Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH LAYANAN INFORMASI STUDI LANJUT

TERHADAP KEMANTAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


STUDI LANJUT

Dwi Dessy Setyowati1 dan Mochamad Nursalim2

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh layanan informasi studi lanjut terhadap
kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut, sehingga siswa mampu mengambil
keputusan secara mantap sesuai dengan keadaan dirinya. Penelitian ini menggunakan
rancangan pre-eksperiment design berupa one group pre test post test design. Metode
pengumpulan data menggunakan angket langsung bentuk tertutup. Subyek penelitian
ini adalah siswa kelas XII IPA 4, yang mempunyai kemantapan pengambilan keputusan
rendah. Teknik analisis data menggunakan statistik parametrik dengan rumus t-test.
Teknik analisis data diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel (4,290 > 2,021). Maka
Ha diterima dan Ho ditolak. Hipotesis yang menyatakan “terdapat perbedaan yang
signifikan dalam kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut antara sebelum dan
sesudah penerapan layanan informasi studi lanjut” dapat diterima. Maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dengan pemberian layanan informasi studi
lanjut terhadap kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut siswa, dan
implementasi dari layanan informasi studi lanjut ini adalah siswa mantap dalam
mengambil keputusan studi lanjut.

Kata Kunci: Layanan Informasi Studi Lanjut, Kemantapan Pengambilan Keputusan


Studi Lanjut

Pendahuluan
Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) berada pada rentang usia 15-18 tahun. Pada
rentangan usia tersebut seorang individu berada pada tahap perkembangan masa remaja
akhir, yang dalam perkembangan mereka dihadapkan pada berbagai permasalahan.
Berikut ada empat macam masalah yang sering dialami oleh siswa sekolah menengah
atas menurut pendapat Gunawan (2001:197) adalah: keputusan meninggalkan sekolah,
persoalan-persoalan belajar, pengambilan keputusan ke perguruan tinggi, problem sosial
siswa sekolah menengah atas.
Keempat permasalahan tersebut, salah satunya dihadapi oleh siswa SMA adalah
pengambilan keputusan ke perguruan tinggi, dimana seorang siswa yang telah lulus dari
sekolah menengah atas dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Seorang siswa dalam
kehidupannya akan dihadapkan dengan sejumlah alternatif, baik yang berhubungan
dengan kehidupan pribadi, sosial, belajar maupun karirnya. Adakalanya siswa
mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan dalam menentukan alternatif mana
yang sebaiknya dipilih. Apakah nantinya akan meneruskan studi lanjut yakni
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, atau akan bekerja maupun mengikuti
pelatihan-pelatihan/ kursus.
Para siswa SMA yang akan melanjutkan pendidikannya maupun yang langsung
bekerja, tidak begitu saja dapat melakukannya melainkan melalui suatu proses

