Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak siswa lulusan SMA (sederajat) merasa bingung dan tidak tahu

melanjutkan sekolah kemana, padahal mereka harus masuk atau mendaftar di

perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Oleh karenanya ketepatan memilih

serta menentukan keputusan karier menjadi titik penting dalam perjalanan hidup

manusia. Keputusan memilih suatu karir dimulai saat individu berada pada masa

remaja. Pada usia remaja, sekolah merupakan aspek penting dalam kehidupan

karena pendidikan menyiapkan mereka dalam kondisi siap untuk mengambil

keputusan karir.

Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam

perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan merupakan

tujuan utama dalam perencanaan karir yang harus ditempuh oleh setiap individu.

Seligman (dalam Marliyah dkk, 2004) mengatakan bahwa sejumlah karir mulai

dibangun dan dikembangkan sejak masa sekolah dan karir dapat juga dikatakan

sebagai suatu cita-cita yang diinginkan, baik yang berkaitan dengan suatu bidang

pendidikan, pekerjaan maupun suatu profesi tertentu. Artinya pada masa sekolah

siswa sudah harus merencanakan semua perihal yang berhubungan dengan masa

depan.

Menurut hasil penelitian Ayad, ditemukan bahwa 64,25% siswa pada

jenjang Pendidikan Menengah (SMA, MA, SMK) belum mampu mengambil

keputusan untuk profesi dan karier yang akan digeluti. Hal ini dikarenakan

mereka belum memperoleh wawasan, pengetahuan dan informasi yang cukup

1
untuk mengambil keputusan tentang profesi serta karier yang akan digelutinya

(http://petamasadepanku.net, diakses tanggal 13 April 2022 pukul 18.00 WIB).

Pada waktu tes untuk pemilihan jurusan hampir 40% siswa bingung

dengan jurusan dan sekolah yang mereka pilih. Contoh kasusnya sebagai berikut,

(1) Ada siswa yang salah memilih jurusan. Banyak siswa yang bakat dan

minatnya di IPA, tetapi karena akhir-akhir ini diberlakukan standar kelulusan

yang tiap tahun semakin naik nilainya maka banyak siswa IPA yang ingin pindah

ke IPS. Akan tetapi, sebagian dari mereka jenuh karena tidak berniat untuk

menghafal dan banyak juga yang kelelahan belajar akutansi; (2) Ada siswa yang

bingung memilih jurusan maupun memilih perguruan tinggi yang bonafit baik itu

swasta ataupun negeri; (3) Ada siswa yang bingung mengeluhkan bagaimana

keadaan dunia kerja dan pekerjaan apa yang layak mereka terima ketika seusai

menyelesaikan studi di bangku SMA. Hal ini dikarenakan semakin ketatnya

persaingan di dunia kerja itu sendiri.

Dari potret gambaran program penjurusan di Sekolah Menengah Atas

(SMA), sangat terlihat ketika seorang siswa memasuki gerbang perguruan tinggi

maupun memasuki dunia kerja. Tidak sedikit dari siswa SMA yang terombang

ambing dikarenakan bingung saat mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SNMPTN) di samping mempersiapkan diri untuk mengikuti Ujian

Nasional Berbasis Komputer. Hal ini juga akan terlihat saat memasuki dunia

kerja, banyak siswa baik lulusan SMA maupun SMK tercengang ketika melihat

gambaran mengenai dunia kerja yang mereka harapkan sesuai dengan kemampuan

dan keterampilan, tidak sesuai dengan harapan.

2
Menurut Conger (Marliyah dkk, 2004) salah satu tugas perkembangan

remaja adalah pemilihan dan persiapan karir. Pemilihan karir merupakan saat

seorang remaja mengarahkan diri pada suatu tahapan baru dalam kehidupan

mereka. Membuat keputusan memilih karir merupakan usaha remaja menemukan

dan melakukan pilihan di antara berbagai kemungkinan yang timbul dalam proses

pemilihan karir.

Di antara Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), terdapat perbedaan

substansial dalam kebutuhan perkembangan dan kematangan kariernya. Beberapa

faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan karier, di antaranya adalah (1)

Faktor-faktor yang bersumber pada diri individu, meliputi kemampuan inteligensi,

bakat, minat, kepribadian dan potensi-potensi lainnya; (2) Faktor-faktor sosial,

meliputi kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer terdiri dari

keluarga, sedang kelompok sekunder terdiri dari keadaan, sifat, sikap, tujuan dan

nilai-nilai dari kelompok sebaya.

Individu dikatakan matang atau siap dalam mempersiapkan karir jika semua

yang berhubungan dengan karir sudah direncanakan dari awal. Pengetahuan yang

dimilikinya untuk merencanakan karir didukung oleh informasi yang kuat mengenai

pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Dalam sebuah penelitian pada

individu-individu setelah mereka meninggalkan bangku Sekolah Menengah Atas

(SMA) diketahui bahwa setengah dari mereka tidak sistematis dan tidak memiliki

arah, karena tidak merencanakan karir mereka dari awal.

Di dalam pendidikan formal terdapat guru yang bertugas membantu secara

profesional dalam menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh para siswa.

Guru tersebut adalah guru Bimbingan dan Konseling. Salah satu layanan yang

diberikan adalah layanan informasi tentang bimbingan karier. Layanan informasi

3
bimbingan karier adalah salah satu bidang bimbingan yang berusaha membantu

individu dalam memecahkan masalah karier atau pekerjaan untuk menyesuaikan

diri yang sebaik-baiknya demi masa depannya sehingga akan berpengaruh pada

masa depannya. Dewa Ketut Sukardi (dalam Yeni Karneli, 2009) Berbagai

informasi yang diberikan bertujuan agar para siswa dapat mengenal dan

memperoleh pemahaman diri dalam kaitannya dengan dunia kerja, pendidikan,

sosial dan masalah kemasyarakatan lainnya serta mempertimbangkan suatu

pekerjaan yang akan dijadikan sebagai bahan untuk mengambil keputusan.

Bimbingan karier yang ideal adalah suatu proses perkembangan yang

berkesinambungan, berfungsi membantu para siswa melalui perantara kurikuler

terutama dalam hal perencanaan karier, pembuatan keputusan, perkembangan

keterampilan atau keahlian, informasi karier dan pemahaman diri (Winkel,

2010:316).

Adanya layanan informasi bimbingan karier diharapkan dapat

menimbulkan kemandirian memilih karier siswa. Kemandirian sebagai kebutuhan

psikologis merupakan suatu tugas bagi remaja. Dalam hal ini menggambarkan

bentuk sikap dimana seorang siswa mampu memahami diri, memahami

kemampuannya, menemukan sendiri apa yang dilakukan, menentukan dalam

kemungkinan-kemungkinan dari hasil perbuatannya dan akan memecahkan

sendiri masalah yang dihadapinya serta tidak akan terpengaruh apalagi meminta

bantuan kepada orang lain. Dengan kemandirian, remaja harus belajar dan berlatih

dalam membuat rencana, memilih pilihan yang lain, membuat keputusan,

bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang dilakukannya.

4
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa layanan informasi bimbingan

kerier perlu diberikan kepada siswa untuk menyaring serta menyeleksi ,

merencanakan potensi yang dimiliki oleh para siswa dalam menentukan

pilihannya untuk mewujudkan dirinya pada pekerjaan atau jabatan atau karier

yang akan ditempuh dikemudian hari. Dari latar belakang di atas penulis ingin

meneliti masalah ini dengan judul “ Upaya Mengatasi Permasalahan Karier Siswa

melalui layanan informasi dengan menggunakan Analisa SWOT pada Kelas XII

IPS 1 SMA Negeri 2 Sigli Tahun Pelajaran 2021/2022”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagaimanakah upaya mengatasi permasalahan karier siswa melalui layanan

informasi dengan menggunakan Analisa SWOT pada Kelas XII IPS 1 SMA

Negeri 2 Sigli Tahun Pelajaran 2021/2022.

C. Tujuan Penelitiaan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui upaya mengatasi permasalahan karier siswa melalui layanan

informasi dengan menggunakan Analisa SWOT pada Kelas XII IPS 1 SMA

Negeri 2 Sigli Tahun Pelajaran 2021/2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data tentang sejauh

mana keefektifan layanan informasi yang akan merencanakan karir siswa. Selain

itu juga diharapkan dapat menambah referensi bacaan bagi kepentingan

peningkatan ilmu pengetahuan.

5
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa:

Diharapkan dapat mempersiapkan diri untuk merencanakan karir yang

terarah melalui layanan informasi dengan menggunakan analisa SWOT.

b. Bagi guru Bimbingan Konseling

Dapat digunakan sebagai bahan acuan atau pertimbangan dalam

pelaksanaan layanan informasi dalam mempersiapkan karir siswa.

c. Sekolah

Menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi kepala sekolah untuk

menetapkan suatu kebijakan tentang bimbingan yang diberikan guru BK.

6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teori

1. Beberapa Pengertian

a. Karier

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:237) perencanaan adalah

proses, cara, perbuatan merencanakan (merancangkan), hal itu dilaksanakan

sepenuhnya. Gibson dkk (1995:112) merumuskan karir sebagai rangkaian sikap

dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama

rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus

berkelanjutan. Dengan demikian karir seorang individu melibatkan rangkaian

pilihan dari berbagai macam kesempatan.

Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang

akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa harus dikerjakan dan siapa yang

mengerjakannya. Untuk itu, perencanaan membutuhkan data dan informasi agar

keputusan yang diambil tidak lepas kaitannya dengan masalah yang dihadapi pada

masa yang akan datang. Sedangkan menurut Soetjipto (2002:87), karir merupakan

bagian dari perjalanan hidup seseorang, bahkan bagi sebagian orang merupakan

suatu tujuan hidup.

Menurut Irianto (2001:94) Pengertian karir adalah meliputi elemen-

elemen obyektif dan subyektif. Elemen obyektif berkenaan dengan kebijakan

kebijakan pekerjaan atau posisi jabatan yangditentukan organisasi, sedangkan

elemen subyektif menunjuk pada kemampuan seseorang dalam mengelola karir

dengan mengubah lingkungan obyektif (misalnya dengan mengubah

7
pekerjaan/jabatan) atau memodifikasi persepsi subyektif tentang suatu situasi

(misalnya dengan mengubah harapan).

