Anda di halaman 1dari 85

J U R N A L EDITORIAL

PENELITIAN

J
K EBIJAK AN
PENDIDIKAN urnal Penelitian Kebijakan Pendidikan Volume 14 ini merupakan edisi kedua
yang diterbitkan di tahun 2021. Ada 4 (empat) artikel yang diketengahkan dalam
Volume 14 jurnal dengan topik yang beragam, yaitu terkait dengan penerapan system kredit
Nomor 2/2021
semester, putus sekolah, rumah sekolah, pendidikan kewarganegaraan, pembelajaran
jarak jauh di perguruan tinggi, dan penerapan Model Means Ends Analysis (MEA)
untuk mata pelajaran Matematis.
Artikel pertama ditulis oleh Jumad, seorang guru yang menyoroti tentang penerapan
system kredit semester di SMA Negeri 1 Lawang. Dari hasil studi yang lebih mendekati
permasalahan secara deskriptif dikemukan bahwa penerapan Sistem Kredit Semester
di sekolah ini merupakan hal yang baru dan telah sesuai dengan Permendikbud Nomor
158 Tahun 2014. Meski demikian penerapannya masih dihadapi kendala, antara lain
kurangnya komitmen guru dan dukungan orang tua peserta didik yang putra-putrinya
tergolong dalam kelompok belajar cepat. Hasil penelitian ini memang terkesan masih
sederhana, tetapi bisa menjadi acuan dasar bagi pihak-pihak yang ingin melakukan
kajian secara mendalam, terutama terkait dengan rendahnya komitmen guru dan
factor-faktor yang mempengaruhi agar dapat ditarik pemahaman dan kesimpulan
utuh untuk mendukung penerapan system kredit semester di sekolah sebagai
alternatif pengganti system akselerasi.
Artikel kedua ditulis oleh Rita Diana yang menyoroti faktor-faktor yang mempengaruhi
siswa putus sekolah di provinsi Sumatera Barat. Dari hasil penelitiannya diidentifikasi
faktor-faktor pengaruh siswa putus sekolah, antara lain faktor daerah tempat tinggal,
bekerja/tidak bekerja, menerima bansos rastra, mengurus rumah tangga, pernah/
tidak pernah kawin, status dalam rumah tangga, dan lapangan usaha kepala rumah
tangga mempengaruhi gagalnya seorang siswa bertahan pada bangku sekolah. Untuk
penduduk usia SLTA 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah pedesaan, bekerja, tidak
menerima bansos rastra, mengurus rumah tangga, pernah kawin, bukan dalam
keluarga inti, dan memiliki kepala rumah tangga yang bekerja di lapangan usaha
pertanian ternyata mengalami penurunan tingkat bertahan secara signifikan. Hasil
penelitian ini seyogyanya dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah setempat
untuk menentukan kebijakannya guna mengurangi kecenderungan masih tingginya
angka putus sekolah di wilayahnya.
Lain lagi dengan Siddiq dan Salama yang menyoroti sekolah rumah sebagai salah satu
bentuk pendidikan informal. Sekolah rumah (homeschooling) hadir sebagai alternatif
pilihan orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak sebagai salah satu upaya
memecahkan beragam permasalahan pendidikan yang ada di masyarakat. Namun,
legalitas pelaksanaan pendidikan rumah dan bagaimana pendekatan pembelajarannya
masih sering menjadi persoalan. Penelitian dengan pendekatan kualitatif deskriptif
ini berupaya mengungkapkan aspek legalitas pelaksanaan pendidikan rumah dan
berbagai ragam pendekatan pembelajarannya. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
sekolah rumah diakui sebagai proses layanan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua
atau keluarga. Pendekatan (approach) dalam praktik sekolah rumah memiliki rentang
yang lebar, mulai dari model yang sangat tidak terstruktur seperti unschooling hingga

i
yang sangat terstruktur seperti school at home. Disarankan agar pemerintah sebagai regulator
untuk membuat program-program unggulan dengan berupaya memahami cara pandang dan
budaya local, sehingga dapat menunjang berkembangnya potensi minat dan bakat anak, serta nilai-
nilai kearifan lokal. Disarankan pula agar memfasilitasi para praktisi sekolah rumah dengan berbagai
ragam pendekatan pembelajaran yang berkembang di jalur pendidikan Informal, keberadaan test
center akan sangat mempermudah dan mendorong munculnya inisiatif dan kreativitas dalam
pengembangan metode pembelajaran, model-model persekolahan.
Artikel ke empat ditulis oleh irfani dan kawan-kawan yang menyoroti tentang tantangan dan
prospek pendidikan kewarganegaraan. Tulisan bertujuan untuk menganalisis tantangan terhadap
isu isu kewarganegaraan dalam memersiapkan generasi emas Indonesia pada tahun 2045. Hasil
penelitian menunjukan tantangan besar negara Indonesia terutama dalam hal menjaga dasar
negara Pancasila. Hal ini menunjukkan pentingnya kajian tentang pendidikan kewarganegaraan
sebagai ujung tombak dalam mempersiapkan generasi yang akan mewarisi bangsa dan negara
Indonesia. Pencapaian generasi emas di tahun 2045 menuntut untuk mempersiapkan sumber
daya manusia yaitu generasi mudanya menghadapi momentum tersebut dengan baik. Pendidikan
kewarganegaraan harus mampu memecahkan tantangan seperti intoleransi, ideologi bangsa lain,
dan globalisasi. Prospek pendidikan kewarganegaraan dipromosikan sebagai obat yang mujarab
bagi pemecahan masalah yang ada di negara Indonesia.
Artikel tentang system penjaminan mutu di Perguruan Tinggi akibat pembelajaran jarakjauh, ditulis
oleh Subijanto, dkk. Dikatakan pandemi Covid-19 membuat perguruan tinggi harus melakukan
pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi, informasi dan komunikasi, di mana
di saat yang sama harus tetap menjaga dan mengedepankan mutu pembelajaran. Untuk itu
dibutuhkan standar baku untuk penjaminan mutu pembelajaran jarak jauh di perguruan tinggi. Dari
hasil penelitian ini ditemukan bahwa ada variasi implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal
dan belum ada standar baku yang dapat dijadikan acuan untuk menjamin mutu pembelajaran jarak
jauh. Oleh karena itu perlu dipikirkan adanya Tindakan untuk penguatan Sistem Penjaminan Mutu
Internal melalui siklus penetapan, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian, dan peningkatan, agar
dapat menjamin mutu pembelajaran jarak jauh di perguruan tinggi.
Terakhir artikel yang ditulis oleh Acep Saepul Rahmat yang menyoroti seringnya siswa menghadapi
kesulitan dalam memahami materi pelajaran matematik, terutama saat pandemi covid 19 dalam
pembelajaran jarak jauh. Siswa kurang memahami materi secara substansi dan holistic, sehingga
kesulitan memecahkan masalah numerasi matematis secara berulang. Oleh karena itu penelitian
penulis mencoba menerapkan Model Means Ends Analysis (MEA) sebagai strategi menganalisis
permasalahan melalui berbagai cara untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan. Penerapan
model MEA dengan didukung media Kartu Literasi Digital (KKLD) berusaha mengetahui pengaruh
terhadap kemampuan numerasi representasi matematis. Hasil penelitian menunjukkan uji rerata
nilai post-test kelas eksperimen adalah 80, dan kelas kontrol adalah 64,17. Perbedaan hasil uji rerata
menunjukkan adanya kemampuan numerasi representasi matematis siswa kelas eksperimen lebih
baik dibanding siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hal tersebut membuktikan
bahwa MEA berbasis media Kartu Literasi Digital (KKLD) berpengaruh terhadap kemampuan
numerasi representasi matematis siswa.
Semoga apa yang ditampilkan dalam jurnal edisi kedua ini dapat memberikan manfaat, terutama
bagi pihak yang berkepentingan mengambil kebijakan yang diperlukan.

