Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK ASATIDZ/ASATIDZAH

DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS IBTIDA 2 DAN 3


DTA MASJID HUSNUL KHATIMAH

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Penulisan Karya
Ilmiah yang diampu oleh:

Prof. Dr. Jajat S Ardiwinata, M.Pd.

Disusun oleh:

Windy Haeryani

NIM 2005079

Dosen Pembimbing Akademik :

Dr. Joni Rahmat Pramudia, S.Pd., M.Si.

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2023
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pendidikan memiliki peran yang begitu penting dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena pendidikan yang berkualitas
akan menghasilkan manusia yang berkualitas juga. Namun untuk
mencapai tujuan dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa itu, tidak
hanya melalui pendidikan formal/sekolah saja. Melainkan ada juga satuan
pendidikan lain yang dapat menjadi upaya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Disebutkan dalam UU nomor 20 tahun 2003 tengtang Sistem
Pendidian Nasional bahwa ”Satuan pendidikan adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal,
nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan”.
Pendidikan nonformal dan informal pun memiliki peranan yang sangat
penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dimana peserta didik
akan mendapatkan pembelajaran yang tidak didapatkan di satuan
pendidikan formal.
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Lembaga pendidikan nonformal merupakan lembaga pendidikan yang
disediakan bagi warga masyarakat yang tidak sempat mengikuti atau
menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu dalam pendidikan formal.
Adapun program yang ada pada pendidikan nonformal yang disetarakan
dengan pendidikan formal, contohnya seperti kejar Paket A yang setara
dengan SD, kejar Paket B yang setara dengan SMP, dan kejar Paket C
yang setara dengan SMA. Namun ada juga pendidikan nonformal yang
diselenggarakan oleh organisasi masyarakat seperti organisasi keagamaan,
sosial, kesenian, olahraga, dan lain sebagainya. Pendidikan nonformal
diselenggarakan untuk warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, ataupun
pelengkap dari pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.
Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) merupakan
lembaga pendidikan keagamaan Islam pada jalur pendidikan non formal
yang di selenggarakan secara tersetruktur dan berjenjang sebagai
pelengkap pelaksanaan pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan
dasar. Sebagai bagian dari pendidikan keagamaan dan sistem pendidikan
nasional, MDTA menjadi pilar utama dalam pembangunan bangsa dalam
mempersiapkan generasi muda yang mempunyai pengetahuan agama,
berwawasan dan mempunyai keterampilan hidup yang memadai dan
berkarakter akhlak mulia berkat penghayatan yang mendalam terhadap
ajaran Islam.
Untuk menjalankan suatu program pendidikan yang berkualitas,
tentunya pendidik merupakan komponen yang paling berperan penting.
Pendidik memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan yang
baik. Pendidik juga sangat menentukan keberhasilan bagi peserta didiknya,
terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Pendidik
merupakan komponen paling berpengaruh terhadap terciptany proses dab
hasil pendidikan yang berkualitas. Tidak hanya di pendidikan formal saja,
melainkan pada satuan pendidikan nonformal pun ini sangat penting.
Pendidik yang ada di MDTA sering kali disebut dengan
asatidz/asatidzah. Kata asatidz/asatidzah merupakan bentuk jamak dari
kata ustadz/ustadzah yang berarti tenaga pendidik yang khusus diangkat
dengan tugas utama mengajar. Dalam hal ini seorang asatidz/asatidzah
mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan harapan dalam
menciptakan peserta didik yang paham akan ilmu agama. Pendidik sebagai
ujung tombak pelaksanaan pendidikan dilapangan harus benar-benar
profesional dalam menjalankan tugasnya. Maka dari itu, seorang pendidik
dituntut untuk mempunyai kompetensi. Kompetensi merupakan kecakapan
seseorang dalam bidang yang dijalaninya. Kompetensi guru/pendidik
dalam proses pembelajaran sangat penting dan diperlukan karena
merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pengajaran. Hal tersebut
sejalan dengan UU RI nomor 14 tahun 2005 pada pasal 10 ayat 1 tentang
guru dan dosen bahwa setiap guru harus memiliki 4 macam kompetensi,
diantaranya :
a. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik.
b. Kompetensi kepribadian, yaitu guru mempunyai kepribadian
yang mantap, berakhlakmulia, arif dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik.
c. Kompetensi profesioanal, yaitu guru mempunyai kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
d. Kompetensi sosial, yaitu guru mempunyai kemampuan untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien
dengan peserta didik, sesaa guru, orangtua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.