Sedangkan menurut Simamora (2001:504) karir adalah dapat

dipandang dari beberapa perspektif yang berbeda, antara lain dari perspektif yang

obyektif dan subyektif. Dipandang dari perspektif yang subyektif, karir

merupakan urut-urutan posisi yang diduduki oleh seseorang selama hidupnya,

sedangkan dari perspektif yang obyektif, karir merupakan perubahan-perubahan

nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi karena seseorang menjadi semakin tua.

Ada orang yang sukses dalam karirnya dan ada juga yang gagal. Banyak

hal yang menjadi penyebab sukses ataupun gagalnya seseorang dalam karirnya.

Salah satunya adalah terkait dengan perencanaan karir. Perencanaan itu mesti ada

sebelum kita melakukan kegiatan apapun, tentu saja agar kegiatan tersebut

berjalan dengan lancar. Sama halnya juga dengan karir, seseorang mestilah harus

merencanakan karirnya sedini mungkin demi kesuksesan karirnya ke depan.

Menurut Sukardi dalam Falentini (2013) perencanaan karir merupakan proses

seseorang individu untuk memilih dan memutuskan karir yang hendak dijalaninya

yang berlangsung seumur hidup. Untuk membantu siswa dalam mempersiapkan

dirinya dalam pemilihan karir, maka siswa terlebih dahulu dapat memahami

keterampilan yang dimiliki, bakat, minat, cita-cita serta aspek lain.

Contoh nyata yang sering kita jumpai di lingkungan sekolah adalah

pemilihan jurusan. Banyak kemudian siswa yang lebih memilih jurusan IPA

dibandingkan jurusan IPS. Alasan merekapun beragam ada yang memang karena

menyukai pelajarannya, ada juga yang merasa bahwa ia hanya mampu pada

pelajaran di jurusan IPA, ada juga karena menurut keinginan orang tua, atau

8
karena teman dekatnya berada di jurusan tersebut bahkan ada juga yang

memilihnya karena faktor gengsi belaka, ini dilatarbelakangi oleh adanya

pendapat di kalangan masyarakat bahwa siswa yang berada di jurusan IPA adalah

siswa yang pintar. Jika ini yang terjadi maka kemungkinan untuk mengalami

kendala pada saat pembelajaran cukup besar. Ini disebabkan karena ia tidak cukup

memiliki bekal dalam menghadapi berbagai hal yang akan terjadi dalam

pembelajaran, diantaranya adalah kemampuan yang dimilikinyabisa saja tidaklah

cocok berada di jurusan IPA namun di jurusan lain.

Hal inilah yang turut mengakibatkan adanya siswa yang akhirnya pindah

jurusan karena merasa kewalahan dengan pelajarannya atau bahkan tidak naik

kelas dengan alasan nilai yang tidak memenuhi standar. Karenanya perencanaan

karir menjadi perlu untuk dilakukan oleh para siswa.

Adapun argumen di kalangan masyarakat yang mengatakan bahwa siswa

yang berada di jurusan IPA adalah siswa yang pintar, ini juga perlu ditelaah

kembali. Sebaiknya para siswa mempertimbangkan fenomena yang sebenarnya,

bahwa setiap orang dilahirkan di dunia tidaklah sia-sia. Setiap anak dilahirkan di

dunia dengan membawa potensinya masing-masing, ada yang memiliki potensi di

bidang saintis, sosial, bisis, artistik dan lain-lain. Pintar ataupun tidak pintarnya

seseorang itu dikembalikan lagi ke individu masing-masing, sudah sejauhmana ia

berusaha (belajar dan berdoa).

Kesimpulannya adalah jurusan apapun pada dasarnya adalah baik entah

itu IPA atau IPS karena kesemuanya saling mendukung guna tercapainya

kehidupan yang lebih baik dan setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi

yang terbaik sesuai dengan keahliannya masing-masing.

9
Seseorang yang telah memiliki perencanaan karier tentunya memiliki

perbedaan dengan yang belum memiliki perencanaan karir, seseorang yang telah

memiliki perencanaan karir tentunya lebih terarah dalam pengambilan keputusan

hidupnya baik itu pendidikan maupun gaya hidupnya, sesuai dengan pendapat

Winkel dalam Nurjannah (2013) mengenai tujuan dari perencanaan karir yaitu

terdiri dari tujuan jangka panjang yang mencakup gaya hidup yang ingin dicapai

dan nilai kehidupan yang ingin direalisasikan dalam hidup dan tujuan jangka

pendek, yaitu mencakup tujuan-tujuan yang mungkin diraih dalam jangka waktu

yang tidak begitu lama dimana hal itu dapat dipergunakan dalam persiapan untuk

memegang jabatan kelak di kemudian hari, misalnya gelar (S1, Diploma,

dll) ataupun sertifikat.

Terlepas dari kedua tujuan tersebut hal yang penting disadari berkaitan

dengan perencanaan karir adalah perencanaan yang baik tentunya memberikan

kemungkinan yang cukup besar akan hasil yang baik pula. Berikut ini merupakan

ciri-ciri seseorang yang telah memiliki perencanaan karir yang dikemukakan oleh

Tohirin (2013:133) yaitu:

1. memiliki pemahaman terhadap dunia kerja

2. memiliki minat dan bakat khusus terhadap dunia karier tertentu

3. mempunyai kepribadian yang berkenaan dengan karir

4. memiliki nilai-nilai yang berkaitan dengan karier.

b. Layanan Informasi

Layanan informasi terdiri dari dua kata yaitu layanan dan informasi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:646) layanan berarti perihal atau

cara melayani, sedangkan informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar

10
atau berita tentang sesuatu, jadi layanan informasi adalah cara

menyampaikan/memberitahukan kabar, berita tentang sesuatu hal.

Winkel dan Sri Hastuti (2010:178) menjelaskan bahwa layanan informasi

adalah usaha untuk membekali para siswa dengan pengetahuan tentang data dan

fakta dibidang pendidikan sekolah bidang pekerjaan dan bidang perkembangan

pribadi social, supaya mereka dengan belajar tentang lingkungan hidupnya lebih

mampu mengatur dan merencanakan kehidupanya sendiri.

Menurut Prayitno dan Erman Amti (2008:256), layanan informasi adalah

kegiatan memberikan pemahamn kepada individu-individu yang berkepentingan

tentang tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalalni suatu tugas atau

kegiatan, atau untuk memnentukan arah suatu tujuan atau rencana yang

dikehendaki.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa layanan

informasi ialah kegiatan bimbingan yang bermaksud membantu siswa untuk

mengenal lingkunganya, yang sekiranya dapat dimanfaatkan untuk masa kini

maupun masa yang akan datang.

c. Analisa SWOT

SWOT adalah sebuah singkatan dari streghts (S), Weakness (W),

Opportunities (O), Threats (T). Analisa SWOT sendiri memiliki tujuan untuk

memisahkan masalah pokok dan memudahkan pendekatan strategis dalam suatu

organisasi. Penjelasan dari masing-masing SWOT.

2. Perkembangan Karier Remaja

Banyak tokoh yang mengemukakan tentang berkembangnya karir dalam

kehidupan seorang individu. Salah satunya, Ginzberg, dkk (dalam Winkel, 1997)

11
yang memandang perkembangan karir sebagai suatu proses pemilihan karir yang

dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Tahap fantasi (usia lahir sampai 11 tahun)

Pada tahap ini anak hanya bermain-main saja dan permainan dinilai tidak

memiliki kaitan ke dalam pemilihan karir karena anak memiliki kesadaran yang

masih rendah terhadap hambatan-hambatan perkembangan karir. Anak usia 4-5

tahun biasanya sudah dapat menyebutkan pilihan tertentu bila ditanya mengenai

cita-cita, namun masih belum dapat membedakan antara keinginan sendiri atau

keinginan orang lain.

b. Tahap tentatif (usia 11-17 tahun)

Pada tahap ini terdapat 4 periode:

1) Tahap minat (interest) usia 11-12 tahun, dimana anak membuat sikap

terhadap hal yang disukai dan yang kurang disukai.

2) Tahap kemampuan (capacity) usia 12-13 tahun, dimana anak mulai

menyadari berbagai kemampuan serta kapasitas dirinya dalam menentukan

tujuan karir, anak dapat menunjukkan pertanyaan-pertanyaan sehubungan

dengan karakteristik yang dibutuhkan oleh berbagai jenis pekerjaan dan

mengevaluasi kemampuannya apakah sesuai dengan pilihan yang mereka

minati.

3) Tahap nilai-nilai (values), usia 14 tahun, dimana remaja mulai menghayati

nilai-nilai kehidupan yang ingin dicapainya.

4) Tahap transisi (transition), usia 15-16 tahun, dimana remaja mulai

memadukan minatnya dan sudah dapat merencanakan karirnya yang

merupakan integrasi dari nilai-nilai, kapasitas dan minat. Remaja memiliki

12
kesadaran akan kebutuhan untuk membuat pilihan karir, mengambil

tanggung jawab seperti orang dewasa dan melakukan transisi dari sekolah

ke dunia kerja.

c. Tahap realistik (usia 17-25 tahun)

Tahap ini mulai dengan eksplorasi (exploration) dimana remaja masih

mempertimbangkan dua atau tiga alternatif jabatan, tetapi belum dapat membuat

keputusan, kemudian diikuti oleh masa kristalisasi (crystallization) dimana remaja

mulai merasa lebih mantap kalau memangku jabatan tertentu atau adanya

komitmen terhadap tujuan karir dan yang terakhir adalah penentuan

(specification) dimana remaja membuat keputusan tentang jabatan tertentu.

Sementara itu, Donald E. Super (Santrock, 2003:125) membagi proses

perkembangan karir atas lima tahap, yaitu:

a. Tahap pengembangan (growth) mulai dari saat lahir sampai umur lebih

kurang 15 tahun, anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas,

sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur

gambaran diri (self-concept structure).

b. Tahap eksplorasi (exploration) dari umur 15 sampai 24 tahun dimana

orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum

mengambil keputusan yang mengikat.

c. Tahap pemantapan (establishment) dari umur 25 sampai 44 tahun,

bercirikan usaha tekun memantapkan diri melalui seluk beluk pengalaman

selama menjalani karir tertentu.

