Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh layanan informasi studi lanjut terhadap
kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut, sehingga siswa mampu mengambil
keputusan secara mantap sesuai dengan keadaan dirinya. Penelitian ini menggunakan
rancangan pre-eksperiment design berupa one group pre test post test design. Metode
pengumpulan data menggunakan angket langsung bentuk tertutup. Subyek penelitian
ini adalah siswa kelas XII IPA 4, yang mempunyai kemantapan pengambilan keputusan
rendah. Teknik analisis data menggunakan statistik parametrik dengan rumus t-test.
Teknik analisis data diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel (4,290 > 2,021). Maka
Ha diterima dan Ho ditolak. Hipotesis yang menyatakan “terdapat perbedaan yang
signifikan dalam kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut antara sebelum dan
sesudah penerapan layanan informasi studi lanjut” dapat diterima. Maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dengan pemberian layanan informasi studi
lanjut terhadap kemantapan pengambilan keputusan studi lanjut siswa, dan
implementasi dari layanan informasi studi lanjut ini adalah siswa mantap dalam
mengambil keputusan studi lanjut.
Pendahuluan
Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) berada pada rentang usia 15-18 tahun. Pada
rentangan usia tersebut seorang individu berada pada tahap perkembangan masa remaja
akhir, yang dalam perkembangan mereka dihadapkan pada berbagai permasalahan.
Berikut ada empat macam masalah yang sering dialami oleh siswa sekolah menengah
atas menurut pendapat Gunawan (2001:197) adalah: keputusan meninggalkan sekolah,
persoalan-persoalan belajar, pengambilan keputusan ke perguruan tinggi, problem sosial
siswa sekolah menengah atas.
Keempat permasalahan tersebut, salah satunya dihadapi oleh siswa SMA adalah
pengambilan keputusan ke perguruan tinggi, dimana seorang siswa yang telah lulus dari
sekolah menengah atas dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Seorang siswa dalam
kehidupannya akan dihadapkan dengan sejumlah alternatif, baik yang berhubungan
dengan kehidupan pribadi, sosial, belajar maupun karirnya. Adakalanya siswa
mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan dalam menentukan alternatif mana
yang sebaiknya dipilih. Apakah nantinya akan meneruskan studi lanjut yakni
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, atau akan bekerja maupun mengikuti
pelatihan-pelatihan/ kursus.
Para siswa SMA yang akan melanjutkan pendidikannya maupun yang langsung
bekerja, tidak begitu saja dapat melakukannya melainkan melalui suatu proses
1
Alumni Prodi BK Unesa
2
Staf pengajar di prodi BK Unesa
pengambilan keputusan. Mereka diharuskan siap dalam mengambil keputusan yang
sangat penting dan sulit. Suatu keputusan yang khusus menentukan masa depannya
sehubungan dengan karir yang dicita-citakan.
Kesulitan-kesulitan untuk mengambil keputusan karir akan dapat dihindari
manakala siswa memiliki sejumlah informasi yang memadai tentang hal-hal yang
berhubungan dengan dunia karirnya. Maka seorang siswa membutuhkan bantuan
bimbingan dari guru pembimbing yang ada di sekolah, guna memperoleh pengetahuan
dan pemahaman yang memadai tentang berbagai kondisi dan karakteristik diri.
Kekurangtahuan dan kekurangpahaman tersebut sering membuat mereka kehilangan
kesempatan, salah pilih jurusan, salah pilih pekerjaan, dan tidak dapat meraih
kesempatan dengan baik sesuai dengan cita-cita, bakat, minat, berbagai kekuatan serta
kelemahan yang ada dalam diri individu tersebut.
Agar terhindarkan dari permasalahan tersebut maka para siswa perlu dibekali
dengan informasi yang cukup dan akurat. Pemberian layanan informasi studi lanjut
bertujuan membantu peserta didik agar dapat memahami diri dan lingkungannya.
Seperti kondisi sosio-kultural, pasar kerja, persyaratan, jenis dan prospek pekerjaan,
serta hal-hal lainnya yang bersangkutan dengan dunia kerja. Sehingga pada akhirnya
siswa dapat membuat atau mengambil keputusan secara tepat dan terbaik bagi masa
depannya terutama berkaitan dengan rencana karir yang akan ditempuhnya kelak.