Dalam hal ini, penulis mengambil salah satu kompetensi yang


harus dimiliki setiap guru yaitu kompetensi pedagogik yang berupa
kemampuan mengelola pembelajaran didalam proses pembelajaran.
Pedagogi berarti membimbing anak. Membimbing disini memiliki arti
memberikan moral, pengetahuan serta keterampilan kepada siswa. Dalam
kaitannya dengan pembelajaran di kelas, kompetensi pedagogi ini
merupakan bekal bagi seorang guru dalam memasuki dunia pendidikan
yang sekaligus dalam praktiknya berhubungan erat dengan siswa. Namun
ini bukan hanya diperlukan oleh seorang guru atau pendidik di satuan
pendidikan formal saja, ini juga sangat penting dimiliki oleh pendidik
pada satuan pendidikan nonformal, termasuk untuk para
asatidz/asatidzah.
Dengan fenomena yang terjadi pada saat ini, dimana ternyata
masih banyak ditemui di lapangan bahwa guru yang mengajr tidak sesuai
dengan latar belakang keahliannya. Dimana hal ini akan memberikan
pengaruh yang cukup besar untuk kelancaran pada proses pembelajaran.

Kompetensi yang dimiliki oleh seorang pendidik, tentunya akan


berdampak pada hasil belajar peserta didiknyaa. Menurut Wulandari,
hasil belajar adalah kompetensi tau kemampuan tertentu yang dicapai
oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan meliputi
keterampilan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Untuk memperoleh
hasil belajar peserta didik yang memuaskan diperlukan pendidik yang
berkualitas atau berkompetensi dalam mengelola pembelajaran dengan
baik.

Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan di MDTA Husnul


Khatimah, ada beberapa pendidik/asatidzah nya yang merasa tidak
mempunyai basic dalam mengajar anak dikarenakan latar belakang
pendidikannya yang berbeda dan juga tidak adanya pengalaman dalam
mendidik anak usia dini. Serta tidak adanya kurikulum atau panduan
yang dapat dijadikan acuan bagi pendidik tersebut untuk mengajar. Yang
membuat para pendidik disini merasa kebingungan dengan pembelajaran
yang akan dilakukan.

Adapun penelitian terdahulu yang telah dilakukan yaitu yang


berjudul “Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru dengan Hasil Belajar
IPS Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kupang Kota Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2015/2016” oleh Nur Soraya dan hasil penelitiannya
menunjukkan bahsa ada hubungan antara kompetensi pedagogik guru
dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Kota Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016.

Perbedaan dari penelitian terdahulu dan penelitian yang akan


penulis lakukan yaitu pada lokasi penelitiannya. Penelitian ini akan
dilakukan di salah satu program satuan pendidikan nonformal yaitu
MDTA Husnul Khatimah yang berada di Kp. Nyampay Desa Langensari
Kecamatan Lembang.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan


diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema/judul
Hubungan Kompetensi Pedagogik Asatidz/Asatidzah dengan Hasil
Belajar Peserta Didik di MDTA Husnul Khatimah.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka terdapat identifikasi
permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Latar belakang pendidikan dari asatidz/asatidzah yang beragam dan
bukan dari keguruan.
2. Kurangnya pengetahuan asatidz/asatidzah mengenai kompetensi
pedagogik dalam proses pembelajaran.
3. Rendahnya hasil belajar siswa.
C. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah
penelitian yang dapat dirumuskan yaitu :
1. Bagaimana kompetensi pedagogik asatidz/asatidzah MDTA Husnul
Khatimah?
2. Bagaimana hasil belajar peserta didik MDTA Husnul Khatimah?
3. Apakah ada hubungan kompetensi pedagodik asatidz/asatidzah dengan
hasil belajar peserta didik MDTA Husnul Khatimah?
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui kompetensi pedagogik asatidz/asatidzah MDTA
Husnul Khatimah
2. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik MDTA Husnul Khatimah
3. Untuk mengatahui hubungan kompetensi pedagodik asatidz/asatidzah
dengan hasil belajar peserta didik MDTA Husnul Khatimah
E. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan informasi ilmiah untuk menambah pengetahuan dalam
bidang penelitian yang relevan meliputi unsur komptensi pedagogik
pendidik dalam hal ini asatidz/asatidzah dan hasil belajar peserta didik.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi lembaga
Dapat memberikan sumbangan yang berguna untuk upaya
meningkatkan mutu pembelajaran di MDTA Husnul Khatimah
b) Bagi pendidik
Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kompetensi
pedagogiknya
c) Bagi peneliti
Menambah wawasan peneliti mengetahui kompetensi guru yaitu
kompetensi pedagogik pendidik
F. Landasan Teori
1. Kompetensi Pendidik
a. Pengertian Kompetensi
Kompetensi berasal dari Bahasa Inggris yaitu competence
yang berarti kemampuan atau kecakapan. Kompetensi disini
diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, serta nilai dasar yang
digambarkan dalam suatu kebiasaan berpikir dan bertindak.
Menurut Boyatzis (2014) mendefinisikan bahwa kompetensi
merupakan kapasitas yang ada dalam seorang individu yang bisa
membuat seseorang tersebut mampu untuk memenuhi apa yang
disyaratkan oleh suatu pekerjaan dalam suatu organisasi sehingga
mampu mencapai apa yang menjadi tujuannya. Sedangkan menurut
Rivai dan Sagala (2011) menyatakan bahwa kompetensi adalah
keinginan untuk memberikan dampak pada orang lain dan
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain melalui suatu strategi
membujuk dan juga mempengaruhi.
Dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan suatu
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang berupa pengetahuan dan
keterampilan untuk memenuhi apa yang seharusnya dipenuhi.
Dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, menyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalannya. Seorang guru atau pendidik tentunya
diharuskan memiliki suatu kompetensi yang sesuai dengan bidang
keilmuannya. Ini akan menunjang dalam hal keberhasilan
seseorang dalam menjalankan pekerjaannya sebagai seorang
pendidik.
Menurut Mulyasa (2013) kompetensi guru merupakan
perpaduan antara personal, keiluan, teknologi, sosial dan spirtual
yang membentuk kompetensi standar profeis guru, yang mencakup
dalam penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan diri dan juga
profesiinalisme.
b. Kompetensi yang Harus Dimiliki Pendidik
Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 dan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 10 ayat 1
menyatakan bahwa kompetensi pendidik sebagai agem
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini meliputi :
1) Kompetensi Pedagogik
2) Kompetensi Kepribadian
3) Kompetensi Sosial
4) Kompetensi Profesional
c. Kompetensi Pedagogik
Pedagogik merupakan suatu kajian tentang pendidikan
anak, ini berasal dari kata Yunani yaitu ”paedos” yang berarti anak
laki-laki, dan ”agogos” yang berarti mengantar, membimbing.
Maka secara harfiah pedagogik berarti pembantu anak laki-laki
pada zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak
majikannya ke sekolah. Sedangkan secara kiasan pedagogik ialah
seorang ahli yang membimbing anak ke arah tujuan hidup tertentu.
Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) dalam buku
Pedagogik (Ilmu Mendidik) oleh Drs. Uyoh Sadulloh menyebutkan
bahwa pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah
membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak
”mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”. Maka
dari itu dapat disimpulkan bahwa pedagogik merupakan ilmu
mendidik anak.
Langeveld (1980) menyebutkan adanya perbedaan istilah
antara pedagogik dengan pedagogi. Pedagogik diartikan dengan
ilmu mendidik, lebih menitikberatkan pada pemikiran, perenungan
mengenai pendidikan, serta suatu pemikiran bagaimana kita
membimbing dan mendidik anak. Sedangkan pedagogi berarti
pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktik, menyangkut
kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang
berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola
pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Menurut Mulyasa
(2007: 75) menyatakan bahwa kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
(1) pemahaman terhadap peserta didik, (2) perancangan dan (3)
pelaksanaan pembelajaran, (4) evaluasi hasil belajar dan (5)
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Menurut Ichsan (Hidayat 2011: 32-33)
Secara rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik dapat
dijabarkan menjadi kompetensi dan indikator esensial sebagai
berikut:
1) Kemampuan mengelola pembelajaran
Secara pedagogis, kompetensi guru-guru dalam mengelola
pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius.
Kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi
manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.
2) Pemahaman terhadap peserta didik
Sub kompetensi ini memiliki indikator esensial yaitu
memahami peserta didik dengan memanfatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan
memanfaatkan kompetensi kepribadian, dan mengidentifikasi
bekal ajar awal peserta didik
3) Perencanaan pembelajaran
Termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran. Sub kompetensi ini memiliki
indikator esensial: menerapkan teori belajar dan pembelajaran,
menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karekteristik
peserta didik, kompetensi yang yang ingin dicapai dan materi
ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih.
4) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik
Sub kompetensi ini memiliki indikator esensial, menata
latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran
yang kondusif.
5) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran
Sub kompetensi ini memiliki indikator esensial
melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar
secara berkesinambungan dengan berbagai metode
menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level) dan
memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.
6) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya
Sub kompetensi ini memiliki indikator esensial
memfasilitasi peserta didik untuk perkembangan berbagai
kompetensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk
mengambangkan berbagai potensi non akademik.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2013) belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
dalam tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Skinner, belajar adalah menciptakan
kondisi peluang dengan penguatan, sehingga seorang individu akan
bersungguh-sungguh dan lebih giat dengan adanya ganjaran dan
pujian dari guru atas hasil belajarnya.
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan
manusia setelah belajar manusia secara terus-menerus yang bukan
hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar juga
terjadi jika suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi individu yang sehingga perbuatannya berubah dari
waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia
mengalami situasi tersebut. (Robert M. Gagne)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belaja
merupakan suatu proses atau suatu upaya yang dilakuka oleh
seseorang dalam hal mendapatkan perubahan dalam tingkah laku.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
peserta didik setelah mengikuti aktivitas atau proses belajar.
Perolehan aspek perubahan perilaku ini tergantung dengan apa
yang dipelajari oleh pembelajar itu sendiri (Anni 2012).
Menurut Achmad Rifa’i hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan
belajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
cukup luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor
sehingga dengan belajar seorang individu akan mengalami
perubahan berpikir, sikap dan alam kehidupan sehari-harinya.
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang didapatkan oleh
seorang anak dari proses belajar yang telah dilakukan. Hasil belajar
disini dapat berupa sikap, tingkah laku, dan cara berfikir.

