Anda di halaman 1dari 9

PERMASALAHAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Isu kepemimpinan perempuan dalam Islam sangatlah kompleks dan memiliki


banyak segi. Meskipun ada yang berpendapat bahwa perempuan tidak boleh
memegang posisi kepemimpinan, ada pula yang berpendapat bahwa perempuan
bisa menjadi pemimpin yang efektif dan Islam menjunjung tinggi konsep keadilan
bagi semua orang, tanpa memandang gender. Pendidikan merupakan faktor kunci
dalam menentukan partisipasi perempuan dalam politik dan posisi kepemimpinan.

Hadis nabi ttg kepemimpinan perempuan:

Pernyataan Nabi Saw yang diriwayatkan oleh sahabat Abi Bakarah r.a, bahwa:
“Ketika sampai kepada Nabi berita tentang bangsa Persia yang mengangkat anak
perempuan Kisra sebagai Ratu mereka, Nabi bersabda: “Tidak akan bahagia suatu
kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada perempuan”.

Makna hadis:

sebagian ulama berpendapat bahwa hadis ini harus dipahami dalam konteks
sejarahnya, yaitu pada masa gejolak politik di Persia, dan tidak serta merta
berlaku untuk semua situasi. Hadits lain menekankan pentingnya kualifikasi dan
kemampuan kepemimpinan, tanpa memandang gender.

Islam tidak melarang perempuan untuk mengambil peran menjadi seorang


pemimpin dalam sebuah komunitas publik. Islam menilai bahwa perempuan dan
laki-laki adalah dua pondasi masyarakat tempat mereka mempunyai peran yang
sama dalam penciptaan, pembentukan, pengaturan, dan pemanfaatan
masyarakat.

Walau kepemimpinan perempuan dalam urusan tertentu seperti menjadi kepala


negara telah dinyatakan tidak sah menurut mayoritas ulama. Namun di sisi lain,
bukan berarti bahwa mereka sama sekali tidak boleh menjabat dalam urusan
tertentu karena mereka juga diberi hak dan kewajiban yang setara dengan laki-
laki.
HADIS-HADIS YANG BERKAITAN DENGAN MASALAH AMAR MA’RUF NAHI
MUNGKAR

1. Pengertian

Menurut Sayyid Quthub, ma’ruf adalah kebaikan, keutamaan, kebenaran, dan


keadilan. Sedangkan munkar adalah kejahatan, kehinaan, kebatilan, dan
kezhaliman. Imam Mahmud al-Nasafi mendefinisikan ma’ruf dengan sesuatu yang
dipandang baik oleh syara (agama) dan akal sehat. Sedangkan munkar adalah
sesuatu yang dipandang buruk atau jelek oleh syara dan akal sehat.

Ada 3 karakter masyarakat dalam menyikapi Amar Ma’ruf Nahi Mungkar


sebagai berikut:
a. Memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar, atau dinamakan
karakter orang mukmin.
b. Memerintahkan yang munkar dan melarang yang ma’ruf, atau dinamakan
karakter orang munafik.
c. Memerintahkan sebagian yang ma’ruf dan melarang sebagian yang ma’ruf dan
munkar. Inilah karakter orang yang suka berbuat dosa dan maksiat.

Hadis tentang amar makruf nahi mungkar:

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, Nabi bersabda: Demi Allah, sungguh engkau sekalian
akan memerintahkan kepada kebaikan, melarang kemungkaran, mencegah
seorang zalim berbuat kezaliman, mengembalikannya kepada kebaikan, dan
menahannya untuk berbuat baik.ah..

Makna hadis: Berdasar pada hadis di atas maka dapat dipahami tentang semua
orang untuk saling mengajak kepada kebaikan, melarang kemungkaran, dan
mencegah kezaliman. Karena itu jika seseorang melakukan kezaliman tetapi tidak
satupun mencegahnya maka dikhawatirkan Allah menimpakan siksaan atas
semuanya.