Indikator utama yang digunakan untuk mengetahui kemampuan dalam mengambil
keputusan adalah preferansi pekerjaan dan profesi setelah tamat jenjang pendidikan
menengah. Berdasarkan kuesioner dari Hayadin yang dilaksanakan pada tahun 2008
diperoleh gambaran bahwa 35,75% siswa kelas tiga SMA/ MA/ SMK sudah
mempunyai pilihan pekerjaan dan profesi, sementara 64,25% lainnya belum mengambil
keputusan pilihan ke perguruan tinggi, pekerjaan atau profesi. Siswa-siswi yang belum
mengambil keputusan adalah mereka yang memiliki prestasi akademik yang baik
maupun yang memiliki prestasi akademik sedang. Hal ini didukung oleh pendapat dari
Santrock (2002) yang menyatakan bahwa kesulitan, kebingungan, dan ketakutan terasa
ketika harus memilih dan memutuskan jurusan di perguruan tinggi. Kurangnya
informasi akan jurusan dan lapangan kerja yang akan dihadapi oleh remaja ketika
mereka lulus menambah kekhawatiran dalam pengambilan keputusan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bimbingan Konseling di SMA Kemala
Bhayangkari I Surabaya khusus kelas XII IPA 4 diketahui bahwa siswa dalam kelas
tersebut memiliki permasalahan, yakni siswa kelas XII IPA 4 belum mengambil
keputusan atau belum merencanakan pilihan studi lanjut.
Hal-hal yang diidentifikasikan menjadi penyebab siswa belum mengambil
keputusan atau belum merencanakan pilihan studi lanjut adalah pelaksanaan layanan
informasi dilaksanakan secara incidental, tingginya biaya untuk tes bakat minat yang
dilengkapi dengan saran-saran jurusan, keadaan ekonomi orangtua, teman sebaya, faktor
peluang kerja, dan kurangnya wawasan/ pengetahuan serta kurangnya informasi studi
lanjut.
Banyak siswa yang mengalami kekurangan informasi tentang studi lanjut terutama
yang berkaitan dengan perguruan tinggi sehingga cenderung menjadi salah satu
hambatan dalam menentukan arah pilih studi lanjut ataupun karirnya. Hal ini salah
satunya disebabkan oleh kurang intensifnya pelaksanaan layanan informasi di sekolah.
Siswa hanya memiliki informasi tentang perguruan tinggi negeri yang diminati,
sedangkan kurang pengetahuan tentang perguruan tinggi swasta. Siswa masih bingung
menentukan alternatif pilihan perguruan tinggi swasta dikarenakan banyaknya jenis-
jenis perguruan tinggi swasta tersebut. Beberapa faktor yang dapat dijadikan dasar
pertimbangan dalam mengambil keputusan memilih perguruan tinggi swasta adalah
status perguruan tinggi, citra PTS, fasilitas fisik, biaya SPP, proses belajar mengajar,
mutu dosen, mutu lulusan.
Pemberian informasi studi lanjut, baik yang diperoleh dari guru pembimbing
maupun dari sumber-sumber informasi yang lain diharapkan siswa dapat memperoleh
gambaran tentang studi lanjut yang akan dipilih dan ditempuhnya. Sehingga
memudahkan siswa dalam mengambil keputusan kemana ia akan melanjutkan
pendidikannya pasca SMA.
Layanan informasi ini bertujuan memberikan informasi secara lengkap tentang
studi lanjut, dengan harapan agar siswa dapat merencanakan/ mengambil keputusan
secara tepat dan mantap sesuai dengan potensi yang dimiliki. Alternatif pendidikan
pasca SMA tersedia dalam jumlah yang cukup bervariasi, saat ini tercatat Indonesia
memiliki sekitar 80-an perguruan tinggi negeri (PTN). Jumlah ini belum termasuk
perguruan tinggi agama Islam negeri (PTAIN), institut, akademi, dan sekolah tinggi
kedinasan yang tersebar di seluruh Indonesia. Banyaknya jumlah perguruan tinggi
negeri ini sebenarnya memudahkan calon mahasiswa, tetapi karena tidak semua PTN
favorit maka para calon mahasiswa pun bingung menetapkan pilihan.
Berbeda dengan jumlah perkembangan PTN yang bisa dianggap stabil dari tahun
ke tahun, perkembangan perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia memiliki
peningkatan yang sangat signifikan. Tercatat pada tahun 2000, jumlah PTS di Indonesia
adalah 2.292. Pada tahun 2004, jumlahnya mengalami peningkatan yaitu sebanyak
2.600 PTS. Pada tahun 2008, jumlah ini meningkat lagi mencapai angka yang lebih
fantastis, yaitu sekitar 2800-an dengan tingkat akreditasi yang beragam (Kompas, 4
Agustus 2008).
