PROFESI KEPENDIDIKAN
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Profesi Kependidikan
oleh Dosen Pembimbing :
Harun Rasyid, Drs., H., M.Pd.
COVER
KATA PENGANTAR………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………………………………..3
Rumusan Masalah…………………………………………………………….3
Tujuan………………………………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan………………………………………………………………….19
Saran………………………………………………………………………...19
1
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20
Kata Pengantar
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut,
3
3. Peranan guru dalam administrasi pendidikan.
C. Tujuan
1. Makalah singkat ini bertujuan untuk membahas dan memahami arti
arti dan definisi administrasi dalam sistem pendidikan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Kedua, administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk
mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian. Perencanaan
meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya,
berapa lama, berapa orang yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya.
Perencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan.
Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikit
sitem. Sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-
bagian itu berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah masukan menjadi
keluaran. Pengertian ini kelihatannya sulit tetapi sebenarnya tidak demikian.
Ambillah contoh suatu sekolah dasar. Sekolah dasar itu merupakan suatu
keseluruhan yang memproses murid menjadi lulusan. Dalam melihat sekolah
sebagai suatu sistem kita hrus melihat:
A. Masukannya, yaitu bahan mentah yang berasal dari luar sistem
(lingkungannya) yang akan diolah oleh sitem ; dalam sistem sekolah dasar
masukan ini adalah anak-anak yang masuk sekolah dasar itu.
B. Prosesnya, yaitu kegiatan sekolah beserta aparatnya untuk mengolah
masukan menjadi keluaran. Contoh proses itu disekolah dasar adalah proses
belajar mengajar, bimbingan kepada murid, kegiatan pramuka, palang merah
remaja, dan sebagainya. Untuk melaksanakan proses ini harus ada sumber baik
tenaga, sarana, dan prasarana, uang maupun waktu. Sumber ini seringkali
dinamakan masukan instrumental.
C. Keluaran, yaitu masukan yang telah diolah melalui proses tertentu.
Dalam hal ini berupa lulusan.
Uraian diatas mencoba menjelaskan pengertian administrasi pendidikan,
tanpa mengemukakan definisi dengan satu pengertian saja. Seperti telah
disinggung dimuka, satu definisi saja tidak dapat menjelaskan dengan gamblang
administrasi pendidikan, karena administrasi pendidikan mempunyai banyak
muka (dimensi). Perlu pula dicatat, bahwa administrasi pendidikan dapat
ditinjau pula dari cakupannya. Ada administrasi pendidikan pada satuan
6
pendidikan seperti administrasi pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah,
pergruan tinggi serta kursus-kursus dan ada pula administrasi pendidikan yang
dilihat dari cakupan wilayah,yaitu tingkat kecamatan, kabupaten,provinsi, dan
nasional. Pusat perhatian pada bagian ini adalah administrasi pendidikan pada
tingkat sekolah menengah.
7
di seluruh wilayah negara, menyeluruh diartikan sebagai mencakup semua
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dan terpadu diartikan sebagai
kesalingterkaitan sistem pendidikan nasional itu dengan seluruh usaha
`pembangunan nasional
3. Pengelolaan sistem pendidikan nasional adalah tanggung jawab
Menteri P dan K ( UUS~PN No.2/89 ~Pasal 49 ). Dari pengertian itu dapat
dikemukakan unsur-unsur penting dalam sistem pendidikan yang akan kita
pakai sebagai titik tolak pembahasan.
B. Sekolah sebagai Bagian Sistem Pendidikan Nasional
Telah disebutkan bahwa jenjang pendidikan adalah unsur atau
komponen sistem pendidikan nasional, yaitu termasuk dalam komponen
organisasi. Jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan perguruan tinggi. Pendidikan dasar merupakan pendidikan
sembilan tahun, terdiri dari program pendidikan enam tahun disekolah dasar
dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama ( PP
Nomor 1990 ). Bentuk satuan pendidikan dasar terdiri atas sekolah dasar dan
sekolah dasar luar biasa. Jika kita bicara tentang sekolah menengah, maka kita
berbicara tentang dua jenjang sekolah, karena sekolah menengah pertama
berada di jenjang pendidikan dasar, sedangkan sekolah di atas sekolah
menengah pertama berada pada jenjang pendidikan menengah. Program
pendidikan S1 dan LPTK, dirancang untuk mengajar pada jenjang pendidikan
menengah, meskipun dengan kurikulum yang fleksibel ( luwes ) lulusan S1 itu
juga mampu mengajar pada jenjang pendidikan dasar.
Didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990
tentang pendidikan menengah,pendidikan menengah didefinisikan sebagai
pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan pendidikan dasar. Pendidikan
menengah mempunyai bentuk satuan pendidikan yang terdiri atas:
a. Sekolah menengah umum
b. Sekolah menengah kejuruan
c. Sekolah menengah keagamaan
8
d. Sekolah menengah kedinasan
e. Sekolah menengah luar biasa
B. Fungsi Administrasi Pendidikan
Paparan tentang fungsi administrasi pendidikan terutama dalam konteks
sekolah perlu dimulai dari tinjauan tentang tujuan pendidikan, dalam hal ini
tujuan sekolah menengah. Hal ini disebabkan oleh adanya prinsip bahwa pada
dasarnya kegiatan administrasi pendidikan dimaksudkan untuk mencapai tujuan
pendidikan itu. Tujuan itu dicapai melalui serangkaian usaha, mulai dari
perencanaan sampai melaksanakan evaluasi terhadap usaha tersebut. Pada
dasarnya fungsi administrasi merupakan proses pencapaian tujuan melalui
serangkaian usaha itu. Oleh karena itu, fungsi administrasi pendidikan
dibicarakan sebagai proses perangkaian kerja sama untuk mencapai tujuan
pendidikan itu.
9
Tujuan nasional tersebut kemudian dijabarkan dalam tujuan institusional,
yaitu tujuan untuk tiap jenjang pendidikan. Dalam peraturan pemerintah nomor
29 tahun 1990 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan menengha adalah
meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang
yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diti sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, dan meningkatkan kemampuan
siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik
dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya.
Sebagai contoh tujuan khusus SMA dalam kurikulum 1975 berdasarkan
keputusan Menteri No. 008-E/U/1975[1] yang untuk keperluan pemahaman
sekolah menengah, tujuan ini masih relevan untuk kita kemukakan. Tujuan itu
khusus SMA mencakup bidang pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan
sikap. Menurut kurikulum itu, tujuan khusus SMA ialah agar lulusan SMA
dapat memenuhi kriteria sebagai berikut:
A. Di bidang pengetahuan:
1. Memiliki pengetahuan tentang agama dan atau kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar kenegaraan dan pemerintahan
sesuai dengan UUD 1945.
3. Memiliki pengetahuan yang fungsional tentang fakta dan kejadian
pen[2]ting aktual, baik lokal, regional, nasional maupun internasional.
4. Menguasai pengetahuan dasar dalam bidang matematika, ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan bahasa (khususnya bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris), serta menguasai pengetahuan lanjutan yang
cukup dalam satu atau beberapa cirri dari bidang pengetahuan tersebut di
atas.
5. Memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis dan jenjang pekerjaan yang
ada di masyarakat serta syarat-syaratnya.
6. Memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis unsur kebudayaan dan
tradisi nasional.
10
7. Memiliki pengetahuan dasar tentang kependudukan, kesejahteraan
keluarga, dan kesehatan.
B. Di bidang keterampilan:
1. Menguasai cara belajar yang baik
2. Memiliki keterampilan memecahkan masalah dengan sistematik
3. Mampu membaca/memahami isi bacaan yang agak lanjut dalam bahasa
Indonesia dan bacaan sederhana dalam bahasa Inggris yang berguna
baginya.
4. Memiliki keterampilan mengadakan komunikasi sosial dengan orang
lain, lisan maupun tulisan, dan keterampilan mengekspresi diri sendiri,
lisan maupun tertulis.
5. Memiliki keterampilan olah raga dan kebiasaan olah raga.
6. Memiliki keterampilan sekurang-kurangnya dalam satu cabang kesenian
7. Memiliki keterampilan dalam segi kesejahteraan keluarga dan segi
kesehatan
8. Menguasai sekurang-kurangnya satu jenis keterampilan untuk bekerja
sesuai dengan minat dan kebutuhan lingkungan.
C. Di bidang nilai dan sikap
1. Menerima dan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
2. Menerima dan melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa yang dianutnya, serta menghormati ajaran agama
dan kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa yang dianut orang lain.
3. Mencintai sesame manusia, bangsa, dan lingkungan sekitarnya.
4. Memiliki sikap demokratis dan tenggang rasa.
5. Memiliki rasa tanggung jawab dalam pekerjaan dan masyarakat.
6. Dapat mengapresiasikan kebudayaan dan tradisi nasional.
7. Percaya pada diri sendiri dan bersikap mahakarya.
8. Memiliki minat dan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan.
9. Memiliki kesadaran akan disiplin dan patuh pada peraturan yang berlaku
bebas dan jujur.
