Anda di halaman 1dari 3

JABAR SATU DAN DUA

Oleh : Shiddiq Amien

Alkisah ketika Nabi Muhammad saw. wafat pada hari Senin, jenazahnya baru
dimakamkan pada hari Rabu. Ada apa gerangan ? bukankah Nabi saw. telah
memerintahkan agar pengurusan jenazah itu disegerakan ? Jika si mati itu orang soleh
berarti menyegerakan orang itu pada kebaikan di alam sana, dan jika yang mati itu orang
durhaka, alangkah buruknya jenazahnya itu terus disimpan di rumah. Demikian dikatakan
Nabi saw dalam sebuah haditsnya. Ternyata ada dua persoalan krusial yang jadi
penyebab. Pertama, Ada keinginan yg berbeda diantara Muhajirin dan Anshar tentang
tempat pemakaman Nabi saw. Muhajirin meminta agar Nabi saw. dimakamkan di Mekah,
sementara Anshar menginginkannya di Madinah, dengan alasan dan agumentasi
masing-masing. Persoalan pertama ini bisa segera diselesaikan setelah disepakati Nabi
saw. dimakamkan di tempat dimana beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Beliau
wafat di kamar Siti Aisyah, maka disanalah beliau dimakamkan.
Persoalan kedua yang lebih rumit, yakni adanya keinginan yang sama di antara mereka
untuk tidak memakamkan jenazah Nabi saw terlebih dahulu, sebelum terpilih seorang
Khalifah, sebagai pengganti Nabi saw dalam kapasitas sebagai kepala negara dan
pemerintahan. Persoalan menjadi rumit karena sulitnya mendapatkan orang yang mau.dan
siap menjadi khalifah. Abu Bakar yang didaulat oleh para sahabat untuk menjadi
Khalifah pertama dengan pertimbangan senioritas dalam banyak hal, juga sering
dipercaya oleh Nabi saw. Untuk menjadi imam shalat jika Nabi saw sedang sakit atau
bepergian, awalnya tetap menolak. Bagi Abu Bakar jabatan itu bukanlah sebuah anugrah
semata, tapi lebih sebagai amanah yang harus dipertangung jawabkan bukan hanya di
hadapan masyarakat tapi terutama di hadapan Allah kelak. Abu Bakar rupanya ingat betul
akan pernyataan Nabi saw. kepada sahabat Abu Dzar dan Dua sahabat lainnya yang
mengingatkan bahwa jabatan itu adalah amanah, yang bisa menjadi penyesalan dan
kehinaan di hari kiamat, kecuali mereka yang mendapatkan jabatan itu dengan cara yang
benar, dan ia memang berhak atas jabatan itu , serta yang tidak kalah pentingnya ia
menunaikan amanah yang ada pada jabatan itu dengan baik. Bahkan Nabi saw pernah
bersumpah untuk tidak menyerahkan sebuah jabatan yang terkait dengan urusan
masyarakat kepada orang yang meminta-minta jabatan itu atau kepada orang yang sangat
berambisi kepadanya.
Abu Bakar malah meminta Umar Ibnul Khattab untuk siap menjadi khalifah. Tapi Umar
pun menolak, karena Umar merasa masih ada yang lebih pantas dan lebih berhak dari
pada dirinya, yakni Abu Bakar sendiri. Rupanya Umar juga sangat sadar akan dua
peringatan Nabi saw. yang menyatakan bahwa janganlah seseorang meminta-minta
jabatan. Jika seseorang dijadikan pemimpin atas permintaanya sendiri, maka ia akan
dibebani dengan jabatan itu; tapi jika ia menjadi pemimpin bukan atas dasar
permintaannya, tapi lebih karena ia dipercaya untuk mendudukinya, maka ia akan dibantu
dan diringankan mengatasinya. Yang kedua Nabi saw. juga mengingatkan bawa
baragsiapa yang memilih seseorang untuk menjadi pemimpin atas dasar ta’ashub atau
ikatan primordial ( bukan karena yang bersangkutan memenuhi kriteria dan kepatutan)
padahal di tengah mereka masih ada yang lebih layak dan lebih diridoi Allah, maka
mereka telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang beriman (masyarakat ).
Terkait dengan pemilihan Jabar satu dan dua , yang sedang menjadi salah satu pusat
perhatian masyarakat Jabar saat ini, kita menyaksikan sebuah fenomena yang cukup unik
dan menarik dimana yang mendaftar untuk menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur
sudah cukup banyak dengan latar belakang sosial yang variatif, yang sebelumnya kondisi
seperti ini tidak pernah terjadi, tentu saja disebabkan oleh sistem represif yg sengaja
diciptakan oleh rezim yang berkuasa, sehingga banyak hak sebagai warga negara dikebiri.
Banyaknya pendaftar untuk menjadi gubernur dan wakil gubernur juga akan menjadi satu
kesulitan tersendiri bagi para anggota DPRD Jabar, mungkin sesulit para sahabat
sepeninggal Nabi saw. Bedanya jika dulu sulit karena susah mencari orang yang mau,
sekarang menjadi sulit karena banyak orang yang mau.
Kita semua berharap para pendaftar tersebut tidak sekedar dalam rangka meramaikan
bursa calon dengan dalih euforia semata, tapi mereka juga menyadari betul bahwa sebuah
jabatan, sekecil apapun, apalagi sebagai orang nomer satu dan dua di sebuah propinsi
yang luas dengan penduduk yang banyak, di era otonomi daerah, adalah merupakan
sebuah amanah, dengan konsekwensi duniawi dan ukhrowi yang berat, sehingga
semuanya bisa introspeksi diri,dan bercermin, apakah saya sanggup memikul tanggung
jawab yang besar ini, dan memahami apa problematika yang dihadapi masyarakat Jawa
Barat saat ini, untuk kemudian dicarikan dan diusahakan solusi terbaiknya . Kita semua
tentu tidak berharap orang berlomba untuk menduduki jabatan tersebut, lebih karena
gengsi dan peluang untuk mendapatkan kemewahan dunia, apalagi dipandang sebagai
peluang untuk bisa melakukan KKN, sehingga cara apapun untuk mendapatkan jabatan
itu ditempuhnya. Kalau perlu dengan cara-cara licik dan suap. Rasulullah saw. telah
dengan keras melaknat orang yang menyuap dan yang disuap. ( money politics ).