Keputusan untuk melanjutkan pendidikan maupun memasuki lapangan pekerjaan,
keduanya memerlukan pertimbangan lebih dulu. Adapun faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan bagi para siswa yang memilih akan melanjutkan
pendidikan menurut Gani (1992:19) adalah: (1) faktor biaya studi (2) masalah pemilihan
jurusan.
Berdasarkan data-data diatas bahwa pemberian layanan informasi studi lanjut
perlu disampaikan kepada siswa agar mereka dapat mengambil keputusan secara tepat
dan mantap, karena akan berhubungan dengan pilihan karir mereka di masa depan. Serta
bertujuan agar siswa dapat mempersiapkan diri dalam memilih lembaga pendidikan
pasca SMA sesuai dengan keadaan dirinya, dan dapat disesuaikan dengan tingkat
kemampuan ekonomi orangtua. Artikel ini mengandung kajian materi sebagai berikut:
“Apakah ada pengaruh pemberian layanan informasi studi lanjut terhadap kemantapan
pengambilan keputusan studi lanjut?”.
Untuk memudahkan dalam memecahkan masalah, maka rumusan masalah tersebut
dirumuskan secara operasional sebagai berikut:
“Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemantapan pengambilan keputusan
studi lanjut antara sebelum dan sesudah siswa diberikan layanan informasi studi lanjut
pada siswa kelas XII IPA 4?”.
Materi informasi studi lanjut (Depdikbud, 1998) meliputi: bentuk perguruan tinggi
(universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, politeknik, Universitas Terbuka), jalur
pendidikan tinggi (akademik, profesional), jenjang pendidikan tinggi, persyaratan
masuk pendidikan tinggi, komponen biaya pendidikan di perguruan tinggi.
Menurut Gunawan (2001:199), ada berbagai macam alasan yang sering ditemukan
sehingga mempengaruhi siswa dalam mengambil keputusan untuk studi lanjut ke
perguruan tinggi secara tepat, diantaranya: a) kecenderungan orangtua memasukkan
anaknya ke perguruan tinggi almamater mereka, b) pengaruh sahabat, guru atau
pembimbing yang pernah belajar di perguruan tinggi tersebut, c) perguruan tinggi yang
terdekat dengan rumah orangtua siswa dengan resiko memilih jurusan apa saja, asalkan
siswa dapat melanjutkan studinya seperti teman-teman yang lain, d) Mengisi waktu
senggang sehingga mereka lebih senang pergi kuliah. Alasan-alasan tersebut belum
menjamin anak dapat masuk ke perguruan tinggi yang sesuai dengan bakat dan minat
anak.
Menurut Kansil (1997:25) bahwa: Suatu hal atau faktor yang dianggap sebagai
pengganggu dalam proses pengambilan keputusan apabila faktor tersebut dapat
mempersulit pengambilan keputusan atau pembelokan arah keputusan dari yang
seharusnya. Salah satu faktor adalah lingkungan hidup terdekat seseorang, yaitu
orangtua serta anggota keluarga terdekat lainnya. Gangguan lain dapat berasal dari
lingkungan sekitar yang dapat timbul dari teman-teman terdekat.
Lebih lanjut Kansil (1997:26) menjelaskan bahwa hubungan pertemanan yang akrab
kecenderungan dapat menyebabkan seseorang melakukan pengambilan keputusan yang
didasarkan atas keputusan dari teman-teman lainnya. Jika temannya memilih jurusan
hukum atau ekonomi, maka ia pun akan memilih jurusan yang sama agar mereka tetap
bersama, meskipun bakat/ sifat pribadinya tidak sesuai untuk itu. Pengambilan
keputusan semacam ini dapat berbahaya, khususnya menyangkut pilihan dalam
melanjutkan pendidikan. Banyak kegagalan telah terjadi sebagai akibat pengambilan
keputusan semacam ini.
Teori keputusan didasarkan pada pokok pikiran bahwa individu dapat memilih
alternatif. Pendekatan teori Gellat (Sukardi, 1994) yang digunakan dalam penelitian ini.
Beberapa hal yang mengarah pada suatu keputusan, mencakup: a) menentukan tujuan:
dimulai apabila individu mengenal suatu kebutuhan untuk mengambil suatu keputusan,
kemudian menentukan suatu sasaran atau tujuan, b) mengumpulkan informasi/ data:
individu perlu mengumpulkan data dan mengadakan survei tentang kemungkinan
bidang kegiatan, c) Pemanfaatan data: penggunaan data dalam menentukan
kemungkinan keberhasilan, d) mengestimasi hasil: mengestimasi hasil-hasil yang
dikehendaki, perhatian dipusatkan pada sistem nilai individu, e) mengevaluasi dan
memilih: melibatkan evaluasi dan seleksi suatu keputusan.