Jakarta, 30 Desember 2021.

ii
ISSN : 02162792 E-ISSN : 2654427X

J U R N A L
PENELITIAN
K EBIJAK AN
PENDIDIKAN Volume 14 Nomor 2/2021

Daftar isi
1. Implementasi Kebijakan Penerapan Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1
Lawang
Jumad ....................................................................................................................................83
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siswa Putus Sekolah di Provinsi Sumatera
Barat
Rita Diana ............................................................................................................................95
3. Sekolah Rumah Sebagai Salah Satu Bentuk Pendidikan Informal: Legalitas dan
Ragam Pendekatan Pembelajarannya
Mohammad Siddiq dan Hartini Salama ....................................................................109
4. Grand Design Generasi Emas 2045: Tantangan dan Prospek Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Kemajuan Indonesia
Sabit Irfani, Dwi Riyanti, Ricky Santoso Muharam, Suharno ..............................123
5. Sistem Penjaminan Mutu Pembelajaran Jarak Jauh di Perguruan Tinggi di Masa
Pandemi COVID-19
Subijanto, Budi Kadaryanto, Nur Berlian Venus Ali, Agus Amin Sulistiono,
Ferdi Widiputera, dan Ika Asri Dwi Martini ............................................................135
6. Pengaruh Means Ends Analysis Berbasis Media Kartu Kendali Literasi Digital
Terhadap Kemampuan Numerasi Representasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Acep Saepul Rahmat ........................................................................................................151

iii
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

J U R N A L IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENERAPAN SISTEM


PENELITIAN KREDIT SEMESTER DI SMA NEGERI 1 LAWANG
K EBIJAK AN
PENDIDIKAN THE IMPLEMENTATION OF SEMESTER CREDIT
Volume 14
SISTEM POLICY IN STATE SENIOR HIGH SCHOOL
Nomor 2/2021 (SMAN) 1 LAWANG

Naskah diterima:
Jumad
3 Juli 2021 SMA Negeri 1 Singosari
direvisi akhir:
25 Agustus 2021 jumad07@guru.sma.belajar.id

disetujui:
26 Agustus 2021
DOI : 10.24832/jpkp.v14i2.493

ABSTRACT
The purpose of this research is to describe the implementation of semester credit sistem at
SMA Negeri 1 Lawang. This means the research aims to find out how the semester credit
sistem is applied at SMA Negeri 1 Lawang, the obstacles, and the efforts made to overcome
them. This is policy research that uses a qualitative approach. Data collection methods used
in this study were interviews, observations, document and archive studies. The informants
in this study were the principal, vice principal in curriculum, teachers, school committees,
and students. The data were analyzed using descriptive analysis following the stages of
data reduction, data presentation, making conclusions and verification. The results of this
study indicate that the application of the semester credit sistem at SMA Negeri 1 Lawang
is a new semester credit sistem and its application is in accordance with the Regulation
of Ministry of Education and Culture (Permendikbud) Number 158 of 2014. The obstacles
faced in implementing the semester credit sistem were the lack of teacher commitment
and support from parents whose children belong to the fast-learning group. Efforts made
to overcome the problems were to choose teachers who had strong commitment and to
conduct dissemination to parents and employing a statement letter.
Key words: Implementation, Education Policy, Semester Credit Sistem

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi kebijakan penerapan Sistem
Kredit Semester di SMA Negeri 1 Lawang. Implementasi yang dimaksud yaitu mengetahui
bagaimana penerapan Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Lawang, kendala dan
hambatan, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. Penelitian ini merupakan
penelitian kebijakan yang menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, kajian dokumen dan
arsip. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang
kurikulum, guru, komite sekolah dan siswa. Analisis data penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif dengan tahapan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Sistem Kredit Semester di
SMA Negeri 1 Lawang adalah Sistem Kredit Semester baru dan penerapannya telah sesuai
dengan Permendikbud Nomor 158 Tahun 2014. Kendala yang dihadapi dalam penerapan
Sistem Kredit Semester adalah kurangnya komitmen guru dan dukungan orang tua
peserta didik yang putra-putrinya tergolong dalam kelompok belajar cepat. Upaya yang
dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang muncul adalah memilih guru yang memiliki
komitmen serta mengadakan sosialisasi kepada orang tua peserta didik dan membuat
surat pernyataan.
Kata kunci: Implementasi, Kebijakan Pendidikan, Sistem Kredit Semester

83
Jumad, Implementasi Kebijakan Penerapan Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Lawang

PENDAHULUAN kemandirian. Harapannya agar tercipta proses

P
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menarik
enerapan Sistem Kredit Semester di sekolah
dan menyenangkan, serta mampu memotivasi
Menengah Atas (SMA) mulai dilakukan
peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses
sejak tahun pelajaran 2016/2017. Sistem
pembelajaran (Republik Indonesia, 2003).
pembelajaran ini hadir sebagai pengganti
Lebih tegas lagi dinyatakan bahwa beban
program akselerasi yang dimaksudkan untuk
belajar yang wajib ditempuh peserta didik
memfasilitasi peserta didik dengan bakat,
bisa dinyatakan dalam bentuk Sistem Kredit
kemampuan, dan kecerdasan di atas rata-rata
Semester. Penerapan Sistem Kredit Semester di
(Hawadi, 2004). Hal ini sejalan dengan Surat
sekolah menengah atas semakin nyata dengan
Edaran Pemerintah Nomor 6398/D/KP/2014
dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendidikan
tertanggal 9 Oktober 2014 yang secara resmi
dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 2014 yang
menutup program khusus kelas akselerasi.
mengatur tentang mekanisme penyelenggaraan
Poin penting dari surat edaran tersebut adalah
Sistem Kredit Semester (Kemdikbud, 2017).
mengakomodasi kebutuhan peserta didik cerdas
istimewa dengan menerapkan Sistem Kredit Perkembangan teknologi yang sangat pesat
Semester pada kurikulum 2013 serta tidak ada di era abad ke-21 ini menyebabkan terjadinya
lagi istilah kelas akselerasi. Penerapan Sistem perubahan pada berbagai aspek kebutuhan
Kredit Semester ini dipandang lebih memberikan peserta didik. Tersedianya sumber belajar yang
keadilan bagi peserta didik dibanding program sangat mudah diakses oleh peserta didik, kapan
khusus kelas akselerasi. Secara tegas, saja dan di mana saja serta sesuai dengan harapan
pemerintah melarang sekolah untuk menerima dan keinginan peserta didik, menyebabkan
peserta didik baru untuk kelas khusus akselerasi pola-pola pembelajaran tradisional yang terikat
pada tahun pelajaran 2015/2016. dengan jadwal, monoton duduk di ruang kelas,
menjadi kurang disukai peserta didik (Hamalik,
Berdasarkan surat edaran yang dikeluarkan
2001). Realita ini menjadi tantangan tersendiri
pemerintah tersebut, sekolah yang sebelumnya
dalam dunia pendidikan, khususnya di sekolah
membuka kelas khusus akselerasi mulai
menengah. Peserta didik dengan gaya belajar
berbenah diri dan mempersiapkan dengan
yang ditopang kecanggihan teknologi informasi
matang suatu sistem baru dalam pembelajaran
perlu dipantau dalam proses belajarnya sehingga
yang dikenal dengan istilah Sistem Kredit
mencapai target yang diharapkan (Rosyada,
Semester (Ikasari, 2013). Hal utama yang
2020).
mendasari penerapan Sistem Kredit Semester
adalah realita bahwa setiap individu peserta Realitas ini semakin menguatkan keyakinan kita
didik memiliki keberagaman potensi dan bahwa peserta didik harus diberi ruang yang
kemampuan berbeda yang mengakibatkan lebih luas untuk mengembangkan potensi dan
potensi belajar peserta didik pun tidak sama. kreativitas dirinya dengan pola pembelajaran
Selain itu, minat setiap peserta didik terhadap yang memberikan keleluasaan bagi peserta didik
mata pelajaran pun sangat beragam. Dengan (Dantes, 2008). Pola pembelajaran yang mampu
demikian, kesuksesan belajar siswa dalam mengakomodasi serta mengoptimalkan potensi
menempuh studi sangat bergantung pada peserta didik adalah pembelajaran dengan
kecepatan belajar peserta didik (Dantes, 2008). Sistem Kredit Semester (Ikasari, 2013).
Dalam konteks pembelajaran, penerapan Sistem SMA Negeri 1 Lawang memiliki sejarah panjang
Kredit Semester dengan melihat keragaman dengan orientasi pembelajaran yang memiliki
potensi masing-masing peserta didik sejalan kemiripan dengan penerapan Sistem Kredit
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun Semester yaitu sejak ditetapkan sebagai Sekolah
2005 tentang Standar Nasional pendidikan Pasal Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP)
19 ayat (1) yang menekankan adanya ruang yang tahun 1976 (Sukmadinata, 2012). Kemiripan ini
cukup bagi peserta didik untuk mengembangkan terletak pada orientasi sekolah terhadap peserta
kreativitas dan kemandirian dalam proses didik. SMPP ini memiliki orientasi membimbing
pembelajarannya (Republik Indonesia, 2005). peserta didik untuk dapat mencapai
Bakat, minat, perkembangan fisik serta perkembangan diri sendiri secara maksimal
psikologis peserta didik wajib diperhatikan sesuai dengan kecerdasan, bakat, dan minat
dalam proses pengembangan kreativitas dan masing-masing. Orientasi ini selaras dengan