13
d. Tahap pembinaan (maintenance) dari umur 45 tahun sampai 64 tahun,

orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan

jabatannya.

e. Tahap kemunduran (decline) dimana orang memasuki masa pensiun dan

harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya.

Berdasarkan tahap tersebut dapat digambarkan bahwa ada tiga tahapan

dalam perkembangan karir remaja, yaitu: fantasi, tentatif dan realistik. Remaja

usia 15-18 tahun berada pada tahap tentatif dan eksplorasi, sehingga remaja sudah

dapat mempersepsikan mengenai keputusan memilih karir sesuai dengan bakat,

minat dan kemampuannya.

3. Aspek-Aspek Keputusan Karir

Dalam memutuskan suatu karir, terdapat beberapa aspek yang

mempengaruhi remaja sehingga ia dapat menjatuhkan pilihan pada suatu karir.

Menurut Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006:169), ada tiga aspek yang harus

terpenuhi dalam membuat suatu keputusan karir, yaitu:

a. Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yaitu pengetahuan dan

pemahaman akan bakat, minat, kepribadian, potensi, prestasi akademik,

ambisi, keterbatasan-keterbatasan, dan sumber-sumber yang dimiliki.

b. Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu pengetahuan akan syarat-

syarat dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk sukses dalam suatu

pekerjaan, keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan

prospek kerja di berbagai bidang dalam dunia kerja.

c. Penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri

sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu

14
kemampuan untuk membuat suatu penalaran realistis dalam merencanakan

atau memilih bidang kerja dan/atau pendidikan lanjutan yang

mempertimbangkan pengetahuan dan pemahaman diri yang dimiliki

dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja yang tersedia.

Patton dan Creed (2003) menyebutkan bahwa aspek yang berhubungan

dengan pengambilan keputusan karir meliputi komitmen terhadap karir, nilai

kerja, efikasi diri, self esteem, usia, gender dan kematangan karir.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan aspek-aspek keputusan karir

remaja yaitu: sikap mental, sikap terhadap perbedaan gender, agama, minat

terhadap suatu karir, tingkat ekonomi keluarga, minat orang tua dan kondisi sosial

masyarakat.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Karir

Menurut Peter M. Blau (dalam Sukardi, 1987) faktor-faktor yang

mempengaruhi individu dalam pembuatan keputusan karir adalah: 1) pengalaman

sosial; 2) keterlibatan orang lain; 3) potensi-potensi yang dimiliki individu; 4)

aspirasi orangtua; 5) minat; 6) pengetahuan tentang dunia kerja; 7) pertimbangan

pilihan karir; dan 7) keterampilan dalam pembuatan keputusan karir. Menurut

Winkel & Hastuti (2006:65), ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang

individu dalam membuat perencanaan karir, antara lain:

a. Nilai-nilai kehidupan, yaitu ideal-ideal yang dikejar oleh seseorang

dimana-mana dan kapan saja. Nilai-nilai ini menjadi pedoman dan

pegangan dalam hidup dan sangat menentukan gaya hidup. Refleksi diri

terhadap nilai-nilai kehidupan akan memperdalam pengetahuan dan

pemahaman akan diri sendiri yang berpengaruh terhadap gaya hidup yang

15
akan dikembangkan termasuk didalamnya jabatanya yang direncanakan

untuk diraih.

b. Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Untuk

pekerjaan-pekerjaan tertentu diperlukan berbagai persyaratan yang

menyangkut ciri-ciri fisik.

c. Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana orang muda

dibesarkan. Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh besar terhadap

pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga,

yang pada gilianya menanamkan pada anak-anak.

d. Keadaan ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan yang lambat

atau cepat, stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial dan ekonomi,

serta diversifikasi masyarakat atas kelompok-kelompok yang terbuka atau

tertutup bagi anggota dari kelompok lain.

e. Posisi anak dalam keluarga. Anak yang memiliki saudara kandung yang

lebih tua tentunya, akan meminta pandapat dan pandangan mengenai

perencanaan karir sehingga mereka lebih berandangan lebih luas

dibanding anak yang tidak mempunyai saudara yang lebih tua.

f. Pandangan keluarga tentang peranan dan kewajiban anak laki-laki dan

perempuan yng telah menimbulkan dampak psikologis dan sosial-budaya.

Berdasarkan pandangan masyarakat bahwa ada jabatan dan pendidikan

tertentu yang melahirkan gambaran diri tertentu dan mewarnai pandangan

masyarakat tentang pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat.

g. Orang tua, saudara kandung dan orang lain yang tinggal serumah yang

menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan pandangan

16
dan sikap tertentu terhadap perencanaan pendidikan dan pekerjaan. Orang

muda harus menentukan sendiri sikapnya terhadap harapan dan pandangan

tersebut, hal ini akan berpengaruh pada perencanaan karirnya. Bila dia

menerimanya maka dia akan mendapat dukungan dalam perencanaan

karirnya, sebaliknya bila dia tidak menerima maka dia akan menghadapi

situasi yang sulit karena tidak adanya dukungan dalam perencanaan masa

depan.

h. Taraf sosial-ekonomi kehidupan keluarga, yaitu tingkat pendidikan

orangtua, tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah atau ibu,

daerah tempat tinggal dan suku bangsa. Anak-anak berpartisipasi dalam

status sosial ekonomi keluarganya. Status ini akan menentukan tingkat

pendidikan anak.

i. Peer group/pengaruh teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan

variasi harapan tentang masa depan.

Menurut Seligman (1994:98) keputusan karir dipengaruhi oleh keluarga,

latar belakang sosial ekonomi, gender, inteligensi dan bakat khusus, minat karir,

harga diri, dan kepribadian. Sementara itu, Corey (2010) menyebutkan faktor-

faktor dalam keputusan karir, yaitu:

a. Motivation and achievement (motivasi dan prestasi).

b. Attitudes about occupation (sikap terhadap pekerjaan).

c. Interest (keterkaitan).

d. Values (nilai-nilai).

e. Self concept (konsep diri).

f. Personality and choosing career (kepribadian dan pilihan karir).

17
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pengambilan

keputusan karir menurut Basori (2004;106), terdiri dari dua faktor yakni faktor

pribadi dan faktor lingkungan.

a. Faktor pribadi, antara lain:

1) Tipe kepribadian dan ciri-ciri sifat yang menonjol,

2) Bakat atau kemampuan bidang akademis,

3) Bakat atau kemampuan bidang non akademis,

4) Minat terhadap suatu jabatan/pekerjaan,

5) Nilai kehidupan pribadi,

6) Hobi dan kesenangan.

b. Faktor lingkungan, antara lain:

1) Nilai-nilai kehidupan masyarakat,

2) Keadaan ekonomi keluarga/orang tua,

3) Kebutuhan/prospek lapangan pekerjaan yang terkait,

4) Kesempatan mendapatkan peluang suatu jabatan/pekerjaan.

Penelitian Kendhawati dan Jatnika (2008) menemukan bahwa faktor

evaluasi diri, perencanaan, optimisme dan pesimisme akan mempengaruhi

keputusan karier. Kondisi ini akan lebih optimal jika didukung oleh moderating

variable yang terdiri dari kondisi ekonomi, dukungan keluarga dan pencarian

informasi. Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan karir seseorang adalah: bakat, minat, nilai-nilai dalam

masyarakat, lingkungan sosial (orang tua, keluarga dan peer group), pemahaman

tentang karir, kemampuan individu mengambil keputusan.

18
5. Layanan Informasi

Layanan Informasi adalah penyampaian berbagai informasi kepada sasaran

layanan agar individu dapat mengolah dan memanfaatkan informasi tersebut demi

kepentingan hidup dan perkembangannya atau bisa juga layanan informasi

merupakan yaitu layanan bimbingan dan konseling yang ditujukan untuk

memberikan berbagai informasi agar wawasan para siswa tentang berbagai hal

lebih terbuka, seperti informasi cara belajar yang efektif, bahaya penggunaan

narkotika atau informasi tentang pendidikan dan dunia kerja.

Layanan pemberian informasi diadakan untuk membekali para siswa

dengan pengetahuan tentang data dan fakta di bidang pendidikan sekolah, bidang

pekerjaan dan bidang perkembangan pribadi-sosial, supaya mereka dengan belajar

tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur dan merencanakan

kehidupannya sendiri. Program bimbingan yang tidak memberikan layanan

pemberian informasi akan menghalangi peserta didik untuk berkembang lebih

jauh, karena mereka membutuhkan kesempatan untuk mempelajari data dan fakta

yang dapat mempengaruhi jalan hidupnya. Namun, mengingat luasnya informasi

yang tersedia dewasa ini, mereka harus mengetahui pula informasi manakah yang

relevan untuk mereka dan mana yang tidak relevan, serta informasi macam apa

yang menyangkut data dan fakta yang tidak berubah dan ada yang dapat berubah

dengan beredarnya roda waktu.

Perkembangan ilmu pehetahuan dan teknologi yang begitu pesat

mengakibatkan corak kehidupan masyarakat terus berubah, sehingga sebagian dari

fakta dan data yang kemarin merupakan kenyataan, besuk lusa sudah bukan

kenyataan lagi. Maka, disamping mendapatkan informasi tentang kenyataan

19
lingkungan hidup yang berlaku sekarang ini, peserta didik harus memperoleh

informasi tentang berbagai cara mengikuti perubahan dalam lingkungan hidupnya,

dan dari sumber-sumber yang mana dapat digali pengetahuan tentang hal-hal yang

telah berubah atau kiranya akan berubah di kemudian hari.

Dengan demikian, tujuan pemberian informasi bukan hanya supaya siswa

membekali dirinya dengan pengetahuan dan pemahaman untuk saat sekarang ini

saja, melainkan pula supaya mereka menguasai cara agar memperbaharui serta

merevisi bekal pengetahuan itu dikemudian hari.

Menurut Prayitno (2008:260) ada tiga alasan utama mengapa pemberian

informasi perlu diselenggarakan. Diantaranya ialah :

1) Informasi dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi.

2) Informasi dapat membantu dalam menentukan arah hidup.

3) Setiap individu adalah unik, keunikan itu akan menghasilkan keputusan

dan tindakan yang berbeda-beda, sehingga dapat menciptakan kondisi

baru.

