Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

BIMBINGAN DAN KONSELING

“IMPLEMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM KURIKULUM 2013”

DOSEN PEMBIMBING: IFDIL,S,HI,S.Pd, M.Pd.Kons

MUFADHAL BARSELI S.Pd,M.Pd.kons

OLEH:

YUSTICHA OKTAVIA MURNI (17029127)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018
IMPLEMENTASI BK DALAM KURIKULUM 2013

Kurikulum 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai ped&man penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

1.Peran Dan Fungsi BK Dalam Implementasi Kurikulum 13

Peminatan peserta didik yang difasilitasi oleh bimbingan dan konseling, tidak berakhir pada
penetapan pilihan dan keputusan bidang keahlian yang dipilih peserta didik, melainkan harus
diikuti layanan pembelajaran yang mendidik, aksesibilitas perkembangan yang luas, dan
penyiapan lingkungan perkembangan belajar yang mendukung. Untuk itu, bimbingan dan
konseling berperan secara kolaboratif dalam hal sebagai berikut:

a.Menguatkan Pembelajaran yang Mendidik

Untuk mewujudkan arahan Pasal 1 (1), 1 (2), Pasal 3, dan Pasal 4 (3) UU No. 20 tahun 2003
secara utuh, kaidah-kaidah implementasi Kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan harus
bermuara pada perwujudan suasana dan proses pembelajaran mendidik yang memfasilitasi
perkembangan potensi peserta didik. Suasana belajar dan proses pembelajaran dimaksud pada
hakikatnya adalah proses mengadvokasi dan memfasilitasi perkembangan peserta didik yang
dalam implementasinya memerlukan penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling harus meresap ke dalam kurikulum dan pembelajaran untuk
mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan potensi peserta didik.
Untuk mewujudkan lingkungan belajar dimaksud, guru hendaknya:

 memahami kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip bimbingan dan konseling
dalam pembelajaran.
 melakukan asesmen potensi peserta didik
 melakukan diagnostik kesulitan perkembangan dan belajar peserta didik.
 mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi peserta didik.

b.Memfasilitasi Advokasi dan Aksesibilitas


Kurikulum 2013 menghendaki adanya diversifikasi layanan, jelasnya layanan peminatan.
Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi, aksesibilitas, dan fasilitasi agar terjadi
diferensiasi dan diversifikasi layanan pendidikan bagi pengembangan pribadi, sosial, belajar dan
karir peserta didik. Untuk itu kolaborasi guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru
mata pelajaran perlu dilaksanakan dalam bentuk:

 memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar peserta didik,


 merancang ragam program pembelajaran dan melayani kekhususan kebutuhan peserta
didik,
 membimbing perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karir.

c.Menyelenggarakan Fungsi Outreach

Untuk mendukung prinsip dimaksud bimbingan dan konseling tidak cukup menyelenggarakan
fungsi-fungsi inreach tetapi juga melaksanakan fungsi outreach yang berorientasi pada penguatan
daya dukung lingkungan perkembangan sebagai lingkungan belajar. Dalam konteks ini
kolaborasi guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran hendaknya
terjadi dalam konteks kolaborasi yang lebih luas, antara lain:

 kolaborasi dengan orang tua/keluarga


 kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan
 “intervensi” terhadap institusi terkait lainnya dengan tujuan membantu perkembangan
peserta didik.

2. Layanan Peminatan Di Satuan Pendidikan

Dengan memperlihatkan konsep peminatan dipahami bahwa pada satuan pendidikan


(SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK) terdapat kelompok mata pelajaran peminatan studi
meliputi peminatan akademik, peminatan vokasional, peminatan pendalaman, dan lintas mata
pelajaran dan peminatan studi lanjut. Untuk SMA/MA/SMALB peminatan akademik meliputi
peminatan matematika, dan sains, peminatan sosial dan peminatan bahasa ; sedangkan untuk
SMK/MAK meliputi peminatan akademik dan vokasional. Guru BK atau konselor melalui
pelayanan BK membantu peserta didik dalam memenuhi arah peminatan peserta didik sesuai
dengan kemampuan mental dasar, bakat, minat dan kecenderungan pribadi mereka masing-
masing.