Kepada para anggota DPRD Jawa Barat yang karena sistem dan aturan perundang-
undangan yang ada dan berlaku saat ini dipercaya untuk memilih gubernur dan wakil
gubernur Jawa Barat, mewakili jutaan warga Jawa Barat, kita berharap bisa
menggunakan fikiran dan nurani yang sehat dalam menentukan pilihan. Kalau perlu
lakukan dulu shalat istikharah, tentu bagi mereka yang muslim, tidak hanya didasarkan
kepada ikatan ta’ahub atau primordial, misalnya karena yang bersangkutan berasal dari
partainya atau korpsnya , tanpa memperdulikan kapasitasnya dan integritas moralnya atau
track recordnya selama ini. Apalagi terlibat cara-cara kotor dan tercela. Kita suda bisa
membayangkan jika antara yang dipilih dan yang memilih sudah terlibat cara-cara kotor,
licik, dan suap, maka sudah bisa diprediksi masa depan Jawa Barat bukan akan semakin
baik dan sejahtera lahir batin, bahkan bisa semakin buruk dan terpuruk. Kita semua tahu
bawa di Jawa Barat ini banyak orang-orang yang pinter dan berpendidikan memadai, tapi
terasa semakin sulit orang yang jujur dan punya integritas moral yang baik. Maka adalah
merupakan kewajiban bagi para angota DPRD Jawa Barat, untuk meneliti dengan
seksama para calon Jabar satu dan dua tersebut dalam banyak aspek kehidupanya, baik
itu kemapuan manajerial, akhlak keseharian, ketaatan kepada agama, pendidikan, dsb.
Demikian juga masyarakat, tentu saja tidak boleh apatis dan tidak mau tahu dengan
persoalan yang satu ini, karena bagaimanapun seperti diingatkan Nabi saw bahwa
pemimpin kamu itu adalah refleksi dan cerminan kamu. Kwalitas pemimpin merupakan
refleksi dari kwalitas rakyat yang dipimpinnya, minimal refleksi dari para pemilihnya.
Nabi saw. bersabda : Kama takunu yuwalla ‘alaikum “ . Kwalitas Gubernur dan Wakil
Gubernur Jawa Barat yang akan datang akan mencerminkan masyarakat jawa Barat,
minimal gambaran para anggota DPRD yag memilihnya. Dalam segerombolan copet
yang sedang berunding utk memilih ketuanya, bisa dipastikan mereka tidak akan memilih
seorang Ajengan atau Kiai, pasti mereka akan memilih seorang pencuri sebagai
pemimpin gangnya. Sebaliknya sekumpulan santri yang sedang bermusyawarah untuk
memilih lurah santri, mereka bisa dipastikan tidak akan memilih pencuri sebagai lurah
mereka, tapi mereka akan memilih santri yang terbaik diantara mereka. Wallohu’alam.

Anda mungkin juga menyukai