Dengan ketiga alasan itu, layanan informasi merupakan kebutuhan yang

amat tinggi tingkatannya. Lebih-lebih apabila diingat bahwa “masa depan adalah

abad informasi”, maka barang siapa yang tidak memperoleh informasi, maka ia

akan tertinggal dan akan kehilangan masa depan.

a. Tujuan Layanan Informasi

Layanan informasi ialah kegiatan bimbingan yang bermaksud membantu

siswa untuk mengenal lingkungannya yang sekirannya dapat dimanfaatkan untuk

20
masa kini maupun masa yang akan datang. Layanan informasi mempunyai tujuan

yaitu :

1) Tujuan umum

Tujuan umum layanan informasi adalah dikuasainya informasi tertentu

oleh peserta layanan informasi tersebut selanjutnya digunakan oleh perserta untuk

keperluan hidupnya sehari-hari dan perkembangan dirinya.

2) Tujuan khusus

Tujuan khusus layanan informasi terkait dengan fungsi-fungsi konseling.

Fungsi pemahaman paling dominan dan paling langsung diemban oleh layanan

informasi. Penguasaan informasi tersebut dapat digunakan untuk pemecahan

masalah (apabila peserta yang bersangkutan mengalaminya) untuk mencegah

timbulnya masalah, untuk mengembangkan dan memelihara potensi yang ada, dan

untuk memungkinkan peserta yang bersangkutan membuka diri dalam

mengaktualisasikan hak-hak nya.

b. Komponen dalam Layanan Informasi

Dalam layanan informasi terlibat tiga komponen pokok yaitu :

a) Konselor

Konselor, ahli dalam pelayanan konseling adalah penyelenggara layanan

informasi. Konselor menguasai sepenuhnya informasi yang menjadi isi layanan,

mengenal dengan baik peserta layanan dan kebutuhannya akan informasi dan

menggunakan cara-cara yang efektif untuk melangsanakan layanan.

21
b) Peserta

Peserta layanan informasi dapat berasal dari berbagai kalangan, siswa di

sekolah, mahasiswa, anggota organisasi pemuda dan sosial politik, karyawan

instansi dan dunia usaha/industri serta anggota-anggota masyarakat lainnya, baik

secara perorangan maupun kelompok. Bahkan narapidana dan mereka yang

berada dalam kondisi khusus tertentupun dapat menjadi peserta layanan asal

suasana dan ketentuan yang berlaku memungkinkannya. Pada dasarnya peserta

layanan informasi pertama-tama menyangkut pentingnya isi layanan bagi (calon)

peserta yang bersangkutan. Apabila seseorang tidak memerlukan informasi yang

menjadi isi layanan informasi, ia tidak perlu menjadi peserta layanan.

c) Informasi

Jenis, luas dan keadaan informasi yang menjadi isi layanan informasi

sangan bervariasi tergantung pada kebutuhan para peserta layanan. Dalam hal ini

identifikasi keperluan akan penguasaan informasi tertentu oleh para (calon)

peserta sendiri, konselor maupun pihak menjadi sangat penting. Pada dasarnya

informasi yang dimaksud mengacu pada seluruh bidang layanan pelayanan

konseling yaitu pengembangan pribadi, sosial, kegiatan belajar, perencanaan karir,

kehidupan berkeluarga dan beragama. Lebih rinci berbagai informasi tersebut

dapat digolongkan ke dalam :

a. Informasi perkembangan diri.

b. Informasi hubungan antar pribadi, sosial, nilai dan moral.

c. Informasi pendidikan, kegiatan belajar dan keilmuan teknologi.

d. Informasi pekerjaan/karir dan ekonomi.

e. Informasi sosial budaya, politik, dan kewarganegaraan.

22
f. Informasi kehidupan berkeluarga.

g. Informasi kehidupan beragama.

Untuk keperluan layanan informasi, informasi yang menjadi isi layanan

harus spesifik dan dikemas secara jelas dan rinci sehingga dapat disajikan secara

efektif dan dipahami dengan baikoleh para peserta layanan. Informasi

dimaksudkan ini sesuai dengan kebutuhan aktual para peserta layanan sehingga

tingkat kemanfaatan layanan tinggi.

c. Tipe-tipe Informasi

Data yang digunakan dalam layanan informasi acapkali digolongkan

dalam empat bagian utama yaitu :

1. Informasi pendidikan/ belajar

Depdikbud (1996:83) menyatakan materi informasi belajar meliputi :

a. Tugas-tugas perkembangan masa remaja berkenaan dengan

pengembangan diri, keterampilan, ilmu pengetahuan, teknologi dan

kesenian.

b. Perlunya pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dan aktif

terprogram baik belajar mandiri maupun berkelompok.

c. Cara belajar di perpustakaan, meringkas buku, membuat catatan dan

mengulang pelajaran.

d. Kemungkinan timbulnya berbagai masalah belajar dan upaya

pengentasannya.

e. Pengajaran perbaikan dan pengayaan.

f. Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya

meningkatkan kegiatan dan hasil belajar siswa.

23
g. Kursus dan sekolah yang mungkin dimasuki setelah tamat.

2. Informasi pekerjaan/karir

Depdikbud (1996:83) menyatakan materi informasi karir meliputi :

a. Tugas-tugas perkembangan masa remaja tentang kemampuan dan

perkembangan karir.

b. Perkembangan karir di masyarakat.

c. Sekolah menengah, kursus-kursus, beserta program pilihannya, baik umum

maupun kejuruan dalam rangkka pengembangan karir.

d. Jenis, tuntutan dan syarat-syarat jabatan yang dapat dimasuki setelah

tamat, seperti kemapuan, pengetahuan dan keterampilan yang harus

dimiliki.

e. Kemungkinan permasalahan dalam pilihan pekerjaan, karir dan tuntutan

pendidikan yang lebih tinggi serta berbagai akibatnya.

f. Pelaksanaan pelayanan bimbingan karir bagi siswa.

3. Informasi pribadi

Informasi pribadi ini dapat meliputi :

a. Tugas-tugas perkembangan masa remaja, khususnya tentang kemampuan

dan perkembangan pribadi.

b. Perlunya pengembangan kebiasaan dan sikap dalam keimanan dan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha esa.

c. Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat serta bentuk-

bentuk pembinaan dan pengembangan serta penyalurannya.

24
d. Usaha yang dapat dilakukan melalui bimbingan dan konseling dalam

membantu siswa menghadapi masa peralihan dari masa remaja awal ke

masa remaja yang penuh tantangan.

4. Informasi sosial

Informasi sosial berkaitan dengan pemahaman diri dan pemahaman orang lainnya.

Informasi sosial ini meliputi :

a. Tugas-tugas perkembangan masa remaja tentang kemampuan dan

pengembangan hubungan sosial.

b. Cara bertingkah laku, tata krama, sopan santun dan disiplin di sekolah.

c. Tata krama pergaulan dengan teman sebaya baik di sekolah sendiri

maupun di sekolah lain, siswa dengan guru, siswa dengan staf lainnya

dalam rangka kehidupan yang harmonis di lingkungan sekolah.

d. Suasana dan tata krama kehidupan dalam dalam keluarga.

e. Nilai-nilai sosial, agama, adat istiadat, kebiasaandan tata krama yang

berlaku di lingkungan masyarakat.

f. Hak dan kewajiban warga negara.

4) Langkah-langkah Penyajian Informasi

1. Langkah Persiapan

a. Menetapkan tujuan dan isi informasi termasuk alasannya untuk siapa

informasi disiapkan.

1) Apakan informasi dibutuhkan siswa

2) Apakah berharga bagi siswa

3) Apakah cukup akurat dan up todate.

4) Apakah ada hubungannya dengan hal-hal diketahui siswa.

25
b. Mengidentifikasi sasaran (siswa) yang akan menerima informasi.

1) Berapa jumlahnya.

2) Bagaimana karakteristiknya.

c. Mengetahui sumber-sumber informasi

Apakah sumber-sumber itu mudah dicapai dan digunakan.

d. Menetapkan teknik penyampaian informasi.

1) Cocokkah dengan tujuan, isi dan sumber.

2) Dapatkah menarik perhatian siswa.

3) Bagaimana konsekuensi waktu, biaya, dan pengorganisasiannya.

e. Menetapkan jadwal dan waktu kegiatan

1) Kapan, berapa kali, dimana.

2) Berapa lama pemberian informasi dilaksanakan.

f. Menetapkan ukuran keberhasilan

1) Apa kriterianya bahwa pemberian informasi berhasil dengan baik.

2) Bagaimana cara mengukur keberhasilan itu.

2. Langkah pelaksanaan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan layanan informasi :

a. Usaha menarik minat dan perhatian siswa.

b. Siapan peran siswa secara sistematis dan sederhana sehingga jelas isi dan

manfaatnya.

c. Berikan contoh yang berhubungan dengan kehidupan siswa sehari-hari.

d. Bila menggunakan teknik karya wisata dan pemberian tugas, persiapan

sebaik-baiknya sehingga setiap siswa mengetahui apa yang harus

diperhatikan apa yang harus dicatat dan apa yang harus dilakukan.

26
e. Penyajian informasi harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan siswa.

f. Pemberi informasi hendaknya disesuaikan dengan kualifikasi personil staf

bimbingan.

1. Langkah Evaluasi

Guru pembimbing hendaknya mengevaluasi tiap kegiatan layanan

informasi. Langkah evaluasi ini seringkali dilupakan sehingga tidak diketahui

sejauh mana siswa mampu menagkap informasi.

Kriteria keberhasilan layanan informasi sebagai berikut :

a. Jika para siswa telah dapat menyesuiakan diri sebaik-baiknya dengan

lingkungannya.

b. Jika para siswa telah memperoleh sebanyak-banyaknya sumber

informasi.

e. Pendekatan dan Teknik dalam Layanan Informasi

Layanan informasi diselenggarakan secara langsung dan terbuka dari

konselor kepada pada para pesertanya. Berbagai teknik dan media yang bervariasi

dan luwes dapat digunakan dalam forum dengan format klasikal dan kelompok.

Format individual dapat diselenggarakan untuk peserta khusus dengan, informasi

khusus dan biasanya terkait dengan layanan konseling lainnya.

1. Ceramah, Tanya Jawab dan Diskusi

Cara penyampaian informasi yang paling biasa dipakai adalah ceramah

yang diikuti dengan tanya jawab. Untuk mndalami informasi tersebut dapat

dilakukan diskusi diantara para peserta.

