Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL OBSERVASI TERKAIT

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG MTs PADA


ASPEK PRIBADI SOSIAL
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori dan Pengembangan Multimedia
Bimbingan dan Konseling yang dibimbing oleh ibu :
Irene Maya Simon, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh

KELOMPOK 1

Claristha Firnanda Budi Shafira (230111607278)


Desnita Siti Fatimah (230111605527)
Fahmia Novasari (230111605192)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Februari 2024
A. Pendahuluan
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak dan masa
dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa
remaja awal (10–14 tahun), masa remaja penengahan (14–17 tahun) dan masa remaja
akhir (17–9 tahun). Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis
psikologis maupun sosial. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat
dari proses pematangan kejiwaan (psikososial). Seorang remaja tidak lagi dapat disebut
sebagai anak kecil, tetapi belum juga dapat dianggap sebagai orang dewasa. Disatu sisi
ia ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh orang-tua, di sisi lain pada dasarnya ia
tetap membutuhkan bantuan, dukungan serta perlindungan orang-tuanya.
Perilaku remaja dalam tahapan ini sendiri belum dapat dipahami apabila belum
melakukan pengamatan secara mendalam terhadap subjek tersebut. Pada laporan kali
ini kami akan mengamati perilaku aspek perkembangan pribadi sosial peserta didik
pada jenjang MTs yang mana kami memilih MTs Muhammadiyah 1 Malang untuk
dijadikan objek penelitian. Semoga setelah dilakukan pengamatan ini, kami dapat
mengetahui secara spesifik lebih detail tentang aspek perkembangan peserta didik
jenjang MTs pada aspek Pribadi Sosial pada mata kuliah Teori dan Pengembangan
Multimedia Bimbingan dan Konseling dan dapat mengulas informasi dengan objek
objektif untuk dapat menambah informasi untuk diri kami sendiri maupun orang lain.
B. Tujuan
Observasi dan penyebaran angket lewat google form ini bertujuan untuk menyelesaikan
tugas Teori dan Pengembangan Multimedia Bimbingan dan Konseling, serta digunakan untuk
mengetahui bagaimana aspek perkembangan pribadi sosial pada peserta didik itu berkembang.
C. Sasaran
Pada observasi berikut sasaran yang ditujukan adalah peserta didik dari jenjang
Madrasah Tsanawiyah (MTs). Peserta didik yang menjadi sasaran merupakan peserta didik
MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang, yang sekarang tengah menekuni bangku kelas 9. Alasan
kenapa sasaran kami adalah peserta didik kelas 9 yaitu, anak usia remaja pertengahan biasanya
mengalami perubahan pribadi sosial yang cukup signifikan.
D. Waktu dan Tempat
Observasi ini dilaksanakan pada:
Hari dan Tanggal : Jumat, 16 Februari 2024
Waktu : 09.35 - 10.20 WIB
Tempat : MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang (Ruang kelas 9 A)
E. Metode
Metode yang digunakan untuk observasi ini adalah penyebaran angket dengan media google
form. Di dalam angket ini berisi pernyataan-pernyataan tentang aspek pribadi sosial pada
peserta didik, yang terfokuskan pada motivasi belajar, dan percaya diri.
F. Data Responden
Data responden yang didapatkan dari peserta didik kelas 9 di MTs Muhammadiyah 1 Kota
Malang adalah sebagai berikut:

Jumlah peserta didik kelas ini sebanyak 23 orang, yang dimana peserta didik laki-laki berjumlah
8 orang dengan persentase 34,8%, dan peserta didik perempuan berjumlah 15 orang dengan
persentase 65,2%. Selain itu jumlah umur peserta didik mulai dari rentang 14 tahun - 18 tahun.
Persentase siswa dengan umur 14 tahun yaitu 47,8% dengan jumlah 11 peserta didik, 15 tahun
30,4% dengan jumlah 7 peserta didik, 16 tahun 13%dengan jumlah 3 peserta didik, 17 tahun
4,3% dengan jumlah 1 peserta didik, 18 tahun 4,3% dengan jumlah 1 peserta didik.
G. Hasil Survei Aspek Pribadi Sosial

