Anda di halaman 1dari 13

MINI RISET

PROFESI KEPENDIDIKAN

OLEH

KELOMPOK 4

Afrina Dearny Damanik 4153121003

Asmira Pratiwi 4151121009

Benny S M Sinaga 4153121008

Citra Mayasari Tanjung 4152121008

Diva Almira 4152121011

Fisika Dik A 2015

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME berkat limpahan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas “Mini Riset” Profesi Kependidikan yang kami lakukan di SMA
Swasta Mamiyai Al-Ittihadiyah Kota Medan. Dan juga saya ucapkan terimakasih kepada
Bapak Purwanto S.Si, M.pd. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Profesi Kependidikan
yang membimbing dalam pembuatan mini riset ini. Kami juga ber terimakasih kepada teman-
teman yang telah membantu dalam pembuatan mini riset ini.

Semoga penelitian sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Semoga mini riset yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami peneliti maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan
kekurangan mini riset ini dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
mini riset ini diwaktu yang akan datang.

Medan, Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
RINGKASAN
Peran Guru Dalam Pendidikan
Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok
yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika
dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan
estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.Tugas-tugas profesional dari seorang
guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain
yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-
tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah
transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri. Tugas
kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut
mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat
UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis
harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang
guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di
mana ia bertempat tinggal. Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga
kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan
tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup
dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena
dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai yang
sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya
sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu
melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru
atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang
bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional.
Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau terpelajar,
akan tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya berbudaya. Maka
mengingat pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di satu pihak mempersiapkan
mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak membuat mereka menjadi manusia dalam artian
manusia berbudaya, kiranya perlu dikemukakan mengapa guru itu harus menjadi rnanusia
berbudaya. Oleh kanena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan; jadi pendidikan
dapat berfungsi melaksanakan hakikat sebagai bagian dari kebudayaan kalau yang
melaksanakannya juga berbudaya. Untuk menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini
tergantung 3 elemen pokok yaitu :
Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial training) harus
mampu menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di sekolah
melalui jalur pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Guru tidak hanya harus menguasai
satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus dapat diajarkannya, ia harus juga mendapat
pendidikan kebudayaan yang mendasar untuk aspek manusiawinya. Pendidikan terhadap guru
atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya merupakan satu pengantar intelektual dan
praktis kearah karir pendidikan yang dalam dirinya (secara ideal kita harus mampu
melaksanakannya) meliputi pemagangan.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam menyelenggarakan


pendidikan dan pengajaran di sekolah, keberhasilannya diukur oleh prestasi yang didapat,
oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus menggunakan suatu sistem, artinya
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang di dalamnya terdapat komponen-
komponen terkait seperti guru-guru, staff TU, orang tua siswa, masyarakat, pemerintah, anak
didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja
pimpinan. Sekolah merupakan bagian dari suatu lembaga pendidikan harus selalu
memberikan pelayanan yang terbaiknya kepada masyarakat luas, karena keberadaan sekolah
yang dekat dengan masyarakat akan mencerminkan kebutuhan dan kebanggaan bagi
masyarakat. Sekolah sebagai suatu organisasi dalam perkembangan dan pencapaian tujuan
harus mengacu kepada pedoman dan arah pengembangan pendidikan. Kompleksitas produk
pendidikan sangat dipengaruhi faktor eksternal, lain dengan dunia industri manakala kita
memproses barang dengan kualitas tertentu, maka akan keluar barang dengan kualitas
tertentu pula, akan tetapi proses pendidikan berbeda.