1
Alumni Prodi BK Unesa
2
Staf pengajar di prodi BK Unesa
pengambilan keputusan. Mereka diharuskan siap dalam mengambil keputusan yang
sangat penting dan sulit. Suatu keputusan yang khusus menentukan masa depannya
sehubungan dengan karir yang dicita-citakan.
Kesulitan-kesulitan untuk mengambil keputusan karir akan dapat dihindari
manakala siswa memiliki sejumlah informasi yang memadai tentang hal-hal yang
berhubungan dengan dunia karirnya. Maka seorang siswa membutuhkan bantuan
bimbingan dari guru pembimbing yang ada di sekolah, guna memperoleh pengetahuan
dan pemahaman yang memadai tentang berbagai kondisi dan karakteristik diri.
Kekurangtahuan dan kekurangpahaman tersebut sering membuat mereka kehilangan
kesempatan, salah pilih jurusan, salah pilih pekerjaan, dan tidak dapat meraih
kesempatan dengan baik sesuai dengan cita-cita, bakat, minat, berbagai kekuatan serta
kelemahan yang ada dalam diri individu tersebut.
Agar terhindarkan dari permasalahan tersebut maka para siswa perlu dibekali
dengan informasi yang cukup dan akurat. Pemberian layanan informasi studi lanjut
bertujuan membantu peserta didik agar dapat memahami diri dan lingkungannya.
Seperti kondisi sosio-kultural, pasar kerja, persyaratan, jenis dan prospek pekerjaan,
serta hal-hal lainnya yang bersangkutan dengan dunia kerja. Sehingga pada akhirnya
siswa dapat membuat atau mengambil keputusan secara tepat dan terbaik bagi masa
depannya terutama berkaitan dengan rencana karir yang akan ditempuhnya kelak.
Indikator utama yang digunakan untuk mengetahui kemampuan dalam mengambil
keputusan adalah preferansi pekerjaan dan profesi setelah tamat jenjang pendidikan
menengah. Berdasarkan kuesioner dari Hayadin yang dilaksanakan pada tahun 2008
diperoleh gambaran bahwa 35,75% siswa kelas tiga SMA/ MA/ SMK sudah
mempunyai pilihan pekerjaan dan profesi, sementara 64,25% lainnya belum mengambil
keputusan pilihan ke perguruan tinggi, pekerjaan atau profesi. Siswa-siswi yang belum
mengambil keputusan adalah mereka yang memiliki prestasi akademik yang baik
maupun yang memiliki prestasi akademik sedang. Hal ini didukung oleh pendapat dari
Santrock (2002) yang menyatakan bahwa kesulitan, kebingungan, dan ketakutan terasa
ketika harus memilih dan memutuskan jurusan di perguruan tinggi. Kurangnya
informasi akan jurusan dan lapangan kerja yang akan dihadapi oleh remaja ketika
mereka lulus menambah kekhawatiran dalam pengambilan keputusan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bimbingan Konseling di SMA Kemala
Bhayangkari I Surabaya khusus kelas XII IPA 4 diketahui bahwa siswa dalam kelas
tersebut memiliki permasalahan, yakni siswa kelas XII IPA 4 belum mengambil
keputusan atau belum merencanakan pilihan studi lanjut.
Hal-hal yang diidentifikasikan menjadi penyebab siswa belum mengambil
keputusan atau belum merencanakan pilihan studi lanjut adalah pelaksanaan layanan
informasi dilaksanakan secara incidental, tingginya biaya untuk tes bakat minat yang
dilengkapi dengan saran-saran jurusan, keadaan ekonomi orangtua, teman sebaya, faktor
peluang kerja, dan kurangnya wawasan/ pengetahuan serta kurangnya informasi studi
lanjut.
Banyak siswa yang mengalami kekurangan informasi tentang studi lanjut terutama
yang berkaitan dengan perguruan tinggi sehingga cenderung menjadi salah satu
hambatan dalam menentukan arah pilih studi lanjut ataupun karirnya. Hal ini salah