11
Tujuan nasional serta tujuan institusional itu harus selalu dijadikan
pedoman sekolah dan guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Untuk guru,
tujuan-tujuan tersebut perlu dijabarkan lagi ke dalam tujuan yang lebih sempit
sehingga dapat dijadikan pedoman operasional dalam mengajar. Berturut-turut
institusional itu dijabarkan secara hirarkis menjadi tujuan, kurikuler,
instruksional umum, dan instruksional khusus. Adapun penjelasan masing-
masing tujuan itu adalah:
a) Tujuan kurikuler, yaitu tujuan suatu mata pelajaran dalam suatu
institusi, misalnya tujuan pengajaran sejarah di sekolah menengah umum.
b) Tujuan instruksional umum, yaitu tujuan suatu pokok bahasan
tertentu suatu mata pelajaran dalam suatu tingkat dan dalam suatu jenjang
institusi; misalnya tujuan pengajaran sejarah kelas dua dan sekolah menengah
umum.
c) Tujuan instruksional khusus, yaitu tujuan suatu mata pelajaran
dalam suatu periode atau unit waktu tertentu dalam suatu tingkat pada jenjang
institusi; misalnya tujuan pengajaran sejarah selama tiga minggu masing-
masing tiga jam pengajaran di kelas satu sekolah menengah umum.
12
penetapan tujuan, identifikasi alternatif, pemilihan alternatif, dan elaborasi
alternatif.
Proses perencanaan di sekolah harus dilaksanakan secara kolaboratif,
artinya dengan mengikutsertakan personil sekolah dalam semua tahap
perencanaan itu. Pengikutsertaan ini akan menimbulkan perasaan iktu memilki
(sense of belonging) yang dapat memberikan dorongan kepada guru dan
personil sekolah yang lain untuk berusaha agar rencana tersebut berhasil.
Lingkup perencanaan meliputi semua komponen administrasi pendidikan
seperti yang telah disebutkan di muka, yaitu perencanaan kurikulum,
kemuridan, keuangan, prasarana dan sarana, kepegawaian, layanan khusus,
hubungan masyarakat, proses belajar mengajar (fasilitasnya), dan ketatausahaan
sekolah.
B. Pengorganisasian
Ada beberapa hal pokok yang dapat dipedomani diperhatikan dalam
hubungannya dengan pengorganisasian ini. Seringkali orang menanamkan hal
pokok tersebut sebagai prinsip. Seagian (1985) mengemukakan prinsip
pengorganisasian itu adalah organisasi itu mempunyai tujuan yang jelas, tujuan
organisasi harus dapat dipahami oleh setiap anggota organisasi, tujuan
organisasi harus dapat diterima oleh setiap orang dalam organisasi, hanya ada
kesatuan arah dari berbagai bagian organisasi, adanya kesatuan perintah, adanya
keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang dalam
melaksanakan tugasnya, adanya pembagian tugas yang jelas, stuktur organisasi
permanen, adanya jaminan-jaminan terhadap jabatan-jabatan dalam organisasi
itu, adanya balas jasa yang setimpal yang diberikan kepada setiap anggota
organisas, dan penepatan orang yang bekerja dalam organisasi itu hendaknya
sesuai dengan kemampuannya
C. Pengarahan
13
Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa yang
telah direncanakan dapat berjalan seperti yang dikehendaki. Suharsimi Arikunto
(1988) memberikan definisi pengarahan sebagai penjelasan, petunjuk, serta
pertimbangan dan bimbingan terhadap para petugas yang terlibat, baik secara
stuktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan
lancar.
Kegiatan pengarahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
melaksanakan orientasi tentang pekerjaan yang maupun dilakukan individu atau
kelompok, dan membrikan petunjuk umum dan petunjuk khusus, baik secara
lisan maupun tertulis, secara langsung maupun tidak langsung.
D. Pengkoordinasian
Pengkoordinasian disekolah diartikan sebagai usaha untuk
menyatupadukan kegiatan dari berbagai individu atau unit di sekolah agar
kegiatan mereka berjalan selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam usaha
mencapai tujuan sekolah. Usaha pengkoordinasian dapat dilakukan melalui
berbagai cara, seperti melaksanakan penjelasan singkat, mengadakan rapat
kerja, memberikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, dan memberikan
balikan tentang hasil suatu kegiatan.
E. Pembiayaan
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelolah
anggaran pendapatan dan belanja pendidikan menengah. Kegiatan ini dimulai
dari perencanaan biaya, usaha untuk mendapatkan dana yang mendukung
rencana itu, penggunaan serta pengawasan penggunaan anggaran tersebut.
