MATEMATIKA
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd.
Disusun Oleh :
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGEAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah mata kuliah Strategi
Belajar Matematika. Penulis berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd.
selaku dosen yang bersangkutan yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama
proses pembelajaran mata kuliah ini.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih. Semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
makalah ini akan dibahas beberapa teori belajar, yaitu teori belajar Piaget,Bruner,
danGestalt. Makalah ini menyajikan bagaimana proses pembelajaran menurut Piaget,
Bruner, dan Gestalt, dan implikasinya pada pembelajaran.
B. TUJUAN
C. MANFAAT
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI PIAGET
Piaget (1896-1980) lahir di Swiss. Pada awal mulanya ia ahli biologi, dan dalam usia
21 tahun sudah meraih gelar doktor. Ia telah berhasil menulis lebih dari 30 buku bermutu,
yang bertemakan perkembangan anak dan kognitif.16 Pengaruh pemikiran Jean Piagert baru
mempengaruhi masyarakat, seperti di Amirika Serikat, Kanada, dan Australia baru sekitar
tahun 1950-an. Menurut Bruno (dalam Muhibin Syah), hal ini disebabkan karena terlalu
kuatnya cengkeraman aliran Behaviorisme gagasan Watson (1878-1958).
3
Sumber: Buku Teori Belajar & Pembelajaran Impementasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
di SMP, SMA, dan SMK. Oleh : Firmina Angela Nai. ISBN: 978- 602-401- 964- 8
1. Tahap sensorimotor: dari kelahiran sampai umur 2 tahun, bayi memahami lingkungan
sekitar dengan cara mengoordinasikan sensori (melalui penglihatan dan pendengaran),
dengan tindakan sensori (meraih, menyentuh, merasakan) sehingga disebut tahap
sensori motor.
2. Tahap pra-operasional: umur 2-7 tahun, anak pada usia ini mulai merepresentasikan
pengalaman sehari-hari melalui kata-kata, simbol dan gambar. Dua hal tersebut
menandakan pemikiran simbolik yang semakin maju dan melampaui hubungan
informasi sensori dan tindakn fisik.
3. Tahap operasional konkrit: umur 7-11/12 tahun, pada masa ini individu memahami
bahwa sudut pandang dan perasaan yang mereka alami, tidak selalu juga dialami oleh
orang lain.
4. Tahap operasional formal: umur 12 tahun hingga dewasa, pada masa ini proses
penalaran logis diterapkan ke ide-ide abstrak dan objek konkret. Anak dan remaja
mulai dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep dan mulai mengambil
keputusan berdasarkan pengalaman, berpikir lebih abstrak idealis dan logis.
Sumber:Buku Psikologi Pendidikan (Aplikasi Teori di Indonesia, oleh : Faizah, S.Psi, M.Psi,ulifa Rahma,S.Psi, M.Psi, dan
Yuliezar Perwira Dara, S.Psi, M.Psi. ISBN : 978-602-432-341-7
Sumber: Materi Dasar Pendidikan Program Bimbingan Dan Konseling Di Perguruan Tinggi, Buku IIC Psokologi Belajar,
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus
1982/1983.
B. TEORI BRUNER
Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915)
dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang
memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan
berfikir. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir
dan pencipta informasi.
Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, di mana murid
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41). Metode
Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses inturuf
untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi
bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan
beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery
itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert
B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik,
dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar
perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta didik pada tahap eksplorasi.
Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana
peserta didik dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau
pengerlian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar
peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Sumber : Buku Teori dan Aplikasi Pembelajaran Terpadu karya Dr. Ibadullah Malawi, M.Pd., Dr. Ani
Kadarwati, M.Pd., Dian Permatasari Kusuma Dayu, M.Pd.