84
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

penerapan Sistem Kredit Semester yang sejak METODE


tahun pelajaran 2017/2018 mulai diterapkan
Pendekatan dan Jenis Penelitian
di SMA Negeri 1 Lawang. Pada tahun pelajaran
2019/2020 SMAN 1 Lawang telah meluluskan Pendekatan yang diambil dalam penelitian ini
angkatan pertama Kurikulum 2013 dengan pola adalah pendekatan kualitatif, data-data yang
Sistem Kredit Semester. peneliti dapatkan akan disampaikan dalam
perspektif emik, yakni dalam bentuk deskripsi
Dalam wawancara peneliti dengan Wakil Kepala
dan cara pandang subjek penelitian (Hamidi,
Sekolah Bidang Kurikulum SMAN 1 Lawang, Ibu
2005). Metode yang digunakan adalah deskripsi
Nusandari, beliau menjelaskan sejak pertama
analitik karena penelitian ini menekankan
kali menerapkan Sistem Kredit Semester
kedalaman makna sehingga data yang diperoleh
hingga saat ini belum pernah ada penelitian
diharapkan lebih akurat dan dapat digambarkan
ilmiah ataupun evaluasi menyeluruh terhadap
secara rinci agar mudah dianalisis oleh peneliti.
pelaksanaan ini. Lebih lanjut, Ibu Nusandari
menjelaskan mengenai konsep pelaksanaan SKS Penelitian ini termasuk dalam penelitian
baru yang telah diterapkan 2 tahun terakhir ini kebijakan karena mengkaji implementasi
yaitu penggunaan unit kegiatan belajar mandiri kebijakan penerapan SKS yang merupakan
(UKBM) sebagai bagian dari unit pembelajaran kebijakan pemerintah melalui Kementerian
utuh. Namun, penerapan konsep tersebut Pendidikan dan Kebudayaan. Permasalahan
sebagai diversifikasi kelompok belajar cepat, yang dikaji adalah penerapan SKS di SMA
normal dan lambat terasa masih sulit diterapkan Negeri 1 Lawang dengan fokus permasalahan
guru dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh pada pelaksanaan SKS, hambatan, serta upaya
karena itu, dirasa perlu untuk mengetahui mengatasinya (Sugiyono, 2016).
lebih dalam bagaimana SMA Negeri 1 Lawang
menerapkan SKS, apa saja faktor penghambat
terlaksananya sistem SKS, serta upaya yang bisa Lokasi dan Waktu Penelitian
dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat Peneliti mendata sekolah-sekolah yang
yang ada. telah menerapkan Sistem Kredit Semester di
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nafia kabupaten Malang. Selanjutnya dipilih SMA
(2017) dengan judul Penerapan Sistem Kredit Negeri 1 Lawang sebagai tempat penelitian,
Semester di SMA Negeri 1 Kudus menguatkan karena SMA Negeri 1 Lawang adalah salah satu
pernyataan di atas. Menurut Nafia, proses sekolah yang telah menerapkan Sistem Kredit
pembelajaran SKS mampu mengakomodasi serta Semester dan belum pernah ada penelitian
mengoptimalkan potensi peserta didik dalam yang dilakukan terkait penerapan Sistem Kredit
mempercepat proses belajarnya. Langkah yang Semester tersebut. Selain itu, SMA Negeri 1
ditempuh dalam proses pembelajaran adalah Lawang merupakan salah satu SMA unggulan
dengan memodifikasi rencana pelaksanaan di Kabupaten Malang dan memiliki sejarah
pembelajaran (RPP) untuk kelas 4 semester dan yang mirip dengan penerapan Sistem Kredit
6 semester. Penerapan Sistem Kredit Semester Semester yaitu sekolah menengah persiapan
di jenjang sekolah menengah atas mendapat pembangunan.
respons positif dari peserta didik dengan 60,37 %
siswa menyatakan setuju Sistem Kredit Semester
ini diterapkan. (Qomariyah et al., 2019). Instrumen Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian Pada hakikatnya, dalam penelitian kualitatif,
ini mengangkat judul “Implementasi Kebijakan alat penelitian atau instrumen penelitian
Penerapan Sistem Kredit Semester di SMA adalah peneliti itu sendiri. Namun, peneliti
Negeri 1 Lawang” dengan rumusan masalah membutuhkan alat bantu guna mempermudah
sebagai berikut: (1) Bagaimana penerapan SKS mencari informasi. Alat bantu yang digunakan
di SMA Negeri 1 Lawang? (2) Apa saja hambatan- bisa berupa lembar dokumentasi, lembar
hambatan penerapan SKS di SMA Negeri 1 observasi, dan/atau lembar wawancara
Lawang? (3) Apa upaya yang ditempuh untuk (Sugiyono, 2016).
mengatasi berbagai permasalahan yang ada?