27
2. Media

Dalam penyampaian informasi dapat digunakan media pembantu berupa

alat peraga, media tulis dan grafis serta perangkat dan program elektronik (seperti

radio, televisi, rekaman, komputer, OHP, LCD ).

“papan informasi“ merupaka media yang cukup efektif apabila dikelola dengan

baik dan baahn sajinya aktual.

Informasi dikemas dalam rekaman dengan perangkat kerasnya (rekaman

audio, video, komputer) digunakan dalam layanan informasi yang bersifat

“mandiri“ dalam arti peserta layanan atau klien sendiri dapat memperoleh dan

mengolah informasi yang diperlukan.

3. Acara Khusus

Melalui acara khusus di sekolah misalnya dapat digelar “Hari Kartini, Hari

Anti Narkoba, Hari KB, Hari Keberhasilan Lingkungan“ yang didalam nya

ditampilkan informasi tentang karir dalm spektrum yang luas. Berbagai kegiatan

sebagaimana tersebut di atas diselenggarakan dalam waktu yang lebih lama, satu

hari atau lebih.

4. Nara Sumber

Penyelenggaraan layanan informasi tidak dimonopoli oleh konselor,

pihak-pihak lain dapat diikutsertakan. Dalam hal ini peranan nara sumber sangat

dominan. Sesuai dengan isi informasi dan para pesertanya, nara sumber diundang

untuk menyajikan informasi yang dimaksudkan. Contohnya dalam memberikan

informasi tentang perguruan tinggi ataupun pekerjaan, guru BK bisa mengundang

alumni sekolah yang sudah berhasil untuk menjelaskannya.

28
5. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat penyelenggaraan layanan informasi sangat tergantung

pada format dan isi layanan. Format klasikal dan isi layanan yang terbatas untuk

para siswa dapat diselenggarakan di kelas-kelas menurut jadwal pembelajaran

sekolah. Layanan informasi dengan acara khusus memerlukan waktu dan tempat

tersendiri yang perlu diatur secara khusus.

6. Penilaian

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, penilaian hasil layanan

informasi difokuskan kepada pemahaman para peserta terhadap informasi yang

menjadi isi layanan. Unsur U ( Understanding ) sangat dominan. Pemahaman para

peserta layanan itu lebih jauh dapat dikaitkan dengan kegunaan bagi peserta dan

apa yang akan dilakukan peserta berkenaan dengan informasi yang diperolehnya

itu.

7. Keterkaitan

Di dalam semua jenis layanan konseling dapat terungkap perlunya klien

menguasai informasi tertentu, khususnya dalam kaitannya dengan permasalahan

yang sedang dialami. Untuk memenuhi keperluan itu, konselor biasanya

mengupayakan agar informasi itu dapat diperoleh klien. Dengan cara seperti itu

layanan informasi telah terintegrasikan ke dalam jenis-jenis layanan konseling

lainnya.

8. Mengatur Waktu

Manajemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, dan pengawasan produktivitas waktu. Mengelola waktu belajar

bukan berarti kehilangan waktu luang untuk bersenang-senang. Bukan pula berarti

29
bahwa waktu dalam 24 jam per hari harus dihabiskan untuk belajar. Justru

sebaliknya, prinsip utama dari pengelolaan waktu secara efektif adalah pembagian

waktu yang efektif untuk kegiatan-kegiatan yang meliputi : waktu untuk belajar,

waktu untuk bekerja dan kegiatan sosial maupun waktu bagi diri sendiri untuk

bersantai.

Kiat utama untuk mengelola waktu belajar adalah kombinasi dari

fleksibilitas dan disiplin. Sering kali jadwal belajar telah disusun, namun

kemudian ada kegiatan mendadak yang harus Anda ikuti (misalnya: ada keluarga

yang membutuhkan pertolongan Anda)

6. Konsep Analisa SWOT

SWOT adalah sebuah singkatan dari streight (S),weakness(W),

opportunities (O), threats (T). Analisa SWOT sendiri memiliki tujuan untuk

memisahkan masalah pokok dan memudahkan pendekatan strategis dalam suatu

organisasi. Penjelasan dari masing-masing SWOT, sebagai berikut:

a. Strenghts (kekuatan)

Adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan atau kelebihan yang

dimiliki oleh individu, organisasi atau sebuah program saat ini yang bisa

berpengaruh positif di masa yang akan datang. Strengths ini bersifat internal dari

individu, organisasiatau sebuah program.

b. Weakness (kelemahan)

Adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan yang dimiliki oleh

seseorang, organisasi atau sebuah program saat ini yang bisa berpengaruh negatif

pada masa yang akan datang. Kelemahan ini merupakan kegiatan-kegiatan yang

tidak berjalan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tapi

30
tidak dimiliki poleh organisasi tersebut. Kelemahan itu terkadang lebih mudah

terlihat daripada sebuah kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan

kelemahan itu tidak diberikan solusi yang tepat dikarenakan tidak dimaksimalkan

kekuatan yang sudah ada.

c. Opportunitiy (kesempatan)

Adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang atau kesempatan di

luar diri individu, organisasi, atau sebuah program dan memberikan peluang

berkembang di masa depan. Opportunity merupakan faktor positif yang muncul

dari lingkungan dan memberikan kesempatan bagi organisasi atau program

individu untuk memanfaatkannya. Opportunity tidak hanya berupa kebijakan atau

peluang dalam hal mendapatkan modal berupa uang. Akan tetapi bisa juga berupa

respon masyarakat atau isu yang sedang diangkat.

d. Threat (ancaman)

Adalah situasi yang merupakan ancaman atau hambatan yang datang dari

luar diri individu, organisasi, atau sebuah program dan dapat mengancam

eksistensi di masa depan. Ancaman dapat dikatan sebuah faktor negatif dari

lingkungan yang memberikan hambatan bagi berkembangnya atau berjalannya

sebuah organisasi dan program individu. Ancaman ini adalah hal yang terkadang

selalu terlewat dikarenakan banyak yang ingin mencoba untuk kontroversi out of

stream (melawan arus), namun pada kenyataannya organisasi tersebut lebih

banyak layu sebelum berekembang.

Analisis SWOT dilakukan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan

internal dari sebuah organisasi secara hati – hati dan juga evaluasi dari peluang

dan ancaman dari lingkungan. Analisis SWOT merupakan alat yang sangat

31
berguna untuk menganalisa situasi perusahaan secara keseluruhan. Dalam analisis

SWOT, strategi terbaik untuk mencapai misi suatu organisasi adalah dengan:

1) Mengeksploitasi peluang dan kekuatan suatu organisasi, dan pada saat

yang sama

2) Menetralisirkan ancaman,

3) Menghindari atau memperbaiki sebuah kelemahan.

Analisis dan evaluasi dilakukan oleh konselor terhadap elemen – elemen/

faktor- faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja bimbingan

dan konseling yang diharapkan konselor dapat mengetahui kapasitas

kemampuannya saat ini, dan menentukan strategi untuk meningkatkan kinerjanya

di masa yang akan datang.

Tidak ada satu cara terbaik untuk melakukan analisa SWOT. Yang paling

utama adalah membawa berbagai macam pandangan/prespektif bersama sehingga

akan terlihat keterkaitan baru dan implikasi/dampak dari hubungan tersebut. Jika

analisa bersifat universal maka menentukan tujuan, saran, dan strategi akan

mudah dilakukanbanyak strategi yang dapat dihasilkan dan dikembangkan dari

hasil analisa SWOT karena para perencana dibekali dengan kerja yang sangat luas

dan sangat sistematis.

Analisis SWOT yang ideal mengharuskan terpenuhinya sejumlah syarat.

Pertama, setiap statement (variabel) SWOT harus memiliki satu pengertian yang

utuh dan tidak memungkinkan terjadinya duplikasi/ kontradiksi dengan variabel

lain. Kedua, pada setiap tahap scoring /pembobotan, seluruh poin variabel SWOT

diupayakan lahir dari suatu penilaian bersama dengan tingkat keseriusan yang

tinggi, mengingat kondisi organisasi.

32
Guna mendapatkan validitas yang tinggi untuk memperhatikan keragaman

tingkat pemahaman responden, dapat menggunakan mekanisme brainstorming.

Selain itu juga menggunakan pendekatan teknik Delphi. Menurut Eriyanto, teknik

Delphi merupakan teknik terbaik untuk proses pembangkitan pendapat, sekalipun

prosesnya sangat mahal dan memerlukan waktu lama. Ciri – ciri dari teknik ini

adalah pengumpulan informasi terkendali, iterative dan berumpan balik.

Pendekatan ini memiliki kemampuan menampung pendapat – pendapat ekstrem

atau berlawanan dengan opini yang berkembang. Karenanya, responden

diisyaratkan memenuhi kualifikasi personal yang ahli atau representative dibidang

yang sedang dianalisis

B. Kerangka Berfikir

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, bahwa layanan di

Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2 Sigli telah dilaksanakan semaksimal mungkin,

agar siswa lebih mampu dan terarah untuk mencapai karier yang diinginkan. Hal

ini bisa diketahui melalui proses pembelajaran yang belum tercapai sempurna

(maksimal). Sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan motivasi dalam

merencanakan karier adalah menggunakan layanan informasi dengan analisa

SWOT.

B. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini adalah melalui layanan informasi dengan analisa SWOT dapat mengatasi

masalah siswa dalam perencanaan karier pada Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2

Sigli tahun pelajaran 2021/2022.

33
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai tanggal 9 Januari sampai

dengan 9 April 2022. Adapun pembagian waktu penelitian dapat diperinci seperti

pada tabel 3.1 berikut

Tabel 3.1 Pembagian Waktu Penelitian

Waktu
No Kegiatan januari Februari Maret April
2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2
1 Penyusunan
rancangan
penelitian
2 Pelaksanaan
Siklus I
3 Analisis hasil
penelitian I
4 Pelaksanaan
siklus II
5 Analisis hasil
siklus II
6 Penulisan
hasil
penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan

jadwal jam pelajaran .

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Sigli, tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui upaya mengatasi permasalahan karier siswa melalui

34
layanan informasi dengan menggunakan Analisa SWOT pada Kelas XII IPS 1

SMA Negeri 2 Sigli Tahun Pelajaran 2021/2022.

B. Subyek Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu Upaya Mengatasi Permasalahan Karier

Siswa melalui layanan informasi dengan menggunakan Analisa SWOT pada

Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2 Sigli Tahun Pelajaran 2021/2022, maka subyek

penelitiannya adalah siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2 Sigli 2021/2022 yang

berjumlah 24 orang siswa yang terdiri dari 9 laki-laki dan 15 orang siswa

perempuan.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non

tes. Tes tertulis digunakan pada akhir siklus I dan siklus II, yang terdiri atas materi

masalah belajar. Sedangkan Teknik non tes meliputi teknik observasi dan

dokumentasi. Observasi digunakan pada saat pelaksanaan penelitian tindakan

kelas pada materi perencanaan karier pada siklus I dan siklus II. Sedangkan teknik

dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian perencanaan karier siswa

Interval Kriteria

84 % - 100 % Sangat tinggi

64 % - 83 % Tinggi

44 % - 63 % Rendah

25% - 43 % Sangat rendah

35
2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data meliputi:

a. Tes tertulis, terdiri angket tentang karier.

b. Non tes, meliputi lembar observasi dan dokumen.

D. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

dekskriptif, yang meliputi:

1. Analisis deskriptif komparatif hasil belajar dengan cara membandingkan

hasil belajar pada siklus I dengan siklus II dan membandingkan hasil

layanan dengan indikator pada siklus I dan siklus II.

2. Analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan cara membandingkan

hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang ditandai dengan

adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus

terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

1. Siklus I Perencanaan

Kegiatan perencanaan yang dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai

berikut:

a. Menyiapkan RPLBK

b. Mengatur waktu pertemuan,

c. Menyiapkan fasilitas layanan informasi, meliputi ruangan, dan

kelengkapan administrasi yaitu daftar hadir lembar observasi dan

satuan layanan.

36
d. Menetapkan indikator keberhasilan siklus 1 yaitu termasuk pada

kategori yang mana.

2. kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus 1 adalah membahas

tentang masalah-masalah karier.

3. Pengamatan

Pada tahap ini, peneliti melakukan pemantauan selama kegiatan proses

bimbingan berlangsung dengan lembar observasi yang telah tersedia.

Aktifitas yang diobservasi adalah keseriusan siswa mengikuti layanan

informasi, keaktifan, dan keterlibatan siswa dalam proses layanan.

4. Refleksi/Penilaian

Ada dua hal yang menjadi fokus dalam penilaian siklus 1 yaitu (1)

apakah siswa sudah dapat mengembangkan diri dalam menentukan

karier ke depan (2) apakah pelaksanaan layanan informasi juga sudah

efektif dalam mengatasi masalah karier siswa.

b. Siklus 2 /Tahap 2

1. Perencanaan

Kegiatan perencanaan yang dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai

berikut:

a. Mengatur waktu pertemuan,

b. Menyiapkan fasilitas layanan informasi, meliputi ruangan, dan

kelengkapan administrasi yaitu daftar hadir dan satuan layanan.

c. Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana kesiapan

siswa dalam menghadapi dunia karier melalui layanan informasi.

37
d. Menetapkan indikator keberhasilan siklus 2 yaitu termasuk pada

kategori yang mana.

2. kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus 1 adalah membahas

tentang perlunya minat belajar bagi siswa melalui pemberian materi.

3. Pengamatan

Pada tahap ini, peneliti melakukan pemantauan selama kegiatan proses

layanan berlangsung dengan lembar observasi yang telah tersedia.

Atifitas yang diobservasi adalah keseriusan siswa mengikuti layanan,

keaktifan, dan keterlibatan.

4. Refleksi/Penilaian

Ada dua hal yang menjadi fokus dalam penilaian siklus 2 yaitu (1)

apakah siswa sudah dapat mengembangkan diri dalam proses belajar

dan (2) apakah pelaksanaan layanan informasi juga sudah memberikan

pencerahan bagi siswa dalam merencanakan karir ke depan.

F. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan merupakan target atau tujuan yang harus dicapai

oleh peneliti. Indikator keberhasilan didasarkan kepada hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh peneliti,indikator dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Proses, meliputi:

a. Aktivitas guru BK dinyatakan telah berhasil apabila skor yang didapat

> 80%. Dengan keterangan tuntas dari aspek yang dinilai.

b. Aktivitas siswa dinyatakan telah berhasil apabila skor yang didapat >

80%, dengan keterangan tuntas. Dengan keterangan tuntas dari semua

aspek yang dinilai.

38
2. Hasil, meliputi hasil tes siswa dinyatakan telah berhasil belajarnya apabila

skor yang didapat > 75%, dengan keterangan tuntas.

39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Kondisi awal tentang belajar yang dihadapi khususnya siswa SMA Negeri

2 Sigli dapat diketahui melalui observasi. Pada saat observasi sebelum tindakan

dilakukan sebagian besar siswa masih bingung dalam mmerencanakan karier ke

depan. Ini terlihat dari beberapa siswa yang yang datang ke ruang BK yang

mengeluhkan ingin pindah jurusan. Ada juga siswa yang sering tidur dalam

ruangan karena tidak menyukai pelajaran tertentu. Berdasarkan data angket yang

disebarkan kepada responden terlihat jelas masalah tentang karier yang dimiliki

siswa. Adapun hasil dari pra siklus adalah sebagai berikut:

1. Pra Siklus

Tabel 4.1 Perencanaan Karier Siswa pra siklus

Indikator Kriteria
No Aspek Perencanaan Karie Siswa
(%)
1. Membuat struktur 42% SR
pengembangan diri
2. Membuat gambaran dunia kerja 47% R

3. Mempertimbangkan alternatif 40% SR

4 Mengambil keputusan 30% R

5 Memilih karier 43% SR

Gambar 1 Perencanaan Karier siswa pra siklus

40
60%

40%

20%
Column3
0% Column2
1 2 3 4 5

Dari tabel dan grafik di atas tampak bahwa dari 5 aspek yang dinilai 3

aspek masuk kategori sangat rendah yaitu aspek membuat struktur pengembangan

diri, mempertimbangkan alternatif dan memilih karier, sedangkan aspek Membuat

gambaran dunia kerja dan mengambil keputusan masuk dalam kategori rendah.

Secara rata-rata hasil pra siklus masih masuk dalam kategori sangat rendah, yakni

40% . Hasil ini semakin menguat asumsi peneliti untuk melakukan tindakan

terhadap siswa SMA Negeri 2 Sigli terutama masalah perencanaan karier.

2. Siklus 1

a. Perencanaan

Pada tahap pertama yaitu perencanaan, hal yang dilakukan adalah sebagai

berikut.

1) Mengatur waktu pertemuan, yaitu membuat jadwal pelaksanaan kegiatan

yang disepakati antara guru bk dan siswa.

2) Menetapkan fasilitas layanan informasi, meliputi ruangan dan

kelengkapan administrasi yaitu daftar hadir, lembar observasi dan

RPLBK.

41
3) Menyiapkan instrumen pengumpulan data yaitu angket perencanaan

karier siswa dan pedoman observasi.

4) Mengembangkan prosedur pelaksanaan layanan informasi dalam format

kelompok meliputi tahap pembentukan, peralihan, kegiatan dan

pengakhiran.

5) Menetapkan indikator keberhasilan siklus 1 yaitu siswa termasuk

kategori tinggi pada topik perencanaan karier.

b. Tindakan

Topik Pertemuan 1: Karier dengan menggunakan analisa SWOT

Topik Pertemuan 2: Gambaran dunia kerja

1) Pertemuan 1

Pada pertemuan pertama guru bk menekankan pada tahap pembentukan

dengan saling memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan mengenai

kegiatan informasi. Pada tahap awal ini guru bk, menjelaskan tujuan, cara

melakukan informasi, dan penjelasan topik serta menanyakan kembali tentang

kesiapan anggota.

Dalam tahap kegiatan topik yang dibahas adalah “Karier dengan

menggunakan analisa SWOT”. Pemberian topik tersebut bertujuan agar siswa

memahami potensi yang ada diri sendiri agar tumbuh rasa keyakinan untuk

memilih karier ke depan. Guru mebagi siswa kedalam beberapa kelompok untuk

memudahkan membuat analisa SWOT. Selama kegiatan berlangsung anggota

kelompok masih malu dan merasa canggung dalam memberikan pendapat. Hal

tersebut terlihat dari kurang aktifnya siswa dalam berpendapat dan hanya

memberikan jawaban singkat saat diberikan pertanyaan. Ada beberapa siswa yang

42
terlihat masih belum terbuka untuk mengemukakan pendapatnya. Untuk

mencairkan suasana tersebut guru bk menyelingi dengan permainan agar suasana

kelas tidak kaku. Setiap kelompok akan mempresentasikan hasil dari pada materi

karie dengan menggunakan analisa SWOT. Kelompok yang mempresentasikan

dengan baik akan mendapat hadiah dari guru bk.

Dalam tahap pengakhiran guru bk menyimpulkan hasil dari tahap kegiatan

yang telah dilakukan dan serta memberikan penguatan terhadap materi hyang

sudah disampaikan dan menginformasikan pelaksanaan kegiatan informasi

lanjutan yang akan segera diaksanakan.

2) Pertemuan 2

Pada tahap pembentukan, guru masih menjelaskan tentang pengertian,

tujuan, manfaat serta cara-cara pelaksanan layanan informasi. Dengan maksud

agar siswa semakin paham mengenai kegiatan informasi yang dibahas. Dalam

tahap inti siswa diminta untuk dapat menyampaikan pendapatnya masing-masing

dan memberikan reward (hadiah) sehingga siswa sangat antusias untuk segera

masuk dalam tahap inti.

Pada tahap inti kali ini topik yang dibahas adalah tentang “gambaran

tentang dunia kerja”. Tujuan dari pemberian topik tersebut adalah agar siwswa

dapat menumbuhkan keyakinan diri dan potensi diri yang dimiliki sehingga dapat

memilih pekerjaan sesuai dengan bakat yang ada pada diri. Guru mebagi siswa

kedalam beberapa kelompok untuk memudahkan membuat analisa SWOT tentang

gambaran dunia pekerjaan. Setelah selesai membuat analisa SWOT masalah dunia

kerja, maka setiap kelompok akan mempresentasikan hasil diskusinya ke depan.