Keberhasilan kualitas pendidikan sangat ditentukan kemampuan pengelola dalam


mengelola organisasi (sekolah), seperti mengelola pembelajaran, siswa, sarana dan
prasarana, keuangan serta hubungan dengan masyarakat. Pembelajar adalah merupakan
kegiatan utama disekolah, pelaksanaaan proses kegiatan belajar mengajar perlu mendapatkan
pengelolaan yang baik sebagai kegiatan utama disekolah, siswa sebagai objek pendidikan
yang memiliki berbagai macam karakter dan latar belakang tentunya memerlukan
pengelolaan yang baik, penggunaan sarana dan prasarana, keuangan sebagai alat penunjang
keberhasilan pendidikan harus dikelolaan dengan baik, juga hubungan sekolah dengan
masyarakat harus selalu berkoordinasi, bekerjasama dalam mengatasi masalah sekolah.
namun dalam kenyataannya banyak sekolah yang belum mampu memaksimalkan
pengelolaan manajemen sekolah dengan baik. Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas
menyelenggarakan proses pendidikan.
1.2 Tujuan

1. Mengetahui tingkat profesional guru di SMA Swasta Mamiyai Al-Ittihadiyah.


2. Mengetahui keterlibatan guru dan kepala sekolah dalam menentukan program
pembelajaran disekolah.

1.3 Manfaat

1. Untuk mengetahui tingkat profesional guru di SMA Swasta Mamiyai Al-Ittihadiyah.


2. Untuk keterlibatan guru dan kepala sekolah dalam menentukan program pembelajaran
disekolah.
BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN/GAMBARAN UMUM

Manajemen sekolah merupakan faktor yang terpenting dalam menyelenggarakan


pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (out
put), oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus berpikir “sistem” artinya
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait seperti: guru-
guru, staff TU, Orang tua siswa/Masyarakat, Pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus
berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan. Tantangan
lembaga pendidikan (sekolah) adalah mengejar ketinggalan artinya kompetisi dalam meraih
prestasi terlebih dalam menghadapi persaingan global, terutama dari Sekolah Menengah
Kejuruan dimana tamatan telah memperoleh bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan
sebagai tenaga professional tingkat menengah hal ini sesuai dengan tuntunan Kurikulum
2013.
Tantangan ini akan dapat teratasi bila pengaruh kepemimpinen sekolah terkonsentrasi
pada pencapaian sasaran dimaksud. Pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah disamping
mengejar ketinggalan untuk mengatasi tantangan tersebut di atas, hal-hal lain perlu
diperhatikan: Ciptakan keterbukaan dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran. Ciptakan iklim kerja yang menyenangkan Berikan pengakuan dan penghargaan
bagi personil yang berprestasi Tunjukan keteladanan Terapkan fungsi-fungsi manajemen
dalam proses penyelenggaraan pendidikan, seperti: PerencanaanPengorganisasian Penentuan
staff atas dasar kemampuan, kesanggupan dan kemauan Berikan bimbingan dan pembinaan
kearah yang menuju kepada pencapaian tujuan Adalah kontrol terhadap semua kegiatan
penyimpangan sekecil apapun dapat ditemukan sehingga cepat teratasi Adakan penilaian
terhadap semua program untuk mengukurkeberhasilan serta menemukan cara untuk
mengatasi kegagalan.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field ressearch) yakni pengamatan langsung
terhadap obyek yang diteliti guna mendapatkan data yang relevan.49 Metode yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian analisis
kualititatif, yaitu menggunakan analisis data secara mendalam dalam bentuk
kata(pernyataan).

3.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah Metode Angket
(Kuesioner)Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya. Kuesioner
yang digunakan oleh peneliti seba gai instrumen penelitian, metode yang digunakan adalah
dengan kuesioner tertutup.
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil angket yang sudah dikumpulkan dari siswa yang berjumlah 25 orang, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut ini :