satunya disebabkan oleh kurang intensifnya pelaksanaan layanan informasi di sekolah.
Siswa hanya memiliki informasi tentang perguruan tinggi negeri yang diminati,
sedangkan kurang pengetahuan tentang perguruan tinggi swasta. Siswa masih bingung
menentukan alternatif pilihan perguruan tinggi swasta dikarenakan banyaknya jenis-
jenis perguruan tinggi swasta tersebut. Beberapa faktor yang dapat dijadikan dasar
pertimbangan dalam mengambil keputusan memilih perguruan tinggi swasta adalah
status perguruan tinggi, citra PTS, fasilitas fisik, biaya SPP, proses belajar mengajar,
mutu dosen, mutu lulusan.
Pemberian informasi studi lanjut, baik yang diperoleh dari guru pembimbing
maupun dari sumber-sumber informasi yang lain diharapkan siswa dapat memperoleh
gambaran tentang studi lanjut yang akan dipilih dan ditempuhnya. Sehingga
memudahkan siswa dalam mengambil keputusan kemana ia akan melanjutkan
pendidikannya pasca SMA.
Layanan informasi ini bertujuan memberikan informasi secara lengkap tentang
studi lanjut, dengan harapan agar siswa dapat merencanakan/ mengambil keputusan
secara tepat dan mantap sesuai dengan potensi yang dimiliki. Alternatif pendidikan
pasca SMA tersedia dalam jumlah yang cukup bervariasi, saat ini tercatat Indonesia
memiliki sekitar 80-an perguruan tinggi negeri (PTN). Jumlah ini belum termasuk
perguruan tinggi agama Islam negeri (PTAIN), institut, akademi, dan sekolah tinggi
kedinasan yang tersebar di seluruh Indonesia. Banyaknya jumlah perguruan tinggi
negeri ini sebenarnya memudahkan calon mahasiswa, tetapi karena tidak semua PTN
favorit maka para calon mahasiswa pun bingung menetapkan pilihan.
Berbeda dengan jumlah perkembangan PTN yang bisa dianggap stabil dari tahun
ke tahun, perkembangan perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia memiliki
peningkatan yang sangat signifikan. Tercatat pada tahun 2000, jumlah PTS di Indonesia
adalah 2.292. Pada tahun 2004, jumlahnya mengalami peningkatan yaitu sebanyak
2.600 PTS. Pada tahun 2008, jumlah ini meningkat lagi mencapai angka yang lebih
fantastis, yaitu sekitar 2800-an dengan tingkat akreditasi yang beragam (Kompas, 4
Agustus 2008).
Keputusan untuk melanjutkan pendidikan maupun memasuki lapangan pekerjaan,
keduanya memerlukan pertimbangan lebih dulu. Adapun faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan bagi para siswa yang memilih akan melanjutkan
pendidikan menurut Gani (1992:19) adalah: (1) faktor biaya studi (2) masalah pemilihan
jurusan.
Berdasarkan data-data diatas bahwa pemberian layanan informasi studi lanjut
perlu disampaikan kepada siswa agar mereka dapat mengambil keputusan secara tepat
dan mantap, karena akan berhubungan dengan pilihan karir mereka di masa depan. Serta
bertujuan agar siswa dapat mempersiapkan diri dalam memilih lembaga pendidikan
pasca SMA sesuai dengan keadaan dirinya, dan dapat disesuaikan dengan tingkat
kemampuan ekonomi orangtua. Artikel ini mengandung kajian materi sebagai berikut:
“Apakah ada pengaruh pemberian layanan informasi studi lanjut terhadap kemantapan
pengambilan keputusan studi lanjut?”.
Untuk memudahkan dalam memecahkan masalah, maka rumusan masalah tersebut
dirumuskan secara operasional sebagai berikut:
“Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemantapan pengambilan keputusan
studi lanjut antara sebelum dan sesudah siswa diberikan layanan informasi studi lanjut
pada siswa kelas XII IPA 4?”.