Metode
Penelitian ini menggunakan rancangan metode one-group Pretest-Posttest Design.
Eksperimen dilakukan pada satu kelompok tanpa menggunakan kelompok kontrol
dengan memberikan pretes sebelum perlakuan bertujuan agar hasil perlakuan dapat
diketahui secara akurat setelah diberikan postes dengan cara membandingkan keadaan
sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA 4 SMA Kemala Bhayangkari I
Surabaya.
Penelitian ini menggunakan angket langsung bentuk tertutup, responden
menjawab sendiri butir pertanyaan yang sudah tersedia jawabannya. Data dikumpulkan
melalui angket yang telah dikembangkan sendiri. Proses pengumpulan data,
memerlukan alat atau instrumen pengumpul data yang benar-benar dapat
mengumpulkan data dengan baik.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistic parametric
dengan menggunakan rumus t-test. Penggunaan rumus t-test harus berdasarkan pada
asumsi-asumsi yaitu harus berdistribusi normal dan bersifat homogen.
Tabel. 1 Data Skor Pengukuran Awal (sebelum perlakuan layanan informasi studi
lanjut) Siswa Kelas XII IPA 4
Subyek Pretest Subyek Pretest
1 88 22 88
2 85 23 66
3 66 24 86
4 79 25 83
5 86 26 91
6 82 27 76
7 94 28 90
8 68 29 84
9 83 30 83
10 77 31 85
11 83 32 88
12 91 33 72
13 86 34 85
14 94 35 84
15 91 36 89
16 94 37 90
17 83 38 79
18 83 39 83
19 87 40 89
20 88 41 79
21 82 42 72
Mean SD
83.61 7.064
Tabel. 2 Data Skor Hasil Pengukuran Akhir (sesudah perlakuan layanan informasi studi
lanjut) Siswa Kelas XII IPA 4
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
Test (analisis SPSS di lampiran I) dengan menggunakan program SPSS versi 13,
hasilnya sebagai berikut:
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan Uji Homogenitas
(Levene Test) dengan menggunakan program SPSS versi 13, hasilnya sebagai berikut:
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai F hitung (Levene Statistic) sebesar 0,978
dengan nilai signifikansi 0,326 dimana lebih besar dari 0,05 maka data tersebut diatas
adalah homogen (Ghozali, 2006).
Selanjutnya untuk hasil uji t test untuk penerimaan dan penolakan hipotesis (Ha)
yaitu ada pengaruh pemberian layanan informasi studi lanjut terhadap kemantapan
pengambilan keputusan studi lanjut. Adapun ketentuan penerimaan hipotesis, apabila
signifikansi dibawah atau sama dengan 0.05 maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Tabel. 4 Hasil Analisis t-test antara pretes dan postes siswa kelas XII IPA 4
DAFTAR ACUAN
Basori, Muh. 2004. Paket Bimbingan Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Karir
Bagi Siswa SMU. Malang: Universitas Negeri Malang.
Ghozali, Imam. 2006. Statistik Multivarian dengan SPSS. Semarang: BPFE UNDIP.
Hidayati, Novi Wahyu. 2007. Pengaruh Layanan Informasi Studi Lanjut Terhadap
Perencanaan Karir Siswa. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JBK FIP Unesa.
Kansil, C.S.T dan Kansil, Christine. S.T. 1997. Melangkah ke Perguruan Tinggi.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Kartono, Kartini. 1985. Seri Psikologi Terapan “Menyiapkan dan Memandu Karir”.
Jakarta: Rajawali.
Kristiaji, Wisnu Chandra dan Sumiharti, Yati (Penyunting). 2002. Life Span
Development (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta: Erlangga.
Manrihu, Muh. Thayeb. 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta:
Bumi Aksara.
Nursalim, Moch dan SA, Suradi. 2002. Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya:
Unipress.
Prayitno dan Ermananti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.
Rubin, Theodore Isaac. 1993. 8 Strategi Keputusan Yang Efektif. Semarang: Dahara
Prize.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar baru Algesindo.
Sukardi, Dewa Ketut dan Sumiati, Desak Made. 1994. Tes Dalam Konseling Karir.
Surabaya: Usaha Nasional.
Sutikna, Agus. 1998. Bimbingan Karir untuk SMA. Jakarta: Intan Pariwara.
Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Tim. 2005. Pengembangan Analisis Multivariat dengan SPSS. Jakarta: Salemba Infotek.
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset.
Zain, Badudu. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
sumber : https://docplayer.info/storage/20/400588/400588.pdf