Jumlah
Siswa Jumlah Siswa
Nomor Pertanyaan Yang Alasan Yang menjawab Alasan
menjawab “TIDAK”
“YA”
Sekolah membantu 10 Karena mereka 15 Siswa tidak
Bapak/Ibu guru setiap mengetahui mengetahui
kali menyusun rencana bahwa bapak ibu
pembelajaran/RPP. guru membantu
kelulusan siswa
Bapak/Ibu guru ikut 19 Karena mereka 6 Siswa tidak
serta dalam mengetahui nya. mengetahui, dan
menyusun program siswa tidak
semester di sekolah. membuat
alasannya.
Bapak/Ibu guru ikut 8 - 17 Siswa tidak
serta dalam menyusun mengetahui, dan
silabus pembelajaran. siswa tidak
membuat
alasannya.
Bapak/Ibu guru ikut 13 - 12 Siswa tidak
serta dalam rapat mengetahui, dan
penetapan syarat-syarat siswa tidak
penerimaan peserta membuat
didik. alasannya.
Bapak/Ibu guru ikut 15 - 10 Siswa tidak
serta dalam mengetahui, dan
pembentukan siswa tidak
panitia/petugas membuat
penerimaan peserta alasannya.
didik.
Bapak/Ibu guru ikut 19 Guru ikut serta 6 Siswa tidak
serta dalam orientasi pada masa mengetahui, dan
peserta didik baru. orientasi peserta siswa tidak
didik baru membuat
alasannya.
Bapak/Ibu guru ikut 3 - 22 Siswa tidak
serta dalam rapat mengetahui, dan
struktur kepegawaian siswa tidak
disekolah. membuat
alasannya.
Bapak/Ibu guru ikut 3 - 22 Siswa tidak
serta dalam pemilihan mengetahui, dan
wakil kepala sekolah. siswa tidak
membuat
alasannya.
Bapak/Ibu guru ikut 12 Siswa 13 Siswa tidak
serta dalam rapat menanyakan hal mengetahui, dan
keperluan sarana fisik ini pada guru siswa tidak
disekolah. membuat
alasannya.
Bapak/Ibu guru ikut 14 - 11 Siswa tidak
serta dalam pengadaan mengetahui, dan
buku belajar siswa siswa tidak
disekolah. membuat
alasannya.
Bapak/Ibu guru ikut 5 - 20 Karena siswa
serta dalam penyusunan tidak mengetahui
anggaran dana sekolah. dan mereka
merasa tidak ada
sangkutannya
dengan siswa
Bapak/Ibu guru ikut 4 - 21 Siswa tidak
serta dalam mengetahui, dan
pembentukan lembaga siswa tidak
keuangan disekolah. membuat
alasannya.
Bapak/Ibu guru ikut 9 - 16 Siswa tidak
serta menjadi kepala mengetahui, dan
lembaga tertentu siswa tidak
disekolah. membuat
alasannya.
Bapak/Ibu guru ikut 18 Siswa 7 Siswa tidak
serta sebagai pembina mengetahui mengetahui, dan
ekstrakulikuler bahwa ada guru siswa tidak
disekolah. yang menjadi membuat
Pembina alasannya.
ekstrakulikuler
di sekolah
Bapak/Ibu guru ikut 8 - 17 Siswa tidak
serta dalam mengetahui, dan
kepengurusan siswa tidak
perpustakaan. membuat
alasannya.
Bapak/Ibu guru ikut 3 - 22 Siswa tidak
serta sebagai pengurus di mengetahui, dan
koperasi sekolah. siswa tidak
membuat
alasannya.
Bapak/Ibu guru ikut 15 - 10 Siswa tidak
serta sebagai pengurus mengetahui, dan
laboratorium. siswa tidak
membuat
alasannya.
Bapak/Ibu guru ikut 16 - 9 Siswa tidak
serta dalam mengetahui, dan
kepengurusan tata usaha siswa tidak
sekolah. membuat
alasannya.
Bapak/Ibu guru ikut 6 - 19 Siswa tidak
serta dalam mengetahui, dan
pembentukan panitia tata siswa tidak
usaha disekolah. membuat
alasannya.
Bapak/Ibu guru pernah 6 - 19 Siswa tidak
ikut berinteraksi dengan pernah melihat
pengurus komite dalam guru berinteraksi
pada sekolah tersebut. dengan pengurus
komite

Dari 20 pertanyaan yang diajukan, lebih banyak siswa yang tidak mengetahui jawaban
dari pertanyaan tersebut. Hal ini disebabkan kurangnya keterbukaan dari pihak guru,
sehingga siswa jadi merasa tidak penting mengetahui hal tersebut.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai