Anda di halaman 1dari 15

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DAN SIKAP

PROFESIONAL GURU MELALUI


PENGEMBANGAN DIRI

Dosen Pengampu : Ni Nyoman Tri Wahyuni, S.Pd.H., M.Pd


Mata Kuliah : Pengembangan Diri Guru SD

OLEH:

Ni Komang Resti Ayu Masrini (2111031177/19)

Kelas C1 Semester VI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH


DASAR

FAKULTAS DHARMAACARYA

UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR


2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG...................................................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................2
1.3 TUJUAN........................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Pengembangan Diri................................................................................................................3
2.2 Kompetensi Guru...................................................................................................................4
A. Pengertian Kompetensi..........................................................................................................4
B. Jenis Kompetensi Guru..........................................................................................................5
C. Peningkatan Kompetensi Guru...............................................................................................7
2.3 Pengembangan Sikap Profesional Guru.............................................................................8
2.4 Peluang dan Tantangan Pengembangan Mutu Diri Guru...................................................9
BAB III...............................................................................................................................................11
PENUTUP..........................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................12

i
KATA PENGANTAR

Om Swatiastu,

Puji Syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan Diri
Guru SD” tepat pada waktunya dan walaupun masih banyak kekurangan didalamnya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ni Nyoman Tri Wahyuni, S.Pd.H., M.Pd
selaku Dosen mata kuliah Pengembangan Diri Guru SD yang telah memberi tugas ini
sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan pada materi ini. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagaian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi yang membacanya.

Saya menyadari, makalah yang saya buat masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya nantikan demi menyempurnakan
makalah ini. Dan bila ada kata-kata yang kurang berkenan maka saya memohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan


nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan mem- bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 tahun 2003).

Persoalan pendidikan secara na- sional menunjukkan bahwa peningkatan mutu


pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses
pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi-rendahnya mutu hasil
pendidikan. Oleh karena itu, setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan
perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Guru
adalah figur manusia, sumber daya yang menempati posisi dan memegang peranan
penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah
duniapendidikan,figurgurumestiterlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang
menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru merupakan
tenaga profesional yang bertugas meren- canakan dan melaksanakan proses pem-
belajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Hal tersebut ti- dak dapat disangkal karena lembaga pendidikan formal
adalah dunia kehidupan guru. Sebagaian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di
rumah dan di masyarakat (Djamarah, 2000).

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan
formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan
menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur yang sangat
mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan, selain unsur murid, lingkungan, dan
fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh
kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar.
Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung guru berupaya
mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik. Sebagai ujung tombak, guru
di- tuntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik,
pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin pada kompetensi guru.
Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat tergantung pada kemampuan profesional
guru dalam melaksanakan tugasnya.

1
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat jika
dapat menunjukkan kepada masya- rakat bahwa guru layak menjadi panutan atau teladan
bagi masyarakat di sekitarnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan
perbuatan guru sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Jika guru
berbuat kurang senonoh, menyimpang dari norma- norma yang ada di masyarakat, atau
jika guru menyimpang dari apa diharapkan oleh masyarakat, maka masyarakat langsung
memberikan suara sumbang kepada guru itu, bahkan sering pula suara sumbang itu
ditujukan kepada seluruh jajaran guru. Dalam hal ini, bagaimana guru meningkatkan
pelayanannya, mening- katkanpengetahuannya,memberiarahan dan dorongan kepada anak
didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik
dengan siswa, teman-teman guru serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian
masyarakat luas. Kenakalan siswa yang menggejala di beberapa sekolah, sering pula
tanggung jawabnya ditudingkan kepa- da guru sepenuhnya.

Dengan demikian, guru mengemban tugas-tugas sosial kultural yang berfungsi


mempersiapkan generasi muda, sesuai dengan cita-cita bangsa. Karena itu, masalah guru
senantiasa mendapat perhatian, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat pada
umumnya dan oleh ahli pendidikan khususnya. Pemerintah memandang bahwa guru
merupakan media yang sangat penting artinya dalam kerangka pembinaan dan
pengembangan bangsa sehingga masalah guru dipandang sebagai masalah yang penting
karena mutu guru turut menentukan mutu pendidikan, yang pada akhirnya menghasilkan
generasi bangsa yang berkualitas. Mutu guru ini dikaitkan dengan bagaimana guru dapat
melaksanakan tugasnya sebagai guru dan pendidik secara profesional.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Pengembangan Diri Guru SD?