43
Kelompok yang mempresentasikan dengan baik akan mendapatkan hadiah dari

guru bk.

Pada tahap pengakhiran, guru bk meminta anggota kelompok untuk

menyimpulkan topik yang dibahas. Kemudian guru bk memberikan lembar angket

untuk diisi agar dapat mengetahui bagaimana pemahaman tentang perencanaan

karier setelah kegiatan layanan informasi.

3) Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator maka

dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan pertama suasa kelas mulai nampak

namun masih belum secara utuh karena ada beberapa siswa yang terlihat bingung

dan malu-malu untuk mengemukakan pendapat atau pertanyaanya. Pemahaman

siswa tentang topik yang dibahas dapat dikatakan sudah cukup baik, tapi masih

ada beberapa siswa yang mengaku bingung dengan topik yang dibahas tersebut.

Secara keseluruhan siswa merasa sedikit memperoleh pemahaman baru mengenai

perencanaan karier. Pada umumnya dan mengenai cara mengatasi masalah pada

khususnya. Anggota kelompok merasa sangat tertarik untuk melakukan kegiatan

informasi lanjutan yang akan dilaksanakan.

Pada pertemuan ke dua, anggota kelompok terlihat mulai aktif dengan

saling memberikan pendapat mereka dalam kelompok, sehingga pemimpin

kelompok hanya berupaya memberikan jawaban atas pertanyaan yang kadang

muncul dari anggota kelompok mengenai topik yang sedang dibahas. Hal tersebut

menunjukkan bahwa dinamika kelompok sudah lebih baik dibandingkan dengan

pertemuan sebelumnya. Dalam tahap ini ada beberapa anggota yang terlihat

sangat aktif.

44
4) Refleksi

Pada tahap refleksi, peneliti memberikan angket tentang perencanaan

karier pada siswa sebagai hasil pasca siklus 1. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar keinginan siswa untuk merencanakan karier, jika dibandingkan

dengan hasil pra siklus dan pasca siklus. Adapun hasil dari pasca siklus 1 adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.2 Perencanaan Karier Siswa siklus 1

Indikator Kriteria
No Aspek Perencanaan Karie Siswa
(%)
1. Membuat struktur 60% R
pengembangan diri
2. Membuat gambaran dunia kerja 67% T

3. Mempertimbangkan alternatif 57% R

4 Mengambil keputusan 50% R

5 Memilih karier 60% R

Gambar 2 Perencanaan Karier siswa siklus 1

45
80%

60%

40%

20%
Column3
0% Column2
1 2 3 4 5

Dari tabel dan grafik di atas tampak bahwa : aspek membuat gambaran

dunia kerja sudah masuk pada kategori tinggi. Dan empat aspek lagi masih berada

ditingka rendah. Dengan rata-rata hasil siklus 1 58,8%. jika dibandingkan antara

rata-rata hasil pra siklus 40% dengan rata-rata hasil siklus 1 yakni 58,8% maka

terjadi peningkatkan hasil rata-rata sebesar 10,8%%. Hasil ini semakin menguat

asumsi bahwa layanan informasi bisa meningkatkan percaya diri dalam

merencanakan karier ke depan..

Berdasarkan hasil observasi dan perhitungan angket di atas, maka peneliti

membuat kesimpulan hasil penelitian yang digunakan sebagai dasar untuk

membuat refleksi penelitian, yakni:

1) Ada peningkatan hasil dari angket perencanaan karier antara pra siklus dan

siklus 1 dalam pelaksanaan layanan informasi. Artinya ada peningkatan

hasil pra siklus dan pasca siklus 1. Peningkatan tersebut terjadi pada

semua siswa.

46
2) Proses pelaksanaan layanan informasi sudah berjalan dengan baik, sesuai

dengan perencanaan yang sudah dibuat oleh guru bk. Hanya saja ada

beberapa catatan yang perlu diperhatikan, diantaranya:

a) Tahap pembentukan di pertemuan pertama ada ketidakteraturan

siswa dalam kelompok yang akan menyampaikan pendapatnya,

sehingga terkesan ada dominasi dari salah satu anggota kelompok.

b) Waktu yang digunakan untuk permainan lebih dipersingkat lagi,

karena permainan hanya digunakan untuk kelengkapan layanan

saja, bukan teknik yang utama.

3) Peneliti akan melaksanakan siklus ke-2 dengan 1 kali pertemuan, karena

untuk siklus yang pertama sudah terjadi peningkatan yang baik. Siklus 2

ini dijadikan sebagai pemantapan hasil untuk siklus yang pertama. Selain

itu beberapa kekurangan di siklus yang pertama bisa diperbaiki di siklus

yang ke-2.

3. Siklus 2

a. Perencanaan

Sebelum memulai melakukan tindakan pada siklus 2, peneliti terlebih

dahulu membuat perencanaan kembali agar tindakan yang dilakukan peneliti pada

siklus 2 dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan penelitian. Berikut

ini adalah perencanaan yang disusun peneliti :

1) Merencanakan waktu layanan informasi dengan siswa tiap pertemuan.

2) Mengatur kembali tempat dan teknis penyelenggaraan.

3) Menyiapkan alat-alat kelengkapan administrasi pendukung penelitian,

berupa pedoman observasi, RPLBK, dan alat tulis.

47
4) Mengoptimalkan memperhatikan umpan balik siswa sehingga perencanaan

karier siswa mampu ditingatkan secara optimal.

b. Tindakan

Topik Bahasan: memilih Karier

Pada tahap tindakan ini, peneliti melaksanakan tindakan informasi

sebanyak satu kali pertemuan. Hal ini dikarenakan pada siklus 1, percaya diri

siswa rata-rata pada kategori tinggi. Tindakan yang dilakukan sesuai dengan

prosedur layanan informasi. Adapun pendeskripsiannya adalah sebagai berikut.

Pada tahap pembentukan, guru langsung membentuk kelompok. Karena

sudah saling mengenal guru bk hanya berusaha membentuk komunikasi dengan

topik yang pernah disampaikan pada siklus 1 untuk mencairkan suasana. Pada

tahap inti guru bk memberikan permainan “bisik berantai’ agar anggota kelompok

bertambah semangat dan dinamika kelompok semakin baik. Anggota kelompok

terlihat antusias dan merespon dengan semangat dalam mengikuti permainan.

Pada tahap kegiatan ini, topik yang dibahas yaitu “memilih karier”

diselipkan rahasia orang-orang sukses. Topik ini bertujuan agar anggota kelompok

lebih mampu menyikapi dan memanfaatkan kesempatan yang ada dengan optimal.

Anggota kelompok terlihat sangat aktif dengan adanya pendapat dan tanggapan

yang muncul dari anggota kelompok. Pada pelaksanaan layanan informasi yang

ketiga ini dinamika kelompok sangat baik. Semua anggota kelompok sudah

mengeluarkan pendapatnya masing-masing tanpa harus diberikan dorongan dari

ketua kelompok.

Pemahaman anggota kelompok tentang topik yang dibahas juga sudah

baik karena anggota kelompok juga sudah mampu mengeluarkan pendapat dan

48
idenya dengan baik pula dan sudah mampu menggunakan analisa SWOT dalam

perencanaan karier. Pada tahap pengakhiran, guru bk meminta anggota kelompok

untuk maju ke depan mempresentasikan hasil diskusi tentang memilih karier

dengan analisa SWOT. Guru bk memberikan simpulan pada topik yang telah

dibahas..

c. Pengamatan

Pada siklus 2 ini, pelaksanaan layanan informasi berjalan dengan baik

pada tiap-tiap tahapannya. Semua anggota kelompok sudah mengeluarkan

pendapatnya masing-masing tanpa harus diberikan dorongan dari guru bk.

Pemahaman anggota kelompok tentang topik yang dibahas juga sudah baik karena

anggota kelompok juga sudah mampu mengeluarkan pendapat dan idenya dengan

baik pula. Dan juga terlihat dari hasil diskusi dalam membuat analisa SWOT.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan mengkaji hasil observasi dan angket serta

permasalahan yang dihadapi selama tindakan yang berlangsung pada siklus I,

untuk mengetahui seberapa besar peningkatannya jika dibandingkan dengan hasil

pra siklus dan pasca siklus 1. Berdasarkan observasi yang dilakukan bersama

kolaborator terlihat siswa yang sudah aktif dan terbuka dalam menyampaikan

pendapat. Sehingga layanan berjalan dengan efektif dan efesien sesuai dengan

yang direncanakan.

Hasil perbandingan pra siklus, pasca siklus 1, pasca siklus 2 ini ditambah

dengan hasil observasi akan dijadikan sebagai bahan refleksi. Adapun hasil dari

pasca siklus 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Perencanaan Karier Siswa siklus 2

49
Aspek Perencanaan Karier Indikator Kriteria
No
Siswa (%)
1. Membuat struktur 87% ST
pengembangan diri
2. Membuat gambaran dunia kerja 80% T

3. Mempertimbangkan alternatif 80% T

4 Mengambil keputusan 85 ST

5 Memilih karier 90 ST

Untuk memperjelas tabel di atas, maka peneliti akan menampilkan grafik

yang menggambarkan tingkat pemahaman siswa dalam merencanakan karier yang

setelah pelaksanaan informasi siklus 2. Adapun grafik sebagai berikut:

Gambar 1 Perencanaan Karier siswa siklus 2

90%

85%

80%
Column3
75% Column2
1 2 3 4 5

Dari tabel dan grafik di atas tampak bahwa: aspek membuat struktur

pengembangan diri, mengambil keputusan dan memilih karier sangat tinggi serta

membuat gambaran dunia kerja dan memilih alternatif masuk kategori tinggi.

Secara rata-rata hasil pasca siklus 2 masuk dalam kategori sangat tinggi. Jika

50
dibandingkan antara rata-rata hasil pasca siklus 2 yakni 84,4% dengan rata-rata

hasil pra siklus yakni 40% maka terjadi peningkatan hasil rata-rata sebesar 44,4%.

Hasil ini semakin menguatkan asumsi bahwa layanan informasi dapat mengatasi

masalah perencanaan karier siswa SMA Negeri 2 Sigli.