Dalam google form yang kami sebarkan terdapat 20 pertanyaan yang wajib diisi oleh masing-
masing siswa dari kelas 9A MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang. Adapun analisis hasil survei sebagai
berikut:

1. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa sekitar 56,5% peserta didik pada kelas 9
merupakan peserta didik yang mampu mengungkapkan pendapatnya, akan tetapi sebanyak 43,5%
merasa tidak percaya diri untuk mengungkapkan pendapatnya. Hal ini bisa saja disebabkan oleh
pertama adanya rasa trauma untuk berbicara di depan banyak orang, atau bisa saja karena malu.
Selain itu peran lingkungan sangat berpengaruh akan perkembangan percaya diri ini. Jika seorang
anak tumbuh pada lingkungan yang mendukung untuk merasa percaya diri maka anak itu akan
tumbuh dengan rasa percaya diri yang tinggi dan ini akan menjadi sebuah kebalikan untuk anak
yang berada pada lingkungan yang tidak mendukung untuk percaya diri.

2. Pernyataan ini menunjukkan bahwa sebanyak 87% peserta didik menjawab bahwa
mereka selalu mengerjakan sekolah secara mandiri. Dimana dalam kasus ini bisa saja 87% itu
adalah hasil dimana seorang anak memiliki jiwa kompeten yang tinggi, yang dimana mereka
percaya akan hasil yang akan mereka dapatkan. Dan di sini bisa saja hal yang menyebabkan mereka
mengerjakan ujian sekolah secara mandiri itu karena sudah paham akan materi yang akan
dikerjakan untuk soal ujian tersebut. Sedangkan 13% dari kelas ini menjawab tidak pada pernyataan
ini, dimana pasti ada sebuah hal yang, membuat mereka tidak mandiri dalam menjawab pernyataa
tersebut. Misalnya, mereka tidak belajar, atau mungkin tidak memahami materinya.

3. Terdapat 82,6% jawaban “ya” dari pernyataan ini, ini dapat disimpulkan bahwa
mereka sudah bisa membuat pertimbangan yang bisa dilakukan untuk diri mereka sendiri,
yang dimana pertimbangan itu untuk menentukan keputusan yang terbaik untuk diri mereka
sendiri. Sedangkan 17,4% merasa belum bisa mengambil keputusan sendiri. Biasanya anak
yang berani memberikan keputusan dengan pertimbangan itu sudah terlatih sejak lama.

4. Pada pernyataan 4 ini, ada 59,1% menyatakan “tidak” malas untuk


melaksanakan ibadah. Disisi ini dapat dilihat sebagian besar peserta didik sudah mengerti
kewajiban beribadah, akan tetapi ada sekitar 40,9% peserta didik masih sering merasa
malas untuk beribadah. Hubungan aspek pribadi sosial dengan kemalasan siswa dalam
beribadah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kurangnya lingkungan sosial yg
cenderung mengabaikan ibadah atau kurang religius. Untuk mengatasi hal tersebut penting
bagi lingkungan pendidikan agar mampu menumbuhkan kesadaran spiritual siswa agar
mengatasi kemalasan beribadah.

5. Ada 87% jawaban tidak untuk pernyataan membolos ketika banyak tugas
sekolah, di sini mencerminkan apabila peserta didik MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Meski tugas itu terlalu banyak peserta didik
mampu melaksanakan tugasnya sebagai siswa dengan baik. Sedangkan untuk 13% lainnya
menjawab“ya”. Berarti ini menunjukan bahwa untuk aspek pribadi sosial, mereka sudah
tahu bahwa motivasi belajar itu adalah pengaruh yang kuat pada kebiasaan mereka. ..

6. Saya sering mencontek tugas sekolah teman saya.

Dari pertanyaan tersebut 34,8% siswa menjawab tidak. Sementara 65,2% menjawab
iya. Hal tersebut menunjukan bahwa kurangnya motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran.
Siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran mungkin cenderung
mencontek sebagai cara untuk mengatasi kekurangan pengetahuan mereka. Siswa yang kurang
tertarik atau kurang peduli terhadap tugas atau pembelajaran secara keseluruhan mungkin
mencari cara singkat, seperti mencontek, untuk menyelesaikan tugas tanpa benar-benar terlibat
dalam proses pembelajaran. Pengaruh teman sebaya bisa memainkan peran dalam keputusan
siswa untuk mencontek.