A. Layanan Informasi Studi Lanjut


Menurut Prayitno (2004:259) Layanan informasi adalah layanan bimbingan
konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai
informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta
didik (klien).

Layanan informasi (Nursalim, 2002:22) adalah kegiatan bimbingan yang


bermaksud membantu siswa untuk mengenal lingkungannya, yang sekiranya dapat
dimanfaatkan untuk masa kini maupun masa yang akan datang.

Sedangkan menurut Depdikbud, Dikdasmen (1996:4)


Layanan informasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa
dan pihak-pihak lain (yang dapat memberi pengaruh besar pada siswa, terutama
orangtua) menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan dan
informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan dan pertimbangan lainnya.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian layanan
informasi adalah suatu pemberian informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi
jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pemikiran sebaik-baiknya untuk dijadikan
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk kepentingan atau kebutuhan
peserta didik. Pengertian studi lanjut (Sutikna, 1998:17) adalah “kelanjutan studi”.
Berdasarkan pendapat diatas maka studi lanjut adalah pendidikan lanjutan atau
sambungan setelah tamat dari SMA atau pendidikan yang lebih tinggi dari saat ini.
Berdasarkan uraian diatas, pengertian layanan informasi studi lanjut dapat
didefinisikan sebagai suatu pemberian informasi tentang pendidikan pasca SMA atau
program pendidikan lanjutan yang lebih tinggi sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan untuk kepentingan atau kebutuhan peserta didik. Adapun hal-hal
yang perlu diberikan adalah memperkenalkan bentuk perguruan tinggi, status perguruan
tinggi, nama fakultas/ akademi, dan segala hal yang berkaitan dengan perguruan tinggi
agar nantinya para peserta didik dapat mengambil keputusan yang tepat dalam
pemilihan studi lanjut yang berhubungan dengan karir/ masa depannya.
Tujuan adanya informasi studi lanjut (Sutikna,1998) adalah sebagai berikut: a)
agar siswa dapat memahami diri sendiri sehingga dapat mempersiapkan diri dalam
pemilihan program, b) agar siswa mengetahui jenis-jenis pendidikan yang berkaitan
dengan pemilihan program.
Fungsi dari pemberian informasi studi lanjut adalah: a) sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan yang disesuaikan dengan bidang karir dan
keputusan studi lanjut pasca SMA, b) membantu siswa dalam berpikir rasional dalam
mengambil keputusan jurusan di perguruan tinggi sehubungan dengan karir/ masa
depannya.

Materi informasi studi lanjut (Depdikbud, 1998) meliputi: bentuk perguruan tinggi
(universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, politeknik, Universitas Terbuka), jalur
pendidikan tinggi (akademik, profesional), jenjang pendidikan tinggi, persyaratan
masuk pendidikan tinggi, komponen biaya pendidikan di perguruan tinggi.

B. Kemantapan Pengambilan Keputusan Studi Lanjut


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:713) kemantapan memiliki arti
“Hal (keadaan) mantap (stabil, aman, teguh hati, tetap tidak berubah).”
Kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut ke perguruan tinggi adalah
bagian dari pengambilan keputusan karir yang diartikan oleh Basori (2004:91), “sebagai
suatu kematangan diri dalam proses untuk menentukan pilihan dari berbagai alternatif
yang berkaitan dengan pendidikan ke perguruan tinggi yang berorientasi pada
pekerjaan/ jabatan”. Menurut Terry (dalam Manrihu, 1992:170) “Definisi pengambilan
keputusan (decision making) adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau
lebih”. Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Basori (2004:91)
menyebutkan bahwa “pengambilan keputusan merupakan suatu proses untuk
menentukan berbagai alternatif yang berkaitan dengan suatu hal sesuai dengan keadaan
diri dan lingkungannya.” Menurut Sutikna (1998:17) “studi lanjut adalah kelanjutan
studi”.

Berdasarkan uraian pendapat di atas tentang kemantapan, pengambilan keputusan,


studi lanjut disimpulkan bahwa kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut ke
perguruan tinggi adalah kepastian dan tidak berubahnya pengambilan keputusan studi
lanjut atau proses penentuan pilihan dari berbagai alternatif yang berkaitan dengan studi
lanjut atau pendidikan lanjutan yang lebih tinggi yakni perguruan tinggi.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pengambilan keputusan karir
berkenaan dengan studi lanjut ke perguruan tinggi menurut Basori (2004: 92), terdiri
dari dua faktor yakni faktor pribadi dan faktor lingkungan: Faktor pribadi, antara lain:a)
tipe kepribadian dan ciri-ciri sifat yang menonjol, b) bakat atau kemampuan bidang
akademis, c) bakat atau kemampuan bidang nonakademis, d) minat terhadap suatu
jabatan/ pekerjaan, e) nilai kehidupan pribadi, f) Hobi dan kesenangan. Sementara itu
faktor lingkungan, antara lain: a) nilai-nilai kehidupan masyarakat, b) Keadaan ekonomi
keluarga/ orangtua, c) kebutuhan/ prospek lapangan pekerjaan yang terkait, d)
kesempatan mendapatkan peluang suatu jabatan/ pekerjaan