Berdasarkan hasil observasi dan perhitungan angket di atas, maka peneliti

membuat kesimpulan hasil penelitian yang digunakan sebagai dasar untuk

membuat refleksi penelitian, yakni:

1) Ada peningkatan hasil dari angket perencanaan karier antara sebelum dan

sesudah pelaksanaan layanan informasi. Artinya ada peningkatan hasil pra

siklus dan pasca siklus 1. Secara rata-rata hasil pasca siklus 2 masuk

dalam kategori sangat tinggi. Jika dibandingkan antara rata-rata hasil pasca

siklus 2 yakni 84,4% dengan rata-rata hasil pra siklus yakni 40% maka

terjadi peningkatan hasil rata-rata sebesar 44,4%.

4) Proses pelaksanaan layanan informasi sudah berjalan dengan baik, sesuai

dengan perencanaan yang sudah dibuat oleh peneliti. Hanya saja ada satu

catatan yang perlu diperhatikan, yaitu masih ada beberapa siswa yang

masih tidak mau mengeluarkan pendapat dan tidak mau terbuka. Ini

merupakan tugas guru bimbangan konseling di SMA Negeri 2 Sigli untuk

melakukan tindak lanjut dengan memberikan konseling individual.

B. Pembahasan

Layanan Informasi di sekolah merupakan bagian program layanan

bimbingan konseling yang tergolong ke dalam komponen pelayanan dasar.

Pelayanan dasar ini diartikan sebagai proses anggota kelompok mengetahui dan

51
memahami dirinya untuk membantu proses menemukan identitas; (2) Dengan

memahami diri sendiri, maka siswa diharapkan akan semakin mampu

mengembangkan penerimaan diri dan merasa berharga sebagai pribadi; (3)

Membantu mengembangkan keterampilan sosial dan kecakapan antar pribadi,

sehingga siswa mampu melaksanakan tugas perkembangan dalam kehidupan

sosial-pribadi; (4) Menumbuhkembangkan kecakapan mengarahkan diri, me-

mecahkan masalah, dan mentransfer kecakapan ini untuk digunakan dalam

kehidupan sosial sehari-hari; (5) Membantu mengembangkan kepekaan terhadap

kebutuhan orang lain, sehingga menyadari dan bertanggung jawab terhadap

tingkah lakunya kepada orang lain. Belajar bagaimana mengidentifikasi perasaan

orang-orang yang berarti dalam hidupnya (significant others), sehingga mampu

menunjukan kecakapan yang lebih baik untuk bersikap empatik; (6) Membantu

siswa belajar bagaimana menjadi pendengar yang empatik yang mampu

mendengar bukan saja apa yang diucapkan, tetapi juga dapat mendengar perasaan-

perasaan yang mengikuti ucapan orang lain; (7) Membantu siswa untuk dapat

memberi makna terhadap sesuatu sesuai dengan keyakinan dan pemikiran yang

dimilikinya; dan (8) Membantu setiap anggota kelompok untuk dapat

merumuskan tujuan-tujuan tertentu yang akan diwujudkannya secara konkrit.

Prayitno Erman Amti (2008:256), layanan informasi adalah kegiatan

memberikan pemahamn kepada individu-individu yang berkepentingan tentang

tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalalni suatu tugas atau kegiatan,

atau untuk memnentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.

Untuk mendapatkan proses yang maksimal dalam pelaksanaan layanan

informasi, maka dibutuhkan perencanaan program layanan yang matang. Tidak

52
hanya itu langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses pelaksanaan

informasi pun hendaknya telah dipersiapkan dengan matang oleh konselor,

bahkan hingga proses tindak lanjut sekali pun. Layanan ini juga sesuai dengan

teori belajar karena mengandung aspek social yaitu belajar bersama. Peserta

layanan akan berbagi ide dan saling mempengaruhi untuk berkembang menjadi

manusia seutuhnya.

Menurut Tohirin (2007: 172), Tujuan umum layanan informasi adalah

untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi khususnya kemampuan

berkomunikasi anggota lainnya. Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan

bahwa kemampuan bersosialisasi atau berkomunikasi seseorang sering terganggu

oleh perasaan, pikiran persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif, sempit

dan terkungkung serta tidak efektif.

Melalui layanan informasi hal-hal yang mengganggu atau menghimpit

perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui berbagai cara;

pikiran yang suntuk, buntu, atau beku dicairkan dan didinamikkan melalui

berbagai masukkan dan tanggapan baru; persepsi dan wawasan yang menyimpang

dan/atau sempit diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, penyadaran

dan penjelasan; sikap yang tidak objektif, terkungkung dan tidak terkendali, serta

tidak efektif digugat dan didobrak; kalau perlu diganti dengan yang baru yang

lebih efektif. Melalui kondisi dan proses berperasaan, berpikir, berpersepsi dan

berwawasan yang terarah, luwes, dan luas serta dinamis kemampuan

berkomunikasi, bersosialisasi dan bersikap dapat dikembangkan. Tidak terkecuali

dengan kepercayaan diri.

53
“Menurut Sukardi dalam Falentini (2013) perencanaan karir merupakan

proses seseorang individu untuk memilih dan memutuskan karir yang hendak

dijalaninya yang berlangsung seumur hidup. Untuk membantu siswa dalam

mempersiapkan dirinya dalam pemilihan karir, maka siswa terlebih dahulu dapat

memahami keterampilan yang dimiliki, bakat, minat, cita-cita serta aspek lain.

Dari hasil siklus 1 diperoleh rata-rata mengenai perencanaan karier siswa

sebesar 58,8%. Hal ini menunjukkan perubahan dari pra siklus yaitu rata-rata

persentase yang diperoleh 18,4%. Pada siklus 2 diperoleh rata-rata nilai 84,4%.

Hasil penelitian ini sudah memadai untuk menyakinkan peneliti bahwa informasi

cukup efektif dalam meningkatkan belajarsiswa. Untuk lebih jelasnya rekapitulasi

hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Persentase rata-rata peningkatan perencanaan karier dari pra siklus,
siklus 1 dan siklus 2
Indikator %
No Aspek malas belajar siswa
Pra siklus Siklus 1 Siklus 2
Membuat struktur 60%
1. 42% 87%
pengembangan diri
Membuat gambaran dunia 67%
2. 47% 80%
kerja
3. Mempertimbangkan alternatif 40% 57% 80%

4. Mengambil keputusan 30% 50% 85%

5. Memilih karier 43% 60% 90%

Dengan memahami diri dan yakin akan potensi yang dimiliki, siwa dapat

melakukan sesuatu yang bisa mengubah dirinya menjadi yang terbaik. Dengan

terbentuknya keyakinan diri diharapkan mampu bersaing dan mengembangkan

kemampuan yang dimilikinya dalam rangka mencapai tujuan dalam hidup

54
mereka. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa layanan informasi efektif

dalam mengatasi masalah karier di SMA Negeri 2 Sigli.

55
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Untuk mendapatkan proses yang maksimal dalam pelaksanaan layanan

informasi, maka dibutuhkan perencanaan program layanan yang matang. Tidak

hanya itu langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses pelaksanaan

informasi pun hendaknya telah dipersiapkan dengan matang oleh guru, bahkan

hingga proses tindak lanjut sekali pun. Pada pelaksanaan layanan informasi

dengan menggunakan analisa SWOT pada siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2

Sigli yang sudah dilakukan menunjukkan adanya perubahan pemikiran siswa

dalam merencanakan karier yang sesuai dengan bakat minat. Secara rata-rata hasil

pasca siklus 2 masuk dalam kategori sangat tinggi. Jika dibandingkan antara rata-

rata hasil pasca siklus 2 yakni 84,4% dengan rata-rata hasil pra siklus yakni 40%

maka terjadi peningkatan hasil rata-rata sebesar 44,4%.

B. Saran

1. Guru Pembimbing hendaknya melaksanakan layanan informasi di

sekolah masing-masing sebagai wujud dari kepedulian terhadap siswa.

2. Guru pembimbing hendaknya lebih aktif dan kreatif melayani siswa

dengan cara memberikan layanan informasi, sehingga siswa dapat

memanfaatkan layanan BK di sekolah.

3. Guru pembimbing perlu berupaya agar siswa termotivasi dan secara

ikhlas mengikuti konseling.

56
4. Pihak sekolah hendaknya memberi tugas dan peran yang sesuai dengan

fungsi BK sehingga fokus pengembangan diri yang menjadi bidang tugas

BK dapat berjalan secara optimal.

5. Guru mata pelajaran dan seluruh personil sekolah hendaknya mengetahui

dan memahami peran BK di sekolah sehingga secara tidak langsung

dapat meningkatkan mutu sekolah dan juga peningkatan prestasi belajar

siswa.

57
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dan Praktek
Jakarta. Rineka Cipta

Basori, M. 2004. Paket Bimbingan Perencanaan dan Pengambilan Keputusan


Karir Bagi Siswa SMU. Malang: Universitas Negeri Malang

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi


ketiga. Jakarta. Balai Pustaka.

Dewa Ketut Sukardi. 2007. Bimbingan Karier di Sekolah-Sekolah. Jakarta.


Ghalia.
Marliyah L, dkk. 2004. Jurnal Provitae: Persepsi terhadap dukungan orang tua
dan pembuatan keputusan karir remaja. Volume 1. Jakarta: Fakultas
psikologi Universitas Tarumanegara dan Yayasan Obor Indonesia

Prayitno dan Amti. 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta.


Rineka Cipta.

Simamora Henry. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta. STIE


YKPN.

Soetjipto. Profesi Keguruan. Jakarta. Rineka Cipta.


Sudijino. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Sugiono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.
Tohirin. 2007. Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta Raja
Grafindo Persada
Tohirin. 2013. Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta Raja
Grafindo Persada
Winkle, W.S dan Hastuti. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institute
Pendidikan. Yogyakarta. Media Abadi
Winkle, W.S dan Hastuti. 2010. Bimbingan dan Konseling di Institute
Pendidikan. Yogyakarta. Media Abadi
Yeni Karneli. (2009). Bimbingan Karir Sebagai Upaya Membantu Kesiapan
Siswa dalam Memasuki Dunia Kerja. Diakses
dari http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=
view&id=110&Itemid=104 pada tanggal 7 Desember 2016, jam. 19.45.

58
59

Anda mungkin juga menyukai