7. Saya menerima kekurangan saya seperti halnya kelebihan saya.

Dari pertanyaan tersebut 21,7% siswa menjawab tidak. Sementara 78,3% menjawab
iya. Penerimaan kekurangan diri (self-acceptance) adalah kemampuan untuk menerima dan
menghargai diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Hubungan antara aspek
pribadi dan sosial dengan penerimaan kekurangan diri dapat memainkan peran penting dalam
membentuk citra diri seseorang. Siswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi
cenderung lebih mampu menerima kekurangan diri mereka. Kepercayaan diri yang sehat dapat
membantu mereka melihat kelebihan dan kekurangan sebagai bagian alami dari diri mereka.
Penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung penerimaan kekurangan diri di
sekolah. Mendukung siswa untuk mengembangkan kepercayaan diri, keterampilan emosional,
dan pemahaman diri yang positif dapat membantu mereka menghadapi kehidupan dengan lebih
baik dan meningkatkan penerimaan terhadap berbagai aspek diri mereka, termasuk kekurangan
diri.
8. Saya suka memberi ide-ide terhadap tugas ketika teman saya bingung.

Dari pertanyaan tersebut 17,4% siswa menjawab tidak. Sementara 82,6% menjawab
iya. Siswa yang suka berbagi ide-ide positif memiliki karakteristik pribadi sosial yang baik.
Kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan teman-teman sekelas dapat mendorong
siswa untuk memberikan ide-ide yang konstruktif. Siswa yang memiliki hubungan sosial yang
baik dengan teman-teman sekelas cenderung lebih bersedia berbagi ide-ide. Rasa kepercayaan
dan kenyamanan dalam lingkungan sosial dapat memicu kolaborasi dan pertukaran ide.

9. Teman-teman sering mengejek penampilan saya, sehingga saya merasa minder dan
malu.

Dari pertanyaan tersebut 78,3% siswa menjawab tidak. Sementara 21,7% menjawab
iya. Situasi di mana teman-teman sering mengejek penampilan seseorang dapat sangat
mempengaruhi kesejahteraan emosional dan mental seseorang. Siswa yang memiliki tingkat
kepercayaan diri yang tinggi mungkin lebih mampu menghadapi komentar negatif terkait
penampilan dan tidak terlalu dipengaruhi olehnya. Sebaliknya, kekurangan kepercayaan diri
bisa membuat seseorang lebih rentan terhadap dampak buruk dari ejekan tersebut. Budaya
sekolah dan norma sosial dapat memainkan peran penting. Jika sekolah mempromosikan sikap
positif dan menentang pelecehan atau ejekan, siswa mungkin merasa lebih aman dan didukung.

10. Saya akan menyelesaikan tugas sekolah tepat pada waktunya.

Dari pertanyaan tersebut 34,8% siswa menjawab tidak. Sementara 65,2% menjawab
iya. Hubungan antara aspek pribadi dan sosial dengan kemampuan menyelesaikan tugas
sekolah tepat pada waktunya dipengaruhi oleh kedisiplinan diri. Siswa yang memiliki tingkat
disiplin diri yang tinggi cenderung lebih mampu mengatur waktu dengan baik dan
menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Lingkungan di rumah dan di sekolah dapat
memainkan peran. Dukungan dari orang tua dan guru dalam memberikan panduan,
memberikan fasilitas yang diperlukan, dan menciptakan lingkungan yang mendukung dapat
membantu siswa menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
11. Saya sering tidak mentaati aturan yang berlaku di sekolah.

Dari pertanyaan tersebut 65,2% siswa menjawab tidak. Sementara 34,8% menjawab
iya. Siswa yang mengalami ketidakstabilan emosional, seperti kecemasan, depresi, atau
kemarahan yang tidak terkelola, mungkin cenderung tidak mentaati aturan sebagai cara untuk
mengekspresikan ketidakpuasan atau ketidakmampuan mengelola emosi. Lingkungan sosial,
terutama pengaruh teman sebaya, dapat memengaruhi keputusan siswa untuk tidak mentaati
aturan. Jika ada tekanan dari teman-teman untuk melanggar aturan, siswa mungkin merasa
cenderung untuk mengikuti teman-teman mereka. Jika norma sosial di sekolah tidak
mendukung kepatuhan terhadap aturan, siswa mungkin merasa bahwa perilaku tidak patuh
diterima atau bahkan dianggap sebagai bentuk "keberanian."

12. Saya mempunyai cita-cita yang selalu di dukung oleh orang tua.
Dari pertanyaan tersebut 21,7% siswa menjawab tidak. Sementara 78,3% menjawab
iya. Dukungan orang tua memainkan peran penting dalam membentuk dan mengarahkan cita-
cita anak-anak mereka. Mendukung cita-cita anak-anak melibatkan kombinasi pengakuan dan
penghargaan terhadap aspirasi mereka, serta memberikan dukungan praktis dan emosional.
Orang tua dapat berperan sebagai mentor dan penasihat dalam membimbing anak-anak menuju
tujuan mereka. Penting juga untuk memahami bahwa setiap anak unik, dan dukungan yang
diberikan oleh orang tua perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kepribadian masing-masing
anak.

13. Saya mempunyai cita-cita yang teramat susah untuk di wujudkan.

Dari pertanyaan tersebut 39,1% siswa menjawab tidak. Sementara 60,9% menjawab
iya. Penerimaan dan dukungan dari lingkungan sosial dapat memainkan peran penting dalam
mewujudkan cita-cita. Jika seseorang memiliki dukungan positif dari keluarga dan teman-
teman, ini dapat memberikan motivasi dan keyakinan diri yang diperlukan untuk mengejar cita-
cita yang sulit. Penerimaan dan dukungan dari lingkungan sosial dapat memainkan peran
penting dalam mewujudkan cita-cita. Jika seseorang memiliki dukungan positif dari keluarga
dan teman-teman, ini dapat memberikan motivasi dan keyakinan diri yang diperlukan untuk
mengejar cita-cita yang sulit. Faktor-faktor lingkungan seperti kondisi ekonomi, budaya, dan
sosial dapat menjadi hambatan bagi pencapaian cita-cita yang sulit. Misalnya, keterbatasan
sumber daya atau norma sosial tertentu dapat mempersulit upaya seseorang untuk mencapai
tujuannya.
14. Saya ingin menjadi orang yang di segani di antara teman yang lain

Dari pertanyaan tersebut 60,9% siswa menjawab tidak. Sementara 39,1% menjawab
iya. Cara seseorang berinteraksi dengan orang lain dapat memengaruhi bagaimana ia ingin
dilihat oleh orang lain. Misalnya, seseorang yang aktif dalam membantu orang lain atau
memiliki keterlibatan sosial yang positif mungkin lebih cenderung menginginkan penghargaan.
Keinginan untuk disegani juga dapat terkait dengan tingkat harga diri seseorang. Orang yang
memiliki tingkat harga diri yang rendah mungkin merasa perlu mendapatkan pengakuan
eksternal untuk meningkatkan persepsi diri mereka.
15. Saat saya sedang mengalami banyak konflik dengan teman dan keluarga, guru BK
memberikan saya motivasi

Dari pertanyaan tersebut 65,2% siswa menjawab tidak. Sementara 34,8% menjawab
iya. Hubungan pribadi sosial yang kuat antara guru BK dan siswa dapat membantu
menciptakan keterlibatan emosional yang penting. Guru BK yang memiliki hubungan yang
baik dengan siswa akan lebih mudah membangun kepercayaan, sehingga siswa lebih terbuka
untuk menerima motivasi dan dukungan dari mereka. Siswa yang merasa didukung secara
emosional oleh guru BK dalam menghadapi konflik sosial cenderung lebih termotivasi untuk
mencari solusi dan mengatasi masalah tersebut. Hubungan pribadi yang baik dapat
memberikan landasan bagi motivasi siswa untuk mencari bantuan dan bimbingan dari guru
BK.