85
Jumad, Implementasi Kebijakan Penerapan Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Lawang

Data dan Sumber Data 4. Narasumber diminta untuk mengoreksi hasil


Data diperoleh dari proses pengumpulan data wawancara, setelah terlebih dahulu dibuat
dengan sumber data sebagai berikut: (1) Siswa reviunya oleh peneliti.
SMA Negeri 1 Lawang, (2) Wali Murid/Komite
SMA Negeri 1 Lawang, (3) Guru SMA Negeri
1 Lawang, (4) Wakil kepala sekolah bidang Sebagai penguat data penelitian serta
Kurikulum SMA Negeri 1 Lawang, dan (5) Kepala pengalaman langsung tentang situasi sosial di
SMA Negeri 1 Lawang. lingkungan sekolah, perlu dilakukan observasi.
Observasi dilakukan dengan menggali data dari
Data diambil dari berbagai aktivitas, pola pikir, sumber data yang berupa peristiwa, tempat
sikap, perasaan-perasaan, tulisan, dan perilaku atau lokasi, benda, dan rekaman atau gambar
dari subjek yang diamati. Data tambahan juga kegiatan pembelajaran dan supervisi (Sukardi,
diperoleh melalui dokumen tertulis dan foto. 2004). Observasi dilakukan untuk memperoleh
data yang otentik dan memastikan hasil
penelitian tentang penerapan SKS di SMA Negeri
Teknik Pengumpulan Data 1 Lawang, hambatan-hambatan penerapan
Wawancara, observasi, kajian dokumen dan SKS di SMA Negeri 1 Lawang, dan upaya
arsip merupakan teknik pengumpulan data yang ditempuh SMA Negeri 1 Lawang untuk
yang digunakan oleh peneliti. Apabila dilihat mengatasi berbagai permasalahan tersebut.
dari segi sumber, penelitian ini menggunakan Penelusuran data sekunder dilakukan dengan
sumber data primer dan sekunder. Data primer mengkaji dokumen KTSP, dokumen pedoman
diperoleh dari guru melalui kegiatan wawancara, penyelenggaraan SKS, UKBM dan foto kegiatan
wali murid dan komite melalui wawancara pembelajaran.
dan kuesioner, wakil kepala sekolah bidang
kurikulum melalui wawancara dan kuesioner,
serta siswa melalui observasi dan wawancara, Teknik Analisis Data
sedangkan data sekunder diperoleh dari kepala Analisis data menggunakan analisis deskriptif
sekolah. yaitu dengan menjabarkan setiap data
Wawancara semi terstruktur digunakan dalam berdasarkan teori yang digunakan. Langkah-
penelitian ini agar proses lebih fleksibel. langkah yang dilakukan dalam menganalisis
Dalam penelitian pendidikan sangat tepat jika data yaitu reduksi, penyajian data dan verifikasi
menggunakan wawancara semi terstruktur (Miles, 1992). Reduksi dilakukan dengan cara
karena memungkinkan untuk melakukan memilih dan memilah hasil wawancara yang
pendalaman serta penyelidikan lebih jauh dan sesuai dengan batasan masalah penelitian. Hal
juga bisa memperluas respons orang yang ini agar peneliti bisa lebih fokus pada persoalan
diwawancara (Rumidi, 2002). yang dibahas. Menyajikan data secara runtut
merupakan langkah kedua dalam proses
Pedoman wawancara yang digunakan yaitu: analisis data. Langkah terakhir adalah verifikasi
1. Lembar pertanyaan sebagai bahan untuk memastikan validitas data yang sudah
wawancara dengan narasumber. Lembar didapat melalui penelitian (Sutopo, 2002).
pertanyaan ini dibuat sama untuk semua Hal ini dilakukan setelah data dianalisis dan
narasumber agar memudahkan dalam sudah memperoleh kesimpulan. Kesimpulan
mengecek kebenaran dan validitas data inilah yang nantinya akan dicocokkan kembali
sebagai bagian dari proses keabsahan data. ke lapangan untuk mengetahui validitasnya
(Bungin, 2008).
2. Wawancara pertama kali dilakukan dengan
kepala SMAN 1 Lawang untuk memastikan
terlaksananya Sistem Kredit Semester, Pengujian Keabsahan Data
dilanjutkan dengan wakil kepala sekolah
bidang kurikulum, guru pengajar, komite dan Uji keabsahan data dilakukan dengan
siswa SMAN 1 Lawang. menggunakan triangulasi dan reviu informan
agar diperoleh penelitian yang valid dan
3. Dalam proses wawancara dilakukan reliabel (Widodo, 2010). Triangulasi adalah
dokumentasi dan hasilnya dicatat sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang
hasil wawancara.

86
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data harus berupa UKBM, tetapi bisa berupa modul
untuk keperluan pengecekan atau sebagai atau sumber lain sesuai dengan kompetensi
pembanding terhadap data itu (Moleong, Dasar (KD). Penerapan Sistem Kredit Semester
2017). Teknik triangulasi yang paling banyak menuntut peserta didik untuk proaktif,
digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber sedangkan guru lebih bersifat sebagai fasilitator.
lainnya. Empat macam triangulasi sebagai
Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA berbeda
teknik pemeriksaan memanfaatkan penggunaan
dengan akselerasi. Perbedaannya terletak pada
sumber, metode, penyidik, dan teori (Syaodih,
penempatan peserta didik. Pada kelas akselerasi,
2011).
peserta didik ditempatkan dalam satu kelas,
Teknik triangulasi yang digunakan dalam administrasi peserta didik dalam satu kelas yang
penelitian ini adalah triangulasi sumber. sama. Sedangkan pada Sistem Kredit Semester,
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross peserta didik kelompok belajar cepat berada
check dengan fakta dari sumber lainnya dengan pada kelas yang berbeda-beda, dan administrasi
menggunakan informan yang berbeda (Arifin, peserta didik kelompok belajar cepat juga berada
1996). pada kelas yang berbeda. Jumlah peserta didik
kelompok belajar cepat di SMAN 1 Lawang pada
Untuk mendapatkan persetujuan dan kesamaan
tahun pelajaran 2019/2020 sebanyak 21 siswa,
pemahaman terkait laporan hasil penelitian,
dan pada tahun pelajaran 2020/2021 sebanyak
peneliti perlu mengkomunikasikan kepada
12 siswa.
informan kunci. Apabila informan kunci sudah
menyetujui sepenuhnya ataupun setuju dengan Berdasarkan data di SMA Negeri 1 Lawang,
revisi (revisi dahulu), hasil penelitian baru bisa penerapan SKS baru memang sangat berbeda
dipublikasikan. Kegiatan reviu informan ini juga dengan sistem akselerasi maupun SKS lama.
dikenal dengan istilah members check. Perbedaan akselerasi, SKS lama, dan SKS baru
dapat dilihat secara lebih rinci melalui tabel 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Perbedaan Akselerasi, SKS Lama dan
Hasil
SKS Baru
Penerapan Sistem Kredit Semester di SMA
Negeri 1 Lawang No. Akselerasi SKS Lama SKS Baru
SMA Negeri 1 Lawang telah menerapkan 1. Pelaksanaan SKS Lama SKS Baru
Sistem Kredit Semester sejak tahun pelajaran akselerasi didasarkan didasarkan
2017/2018. Sistem Kredit Semester di SMA didasarkan pada pada
Negeri 1 Lawang diterapkan untuk memfasilitasi pada Peraturan Peraturan
peserta didik yang memiliki kecepatan belajar Peraturan Menteri Menteri
yang berbeda-beda. Dalam hal ini, peserta Pemerintah pendidikan pendidikan
didik haruslah dipandang sebagai pribadi unik No. 17 dan dan
dengan potensi yang berbeda (heterogen), dan Tahun 2010. kebudayaan kebudayaan
sudah seharusnya mereka mendapat perlakuan Berdasarkan Nomor Nomor 158
yang berbeda dalam konteks belajarnya. Sistem SE Direktur 158 tahun tahun 2014
Kredit Semester adalah sistem pembelajaran PSMA sudah 2014 serta (Revisi) serta
dilarang sejak panduan panduan
yang bisa mengakomodasi perbedaan tersebut.
2015/2016 SKS yang SKS yang
Sistem Kredit Semester yang diterapkan di dikeluarkan dikeluarkan
SMAN 1 Lawang menggunakan SKS baru, di Direktorat Direktorat
mana peserta didik tidak dikelompokkan dengan PSMA PSMA (Revisi
pola-pola tertentu, tetapi difasilitasi dengan (Lama) 2017)
Unit Kegiatan Belajar Mandiri/UKBM (sebelum 2. Pelaksanaan Berbasis Berbasis
tahun 2019). Pola-pola tertentu yang dimaksud Berbasis Sekolah Sekolah
adalah pola 4 (empat) semester, pola 5 (lima) Kelas
semester, dan pola 6 (enam) semester. Setelah
tahun 2019, media diversifikasi peserta didik
kelompok belajar cepat, lambat, normal, tidak