Benyamin S. Bloom (dalam Rifa’i, 2012) mengemukakan


beberapa kriteia keberhasilan siswa dapat dilihat dari beberapa
ranah belajar, atau yang sering disebut dengan klasifikasi
taksonomi Bloom, yang diantaranya yaitu :
1) Cognitive Domain (Ranah Kognitif)
Ranah Kognitif adalah yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan pada aspek intelektual, seperti pengetahuan dan
keterampilan berpikir. Ranah kognitif meliputi fungsi
memproses informasi, pengatahuan dan keahlian mentalitas.
Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian
berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan.
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan.
Yang mana ini terdiri dari dua bagian yaitu pengetahuan dan
kemampuan dan keterampilan intelektual :

a) Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untu mengenali dan mengingat sutu
istilah, definisi, fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi,
prinsip dasar, dan lain sebagainya.
b) Pemahaman (Comprehension)
Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami
gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan dan
lain sebagainya.
c) Aplikasi (Application)
Pada tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori dan
lain sebagainya di dalam kondisi kerja.
d) Analisis (Analysis)
Pada tingkat analisis, seorang individuakan bisa
menganalisa informasi yang masu dan membagi-bagi atau
menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil
untuk mengenali pola atau hubungannya dan mampu
mengenali faktor penyebab dan akibar daru sebuah
kejadian.
e) Sintesis (Synthesis)
Seseorang di tingkat sintesa ini akan mampu menjelaskan
struktur atau pola dari sebuah kejadian, dan mampu
mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk
menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
f) Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap solusi, gagasan, metodologi, dan sebagainya
dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar
yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau
manfaatnya.
2) Affective Domain (Ranah Afektif)
Ranah afektif ini berisi perilaku-perilaku yang menekankan
pada aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi
dan cara menyesuaikan diri. Ranah afektif terdiri dari lima
ranah yang berhubungan dengan respon emosional terhadap
tugas. Menurut Bloom dan David pembagian domain ini
disusun sebagai berikut :