Menurut Gunawan (2001:199), ada berbagai macam alasan yang sering ditemukan
sehingga mempengaruhi siswa dalam mengambil keputusan untuk studi lanjut ke
perguruan tinggi secara tepat, diantaranya: a) kecenderungan orangtua memasukkan
anaknya ke perguruan tinggi almamater mereka, b) pengaruh sahabat, guru atau
pembimbing yang pernah belajar di perguruan tinggi tersebut, c) perguruan tinggi yang
terdekat dengan rumah orangtua siswa dengan resiko memilih jurusan apa saja, asalkan
siswa dapat melanjutkan studinya seperti teman-teman yang lain, d) Mengisi waktu
senggang sehingga mereka lebih senang pergi kuliah. Alasan-alasan tersebut belum
menjamin anak dapat masuk ke perguruan tinggi yang sesuai dengan bakat dan minat
anak.

Menurut Kansil (1997:25) bahwa: Suatu hal atau faktor yang dianggap sebagai
pengganggu dalam proses pengambilan keputusan apabila faktor tersebut dapat
mempersulit pengambilan keputusan atau pembelokan arah keputusan dari yang
seharusnya. Salah satu faktor adalah lingkungan hidup terdekat seseorang, yaitu
orangtua serta anggota keluarga terdekat lainnya. Gangguan lain dapat berasal dari
lingkungan sekitar yang dapat timbul dari teman-teman terdekat.
Lebih lanjut Kansil (1997:26) menjelaskan bahwa hubungan pertemanan yang akrab
kecenderungan dapat menyebabkan seseorang melakukan pengambilan keputusan yang
didasarkan atas keputusan dari teman-teman lainnya. Jika temannya memilih jurusan
hukum atau ekonomi, maka ia pun akan memilih jurusan yang sama agar mereka tetap
bersama, meskipun bakat/ sifat pribadinya tidak sesuai untuk itu. Pengambilan
keputusan semacam ini dapat berbahaya, khususnya menyangkut pilihan dalam
melanjutkan pendidikan. Banyak kegagalan telah terjadi sebagai akibat pengambilan
keputusan semacam ini.
Teori keputusan didasarkan pada pokok pikiran bahwa individu dapat memilih
alternatif. Pendekatan teori Gellat (Sukardi, 1994) yang digunakan dalam penelitian ini.
Beberapa hal yang mengarah pada suatu keputusan, mencakup: a) menentukan tujuan:
dimulai apabila individu mengenal suatu kebutuhan untuk mengambil suatu keputusan,
kemudian menentukan suatu sasaran atau tujuan, b) mengumpulkan informasi/ data:
individu perlu mengumpulkan data dan mengadakan survei tentang kemungkinan
bidang kegiatan, c) Pemanfaatan data: penggunaan data dalam menentukan
kemungkinan keberhasilan, d) mengestimasi hasil: mengestimasi hasil-hasil yang
dikehendaki, perhatian dipusatkan pada sistem nilai individu, e) mengevaluasi dan
memilih: melibatkan evaluasi dan seleksi suatu keputusan.