87
Jumad, Implementasi Kebijakan Penerapan Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Lawang

Tahapan penerapan Sistem Kredit Semester di


No. Akselerasi SKS Lama SKS Baru SMA Negeri 1 Lawang dimulai dari persiapan,
3. Ada Materi Tidak ada
pelaksanaan, dan evaluasi. Tahapan persiapan
pemampatan disusun Seri pemampatan dimulai dari kelas X semester 1. Pada tahap ini,
materi 1,2,3,dan 4 materi. Materi dilakukan observasi terhadap peminatan IPA/
dibuat dalam IPS, dan dilihat apakah ada peserta didik yang
Pelaksanaan bentuk UKBM/ benar-benar terkategori kelompok belajar cepat
On-Off, Modul berdasarkan capaian pada semester 1. Selain itu,
kontinu dis rekomendasi dari guru pengajar juga menjadi
kontinu pertimbangan.
4. Ada Waktu Waktu belajar
keharusan belajar bisa 2, 3, atau Secara teknis pelaksanaan SKS bagi peserta
dalam terpola 4 tahun. didik kelas X baru dilaksanakan di semester 2.
hal waktu menjadi 2 Pada tahap ini, siswa katagori kelompok belajar
belajar, harus tahun, 3 cepat, mendapatkan treatment (perlakuan),
selesai 2 tahun dan 4 di antara treatment yang dilakukan sekolah
tahun tahun adalah mengundang orang tua peserta didik
5. Pembe- Ada Remedial kelompok belajar cepat, memfasilitasi peserta
lajaran harus remedial dilakukan didik dengan UKBM/modul, membentuk kelas
tuntas dengan pada saat khusus pada hari tertentu di luar jam KBM
semester pembelajaran (materi tambahan), dan dipilihkan guru-guru
pendek saat tidak ada yang memiliki komitmen tinggi. Hasil treatment
libur sekolah semester terhadap peserta didik kelompok belajar cepat
di setiap pendek selanjutnya dievaluasi, apakah pemberian
semester treatment bisa diikuti oleh peserta didik atau
6. Hanya ada Siswa Tidak ada tidak bisa diikuti. Jika peserta didik tidak bisa
satu kelas dikelompok- pemetaan mengikuti, peserta didik dikembalikan ke kelas
program 2 kan di awal kelas program reguler.
tahun semester 4, 6, 8,
menjadi semester.
program Semua
4, 6, 8, berjalan
semester sesuai progres
belajar siswa
baik masuk
pada kelas
heterogen
atau homogen
7. Tidak Beban Beban Belajar
mengenal belajar dinyatakan
istilah beban dinyatakan dengan
belajar dengan satuan JP (Jam
satuan SKS Pelajaran) Gambar 2. Alur penerapan Sistem Kredit
8. Saat ini Disem- Diterapkan Semester (SKS) di SMA Negeri 1 Lawang
dilarang purnakan sejak
Sumber: Wakil kepala sekolah bidang Kurikulum
untuk dengan SKS 2017/2018
diterapkan baru SMA Negeri 1 Lawang - Desain : Dikembangkan
sendiri oleh peneliti
Pembelajaran dengan menggunakan Sistem
Kredit Semester di SMA Negeri 1 Lawang
memberikan batasan masa studi peserta didik
yaitu paling cepat 2 tahun dan paling lama 4
Sumber : hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah tahun. Sistem Kredit Semester yang diterapkan
bidang kurikulum SMA Negeri 1 Lawang. di SMA Negeri 1 Lawang membuat peserta
didik termotivasi untuk belajar karena target

88
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

pembelajaran lebih terarah dan jelas. Prinsipnya, Sedangkan pengelolaan kelas heterogen
tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah dilakukan dengan cara memberikan pelayanan
siswa yang kurang dalam pelayanan dan kurang kepada peserta didik yang memiliki kecepatan
fasilitas. Peta jalan peserta didik kelompok belajar yang berbeda. Dalam hal ini, peserta
belajar cepat dan peserta didik normal pada didik dikelompokkan sesuai dengan kecepatan
sistem SKS digambarkan sebagai berikut. belajarnya. Secara lebih rinci dapat dilihat pada
gambar 4.

Gambar 3. Perbandingan peta jalan siswa


Kelompok belajar Cepat (KBC) dengan siswa Gambar 5. Strategi Pengelolaan Kelas
normal Heterogen Pada Sistem Kredit Semester di
SMAN 1 Lawang
Pengelolaan kelas menggunakan konsep
pengelolaan kelas kombinasi antara konsep
pengelolaan kelas homogen dan konsep
Hambatan dalam pelaksanaan Sistem Kredit
pengelolaan kelas heterogen. Pengelolaan
Semester di SMA Negeri 1 Lawang
kelas homogen secara praktik di lapangan
dirasa lebih mudah dibanding pengelolaan kelas Faktor pendorong pelaksanaan Sistem Kredit
heterogen. Pengelolaan kelas pembelajaran Semester di SMA Negeri 1 Lawang adalah
terjadi secara klasikal mulai dari kegiatan awal (1) input peserta didik yang cukup baik jika
sampai dengan kegiatan akhir. Pendahuluan dilihat dari rata-rata hasil Ujian Nasional; (2)
sampai dengan penutup menggunakan media sarana dan prasarana yang memadai; dan (3)
pembelajaran, model, maupun sumber belajar dukungan komite sekolah yang sangat tinggi.
yang relevan. Sebagai contoh, jika dalam kelas Di samping itu, SMA Negeri 1 Lawang memiliki
X IPA A, X IPA B, X IPA C, X IPA D, dan X IPA E sejarah penerapan sistem pembelajaran yang
berturut turut terdapat 5, 4, 2, 4, dan 6 peserta mirip dengan Sistem Kredit Semester, yaitu
didik kategori kelompok belajar cepat, peserta menggunakan sistem modul saat awal SMA
didik dari beberapa kelas tersebut dikumpulkan berdiri. Secara psikologis, hal ini memberikan
dan dilayani secara klasikal oleh seorang guru. daya dorong dan kekuatan untuk menerapkan
Secara lebih rinci dapat dilihat pada gambar 3. Sistem Kredit Semester.
Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil
kepala sekolah bidang kurikulum SMA Negeri 1
Lawang, Ibu Nusandari diperoleh data tentang
faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan
Sistem Kredit Semester. Faktor penghambat
pelaksanaan pembelajaran dengan SKS di SMAN
1 Lawang adalah (1) kurangnya komitmen guru
pengajar dalam memfasilitasi siswa kelompok
belajar cepat dan (2) kurangnya dukungan dari
orang tua terhadap pendidikan bagi putra-
Gambar 4. Strategi Pengelolaan Kelas Homogen
putrinya yang masuk dalam katagori kelompok
Pada Sistem Kredit Semester di SMAN 1 Lawang
belajar cepat.