2. Bagaimana Upaya Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pengembangan Diri?
3. Bagaimana Pengembangan Sikap Profesional Guru?
4. Apa Saja Peluang dan Tantangan Pengembangan Mutu Diri Guru?

1.3 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mengetahui Pengertian Pengembangan Diri Guru SD


2. Mahasiswa dapat mengetahui Upaya Peningkatan Kompetensi Guru Melalui
Pengembangan Diri
3. Mahasiswa dapat mengetahui Pengembangan Sikap Profesional Guru
4. Mahasiswa dapat mengetahui Peluang dan Tantangan Pengembangan Mutu Diri Guru

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengembangan Diri

Menurut Syawal Gultom (2012: 8-9) Pengembangan diri adalah upaya untuk
meningkatkan profesionalisme diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan atau kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi atau seni. Sedangkan Nanang Priatna dan Tito Sukamto (2013: 202)
menjelaskan bahwa Pengembangan Diri merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk
meningkatkan profesionalisme diri agar memiliki kompetensi profesi yang sesuai dengan
peraturan perundang- undangan, yaitu agar mampu melaksanakan tugas pokok dan kewajiban
dalam melaksanakan proses pembelajaran atau pembimbingan, termasuk pelaksanaan tugas-
tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah atau Madrasah. Pengembangan diri
adalah upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalisme agar memiliki kompetensi yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan sehingga mampu melaksanakan tugas pokok
dan kewajibannya dalam pembelajaran dan pembimbingan termasuk pelaksanaan tugas-tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah (Mulyasa, 2013: 173).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengembangan diri adalah suatu cara untuk meningkatkan
profesionalisme diri agar seorang guru mampu memiliki kompetensi profesi yang sesuai.
Sehingga guru mampu melaksanakan tugas pokok maupun kewajiban yang sudah diberikan
dalam proses pembelajaran. Menurut Syawal Gultom (2012: 8) Berdasarkan Permenneg PAN
dan RB No. 16 Tahun 2009, kegiatan pengembangan diri pada kegiatan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dapat dilakukan melalui dua macam kegiatan yaitu:

a) Pendidikan dan pelatihan (diklat fungsional) dan

Diklat fungsional bagi guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau
pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan
dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan ini dapat berupa kursus, pelatihan, penataran,
maupun berbagai bentuk diklat yang lain.Beberapa contoh materi yang dapat
dikembangakan dalam kegiatan baik diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru
misalnya:

Perencanaan dan program kerja pengembangan kurikulum, penyusunan RPP dan


pengembangan bahan ajar. Guru yang telah mengikuti kegiatan diklat fungsional
harus berkewajiban mendiseminasikan kepada rekan guru lain, minimal disekolahnya
masing-masing sebagai bentuk kepedulian dari wujud kontribusi dalam peningkatan
kualitas pendidikan.

b) Kegiatan kolektif guru.

Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalammengikuti kegiatan bersama yang
dilakukan guru yangbertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang
bersangkutan. Kegiatan tersebut dapat berupa:

3
1. Mengikuti lokakarya kegiatan kelompok/musyawarah kerja guru atau
inhoustraining (IHT) untuk penyusunan perangkat kurikulum dan/ kegiatan
pembelajaran termasuk pembelajaran berbasis TIK, penilaian, pengembangan media
pembelajaran, dan kegiatan lainnya untuk kegiatan pengembangan keprofesian guru.

2. Mengikuti seminar, kolokium, diskusi panel, atau bentuk pertemuan ilmiah


lainnya, baik sebagai pembahas maupun sebagai peserta.

3. Mengikuti kegiatan kolektif lain yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru
terkait dengan pengembangan keprofesiannya.

2.2 Kompetensi Guru

A. Pengertian Kompetensi

Konsep kompetensi menjadi bagian penting dari pendidikan, ekonomi, sosial, politik, dan
budaya di beberapa negara. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal
1ayat (10), “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya”. Wujud profesional atau tidak seorang guru diwujudkan dengan
sertifikat pendidik. Hal ini sesuai dengan penjelasan pasal 1 ayat (12) yang menyatakan
bahwa “ sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada
guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Sementara menurut Broke & Stone
mengemukakan bahwa kompetensi sebagai ” ...descriptive of qualitative nature of teacher
behavior appears to be entirely meaningfull” (Mulyasa, 2013: 62). Artinya kompetensi
merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru atau tenaga kependidikan yang
tampak sangat berarti.