5
1. Tahap Pembelajaran Teori Bruner
Menurut Bruner dalam Irawan (2001:27-28) teori psikologi kognitif disebut “teori
belajar penemuan” dan prosesnya melalui tahap-tahap:
a) Proses belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara kita mengatur materi, dan bukan
ditentukan oleh umur siswa.
b) Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap yang ditentukan oleh caranya melihat
lingkungan, yaitu:
1. Enaktif, seseorang melakukan aktifitas-aktifitas individu untuk memahami
lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahuan motorik, atau seorang siswa melakukan observasi dengan
cara mengalami secara langsung atau realitas. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan,
pegangan, melalui percobaan.
2. Ikonik, siswa melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Siswa
melakukan observasi terhadap suatu realitas, tetapi tidak dengan secara langsung
mengalami, ia cukup melakukannya melalui sumber-sumber sekunder seperti
tulisan/gambar-gambar/ melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan
(komparasi).
3. Simbolik, proses belajar untuk memahami gagasan-gagasan yang abstrak. Siswa
membuat abstraksi berupa teori-teori, penafsiran, analisis terhadap realitas yang telah
ia amati dan alami.
Selain ciri umum yang sudah dijelaskan di atas, teori kognitif Bruner ini dalam
aplikasi praktisnya sangat membebaskan pembelajar untuk belajar sendiri. Karena itulah teori
Bruner ini dianggap sangat cenderung bersifat “discovery” (belajar dengan cara menemukan),
juga disebut “kurikulum spiral Bruner”, karena banyak menuntut pengulangan-pengulangan.
Sumber :Buku Belajar & Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning karya Dr. Sri Hayati, M.Pd.
Sehingga, secara sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan
symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau
kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain)
ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan kesermbangan pada gambar atau
bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase
svmbolic (Syaodih, 85:2001).
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning, pendidik berperan sebagai
6
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat pendidik harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145).
Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya pendidik
harus memberikan kesempatan peserta didiknya untuk menjadi scorang problem solver,
seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode Discovery Learning bahan ajar
tidak disajikan dalam bentuk akhir, peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai “kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
Sumber : Buku Teori dan Aplikasi Pembelajaran Terpadu karya Dr. Ibadullah Malawi, M.Pd., Dr. Ani
Kadarwati, M.Pd., Dian Permatasari Kusuma Dayu, M.Pd.
7
3) Menentukan topik-topik yang bisa dipelajari secara induktif oleh pembelajar
(secara sederhana, belajar secara induktif menuntut pembelajar belajar dari
contoh-contoh, kemudian menyimpulkan sendiri konsep-konsep pengetahuan
yang tersirat dalam contoh-contoh itu ).
4) Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dan sebagainya yang dapat digunakan
pembelajar untuk belajar.
5) Mengatur topik-topik pelajaran sebaik rupa sehingga urutan topik itu bergerak
dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak, dari yang sederhana ke yang
lebih kompleks, dari tahap enaktif, ikonik, sampai ketahap simbolik, dan
seterusnya.
6) Mengevaluasi proses dan hasil belajar.
Sumber :Buku Belajar & Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning karya Dr. Sri Hayati, M.Pd.
C. TEORI GESTALT
Teori gestalt adalah Field theory dalam fisika yang dikenal dalam masalah-masalah
psikologis. Frield adalah sistem organisasi yang dinamis, dimana setiap bagiannya
memperngaruhi bagian-bagian lainnya, saling bergantung, dapat dilihat sebagai field, dan
organisme sendiri adalah sebagai sistem orang akan mempengaruhi penghayatannya.
Sumber: Materi Dasar Pendidikan Program Bimbingan Dan Konseling Di Perguruan Tinggi, Buku IIC Psokologi Belajar,
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus
1982/1983.
1. Hukum Gestalt
Menurut aliran gestalt ada satu hukum pokok, yaitu Hukum Pragnanz yaitu suatu
prinsip yang menyatakan kecenderungan terhadap apapun yang dipandang untuk menerima
kemungkinan kondisi yang paling baik.Hukum pragnanz digunakan sebagai petunjuk prinsip
dalam mempelajari persepsi belajar dan ingatan.dan 3 hukum tambahan (subsider) yang
tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu Hukum Kesamaan, Hukum Kedekatan dan
Hukum Ketertutupan. Dalam bukunya yang berjudul "Investigation of Gestalt Theory"
(1923), Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt sebagai berikut:
9
kekuatan dalam otak.