89
Jumad, Implementasi Kebijakan Penerapan Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Lawang

Kurangnya komitmen guru dalam memberikan Pembahasan


layanan kepada peserta didik kelompok belajar
Penerapan Sistem Kredit Semester di SMA
cepat, menurut ibu Nusandari terlihat ketika
Negeri 1 Lawang
siswa dari kelompok belajar cepat meminta
layanan pembelajaran tingkat lanjut, namun guru Penerapan Sistem Kredit Semester di SMA
belum siap. Sedangkan kurangnya dukungan dari Negeri 1 Lawang menggunakan SKS baru yang
orang tua terhadap pendidikan putra-putrinya berbeda dengan SKS lama maupun akselerasi.
yang masuk dalam kategori kelompok belajar Dalam Sistem Kredit Semester baru tidak dikenal
cepat didasarkan pada informasi yang diberikan istilah SKS kontinu dan SKS diskontinu. Dengan
siswa terhadap respons orang tua yang kurang kata lain, tidak ada SKS 4, 5, dan 6 semester.
mendukung terhadap proses belajar peserta Pembelajaran berlangsung secara alami sesuai
didik. dengan kecepatan peserta didik. Tidak ada
pengelompokan siswa di awal semester juga
merupakan ciri SKS baru yang diterapkan di SMA
Upaya yang dilakukan SMA Negeri 1 Lawang Negeri 1 Lawang.
untuk mengatasi berbagai masalah yang
Berdasarkan panduan yang dikeluarkan
muncul
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas,
Berbagai faktor yang menjadi penghambat Sistem Kredit Semester bukanlah pengganti
dalam pelaksanaan Sistem Kredit Semester di akselerasi, bukan pula kelas enrichment serta
SMA Negeri 1 Lawang harus segera dicarikan tidak mengenal istilah continue maupun
solusi agar penerapan SKS bisa berjalan sesuai discontinue (Tim SKS Direktorat PSMA, 2019).
dengan pedoman dan petunjuk teknis penerapan Sistem Kredit Semester hadir sebagai bentuk
Sistem Kredit Semester. Dalam hal ini harus layanan pembelajaran yang memandang peserta
disesuaikan dengan Permendikbud nomor 158 didik sebagai individu unik atas kecepatan dan
tahun 2014 tentang penyelenggaraan Sistem gaya belajarnya, dan sudah seharusnya untuk
Kredit Semester di sekolah menengah dan bisa dilayani dalam suatu bentuk pembelajaran
buku pedoman penyelenggaraan Sistem Kredit yang berbeda satu sama lain.
Semester di SMA yang dikeluarkan Direktorat
Prinsip pengelolaan Sistem Kredit Semester
Pembinaan Sekolah Menengah Atas (PSMA)
adalah fleksibel, unggul, maju berkelanjutan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
berkeadilan dan relevan (Peraturan Menteri
Berbagai upaya yang dilakukan harus berangkat
Pendidikan dan Kebudayaan, 2014). Fleksibel
dari masalah yang menjadi penghambat dalam
dalam pilihan mata pelajaran dan waktu
penerapan Sistem Kredit Semester.
penyelesaian masa belajar serta unggul dalam
Berdasarkan hasil wawancara dengan wakasek pengertian memungkinkan peserta didik untuk
kurikulum, upaya yang dilakukan untuk mencapai tingkat kemampuan optimal sesuai
mengatasi hambatan dalam pelaksanaan Sistem dengan bakat, minat dan kecepatan belajarnya.
Kredit Semester di SMA Negeri 1 Lawang adalah Maju berkelanjutan memungkinkan peserta
memilih guru yang memiliki komitmen tinggi didik untuk terus mengikuti pembelajaran
serta mengadakan sosialisasi bagi orang tua tanpa terkendala oleh peserta didik lain.
peserta didik. Guru yang memiliki komitmen Berkeadilan berarti memberikan kesempatan
tinggi adalah guru yang bersedia memberikan bagi peserta didik untuk mendapatkan layanan
layanan pembelajaran yang dibutuhkan peserta sesuai dengan bakat, minat dan kecepatan
didik dengan heterogenitas tinggi baik dari belajarnya, sedangkan relevansi merupakan
bakat, minat dan kecepatan belajarnya. Di penyelenggaraan SKS yang disesuaikan
samping itu, sekolah juga mengundang orang dengan karakteristik jenjang, jenis dan satuan
tua peserta didik kelompok belajar cepat untuk pendidikan (Kemdikbud, 2017).
memberikan informasi dan sosialisasi program
Pedoman yang digunakan dalam menerapkan
Sistem Kredit Semester serta dibuatkan surat
Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1
pernyataan untuk mendukung putra-putrinya
Lawang adalah Permendikbud Nomor 158
dalam mengikuti pembelajaran dengan Sistem
Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem
Kredit Semester.
Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. Prinsip yang digunakan

90
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

dalam pelaksanaannya mengacu pada tujuh SMA Negeri 1 Lawang perlu mendapat perhatian
prinsip pelaksanaan Sistem Kredit Semester dan dan penanganan. Hal ini tentu akan berdampak
implementasinya pun sesuai. terhadap pelaksanaan kebijakan Sistem Kredit
Semester di SMA Negeri 1 Lawang.
Kurangnya dukungan orang tua untuk
Hambatan dalam pelaksanaan Sistem Kredit
putra-putrinya yang masuk dalam kategori
Semester di SMA Negeri 1 Lawang
kelompok belajar cepat disebabkan karena
Penerapan Sistem Kredit Semester di SMA kurang pahamnya orang tua terhadap Sistem
Negeri 1 Lawang dapat ditinjau dari pendekatan Kredit Semester. Hal ini menjadi salah satu
implementasi kebijakan yang digunakan. kendala karena berdampak terhadap peserta
Pendekatan empiris digunakan dalam penelitian didik. Ketidakpahaman ini mungkin terjadi
karena penelitian ini akan menjelaskan faktor karena komunikasi yang kurang efektif terkait
dan masalah yang menyebabkan terhambatnya penerapan Sistem Kredit Semester khususnya
pembelajaran dengan SKS di SMAN 1 Lawang bagi orang tua peserta didik (Widodo, 2011).
(Dunn, 2003). Berdasarkan pendekatan empiris
Faktor komunikasi ini menjadi sangat
ini ditemukan fakta bahwa faktor dan masalah
penting dalam konteks implementasi suatu
yang menyebabkan terhambatnya penerapan
kebijakan (Widodo, 2011). Untuk mengetahui
kredit semester di SMA Negeri 1 Lawang adalah
sejauh mana komunikasi itu dapat berfungsi
kurangnya komitmen guru dalam memfasilitasi
secara tepat, akurat, dan konsisten, ada tiga
kelompok belajar cepat dan kurangnya
indikator yang dapat dipakai dalam mengukur
dukungan orang tua dalam mendukung putra-
keberhasilan variabel komunikasi, yaitu: (a)
putrinya yang masuk dalam kategori kelompok
Transmisi. Dalam penyaluran komunikasi tidak
belajar cepat.
jarang terjadi kesalahpahaman (miskomunikasi)
Kurangnya komitmen guru dalam memberikan disebabkan komunikasi melalui beberapa
layanan terhadap peserta didik disebabkan tingkatan birokrasi. Akibatnya, terjadi distorsi
karena tidak adanya kemauan untuk yang membuat implementasi suatu kebijakan
memberikan layanan prima pada peserta didik gagal. (b) Kejelasan. Komunikasi yang diterima
kategori kelompok belajar cepat. Dalam kajian oleh para pelaksana kebijakan harus jelas
implementasi kebijakan, hal ini dikenal dengan dan tidak membingungkan. Ketidakjelasan
istilah disposisi. Artinya bahwa jika pelaksanaan pesan kebijakan tidak selalu menghalangi
suatu kebijakan ingin efektif, para pelaksana implementasi, tetapi pada tataran tertentu, para
kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam
yang akan dilakukan, tetapi juga harus memiliki melaksanakan kebijakan. Pada tataran yang
kemauan untuk melaksanakannya, sehingga lain, hal tersebut justru akan menyelewengkan
dalam praktiknya tidak terjadi bias (Widodo, tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang
2010). Disposisi adalah karakteristik yang hendak ditetapkan. (c) Konsistensi. Perintah yang
harus dimiliki oleh setiap pelaksana kebijakan. diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi
Disposisi itu mencakup komitmen, kejujuran, harus konsisten dan jelas (Abdul Wahab, 2012).
dan sifat demokratis. Apabila pelaksana Jika perintah yang diberikan sering berubah-
kebijakan mempunyai karakteristik yang baik, ubah, dapat menimbulkan kebingungan bagi
dia akan melaksanakan kebijakan dengan pelaksana di lapangan.
baik sesuai dengan sasaran dan tujuan serta
Ditinjau dari aspek komunikasi dalam analisis
keinginan pembuat kebijakan.
kebijakan sebagaimana penjelasan di atas,
Dari aspek disposisi ini, berdasarkan hasil informasi tentang Sistem Kredit Semester dan
wawancara dengan wakasek kurikulum SMA penerapannya sesuai dengan Permendikbud
Negeri 1 Lawang, Ibu Nusandari, diperoleh nomor 158 tahun 2014 bersumber dari
kenyataan bahwa kurangnya komitmen guru Direktorat Pembinaan SMA dan dinas
dalam memberikan layanan kepada peserta pendidikan provinsi melalui berbagai kegiatan
didik kelompok belajar cepat menjadi salah satu seperti sosialisasi dan workshop. Hasil berbagai
kendala terlaksananya Sistem Kredit Semester kegiatan terkait dengan Sistem Kredit Semester
di SMA Negeri 1 Lawang. Kurangnya komitmen yang diperoleh wakasek bidang kurikulum
guru dalam melayani kelompok belajar cepat di selanjutnya disampaikan kepada bapak/ibu