Melihat pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa kompetensi merupakan perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Oleh karena itu di dalam kompetensi mengandung beberapa aspek yaitu:

1. Pengetahuan (knowledge) yang merupakan kesadaran dalam bidang kognitif.


Misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi belajar dan
bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai
dengan kebutuhannya.
2. Pemahamam (understanding) yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh
individu. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik, seorang guru harus
memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik.
3. Kemampuan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas
atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Sebagai contoh bagaimana seorang guru
memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk membantu mempermudah
melakukan pembelajaran kepada peserta didik.
4. Nilai (value), yaitu suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis
telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam
pembelajaran seperti jujur, demokratis, dan terbuka.
5. Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang/tidak senang, suka/tidak suka) atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.

4
6. Minat (interest) yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan
(Mulyasa, 2013: 63).

Dengan demikian, upaya peningkatan kompetensi merupakan upaya untuk


meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat guru.

B. Jenis Kompetensi Guru

Guru adalah jabatan profesional yang harus dituntut dengan kompetensi-kompetensi


yang mendukung dalam menjalankan profesinya. Adapun kompetensi yang harus dimiliki
guru sesuai Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Keempat kompetensi tersebut saling berhubungan, saling memengaruhi satu sama lain
dan memiliki hubungan hirarkis.
Keempat kompetensi tersebut dipandang sebagai landasan dalam rangka mengembangkan
guru sebagai seorang pendidik. Selain itu, keempat kompetensi tersebut juga menjadi
standar antar indikator penilaian penguasaan kompetensi guru. Berikut ini penjelasan
tentang kompetensi yang harus dimiliki guru:

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola


pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Profesi guru sebagai pendidik yang paling utama adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pendidik yang meliputi:
a) Pemahaman wawasan landasan kependidikan
b) Pemahaman terhadap peserta didik
c) Pengembangan kurikulum/silabus
d) Perancangan pembelajaran
e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran
g) Evaluasi hasil belajar

Secara teknis kompetensi pedagogik meliputi :

a) Menguasai karakteristik peserta didik


b) Menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran
c) Mengembangkan kurikulum dan rancangan pembelajaran
d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
f) Memfasilitasi pengebangan potensi peserta didik.
g) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik
h) Menyelenggarakan evaluasi dan penilaian proses dan hasil belajar.

5
i) Memanfaatkan hasil evaluasi dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran
j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
( Janawi, 2012:48).

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,


dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia, sebagai orang-orang yang dianggap model atau panutan yang harus diikuti.
Dengan kata lain, guru menjadi suri teladan bagi peserta didik, terlebih pada jenjang
SD. Pada masa ini peserta didik berbuat dan berperilaku cenderung mengikuti apa
yang didengar dan apa yang dilihat.

Kompetensi kepribadian tersebut meliputi :


a) Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman tentang ajaran
menghormati dan menghargai antar umat beragama.
b) Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan dan sistem nilai
yang berlaku di masyarakat.
c) Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru.
d) Bersikap terbuka terhadap pembaharuan dan kritik (Permadi &
Arifin, 2013: 62).

3. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran


secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar pendidikan.
Kompetensi profesional adalah kompetensi yang berhubungan dengan penyesuaian
tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini sangat penting karena langsung
berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan.

Kemampuan profesional merupakan kemampuan, keahlian, kecakapan dasar


tenaga pendidik yang harus dikuasai dalam melaksanakan tugas sebagai seorang
guru. Guru akan disebut profesional jika mampu menguasai keahlian dan
keterampilan teoritik dan praktik proses pembelajaran serta mengaplikasikannya
secara nyata. Secara rinci, kompetensi profesional dapat dijabarkan sebagai
berikut:

a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang sesuai dan
mendukung bidang keahlian/ bidang studi yang diampu.
b) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai bidang studi yang diampu.
c) Menguasai filosofi, metodologi, teknis dan praksis penelitian dan
pengembangan ilmu yang sesuai dan mendukung bidang keahliannya.
d) Mengembangkan diri dan kinerja profesionalitasnya dengan melakukan
tindakan reflektif dan penggunaan TIK.