HADIS-HADIS YANG BERKAITAN DENGAN MASALAH KETAATAN KEPADA


PEMIMPIN
Hadis tentang ketaatan kepada pemimpin:

Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: Barangsiapa yang mentaatiku maka sungguh ia
taat kepada Allah, dan barangsiapa yang mendurhakaiku maka sungguh ia telah
mendurhakai Allah. Dan barangsiapa yang mentaati raja maka ia mentaatiku; dan
barangsiapa yang mendurhakai raja maka ia mendurhakaiku.

Makna hadis:

Ketaatan terhadap perintah Nabi merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah,
begitu pula sebaliknya menyalahi perintah Nabi sama dengan menyalahi perintah
Allah. Karena itu, dalam pandangan Islam, mentaati pemimpin sama dengan
mentaati Nabi selama mereka tidak memerintahkan hal-hal yang bertentangan
dengan agama.

Berbeda jika mereka memerintahkan hal-hal yang dilarang oleh agama maka
tidak ada kepatuhan dan ketaatan bagi mereka. Ketika tidak ada ketaatan bukan
berarti harus memberontak, tetapi mereka harus dinasehati dengan sabar dan
dengan kepala dingin agar mereka insaf; atau diberhentikan dari jabatannya jika
memang tidak ada lagi cara dan solusi lain.

Batasan-batasan Taat Kepada Seorang Pemimpin:

Akan tetapi, ketaatan kepada pemimpin bukanlah ketaatan yang bersifat mutlak
tanpa ada batasan. Ketaatan harus diberikan kepada pemimpin, selama dirinya
taat kepada Allah SWT dan RasulNya. Jika pemimpin tidak lagi mentaati Allah dan
Rasul-Nya, maka tidak ada ketaatan bagi dirinya.

HADIS-HADIS YANG BERKAITAN DENGAN MASALAH PEMILU DAN GOLPUT

Pemilu dalam perspektif Islam tidaklah berseberangan, bahkan prinsip-prinsip


dasar yang digunakan dalam Pemilu sebetulnya sudah ada dan diakui dalam Islam.
Dalam kaidah hukum Islam, terpilihnya pemimpin yang adil adalah tujuan,
sedangkan Pemilu adalah alat (wasilah).
Hukum Pemilu Menurut Para Ulama

Sikap para ulama terhadap pemilu terbagi menjadi dua kelompok dengan
pandangan yang berbeda:

1. Kelompok pertama, yaitu yang mengharamkan pemilu sebagai mana


dipraktekkan sekarang ini. Menurut kelompok ini, pemilu sekarang sudah tidak
sesuai dengan syariah.

2. Kelompok kedua berpandangan menghalalkan pemilu sebagaimana


dipraktekkan sekarang ini karena masih tetap dalam koridor syariah. Kelompok ini
berpendapat bahwa pemilu sebagaimana dipraktekkan sekarang ini hukumnya
halal, selama metode pemilihan sesuai dengan syariah.

Hadis tentang pemilu dan golput:

Dari Muawiyah berkata: aku mendengar Nabi bersabda: Barangsiapa yang


meninggal dan ia tidak pernah memilih (mengangkat) seorang pemimpin maka
matinya dianggap mati jahiliah.

Makna hadis:

pendapat mayoritas ulama yang menyatakan bahwa mengangkat seorang


pemimpin/presiden hukumnya wajib baik dalam situasi aman tenteram, maupun
dalam keadaan tidak aman atau genting. Alasannya adalah karena kehidupan
manusia tidak mungkin menjadi baik, aman, sejahtera dan saling menghargai satu
sama lain kecuali dengan kehadiran seorang pemimpin di tengah-tengah mereka.

GOLPUT:

Islam secara khusus menyikapi hal itu dengan penegasan bahwa golput
merupakan indikasi ketidaktaatan seseorang kepada aturan yang ada. Bukankah
Nabi sudah menjelaskan secara panjang lebar tentang pentingnya mengangkat
seorang pemimpin. Bahkan al-Qur’an sendiri menyatakan dengan jelas bahwa:
taatilah Allah dan rasul-Nya, dan ulil amri diantara kalian. (QS. Annisa: 59). Ulil
amri dalam ayat tersebut oleh kebanyakan ulama dimaksudkan sebagai
pemerintah.
HADIS-HADIS YANG BERKAITAN DENGAN MUSYAWARAH

Musyawarah berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang
berarti berunding, urun rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu.
musyawarah adalah merupakan suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati
untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan
bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut urusan
keduniawian. Musyawarah mufakat adalah perundingan bersama untuk
memecahkan masalah, sehingga tercapai keputusan bulat yang akan dilaksanakan
bersama.