91
Jumad, Implementasi Kebijakan Penerapan Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Lawang

guru melalui kegiatan sosialisasi, workshop, SIMPULAN DAN SARAN


maupun in-house training. Hal ini dilakukan agar
Simpulan
semua stakeholder di SMA Negeri 1 Lawang bisa
memahami prinsip penyelenggaraan Sistem Berdasarkan hasil analisis data penelitian
Kredit Semester serta pengimplementasiannya kebijakan penerapan Sistem Kredit Semester
di sekolah. di SMA Negeri 1 Lawang, peneliti mengambil
kesimpulan penerapan Sistem Kredit Semester
di SMA Negeri 1 Lawang menggunakan Sistem
Upaya yang dilakukan SMA Negeri 1 Lawang Kredit Semester (SKS) baru yang berbeda
untuk mengatasi berbagai masalah yang dengan Sistem Kredit Semester (SKS) lama
muncul maupun akselerasi. Kurangnya komitmen guru
dan kurangnya dukungan orang tua terhadap
Model kebijakan menggunakan model
putra-putrinya yang terkategori kelompok
retrospeksi yang menekankan pada perumusan
belajar cepat (KBC) menjadi faktor penghambat
masalah serta pengembangan alternatif untuk
dalam penerapan Sistem Kredit Semester di
menyelesaikan masalah (Agustino, 2016).
SMA Negeri 1 Lawang. Upaya yang dilakukan
Hasil wawancara dengan wakasek kurikulum
untuk mengatasi permasalahan yang muncul
menunjukkan bahwa masalah yang muncul
dalam pelaksanaan Sistem Kredit Semester di
dalam pelaksanaan SKS di SMAN 1 Lawang
SMA Negeri 1 Lawang adalah memilih guru yang
adalah kurangnya komitmen guru dalam
memiliki komitmen tinggi untuk memberikan
memberikan layanan kelompok belajar cepat
layanan pada peserta didik kelompok belajar
dan kurangnya dukungan orang tua terhadap
cepat dan memberikan sosialisasi kepada orang
pendidikan putra-putrinya yang termasuk dalam
tua peserta didik kelompok belajar cepat serta
kelompok belajar cepat. Kurangnya komitmen
dibuatkan surat pernyataan dukungan orang
guru dan dukungan orang tua ini tentu akan
tua/wali murid.
berdampak pada layanan pendidikan terutama
bagi kelompok belajar cepat yang membutuhkan
layanan prima.
Saran
Kurangnya komitmen ini mengindikasikan
Berdasarkan pembahasan di atas, untuk lebih
ada semacam ketidakpatuhan guru dalam
meningkatkan layanan dalam pelaksanaan
melaksanakan Sistem Kredit Semester yang
Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Lawang,
berpedoman pada Permendikbud nomor 158
perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut: (1)
tahun 2014 tentang penyelenggaraan Sistem
Pada awal tahun pelajaran baru hendaknya ada
Kredit Semester di Sekolah Dasar dan Menengah.
penandatanganan pakta integritas bagi guru
Sebagai solusi atas kendala ini, dipilihlah guru-
dalam memberikan layanan kepada peserta
guru yang memiliki komitmen tinggi untuk
didik; (2) Hendaknya dilakukan sosialisasi
menjadi pengajar bagi peserta didik kelompok
menyeluruh terhadap pelaksanaan Sistem Kredit
belajar cepat.
Semester di awal tahun pelajaran baik terhadap
Di sisi lain, diperoleh fakta bahwa dukungan tenaga pendidik, tenaga kependidikan, orang
orang tua terhadap pendidikan putra-putrinya tua/wali murid serta peserta didik.
yang termasuk dalam kelompok belajar cepat
masih sangat kurang. Hal ini disebabkan
kurangnya pemahaman orang tua peserta PUSTAKA ACUAN
didik terhadap pola pendidikan Sistem Kredit Abdul Wahab, S. (2012). Analisis Kebijakan Dari
Semester. Sebagai alternatif penyelesaian Formulasi ke penyusunan Model-Model
dalam konteks ini adalah memberikan sosialisasi Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta:
kepada orang tua peserta didik yang terkategori Bumi Aksara.
kelompok belajar cepat serta meminta dukungan
orang tua peserta didik yang ditandai dengan Agustino, L. (2016). Dasar-dasar Kebijakan
surat pernyataan. Publik (Edisi Revisi). Bandung: Alfabeta.
Arifin, I. (1996). Penelitian Kualitatif. Malang:
Kalimasada Press.