Metode
Penelitian ini menggunakan rancangan metode one-group Pretest-Posttest Design.
Eksperimen dilakukan pada satu kelompok tanpa menggunakan kelompok kontrol
dengan memberikan pretes sebelum perlakuan bertujuan agar hasil perlakuan dapat
diketahui secara akurat setelah diberikan postes dengan cara membandingkan keadaan
sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA 4 SMA Kemala Bhayangkari I
Surabaya.
Penelitian ini menggunakan angket langsung bentuk tertutup, responden
menjawab sendiri butir pertanyaan yang sudah tersedia jawabannya. Data dikumpulkan
melalui angket yang telah dikembangkan sendiri. Proses pengumpulan data,
memerlukan alat atau instrumen pengumpul data yang benar-benar dapat
mengumpulkan data dengan baik.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistic parametric
dengan menggunakan rumus t-test. Penggunaan rumus t-test harus berdasarkan pada
asumsi-asumsi yaitu harus berdistribusi normal dan bersifat homogen.

Hasil dan Pembahasan

Setelah melakukan pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah memaparkan


data hasil penelitian. Adapun sajian data terdiri dari pengukuran awal (pretest) dan
pengukuran akhir (posttest) kelas XII IPA 4 sebagai kelas ekperimen yang mendapatkan
treatment berupa layanan informasi studi lanjut.

Tabel. 1 Data Skor Pengukuran Awal (sebelum perlakuan layanan informasi studi
lanjut) Siswa Kelas XII IPA 4
Subyek Pretest Subyek Pretest
1 88 22 88
2 85 23 66
3 66 24 86
4 79 25 83
5 86 26 91
6 82 27 76
7 94 28 90
8 68 29 84
9 83 30 83
10 77 31 85
11 83 32 88
12 91 33 72
13 86 34 85
14 94 35 84
15 91 36 89
16 94 37 90
17 83 38 79
18 83 39 83
19 87 40 89
20 88 41 79
21 82 42 72
Mean SD
83.61 7.064
Tabel. 2 Data Skor Hasil Pengukuran Akhir (sesudah perlakuan layanan informasi studi
lanjut) Siswa Kelas XII IPA 4

Subyek Postes Subyek Postes


1 96 22 90
2 92 23 67
3 66 24 85
4 85 25 92
5 87 26 91
6 90 27 77
7 94 28 96
8 70 29 82
9 83 30 92
10 80 31 85
11 81 32 88
12 94 33 77
13 86 34 90
14 94 35 94
15 96 36 94
16 85 37 96
17 90 38 81
18 83 39 83
19 90 40 90
20 87 41 80
21 91 42 71

Sebelum melakukan analisis menggunakan t-test maka terlebih dahulu dilakukan


uji asumsi sebagai syarat menggunakan rumus t-test, terdiri dari uji normalitas dan uji
homogenitas.

1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
Test (analisis SPSS di lampiran I) dengan menggunakan program SPSS versi 13,
hasilnya sebagai berikut:

Tabel. 3 Hasil Uji Normalitas


Data Pretes Postes
Jumlah siswa 42 42
Rata-rata 83.62 86.21
Standar Deviasi 7.064 7.888
Nilai 1.162 1.040
Kolmogorov-
Smirnov Z
Signifikansi 0.134 0.229
Berdasarkan tabel didapat Nilai Kolmogorov-Smirnov Z untuk pretest sebesar
1.162 dengan nilai signifikansi 0.134 dan posttest sebesar 1.040 dengan nilai
signifikansi 0.229. Dikarenakan nilai signifikansi kedua kelompok 0.05 maka data
berdistribusi normal. (Ghozali, 2006).

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan Uji Homogenitas
(Levene Test) dengan menggunakan program SPSS versi 13, hasilnya sebagai berikut:

Tabel. 4 Hasil Uji Homogenitas


F hitung Penyebut Pembilang Signifikansi
(df1) (df2)
0.978 1 82 0.326

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai F hitung (Levene Statistic) sebesar 0,978
dengan nilai signifikansi 0,326 dimana lebih besar dari 0,05 maka data tersebut diatas
adalah homogen (Ghozali, 2006).