Peminatan peserta didik dalam Kurikulum 2013 mengandung makna:

(1) suatu pembelajaran berbasis minat peserta didik sesuai kesempatan belajar yang ada dalam
satuan pendidikan;

(2) suatu proses pemilihan dan penetapan peminatan belajar yang ditawarkan oleh satuan
pendidikan; (3) merupakan suatu proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik
tentang peminatan belajar yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan pilihan yang
tersedia pada satuan pendidikan serta prospek peminatannya;

(4)merupakan proses yang berkesinambungan untuk memfasilitasi peserta didik mencapai


keberhasilan proses dan hasil belajar serta perkembangan optimal dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional; dan

(5) layanan peminatan peserta didik merupakan wilayah garapan profesi bimbingan dan
konseling,yang tercakup pada layanan perencanaan individual.Layanan Perencanaan individual
adalah bantuan kepada peserta didik/konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas-
aktivitas sistematik yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman
tentang kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman terhadap peluang dan kesempatan
yang tersedia di lingkungannya.

a.Tingkat dan Arah Peminatan

Memperhatikan pengertian, fungsi, dan tujuan diatas, tingkat arah peminatan yang perlu
dikembangkan sebagai berikut :

 Arah peminatan pertama perlu dikembangkan pada siswa SD/MI/SDLB yang akan
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs/SMPLB. Mereka dibantu untuk memperoleh
informasi memilih SMP/MTs/SMPLB
 Arah peminatan kedua perlu dikembangkan pada siswa SMP/MTs/SMPLB yang akan
melanjutkan studi ke SMA/MA/SMALB atau SMK/MAK. Mereka dibantu untuk
memperoleh informasi yang cukup lengkap tentang jenis dan program penyelenggaraan
masing-masing SMA/MA/SMALB atau SMK/MAK, pilihan peminatan mata pelajaran
dan arah karir yang ada, serta kemungkinan studi lanjutan.
 Arah peminatan ketiga umum perlu dikembangkan pada siswa SMA/MA/SMALB untuk
memilih peminatan akademik, pilihan dan pendalaman mata pelajaran lintas peminatan,
serta pilihan arah pengembangan karir.
 Arah peminatan ketiga kejuruan perlu dikembangkan pada siswa SMK/MAK untuk
memilih peminatan vokasional, pilihan mata pelajaran lintas peminatan dan mata
pelajaran praktik/kejuruan yang ada di SMK/MAK
 Arah peminatan keempat perlu dikembangkan pada siswa di SMA/MA/SMALB dan
SMK/MAK yang akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi, mereka dibantu untuk
memilih salah satu fakultas dengan program studinya yang ada di perguruan tinggi,
sesuai dengan bakal dan minat, serta pilihan peminatan/pendalaman mata pelajaran yang
bersifat akademik atau vokasional di SMA/MA/SMALB atau SMK/MAK

b.Langkah Pokok Pelayanan Peminatan

Pelayanan peminatan peserta didik dimulai sejak sedini mungkin, yaitu sejak peserta didik
menyadari bahwa ia berkesempatan memilih jenis sekolah dan mata pelajaran dan arah karir dan
studi lanjut. Ketika itulah langkah-langkah pelayanan peminatan secara sistematik dimulai,
mengikuti langkah yang disesuaikan dengan tingkat dan arah peminatan yang ada.

LANGKAH PERTAMA : pengumpulan data dan informasi

Langkah ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang :

1. Data pribadi siswa : kemampuan mental dasar (intelegensi), bakat dan minat serta
kecenderungan khusus
2. Kondisi keluarga dan lingkungan
3. Mata pelajaran wajib dan pilihan jalur peminatan yang ada
4. Sistem pembelajaran, termasuk system Satuan Kredit Semester (SKS)
5. Informasi pekerjaan/karir
6. Imformasi pendidikan lanjutan dan kesempatan kerja
7. Data kegiatan dan hasil belajar
8. Data khusus tentang pribadi peserta didik

LANGKAH KEDUA : layanan informasi/orientasi arah peminatan

Dengan langkah ini kepada para peserta didik diberikan informasi selengkapnya, sesuai dengan
jenis dan jenjang satuan pendidikan peserta didik, yaitu informasi tentang :

1. Sekolah ataupun program yang sedang mereka ikuti serta selamat dari sekolah atau
program tersebur, dan selepas dari kelas yang mereka duduki sekarang.
2. Struktur dan isi kurikulum dengan berbagai mata pelajaran yang ada, baik yang wajib
maupun pilihan yang diikuti siswa, terutama berkenaan dengan jalur peminatan dan
pilihan mata pelajaran pendalaman lintas peminatan.
3. Sistem jalur peminatan, sistem SKS serta penyelenggaraan pembelajarannya.
4. Informasi tentang karir atau jenis pekerjaan yang perlu dipahami atau yang dapat
dijangkau oleh tamatan pendidikan yang sedang ditempuh sekarang, terutama berkenaan
dengan peminatan vokasional.
5. Informasi tentang studi lanjut selama pendidikan yang sedang ditempuh sekarang.