5. Realitas Subjektif Dan Objektif
Menurut teoretisi gestalt, yang menentukan perilaku adalah kesadaran atau
realitassubjektif, dan fakta ini mengandung implikasi penting. Menurut teoretisi
gestalt, hukum pragnanz bukan hanya satu-satunya hal yang mengubah dan
memberi makna pada apa-apa yang kita alami secara fisik.
Sumber: Theories Of Learning ( Teori Belajar) , Oleh B.R Hergenhahn Dan Matthew H . Olson ,
Tahun 2009, Penerbit Prenada Media Group, Kota Terbit Jakarta
Bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat
hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin
dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal
tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami
tujuannya.
10
e) Transfer dalam Belajar
Sumber: Buku belajar dan pembelajaran oleh husamah,dkk. 2018,universitas muhammadiyah malang
dikota malang
Sumber: Psikologi Belajar , Oleh Lilik Sriyanti Tahun 2003 , Penetrbit Ombak , Dan Kota Terbit
Yogyakarta
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem
makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi
mereka.Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimilasi dan
akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru kedalam
pengetahuan mereka yang sudah ada.Sedangkan akomodasiterjadi ketika individu
menyesuaikan diri dengan informasi baru.Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi
perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif.Salah satu model instruksional kognitif yang
sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan
(Discovery learning). Sedangkan Gestalt dikenal dalam masalah-masalah psikologis. Frield
adalah sistem organisasi yang dinamis.
B. SARAN
Seorang guru harus memiliki pemahaman yang luas tentang teori-teori khususnya
pada pelajaran matematika. Seorang guru harus bisa memanfaatkan media pembelajaran, dan
memperdalam pengetahuan tentang media pembelajaran demi mendukung tercapainya tujuan
yang diinginkan,dan mendapatkan siswa dan siswi yang berprestasi.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
BERDASARKAN TEORI GESTALT
14
VII. Kegiatan Pembelajaran
KEGIATAN PENDAHULUAN
Fase I: Menyiapkan Apersepsi: 5 Menit
Siswa Guru Siswa Ceramah
menyampaikan mendengarkan
materi pelajaran penjelasan guru
yang akan dipelajari
hari ini
Guru Siswa Ceramah
menyampaikan Mendengarkan
tujuan penjelasan guru
pembelajaran yang
dicapai siswa
setelah kegiatan
pembelajaran
berakhir. Ceramah
Guru Memotivasi Siswa mendengar
peserta didik motivasi guru
dengan memberi
penjelasan tentang
pentingnya
mempelajari materi
bentuk pangkat.
KEGIATAN INTI
15
dikerjakan secara
individu
Guru membahas Siswa Pemecahan
soal yang diberikan memperhatikan Masalah
kepada siswa serta penjelasan dari guru
menjelaskan sesuai dan bertanya pada
dengan materi guru jika belum
bentuk pangkat paham.
Guru memberikan Siswa mengerjakan
contoh soal contoh soal Ceramah
Fase III: Guru membentuk Siswa Tanya 20 menit
Latihan Terbimbing kelompok kecil di membentuk Jawab
kelas secara kelompok kecil
heterogen.
Setiap kelompok
beranggota 4 – 5
siswa
Setiap kelompok
diberi soal untuk Siswa bekerja
Diskusi
dikerjakan bersama sama mengerjakan
soal
kelompoknya
yang diberikan guru
sesuai dengan
waktu yang telah
ditentukan
Kegiatan Penutup
a. Sumber
Pembelaj
aran :
LKS
17
IX. Penilaian
a. Prosedur :- Penilaian proses
- Penilaian akhir
b. Jenis Penilaian :- Tes
- Non tes
c. Bentuk Instrumen :- Soal uraian
- Pedoman sikap
18