Hadis tentang musyawarah:

Abu Hurairah mengtakan: Nabi bersabda: Minta petunjuklah kepada seorang yang
berakal maka engkau akan terpetunjuk, dan janganlah engkau mendurhakainya
karena engkau akan menyesal.

Makna hadis: Berdasar pada hadis di atas dapat dimengerti bahwa menyelesaikan
setiap masalah dengan musyawarah akan selalu berdampak baik. Itulah sebabnya
Nabi memberi contoh nyata tentang pentingnya musyawarah apalagi jika masalah
yang dimaksud berkenaan dengan pengangkatan seorang pemimpin.

Dalam pelaksanaan musyawarah untuk mencapai mufakat kita harus berpedoman


pada prinsip-prinsip dan aturan musyawarah antara lain :

a. Musyawarah dilandasi dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur.

b. Musyawarah dilandasi semangat kegotongroyongan dan kekeluargaan.

c. Mengutamakan kepentingan umum.

d Menghargai pendapat orang lain.

e. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral


kepada Tuhan Yang Maha Esa.
f. Melaksanakan keputusan bersama dengan dilandasi itikad baik dan penuh rasa
tanggung jawab.

HADIS YANG BERKAITAN DENGAN PEMIMPIN

Hadis tentang pemimpin:

Dari Abdullah ibnu Amru, Nabi bersabda: Tidak halal/boleh bagi tiga orang yang
sedang berada (perjalanan) di padang yang luas kecuali mereka mengangkat salah
satunya sebagai pemimpin.

Makna hadis:

Berdasar pada hadis di atas dapat dipahami bahwa tidak halal hukumnya bagi
sekelompok manusia melakukan suatu perjalanan jauh kecuali ada di antara
mereka yang menjadi pemimpin. Karena itu dalam komunitas yang lebih besar,
mengangkat seorang pemimpin hukumnya wajib.

Islam hukumnya wajib, karena itu sepeninggal Nabi, para sahabat mengangkat
Abu Bakar sebagai penerusnya, dan begitulah seterusnya dari masa ke masa
selalu terdapat seorang pemimpin di tengah masyarakat.

alasan wajibnya mengangkat seorang kepala negara dalam Islam dalah:

(1) pelaksanaan syariat Islam adalah wajib, dan semua itu hanya bisa terlaksana
bila ada pemimpin,

(2) mencegah terjadinya kekacauan dan ketimpangan karena dalam suatu


komunitas masyarakat

(3) agar hukum dapat ditegakkan sesuai dengan yang telah digariskan oleh syariat
Islam

(4) menciptakan rasa keadilan.

Materi 7: Hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah keadilan


Materi 8: Hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah pemimpin

Materi 9: Hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah perdamaian

dari `Abdullah bin Amru berkata: “Berkata Rasuluklah Saw.: “Sembahlah Tuhan
yang pengasih dan sebarkanlah perdamaian, dan berilah makan, maka engkau
akan masuk surga” (Tirmidzi, dalam al-Athi`mah `an Rasulillah, hadits No. 1778).

Makna dan Kandungan Hadis: Hadis ini menekankan dua hal penting, yaitu ibadah
kepada Tuhan yang penuh kasih dan menyebarkan perdamaian sebagai jalan
menuju surga.

Perdamaian adalah fondasi utama dalam Islam, menciptakan keberkahan di dunia


dan kebahagiaan di akhirat. Urgensi perdamaian ditekankan sebagai cara untuk
menjaga stabilitas sosial dan mewujudkan kerukunan dalam masyarakat yang
beragam.

Materi 10: Hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah jihad/perang

Jihad itu tidak hanya dimaknai Sebagai perang tapi maknanya luas.