Layanan informasi tentang berbagai hal diatas dapat dilakukan melalui layanan informasi
klasikal. Layanan informasi ini dapat dilengkapi dengan layanan orientasi melalui kunjungan ke
sekolah/madrasah atau lembaga kerja yang dapat memperkaya arah peminatan peserta didik, dan
layanan (misalnya layanan bimbingan kelompok) yang memungkinkan peserta didik ber-BMB3
(berfikir, merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab) berkenaan dengan arah peminatan
akademik dan vokasional serta studi lanjut.

LANGKAH KETIGA : identifikasi dan penetapan arah peminatan

Langkah ini terfokus pada kecocokan antara kondisi pribadi peserta didik dengan syarat-syarat
atau jalur peminatan yang ada dan mata pelajaran lintas peminatan pada satuan pendidikan, arah
pengembangan karir, kondisi orang tuan, dan lingkungan pada umumnya, terutama dalam rangka
peminatan akademik, vokasional, dan studi lanjutan, dan syarat-syarat pengambilan mata
pelajaran dalam sistem SKS yang berlaku. Langkah ketiga ini dilaksanakan melalui kontak
langsung dengan guru BK atau konselor dengan peserta didik melalui penyajian angket ataupun
modul. Kontak langsung ini disertai pembahasan individu, diskusi kelompok dan kegiatan lain
melalui strategi transformasi-BMB3 atas berbagai aspek pilihan yang tersedia dan keputusan
yang diambil.

LANGKAH KEEMPAT : penyesuaian

Arah penyesuaian yang dimaksud pada garis besarnya adalah sebagai berikut :

1. Apabila pilihan tepat tetapi pada satuan pendidikan yang sedang atau akan diikuti tidak
tersedia pilihan yang diinginkan, maka siswa yang bersangkutan dapat dianjurkan untuk
mengambil pilihan itu di satuan pendidikan lain.
2. Apabila pilihan tepat dan fasilitas pada satuan pendidikan tersedia, tetapi dukungan
finansial tidak ada, maka perlu dilakukan konseling perorangan dan layanan lain serta
kegiatan pendukung yang relevan terhadap peserta didik dan orang tuanya untuk
membahas kemungkinan mencari bantuan atau beasiswa.
3. Apabila pilihan tidak tepat, maka peserta didik yang bersangkutan perlu menggantikan
pilihan lain dan perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian pada diri peserta didik dan
pihak-pihak yang berkepentingan. Untuk itu diperlukan layanan konseling perorangan
dan layanan lain serta kegiatan pendukung yang relevan bagi siswa yang bersangkutan.

LANGKAH KELIMA : monitoring dan tindak lanjut

Guru BK atu konselor memonitor penampilan dan kegiatan peserta didik asuhnya secara
keseluruhan dalam menjalani program pendidikan yang diikutinya, melalui pendampingan oleh
guru BK atau konselor dan guru mata pelajaran, khususnya berkenaan dengan peminatan yang
telah dipilih/ditetapkan. Perkembangan dan berbagai permasalahan peserta didik dalam
menjalani peminatannya itu perlu diantisipasi dan meperoleh pelayanan BK secara komprehensif
dan tepat.
DAFTAR RUJUKAN

https://esmae39.wordpress.com/2015/05/07/implementasi-bk-dalam-kurikulum-2013/

https://www.academia.edu/10794092/MAKALAH_BIMBINGAN_KONSELING

http://hasanismailstory.blogspot.com/2014/12/implementasi-bimbingan-dan-konseling.html

PERTANYAAN :

1.apa perbedaan implementasi BK dalam kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya ?

2.dalam pelaksanaan layanan peminatan di satuan pendidikan,guru bk memiliki peran yang


sangat penting dalam menentukan peminatan yang sesuai dengan siswa.bagaimana cara seorang
guru bk menangani hal tsb terhadap siswa-siswi SD,SMP DAN SMA.apakah memiliki
pendekatan yang berbeda ?

Anda mungkin juga menyukai