6
e) Meningkatkan kinerja dan komitmen dalam pelaksanaan pengabdian pada
masyarakat ( Janawi, 2012: 48).

4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi, dan bergaul, secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, serta
masyarakat sekitar. Model komunikasi personal cenderung mudah diterima oleh
peserta didik dan masyarakat. Dalam konteks ini hendaknya guru memiliki strategi
dan pendekatan dalam melakukan komunikasi yang cenderung lebih bersifat
horizontal.

Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota


masyarakat dan sebagai makhluk sosial, kemampuan tersebut meliputi:
a) Mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat.
b) Mampu mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga
kemasyarakatan.
c) Mampu menjalin kerja sama, baik secara individual maupun secara kelompok
(Permadi & Arifin, 2013: 69).

Keempat kompetensi di atas yang akan dikembangkan untuk guru sebagai


ujung tombak pendidikan. Jika keempat kompetensi guru bisa dipahami dengan
baik maka praktik pembelajaran yang dilakukan guru akan berjalan baik dan
menjadikan pembeljaran bermakna bagi siswanya.

C. Peningkatan Kompetensi Guru

Manajemen SD berbeda dengan sekolah menengah karena di SD masih


menggunakan guru kelas. Pada sistem guru kelas ini guru dituntut untuk menguasai
berbagai mata pelajaran yang disajikan di kurikulum SD. Oleh karena itu
pengembangan profesi guru SD memiliki prosedur yang berbeda dengan guru di
sekolah menengah.

Pengembangan guru secara sistematik dapat dilakukan berdasarkan inisiatif


guru itu sendiri yang diselenggarakan melalui berbagai kegiatan seperti penataran,
kursus, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, belajar sendiri,
membaca berbagai sumber belajar. Pada kenyataan di lapangan terdapat banyak
kendala yang dialami sekolah ketika melakukan peningkatan kompetensi guru melalui
kegitan pengembangan diri, apalagi publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif.

Secara umum, kegiatan pengembangan diri selain membutuhkan waktu juga


membutuhkan biaya. Guru merasa sudah cukup nyaman dengan keberadaannya saat
ini. Guru merasa sudah melaksanakan kewajibannya dengan datang mengajar saja,

7
namun lupa bahwa dunia ini mengalami perubahan yang begitu cepat. Perubahan
inilah yang membuat guru untuk selalu menjadi pembelajar sejati sepanjang masa.
Sebenarnya adanya sertifikasi cukup membantu guru untuk melakukan
pengembangan diri. Guru bisa mengikuti kegiatan seminar, pelatihan, atau pun studi
lanjut. Namun sebagian guru merasa “enggan” untuk melakukan itu semua. Alternatif
lain, guru yang bersedia berlangganan koran, majalah, atau jurnal penelitian tentunya
juga masih sedikit jumlahnya.
Selain secara individual, pengembangan guru SD bisa dilakukan melalui
forum kelompok kerja guru (KKG). KKG bertujuan untuk memecahkan berbagai
masalah yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi guru di sekolah. Selain itu,
KKG juga merupakan wadah kebersamaan guru dalam menentukan perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Melalui forum KKG ini, guru bisa
melakukan sharing dengan guru-guru lain yang senasib dan seperjuangan.
“KKG adalah forum komunkasi kerja guru, dari guru, oleh guru, dan untuk
guru” (Mulyasa, 2013: 144). Forum ini memiliki tugas dan fungsi untuk membahas
masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran dengan menciptakan iklim yang
kondusif agar para guru dapat berkreasi di dalamnya. Pada saat ini, kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam KKG merupakan salah satu alternatif pengembangan
keprofesian berkelanjutan bagi guru SD, meskipun keberadaannya belum
didayagunakan secara optimal.

Berdasarkan karakteristik pesertanya, KKG dapat dilakukan dengan dua


model, yaitu model guru kelas dan campuran. Selain itu dari segi penyelenggaraan,
ada yang dilakukan model statis yaitu dengan menetapkan tempat penyelenggaraan
KKG secara menetap atau tidak berpindah tempat. Sementara model lain adalah
dinamis, yaitu dengan cara berpindah tempat secara bergiliran.