Selanjutnya untuk hasil uji t test untuk penerimaan dan penolakan hipotesis (Ha)
yaitu ada pengaruh pemberian layanan informasi studi lanjut terhadap kemantapan
pengambilan keputusan studi lanjut. Adapun ketentuan penerimaan hipotesis, apabila
signifikansi dibawah atau sama dengan 0.05 maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Tabel. 4 Hasil Analisis t-test antara pretes dan postes siswa kelas XII IPA 4

Data XII IPA 4 antara Nilai


pretes dan postes
Rata-rata 2.59
Standar Deviasi 3.92
Standar kesalahan rata-rata 0.60
Hasil t hitung 4.290
Derajat kebebasan 41
Signifikansi 0.000
Nilai t tabel dapat diketahui dengan melihat nilai derajat kebebasan = 41 dengan
derajat kesalahan 5% didapat t tabel = 2.021. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel
(4.290 > 2.021) maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, ada pengaruh pemberian
layanan informasi studi lanjut terhadap kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut.
Maka dapat disimpulkan Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh
pemberian layanan informasi studi lanjut terhadap kemantapan pengambilan
keputusan studi lanjut pada siswa kelas XII SMA Bhayangkari Surabaya.
B. Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan tingkat


kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut antara sebelum dan sesudah layanan
informasi studi lanjut diberikan pada siswa kelas XII IPA 4. Layanan informasi studi
lanjut memiliki pengaruh positif terhadap kemantapan pengambilan keputusan studi
lanjut pada siswa, dengan demikian hipotesis yang menyatakan “Terdapat perbedaan
yang signifikan pada skor kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut antara
sebelum dan sesudah pemberian layanan informasi studi lanjut terhadap siswa kelas XII
IPA 4 SMA Kemala Bhayangkari I Surabaya” telah teruji. Dengan t hitung 4,290
dengan taraf signifikansi 5%.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kapes dan Strickler (dalam
Manrihu, 1992:160) ditemukan bahwa kurikulum Sekolah Lanjutan Atas yang berisi
bimbingan terutama tentang paket bimbingan informasi perguruan tinggi yang berbeda
antara satu sama lain menyebabkan perubahan dan peningkatan yang berbeda dalam
kematangan pengambilan keputusan karir terutama studi lanjut.
Selanjutnya Gunawan (2001:31) menjelaskan bahwa pilihan untuk memasuki
perguruan tinggi atau dengan kata lain melanjutkan studi/ pendidikan ke perguruan
tinggi adalah salah satu persoalan yang sangat penting yang dihadapi oleh orangtua dan
siswa Sekolah Menengah Atas.
Pemahaman berbagai informasi karir dalam hal ini khususnya studi lanjut, siswa
dapat menggunakannya sebagai bahan untuk pertimbangan sehingga pada akhirnya
akan lebih memiliki kesiapan untuk mengambil keputusan terkait dengan studi lanjut ke
perguruan tinggi.

