif.Salah satu model instruksional kognitif yang
sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan
(Discovery learning). Sedangkan Gestalt dikenal dalam masalah-masalah psikologis. Frield
adalah sistem organisasi yang dinamis.

B. SARAN

Seorang guru harus memiliki pemahaman yang luas tentang teori-teori khususnya
pada pelajaran matematika. Seorang guru harus bisa memanfaatkan media pembelajaran, dan
memperdalam pengetahuan tentang media pembelajaran demi mendukung tercapainya tujuan
yang diinginkan,dan mendapatkan siswa dan siswi yang berprestasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nai, F. A., 2017. Teori Belajar & Pembelajaran Impementasinya dalam


Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP, SMA, dan SMK. Yogykarta: Deepublish

Faizah, dkk.,2017. Psikologi Pendidikan (Aplikasi Teori di Indonesia). Malang: UB


Press

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi


Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus 1982/1983. 1983. Materi Dasar Pendidikan
Program Bimbingan Dan Konseling Di Perguruan Tinggi, Buku IIC Psokologi Belajar.
Jakarta: Depdikbud RI

Fathurrohman, Muhammad. 2017. Belajar & Pembelajaran Modern. Yogyakarta :


Garudhawaca
Hayati, Sri. 2017. Belajar & Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning. Magelang
: Graha Cendekia
Malawi, Ibadullah., Ani Kadarwati., dan Dian Permatasari Kusuma Dayu. 2019. Teori
dan Aplikasi Pembelajaran Terpadu. Jawa Timur: CV.AE MEDIA GRAFIKA
Sriyanti, Lilik. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Ombak.
Hergenhahn, B.R, Olson, Matthew,H., 2009, Theories Of Learning (Teori Belajar).
Jakarta:prenada media group
Husamah, dkk., 2018. Belajar Dan Pembelajaran. Malang:Universitas
Muhammadiyah Malang
Laurens Marcella Joyce.2005.Arsitektur Dan Perilaku Manusia.Surabaya.Gramedia
Widiasarana

13
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
BERDASARKAN TEORI GESTALT

Satuan Pendidikan : Sekolah


Menengah Atas Mata Pelajaran :
Matematika
Kelas / Semester : X / Ganjil
Alokasi Waktu : 45 menit

I. Standar Kompetensi : 1. Memecahkan masalah yang berkaitan


dengan
bentuk pangkat, akar, dan logaritma.
II. Kompetensi Dasar : 1.1 Menggunakan aturan pangkat, akar, dan
logaritma.
III. Indikator:
1. Menyederhanakan bentuk suatu bilangan berpangkat
2. Mengubah bentuk pangkat negatif dari suatu bilangan ke bentuk

pangkat pisitif dan sebaliknya

IV. Tujuan Pembelajaran


Setelah pembelajaran, siswa diharapkan mampu :
a. Siswa dapat menyederhanakan bentuk suatu bilangan berpangkat
b. Siswa dapat Mengubah bentuk pangkat negatif dari suatu bilangan
ke bentuk pangkat pisitif dan sebaliknya

V. Materi Pembelajaran: Bentuk pangkat, akar dan logaritma

VI. Model / Metode Pembelajaran:


a. Model :Model Pembelajaran berdasarkan teori psikologi gestalt
b. Strategi :Siswa Belajar Aktif
c. Metode :Ceramah , diskusi, presentasi, dan tanya jawab

14
VII. Kegiatan Pembelajaran

Tahap Kegiatan Pembelajaran Metode Alokasi


Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Pembelajaran Waktu

KEGIATAN PENDAHULUAN
Fase I: Menyiapkan Apersepsi: 5 Menit
Siswa Guru Siswa Ceramah
menyampaikan mendengarkan
materi pelajaran penjelasan guru
yang akan dipelajari
hari ini
Guru Siswa Ceramah
menyampaikan Mendengarkan
tujuan penjelasan guru
pembelajaran yang
dicapai siswa
setelah kegiatan

pembelajaran
berakhir. Ceramah
Guru Memotivasi Siswa mendengar
peserta didik motivasi guru
dengan memberi
penjelasan tentang
pentingnya

mempelajari materi
bentuk pangkat.
KEGIATAN INTI

FaseII: Sajian Guru memberikan Siswa mengerjakan Penugasan 10 menit


Informasi soal kepada siswa soal yang diberikan
terkait tentang oleh guru sesuai
materi bentuk dengan batas waktu

pangkat untuk yang diberikan

15
dikerjakan secara
individu
Guru membahas Siswa Pemecahan
soal yang diberikan memperhatikan Masalah
kepada siswa serta penjelasan dari guru
menjelaskan sesuai dan bertanya pada
dengan materi guru jika belum
bentuk pangkat paham.
Guru memberikan Siswa mengerjakan
contoh soal contoh soal Ceramah
Fase III: Guru membentuk Siswa Tanya 20 menit
Latihan Terbimbing kelompok kecil di membentuk Jawab
kelas secara kelompok kecil

heterogen.
Setiap kelompok
beranggota 4 – 5
siswa

Setiap kelompok
diberi soal untuk Siswa bekerja
Diskusi
dikerjakan bersama sama mengerjakan
soal
kelompoknya
yang diberikan guru
sesuai dengan
waktu yang telah
ditentukan

Setiap kelompok Diskusi


Siswa
diminta untuk
mempresentasikan mempresentasikan
hasil diskusi
jawabannya sesuai
mereka
dengan nomor tugas
yang diminta guru

Kegiatan Penutup

Fase IV: Guru memberikan Siswa mengerjakan Penugasan 5 menit


16
Latihan Mandiri post test,5 soal soal yang diberikan
kepada siswa untuk guru secara mandiri
dikerjakan dalam
waktu 10 menit
Fase V: Guru bersama siswa Siswa Ceramah 3 menit
Evaluasi Menyimpulkan menyimpulkan
materi yang sudah materi yang
dipelajari hari ini. dipelajari
Fase VI: Guru memberikan Siswa Ceramah 2 menit
Refleksi refleksi kepada mendengarkan
siswa. penjelasan guru
Guru
Menyampaikan
pesan moral

VIII. Sumber & Media Pembelajaran

a. Sumber
Pembelaj
aran :

Marwanta dkk. Matematika SMA kelas X. yudistira


b. Media Pembelajaran :
Buku paket

LKS

17
IX. Penilaian
a. Prosedur :- Penilaian proses
- Penilaian akhir
b. Jenis Penilaian :- Tes
- Non tes
c. Bentuk Instrumen :- Soal uraian
- Pedoman sikap

d. Tindak Lanjut :- Remidi (diberikan pada siswa yang nilainya di


bawah KKM)
- Pengayaan (diberikan pada siswa
yang nilainya di atas KKM

18

Anda mungkin juga menyukai