a) Penerimaan (Receiving/Attending)
Seseorang akan peka terhadap suatu rangsangan dan
kesediaan untuk memperhatikan rangsangan. Atau
kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di
lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa
mendapatkan perhatian, mempertahankannya dan
mengarahkannya.
b) Tanggapan (Responding)
Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan untuk
memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan. Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada.
Seperti persetujuan, kesediaan dan kepuasan dalam
memberikan tanggapan.
c) Penghargaan (Valuing)
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu
dan membawa diri sesuai dengan penilain itu sendiri.
Berkaitan dengan harga aau nilai yang ditetapkan pada
suatu objek, fenomena dan juga tingkah laku. Penilaian
yang berdasarkan pada internalisasi dari serangkaian nilai
tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
d) Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan
konflik diantaranya dan membentuk suatu sistem nilai yang
konsisten. Misalnya menempatkan nilai pada suatu skala
nilai dan dijadikan pedoman dalam bertindak secara
bertanggungjawab.
e) Karakteristik Berdasarkan Nilai-Nilai (Value Complex)
Kemampuan ini menghayati nilai kehidupan sehingga akan
menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dan
jelas dalam mengatur kehidupannya.
3) Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)
Ranah psikomotir berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan lain sebagainya. Kawasan psikomotor yaitu
kawasan yang berkaitan dengan aspek keterampilan jasmani.
Rincian dalam ranah ini dibuat oleh para ahli berdasarkan
domain yang dibuat Bloom, seperti :
a) Persepsi (Perception)
Kemampuan untuk menggunakan isyarat sensoris dalam
memandu aktivitas motorik. Penggunaan alat indera untuk
menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
b) Kesiapan (Set)
Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai
suatu gerakan. Kesiapan fisik, mental dan emosional untuk
melakukan gerakan.
c) Merespon (Guided Response)
Kemampuan untuk melakukan suatu gerakan sesuai dengan
contoh yang diberikan.
d) Mekanisme (Mechanism)
Kemampuan melakukan gerakan tanpa memperhatikan
contoh yang diberikan karena sudah melakukan latihan.
e) Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Kemampun melakukan Gerakan atau keterampilan yang
terdiri dari banyak ahap lancar, tepat dan efisien.
f) Penyesuaian (Adaption)
Kemampuan untuk mengadakan perubahan dan
menyesuaikan pola gerakan dengan persyaratan khusus
yang berlaku.
g) Penciptaan (Origination)
Membuat pola Gerakan yang disesuaikan dengan situasi
atau permasalahan tertentu atas dasar inisiatif sendiri.
G. Metodologi Penelitian
1. Desain Penelitian
Pendekatan penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini
yaitu penelitian kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat yang benar benar terjadi, digunakan untuk meneliti
populasi atau sampel tertentu, teknik pengumpulan sampel umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitaif atau statistik dengan tujuan
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2011).
Sedangkan jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian
ini yaitu penelitian korelasi yang bertujuan untuk memntukan ada atau
tidaknya hubunganm dan jika ada seberapa eratnya hubungan tersebut
dan berarti atau tidaknya hubungan ini (Arikunto, 2006).
Pada penelitian ini akan melihat hubungan antara dua variabel
yaitu kompetensi pedagogik asatidz/asatidzah dengan hasil belajar
peserta didik kelas Ibtida 2 dan 3 DTA Masjid Husnul Khatimah.
2. Partisipasi dan Tempat Penelitian
a. Partisipan
Pasrtisipan yang ada pada penelitian ini yaitu
asatidz/asatidzah DTA Masjid Husnul Kahtimah yang berjumlah 10
orang. Serta peserta didik DTA Masjid Husnul Khatimah kelas
Ibtida 2 dan Ibtida 3.
b. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di DTA Masjid Husnul Khatimah
yang beralamat di Kp. Nyampay RW 15 Desa Lengensari,
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
3. Pengumpulan Data
a. Kuesioner (Angket)
Angket merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan
data secara tidak langsung. Instrumen angket berisi sejumlah
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden
(Sukmadinata, 2005:219)
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
angket tertutup yang diberikan kepada peserta didik kelas Ibtida 2
dan Ibtida 3 untuk mengetahui kompetensi pedagogik
asatidz/asatidzah. angket ini di berikan kepada peserta didik
dengan menggunakan skala likert
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumentasi dalam penelitian
ini adalah foto-foto pada saat peneliti melakukan penelitian, dan
hasil belajar peserta didik kelas Ibtida 2 dan Ibtida 3 DTA Masjid
Husnul Khatimah.
c. Observasi
Observasi adalah proses mengamati dan mencatat secara
sistematis mengenai tingkah laku guru yang sedang melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Observasi tidak terbatas pada orang,
melainkan juga obyek-obyek alam yang lain. Observasi yang
dilakukan tanpa mengganggu kegiatan mengajar asatidz/asatidzah
yang sedang diamati. Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan
oleh peneliti selama pelaksanaan tindakan, dengan menggunakan
pedoman pengamatan. Adapun pengamatan dalam penelitian untuk
mengetahui sejauh mana asatidz/asatidzah menguasai kompetensi
pedagogik guru
4. Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data
tersebut dapat dipahami bukan oleh orang yang mengumpulkan data
saja, tapi juga oleh orang lain. Adapun langkah-langkah yang ditempuh
adalah sebagai berikut:
a. Editing
Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan
adalah editing. Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu
persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket
sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.
b. Scoring
Setelah melalui tahapan editing, maka selanjutnya penulis
memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket.
Adapun pemberian skor untuk tiap-tiap jawaban adalah:

Skor
Selalu 4
Sering 3
Kadang-Kadang 2
Tidak Pernah 1

H. Sistematika Penulisan Skripsi


Sistematika penulisan skripsi berpedoman pada Peraturan Rektor
Universitas Pendidikan Indonesia No. 7867/UN40/HK/2021 tentang
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia Tahun
2021, sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Pada Bab I Pendahuluan di dalamnya mencakup latar belakang
penelitian, identifikasi penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian.
2. Bab II Kajian Pustaka
Bab ini meliputi konsep dan teori yang menjadi acuan dalam
menganalisis pembahasan dalam menjawab masalah penelitian.
3. Bab III Metodelogi Penelitian
Bab ini melingkupi metode penelitian secara prosedural yang
digunakan dalam penelitian, meliputi desain penelitian, partisipan dan
tempat penelitian, pengumpulan data, dan analisis data.
4. Bab IV Hasil Dan Pembahasan
Hasil di dalamnya berupa temuan peneliti setelah melaksanakan
penelitian dan pembahasan dari temuan penelitian untuk menjawab
masalah penelitian yang telah dirumuskan.
5. Bab V Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi
Bab ini berisi tentang simpulan dari keseluruhan hasil penelitian serta
implikasi dan rekomendasi terhadap penelitian yang telah dilakuka
Daftar Pustaka

Akbar, A. (2021). Pentingnya kompetensi pedagogik guru. JPG: Jurnal Pendidikan


Guru, 2(1), 23-30.

Eka Novia, A. P. (2022). ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL


GURU DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DI KELAS VB
MI MUHAMMADIYAH SUMAMPIR KECAMATAN REMBANG KABUPATEN
PURBALINGGA (Doctoral dissertation, UIN SAIZU Purwokerto).

Fajar, I. (2014). Empat Kompetensi Yang Harus Dimiliki Seorang Guru Profesional.

Febriana, R. (2021). Kompetensi guru. Bumi aksara.

Habibullah, A. (2012). Kompetensi pedagogik guru. Edukasi, 10(3), 294376.

Hanafy, M. S. (2014). Konsep belajar dan pembelajaran. Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, 17(1), 66-79.

Mahmudi, I., Athoillah, M. Z., Wicaksono, E. B., & Kusuma, A. R. (2022). Taksonomi Hasil
Belajar Menurut Benyamin S. Bloom. Jurnal Multidisiplin Madani, 2(9), 3507-3514.

Perni, N. N. (2019). Kompetensi pedagogik sebagai indikator guru profesional. Adi Widya:
Jurnal Pendidikan Dasar, 4(2), 175-183.

PRANITA, I. A. (2017). HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI


PEDAGOGIK GURU DENGAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD
NEGERI GUGUS I KECAMATAN MENGGALA TULANG BAWANG.

Rachmawati, Diana, dkk. 2021. Teori & Konsep Pedagogik. Cirebon. Insania

Sadulloh, Uyoh, dkk. (2019). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung. ALFABETA.

Somantri, D. (2021). Abad 21 pentingnya kompetensi pedagogik guru. Equilibrium: Jurnal


Penelitian Pendidikan dan Ekonomi, 18(02), 188-195.

Soraya, N. (2016). Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru Dengan Hasil Belajar Ips Siswa
Kelas V Sd Negeri 1 Kupang Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016.

Sulfemi, W. B. (2019). Modul Manajemen Pendidikan Non Formal.


Yuliawan, E., Amda, A. D., & Karolina, A. (2018). Pengaruh Pendidikan Diniyah Takmiliyah
Awaliyah (Dta) Al-Mustaqim Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pai
Di SD N 79 Selupu Rejang (Doctoral dissertation, IAIN Curup).

Anda mungkin juga menyukai