Adapun ruang lingkup KKG meliputi:


1) Pemecahan masalah pembelajaran
2) Pemecahan masalah yang berkaitan dengan kesulitan belajar peserta didik
3) Pemecahan masalah yang berkaitan dengan orang tua peserta didik
4) Pemecahan masalah yang berkaitan dengan komite sekolah
5) Pemecahan masalah yang berkaitan dengan Masyarakat
6) Pemecahan masalah yang berkaitan dengan kurikulum
7) Pemecahan masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran
8) Pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi simulasi
9) Pemecahan masalah yang berkaitan dengan sistem informasi manajemen sekolah
(SIM)
10) Pemecahan masalah yang berkaitan penyusunan materi pembelajaran
11) Pemecahan masalah yang berkaitan dengan pendekatan dan metode pembelajaran
12) Pemecahan masalah yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran
(Mulyasa, 2013: 144).

Pengembangan diri melalui kegiatan KKG untuk guru SD sebenarnya sangat efektif. Dalam
kegiatan ini guru satu dengan lainya bisa saling bertukar pengalaman dan menjadi wahana
bersama dalam upaya pemecahan masalah keseharian. Namun dalam kenyataan, pelaksanaan
KKG ini tidak semulus apa yang dicita-citakan. Ada banyak kendala yang menjadi alasan
seperti keterbatasan waktu dan anggaran kegiatan. Dengan tidak berjalannya KKG ini,
kiranya ada mata rantai yang terputus terkait upaya peningkatan kinerja guru
dan manajemennya.

8
2.3 Pengembangan Sikap Profesional Guru

Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa
profesional adalah pekerjaan (profesi) atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, atau kecakapan yang
harus memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Kerja seorang profesional beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya
kehormatan profesi sehingga tidak terlalu mementingkan atau mengharapkan imba- lan upah
materiil, harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui
proses pendidikan dan/atau pelatihan, dan diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral
(Permadi & Arifin, 2010).

Dalam rangka meningkatkan mutu, baik mutu profesional, maupun mutu layanan maka
guru perlu meningkatkan sikap profesionalnya. Pengembangan sikap profesional guru
dimaksud dilakukan baik bagi calon guru maupun bagi guru dalam jabatan. Hal ini dipertegas
oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi (1999) yang mengatakan bahwa pengembangan sikap
profesional ini dilakukan baik selagi dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas
(dalam jabatan).

(1) Pengembangan Sikap Profesional Selama Pendidikan Prajabatan

Dalam pendidikan prajabatan, ca- lon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya sebagai guru di kemudian hari. Karena
tugasnya yang bersifat unik, guru selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi
masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan
jaba- tannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat. Pembentukan sikap yang baik
tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru mengikuti pendidikan
di lembaga pendidikan penghasil tenaga kependidikan (LPTK).

(2) Pengembangan Sikap Profesional Selama dalam Jabatan

Pengembangan sikap profesional guru dalam jabatan dapat dilakukan melalui berbagai usaha
yang dapat mening- katkan sikap profesional keguruan dalam masa jabatannya sebagai guru.
Hal tersebut dapat dilakukan secara formal seperti studi lanjut, penataran, lokakarya, seminar,
atau kegiatan il- miah lainnya, maupun secara informal melalui media massa TV, radio,
koran, dan majalah ilmiah.

2.4 Peluang dan Tantangan Pengembangan Mutu Diri Guru

Tantangan sebagai guru saat ini dan di masa mendatang semakin berat. Saat ini guru-guru
dituntut untuk berkualifikasi minimal sarjana. Selanjutnya, MEA (Masyarakat Ekonomi
ASEAN) yang sudah dicetuskan tahun 1997 pada Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN
di Kuala Lumpur, Malaysia akan hadir dalam pentas kehidupan negara-negara Asean pada
tahun 2016 berpengaruh besar terhadap tugas guru ke depan, dan sekaligus merupakan suatu
tantangan bagi guru. MEA hadir untuk meningkatkan stabilitas ekonomi di kawasan ASEAN,
dan bertujuan untuk mengatasi berbagai persoalan ekonomi antar negara-negara Asean
(Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, Laos,
Myanmar, dan Kamboja).