Hakikat jihad adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk mencapai hal-hal yang
diridhai oleh Allah SWT seperti iman dan amal saleh, sekaligus untuk menolak hal-
hal yang dibenci-Nya seperti kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan.

Jihad yang paling utama adalah jihad melawan hawa nafsu, jihad memerangi
hawa nafsu, jihad memerangi syetan, jihad memerangi orang kafir dan jihad
memerangi orang munafik.

1. Perang: jika untuk membela kebenaran, tanah air dll adalah perang yang
dilakukan itu sesuai dengan aturan/hukum, (hal ini termasuk bagian dari pada
jihad)

2. Jika perang yang dilakukan melanggar ham, maka ini tidak di perbolehkan
(bukan termasuk jihad)

Perintah Allah untuk berjihad perlawanan fisik, setelah Nabi hijrah ke Madinah.
Walaupun ada nasehat Allah untuk berjihad dengan kekuatan fisik, namun hal itu
hanya terdapat pada beberapa ayat saja. Tatanan jihad dengan melakukan
perlawanan fisik, bukan melakukan jihad dengan mengangkat senjata saja, namun
dapat bermakna lain. Islam tidak menganjurkan atau mengajarkan perpecahan,
perselisihan dan teror, namun Islam adalah agama rahmat bagi seluruh dunia.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:


"Barangsiapa mati, sedang ia tidak pernah berjihad dan tidak mempunyai
keinginan untuk jihad, ia mati dalam satu cabang kemunafikan."

Materi 11: Hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah makar/pemberontakan


terhadap pemimpin yang sah

Makar dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan untuk menggulingkan


pemerintah yang sah. Sedangkan dalam literatur fiqh hal tersebut oleh para
ulama disebut dengan bughat atau pemberontak. Bughat secara spesifik adalah
sekelompok umat Islam yang menyatakan keluar dari ketaatan kepada seorang
kepala negara yang telah dipilih secara sah oleh mayoritas umat Islam. Karena itu,
para ulama menyatakan bahwa bughat hukumnya haram dan dianggap sebagai
tindakan kriminal (jarimah).

Materi 12: Hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah yang curang

Dari Abdullah bin Amru berkata: Nabi bersabda: Ada empat perkara sebagai tanda
kemunafikan, dan barangsiapa yang dalam dirinya terdapat salah satu dari yang
empat itu maka ia memiliki sifat nifak sampai ia tinggalkan, jika ia bicara ia dusta,
jika ia berjanji ia ingkar/curang, jika ia berjanji ia menyalahi janji, dan jika ia
bersengketa ia curang.

"Siapa saja menipu (berbuat curang) maka dia bukan dari golonganku." (HR
Muslim)

Hadits tersebut menyebutkan segala bentuk kecurangan adalah perbuatan tercela.


Orang-orang yang berbuat curang tidak dianggap sebagai golongan nabi.

Perbuatan curang merupakan perbuatan khianat kepada umat dan sikap mensia-
siakan amanah, Perbuatan curang termasuk salah satu sifat orang-orang munafik,
Perbuatan curang akan menghilangkan keberkahan.
Materi 13: Hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah sogok menyogok

Dari Abdullah bin Amru, Nabi bersabda: Allah melaknat orang yang menyogok dan
yang disogok.

Berdasar pada hadis di atas bahwa Allah melaknat orang-orang yang suka
menyogok, begitu juga orang-orang yang suka disogok, termasuk yang
memfasilitasi keduanya dalam suatu perkara; dan keduanya akan dihukum oleh
Allah dengan dimasukkannya ke dalam neraka.
Sogokan dapat dibedakan dengan hadiah. Hadiah dapat dimaknai sebagai
pemberian sesuatu kepada orang lain dengan tujuan untuk menghormati,
memuliakan, mengasihi, dan mencintainya; dan pada dasarnya adalah halal.
Tetapi bila bentuk-bentuk pemberian tersebut diperuntukkan untuk hal-hal yang
menyimpang dari tujuan luhur agama, seperti menginginkan jalan pintas untuk
mencapai tujuan dengan memberi hadiah kepada pihak-pihak terkait maka
pemberian tersebut berubah menjadi sogokan

Anda mungkin juga menyukai