Simpulan dan Saran

Penelitian dengan judul pengaruh pemberian layanan informasi studi lanjut


terhadap kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut mengungkapkan hipotesis
“Terdapat perbedaan yang signifikan pada skor kemantapan pengambilan keputusan
studi lanjut antara sebelum dan sesudah pemberian layanan informasi studi lanjut
terhadap siswa kelas XII IPA 4 SMA Kemala Bhayangkari I Surabaya” diterima,
dengan hasil t hitung 4,290 lebih besar dari t tabel 2,021 (4,290>2,021). Perbedaan
inilah yang menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dengan pemberian layanan
informasi studi lanjut terhadap kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut siswa.
Artinya sesudah diberikan layanan informasi studi lanjut, siswa mengalami peningkatan
berupa dapat memantapkan pengambilan keputusan studi lanjut ke perguruan tinggi.
Berdasarkan simpulan tersebut diatas, maka hasil penelitian ini memberikan
beberapa rekomendasi sebagai berikut: Pertama, kepada pihak sekolah, agar penelitian
ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah
khususnya bidang bimbingan karir. Kedua, kepada guru pembimbing, secara khusus
agar diberikan waktu khusus untuk pelaksanaan layanan informasi karir terutama studi
lanjut tentang perguruan tinggi maupun perguruan tinggi swasta dalam hal ini sebagai
pilihan alternatif. Ketiga, bagi siswa, dengan penelitian ini diharapkan siswa siap dan
mantap dalam mengambil keputusan studi lanjut dan dapat bersikap aktif dalam mencari
informasi terbaru serta data-data terkait tentang studi lanjut. Serta dapat digunakan
sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menentukan program studi yang
diminati. Keempat, bagi peneliti lain, jika ingin mengadakan penelitian yang serupa
diharapkan dapat menghubungkan kelompok teman sebaya (peer group), serta
menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding. Agar dapat melihat apakah
terdapat perbedaan dalam pengambilan keputusan studi lanjut ke perguruan tinggi dan
menggunakan subyek atau sampel yang heterogen.

DAFTAR ACUAN

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Basori, Muh. 2004. Paket Bimbingan Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Karir
Bagi Siswa SMU. Malang: Universitas Negeri Malang.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Mengenal Pendidikan Tinggi di


Indonesia (Online, diakses 26 Februari 2009). : Pusat Informasi Badan
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan.

Gani, Ruslan Abdul. 1992. Bimbingan Karir. Bandung: Angkasa.

Gunawan, Yusuf. 2001. Pengantar Bimbingan dan Konseling Buku Panduan


Mahasiswa. Jakarta: Prenhallindo.

Ghozali, Imam. 2006. Statistik Multivarian dengan SPSS. Semarang: BPFE UNDIP.

Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi.

Hayadin. 2008. Pengambilan Keputusan Pelajar Jenjang Menengah (Online).


(http://petamasadepanku.blogspot.com/2008/02/artikel-pengambilan-keputusan-
pelajar.html, diakses 26 Februari 2009).

Hidayati, Novi Wahyu. 2007. Pengaruh Layanan Informasi Studi Lanjut Terhadap
Perencanaan Karir Siswa. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JBK FIP Unesa.

Kansil, C.S.T dan Kansil, Christine. S.T. 1997. Melangkah ke Perguruan Tinggi.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Kartono, Kartini. 1985. Seri Psikologi Terapan “Menyiapkan dan Memandu Karir”.
Jakarta: Rajawali.

Kristiaji, Wisnu Chandra dan Sumiharti, Yati (Penyunting). 2002. Life Span
Development (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta: Erlangga.
Manrihu, Muh. Thayeb. 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta:
Bumi Aksara.

Muhlis. 2007. Hubungan Antara Tingkat Pemahaman Informasi Karir Tentang


Perguruan Tinggi Dengan Tingkat Kesiapan Pengambilan Keputusan Studi Lanjut
Ke Perguruan Tinggi. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JBK FIP Unesa.

Nurihsan, Achmad Juntika. 2005. Strategi Layanan Bimbingan Konseling. Bandung:


Refika Aditama.

Nursalim, Moch dan SA, Suradi. 2002. Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya:
Unipress.

Prayitno dan Ermananti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.

Rubin, Theodore Isaac. 1993. 8 Strategi Keputusan Yang Efektif. Semarang: Dahara
Prize.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar baru Algesindo.

Sugiono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut dan Sumiati, Desak Made. 1994. Tes Dalam Konseling Karir.
Surabaya: Usaha Nasional.

Sutikna, Agus. 1998. Bimbingan Karir untuk SMA. Jakarta: Intan Pariwara.

Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi
Aksara.

Tim. 2005. Pengembangan Analisis Multivariat dengan SPSS. Jakarta: Salemba Infotek.

Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset.

Zain, Badudu. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

sumber : https://docplayer.info/storage/20/400588/400588.pdf

Anda mungkin juga menyukai