9
Untuk mendorong kemajuan ekonomi dan sosial di negara-negara ASEAN, ada empat
pilar penting yang akan menjadi fokus MEA, yaitu:
1) MEA akan menjadi sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi tunggal; di mana
akan terjadi arus barang, jasa, investasi, modal berskala besar, tenaga kerja terlatih dan
trampil (termasuk guru) akan mudah bergerak dan berpindah dari satu negara ke negara
lain di kawasan ASEAN
2) MEA akan menjadi sebuah kawasan ekonomi dengan tingkat persaingan yang tinggi,
yang di dalamnya akan diciptakan iklim persaingan yang adil; perlindungan konsumen;
pencengahan pelanggaran hak cipta; jaringan transportasi yang efisien, aman, dan
terintegrasi; peniadaan pajak ganda; dan peningkatan perdagangan dengan media
elektronik berbasis online
3) MEA akan menjadi sebuah kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang
merata, dengan memprioritaskan Usaha Kecil Menengah (UKM); yang memberi ruang
bagi UKM untuk bersaing dan bertumbuh secara sehat, memperoleh kemudahan untuk
melakukan akses informasi, kondisi pasar, dan pengembangan sumber daya manusia, dan
4) MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global; membangun
sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap negara-negara anggota. Selain
itu, akan dikembangkan paket bantuan teknis kepada negara-negara anggota ASEAN
yang kurang berkembang demi peningkatan kemampuan industri dan produktivitas
sehingga semua negara anggota dapat berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi
regional dan terutama berinisiatif untuk terintegrasi dalam percaturan ekonomi
global (Habur, 2015).

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian pengembangan diri adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk


meningkatkan profesionalisme diri agar memiliki kompetensi profesi yang sesuai dengan
peraturan perundang- undangan, yaitu agar mampu melaksanakan tugas pokok dan kewajiban
dalam melaksanakan proses pembelajaran/pembimbingan, termasuk pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah (Priatna & Sukamto, 2013). Dalam UU Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1ayat (10), “kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”. Wujud profesional atau tidak
seorang guru diwujudkan dengan sertifikat pendidik. Kompetensi yang harus dimiliki guru
sesuai Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Keempat
kompetensi tersebut saling berhubungan, saling memengaruhi satu sama lain dan memiliki
hubungan hirarkis. Keempat kompetensi tersebut dipandang sebagai landasan dalam rangka
mengembangkan guru sebagai seorang pendidik.
Mengingat eksistensinya yang krusial maka pembinaan dan pengembangan profesi
guru dipandang perlu diperhatikan sebagai wujud komitmen dalam melakukan pembenahan
pola pendidikan agar mencapai mutu pendidikan yang handal dan terpercaya. Guru sebagai
pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat jika dapat menunjukkan
kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat di
sekitarnya. Oleh karena itu guru hendaknya selalu berusaha untuk terus meningkatkan sikap
profesional dengan berbagai upaya peningkatan kompetensi diri melalui kegiatan seperti
penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya. Selain itu, upaya pengembangan
diri menuju guru profesional atau upaya peningkatan mutu pendidik perlu diperkuat melalui
kemitraan dengan berbagai lembaga terkait dan pemberdayaan forum KKG dan MGMP
sebagai wadah profesi guru.
Permasalahan rendahnya kompetensi guru dapat diatasi dengan kegiatan pengembangan diri
yang merupakan salah satu dari jenis kegiatan PKB. Peningkatan kompetensi guru terbentuk
dimulai dengan adanya kegiatan pengembangan diri dari guru itu sendiri baik melalui diklat
atau kegiatan kolektif guru. Setelah mengikuti kegiatan pengembangan diri tersebut,
selanjutnya guru diharapkan bisa melakukan publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://kompetensi.info/kompetensi-guru/pengembangan-diri-guru.html

https://unikastpaulus.ac.id/jurnal/index.php/jipd/article/download/622/365/

INFO KOMPETENSI. (n.d.). Retrieved from INFO KOMPETENSI Web site:


https://kompetensi.info/kompetensi-guru/pengembangan-diri
guru.html#:~:text=Pengertian%20Pengembangan%20Diri%20%28Guru%29
%20adalah%20kegiatan%20yang%20dilakukan,relevan%20dengan%20fung
si%20sekolah%20%28Priatna%20%26%20Sukamto%2C%202013%29

http://lib.unnes.ac.id/31069/1/1102412115.pdf

https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/download/4239/pdf

12

Anda mungkin juga menyukai