16. Guru BK melakukan pendekatan yang tepat untuk menghadapi karakter saya.

Dari pertanyaan tersebut 65,2% siswa menjawab tidak. Sementara 34,8% menjawab
iya. Hubungan pribadi sosial memainkan peran kunci dalam pendekatan seorang guru
bimbingan dan konseling (BK) terhadap karakter siswa. Cara guru BK berinteraksi dengan
siswa secara pribadi dapat memengaruhi bagaimana mereka mendekati dan membantu siswa
mengembangkan karakter mereka. Guru BK yang memiliki hubungan pribadi sosial yang baik
dengan siswa dapat memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang karakter individual
mereka. Dengan memahami keunikan setiap siswa, guru BK dapat mengadopsi pendekatan
yang lebih terpersonal dan sesuai dengan kebutuhan karakter siswa.

17. Ketika saya melanggar tata tertib di sekolah guru BK langsung menegur saya dengan
baik . Dari pertanyaan tersebut 26,1% siswa menjawab tidak. Sementara 73,9%
menjawab iya. Guru BK dapat melakukan penilaian terhadap perilaku siswa yang
melanggar tata tertib. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang penyebab dan konteks
perilaku tersebut. Dengan menilai situasi dengan cermat, guru BK dapat mengidentifikasi
faktor-faktor yang mendorong perilaku melanggar tata tertib. Guru BK dapat memberikan
konseling individual kepada siswa yang melanggar tata tertib. Melalui sesi konseling, guru
BK dapat membantu siswa memahami konsekuensi dari perilaku mereka, mengidentifikasi
masalah yang mendasarinya, dan mengembangkan strategi perubahan perilaku.
18. Guru BK tidak pernah ada diruangan, ketika saya datang keruangan BK

Dari pertanyaan tersebut 56,5% siswa menjawab tidak. Sementara 43,5% menjawab
iya. Guru BK sering berperan sebagai sumber dukungan emosional bagi siswa yang mengalami
kesulitan emosional atau psikologis. Jika guru BK tidak tersedia, siswa mungkin merasa
kesulitan mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan untuk mengatasi masalah pribadi atau
emosional mereka. Guru BK biasanya terlibat dalam penanganan konflik antar-siswa atau
siswa-guru. Tanpa kehadiran guru BK, penyelesaian konflik dapat menjadi lebih sulit, dan
potensi konflik yang tidak terselesaikan dengan baik dapat memengaruhi hubungan sosial di
sekolah.

19. Guru BK memberikan peluang untuk mengembangkan minat dan bakat saya

Dari pertanyaan tersebut 43,5% siswa menjawab tidak. Sementara 56,5% menjawab
iya. Mengenali dan mengembangkan minat dan bakat membantu siswa memahami diri mereka
sendiri dengan lebih baik. Ini memainkan peran penting dalam pengembangan identitas diri
mereka dan membantu mereka merasa lebih yakin tentang siapa mereka. Aktivitas yang
berkaitan dengan minat dan bakat sering kali melibatkan pengembangan keterampilan khusus.
Guru BK dapat membantu siswa mengidentifikasi keterampilan yang terkait dengan minat
mereka dan memberikan dukungan untuk mengembangkannya lebih lanjut

20. Guru BK memanggil saya keruangan ketika, nilai pelajaran saya banyak yang jelek

Dari pertanyaan tersebut 87% siswa menjawab tidak. Sementara 13% menjawab iya.
Jika nilai siswa menurun atau terjadi penurunan kinerja akademik, guru BK dapat memanggil
siswa untuk memberikan dukungan tambahan. Sesi ini dapat difokuskan pada identifikasi
hambatan belajar, pengembangan strategi studi yang lebih efektif, dan peningkatan motivasi
belajar. Jika ada tanda-tanda masalah sosial atau emosional, seperti perubahan perilaku, isolasi
diri, atau gejala stres, guru BK dapat memanggil siswa untuk membahas masalah tersebut. Sesi
ini dapat memberikan dukungan emosional, membantu siswa mengidentifikasi sumber stres,
dan mengembangkan strategi penanganan.
H. Lampiran
Lampiran ini berupa foto-foto dokumentasi yang sempat di ambil di ruang kelas 9A. Berikut
ini akan disertakan dokumentasi-dokumentasinya:

Anda mungkin juga menyukai