F. Penilaian
Dalam waktu-waktu tertentu, sekolah pada umumnya atau anggota
organisasi sekolah seperti guru, kepala sekolah, dan murid pada khususnya
harus melakukan penilaian tentang seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan
tercapai, serta mengetahui kekuatan dan klemahan program yang dilaksanakan,
secara rinci maksud penilaian adalah untuk memperoleh dasar bagi
pertimbangan apakah pada akhir suatu periode kerja pekerjaan tersebut berhasil,
14
menjamin cara bekerja yang efektif dan efesien, memperoleh fakta-fakta
tentang kesukarang-kesukaran dan untuk menghindarkan situasiyang dapat
merusak, serta memajukan kesanggupan para guru dan orang tua murid dalam
mengembangkan organisasi sekolah.
15
2. Interaksi antarunsur disekolah meliputi: (1) interaksi yang ada di
sekolah itu sendiri, yaitu antara kepala sekolah dengan guru, antara guru dengan
guru, antara guru dengan karyawan, antara guru dengan siswa, antara siswa
dengan siswa, antara siswa dengan karyawan, dan antara karyawan denga
karyawan, (2) interaksi antara sekolah dengan lembaga pendidikan lainnya,
misalnya antara sekolah dengan sekolah lain yang setingkat atau sekolah lain
yang mempunyai jenjang yang tinggi, atau antara sekolah dibawah Departemen
P dan K dengan sekolah lain dibawah Departemen Agama seperti mandrasa, (3)
interaksi antara sekolah dengan lembaga nonkependidikan, seperti interaksi
antara pendidikan menengah dengan karangtaruna, klompencapir, organisasi
pemuda dikampung, dan sebagainya, serta (4) interaksi antara sekolah dengan
masyarakat, misalnya interaksi sekolah dengan orangtua murid, dengan
pemerintah kota, dengan kepolisian, dan sebagainya.
3. Adanya kegiatan. Kegiatan untuk mencapai tujuan sekolah sangat
banyak. Untuk mudahnya kegiatan ini dapat ditinjau dari dua dimensi
pengajaran dan dimensi pengolahan. Ada kegiatan yang langsung berhubungan
dengan kegiatan pengajaran dan ada yang tidak langsung. Demikian pula, ada
kegiatan yang langsung berhubungan dengan kegiatan pengelolahan dan ada
yang tidak. Jika dimensi itu digabungkan kiya dapat membedakan kegiatan itu
menjadi empat kategori pokok, dan satu kategori pendukung yang merupakan
titik temu dari keempat karegori pokok tadi. Empat kategori pokok dan satu
kategori pendukung yaitu:
a) Yang berhubungan langsung dengan pengajaran sekaligus langsung dengan
pengolahannya, meliputi:
1) Kurikulum.
2) Supervisi.
b) Yang berhubungan langsung dengan pengelolahan tetapi tidak langsung
dengan pengajaran, yaitu:
1) Kemuridan.
2) Keuangan.
16
3) Prasarana dan sarana.
c) Yang tidak berhubungan langsung, baik dengan pengajaran, maupun
dengan pengelolaan.
1) Hubungan sekolah-masyarakat (Husemas)
2) BP3
d) Yang tidak berhubungan dengan pengelolaan tetapi langsung dengan
pengajaran.
e) Kegiatan pendukung, yaitu pengelolaan ketata-usahaan, yang diperlukan
oleh semua kegiatan butir 1) dan 4).
Dari kedua aspek itu kemudian dilihat sifatnya hubungan tersebut yang ada
yang langsung dan tidak langsung. Dengan demikian diperoleh lima buah
klasifikasikegiatan yaitu yang berhubungan langsung dengan pengajaran dan
juga langsug denga pengelolahan, yang berhubungan langsung dengan
pengajaran tetapi tidak berhubungan langsung dengan penelolaan, yang tidak
berhubungan langsung dengan pengajaran tetapi berhubungan langsung dengan
pengelolaan, yang tidak berhubungan langsung dengan pengajaran dan tidak
berhubungan langsung dengan pengelolaan, serta yang langsung atau tidak
langsung berhubungan dengan keempat jenis kegiatan tersebut.
17
sekolah, keuangan dan hubungan sekolah-masyarakat, guru harus aktif
memberikan sumbangan, yang sifatnya kolaboratif, artinya pekerjaan yang
didasarkan atas kerja sama, dan bukan bersifat individual. Oleh karena itu,
semua personel sekolah termasuk guru harus terlibat.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992, Pasal 20
disebutkan bahwa: “ Tenaga kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja
sebagai pengelola dan satuan pendidikan dan pengawas pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah dipilih dari kalangan guru”. Ini berarti, bahwa
selain peranannya untuk menyukseskan kegiatan administrasi disekolah, guru
perlu secara sungguh-sungguh menimba pengalaman dalam administrasi
sekolah, jika karier yang ditempuhnya nanti adalah menjadi pengawas, kepala
sekolah atau pengelola satuan pendidikan yang lain.
18
BAB III
KESIMPULAN
SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20