92
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

BNSP. (2010). Panduan penyelenggaraan Sistem Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Kredit Semester. Jakarta: Badan Standar (2014). Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Pendidikan. dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 2014
Bungin, B. (2008). Analisis Data Penelitian tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit
Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Semester (SKS) di pendidikan Dasar dan
Menengah.
Dantes, N. (2008). Sistem Kredit Semester (SKS)
dan Pembimbing Akademik (PA) dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Kaitan dengan Implementasi Rintisan (2016a). Peraturan Menteri Pendidikan
Sekolah Katagori Mandiri (SKM) dalam In dan Kebudayaan Republik Indonesia
House Training (IHT) Rintisan SKM-SMA Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Dwijendra Denpasar. Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Direktorat Pembinaan SMA. (2008). Rancangan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Direktorat (2016b). Peraturan Menteri Pendidikan
Pembinaan Sekolah Menengah Atas. dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar
Direktorat Pembinaan SMA. (2018). Modul
Penilaian Pendidikan.
Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA Tahun 2018. Modul Pelatihan Qomariyah, S., Haris, I. A., & Suwena, K. R.
Implementasi Kurikulum 2013 SMA Tahun (2019). Persepsi Siswa Kelas X terhadap
2018. Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis
Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA
Dunn, W. N. (2003). Analisis Kebijakan Publik.
Negeri Bali Mandara Tahun Pelajaran
Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas
2017/2018. Jurnal Pendidikan Ekonomi
Press.
Undiksha. https://doi.org/10.23887/jjpe.
Hamalik, O. (2001). Pendekatan Baru Strategi v11i1.20163
Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA.
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang
Bandung: Sinar Baru.
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
Hamidi. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. 2003. In Sekretariat Negara. https://
Malang: UMM Press. doi.org/10.16309/j.cnki.issn.1007-
1776.2003.03.004
Hawadi, R. Ak. (2004). Akselerasi (A-Z Informasi
Program Percepatan Belajar Anak Republik Indonesia. (2005). Peraturan
Berbakat Intelektual. Jakarta: PT Gramedia Pemerintah Republik Indonesia Nomor
Widiarsana Indo. 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan. Peraturan Pemerintah Republik
Ikasari, E. N. (2013). Pengaruh Kesiapan Sekolah
Indonesia. https://doi.org/10.1017/
terhadap Pelaksanaan Program Sistem
CBO9781107415324.004
Kredit Semester di SMA Negeri 9 Bandar
Lampung Tahun. http://jurnal.fkip.unila. Rosyada, D. (2020). Menjadi Guru Abad 21.
ac.id, (2). Diambil dari http://www.uinjkt.ac.id/id/
menjadi-guru-di-abad-21/
Kemdikbud. (2017). Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA (pp. Rumidi, S. (2002). Metodologi Penelitian
1–36). Direktorat Pembinaan Sekolah Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.
Menengah Atas Dirjen Dikdasmen Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas
Kemdikbud. Press.
Miles, B. M. dan M. H. (1992). Analisis Data Sugiyono. (2016). Metodologi Penelitian
Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode- Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. CV
metode Baru. Jakarta: UIP. Alfabeta. https://doi.org/https://doi.
org/10.3929/ethz-b-000238666
Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian
Kualitatif (Edisi Revisi). In PT. Remaja Sukardi. (2004). Metodelogi Penelitian
Rosda Karya. Pendidikan : Kompetensi dan Prakteknya.
Jakarta: Sinar Grafika.
Nafia, M. I. (2017). Penerapan Sistem Kredit
Semester Di SMA Negeri 1 Kudus.

93
Jumad, Implementasi Kebijakan Penerapan Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Lawang

Sukmadinata, N. S. (2012). Pengembangan


Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sutopo, H. (2002). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Syaodih, N. (2011). Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. VII.
Tim SKS Direktorat PSMA. (2019). Implementasi
SKS Di SMA. Bogor: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas Dirjen Dikdasmen
Kemdikbud.
Widodo. (2011). Analisis Kebijakan Publik:
Konsep dan Aplikasi Analisis Proses
Kebijakan Publik.
Widodo, J. (2010). Analisis Kebijakan Publik.
Malang: Bayu Media

94
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

J U R N A L FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISWA


PENELITIAN PUTUS SEKOLAH DI PROVINSI SUMATERA BARAT
K EBIJAK AN
PENDIDIKAN FACTORS AFFECTING STUDENTS TO DROP OUT
Volume 14
OF SCHOOL IN WEST SUMATRA PROVINCE
Nomor 2/2021
Rita Diana
Statistisi Madya, BPS Provinsi Sumatera Barat
Naskah diterima:
26 Juli 2021
rita.diana@bps.go.id
direvisi akhir:
7 September 2021

disetujui:
7 September 2021
DOI : 10.24832/jpkp.v14i2.497

ABSTRACT
One of the targets aimed by the Smart Indonesia Program through the implementation of
the 12-year Compulsory Education in the National Mid-Term Development Plan (RPJMN)
2015-2019 is to increase the education continuation rate which is marked by an increase in
the average years of schooling and a decrease in the dropout rate. The dropout rate reflects
school-age children who are no longer in school or who have not completed a certain level
of education. The purpose of this study is to identify the factors that influence students
dropping out of school. The data used is from the 2019 national socio-economic survey
of West Sumatra Province, and the analysis method uses survival analysis with the Cox
regression approach. The results show that the factors of residence, working/not working,
receiving Rastra social assistance, taking care of the household, ever/never been married,
status in the household, and the head of the household’s job affect the failure of a student
to stay in school in West Sumatra Province in 2019. In addition, residents aged 15 years and
above who live in rural areas, work, do not receive Rastra social assistance, take care of the
household, have been married, are not in the nuclear family, having a household head who
works in the agricultural sector have a significant decrease in the education survival rate at
high school level.
Key words: Survival analysis, hazard ratio, school dropout, average school years, Cox
regression

ABSTRAK
Sasaran yang ingin dicapai dalam Program Indonesia Pintar melalui pelaksanaan Wajib
Belajar 12 tahun pada RPJMN 2015-2019 adalah meningkatnya angka keberlanjutan
pendidikan yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata lama sekolah dan menurunnya
angka putus sekolah. Angka putus sekolah mencerminkan anak-anak usia sekolah yang
sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi siswa putus
sekolah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil survei sosial ekonomi
nasional Provinsi Sumatera Barat tahun 2019 dan metode analisisnya menggunakan analisis
survival dengan pendekatan regresi Cox. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor daerah
tempat tinggal, bekerja/tidak bekerja, menerima bansos rastra, mengurus rumah tangga,
pernah/tidak pernah kawin, status dalam rumah tangga, dan lapangan usaha kepala rumah
tangga mempengaruhi gagalnya seorang siswa bertahan pada bangku sekolah di Provinsi
Sumatera Barat tahun 2019. Selain itu, penduduk usia SLTA 15 tahun ke atas yang tinggal
di daerah pedesaan, bekerja, tidak menerima bansos rastra, mengurus rumah tangga,
pernah kawin, bukan dalam keluarga inti, dan memiliki kepala rumah tangga yang bekerja
di lapangan usaha pertanian ternyata mengalami penurunan tingkat bertahan secara
signifikan.
Kata kunci: Analisis survival, hazard ratio, putus sekolah, rata-rata lama sekolah, regresi
Cox

95
Rita Diana, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siswa Putus Sekolah di Provinsi Sumatera Barat

PENDAHULUAN Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun

S
ke atas pada tahun 2019 mencapai 9,22 tahun
asaran pembangunan pendidikan
(setara dengan kelas 3 SMP/sederajat). BPS
diarahkan untuk meningkatkan kualitas
mencatat rata-rata lama sekolah yang dicapai
manusia, seperti yang tertera pada
antara penduduk laki-laki dengan penduduk
Nawacita ke lima. Adapun beberapa sasaran
perempuan menunjukkan tidak ada perbedaan
pembangunan pendidikan yang ingin dicapai
yang berarti (relatif sama yaitu lebih dari 9
pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
tahun). Kondisi ini menunjukkan secara umum
Daerah (RPJMD) Sumatera Barat tahun
isu gender bukanlah menjadi isu kesenjangan.
2016-2021 adalah: 1. Meningkatnya tingkat
Rata-rata lama sekolah penduduk laki-laki di
pendidikan masyarakat dengan meningkatnya
perkotaan sebesar 10,42 tahun dan perempuan
rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf;
sebesar 10,46 tahun. Sedangkan di perdesaan,
2. Meningkatnya pemerataan dan kualitas
rata-rata lama sekolah penduduk laki-laki dan
pendidikan yang ditandai dengan menurunnya
perempuan berturut-turut sebesar 8,03 tahun
angka putus sekolah dan meningkatnya angka
dan 8,17 tahun. Hal ini berarti secara rata-rata
melanjutkan; 3. Meningkat-nya daya saing lulusan
penduduk berumur 15 tahun ke atas di daerah
pendidikan menengah untuk masuk perguruan
perkotaan telah menuntaskan program wajib
tinggi atau pasar kerja. Untuk mewujudkan
belajar 9 tahun atau tamat SMP (kelas IX) bahkan
sasaran tersebut, pemerintah melalui Rencana
lebih, sedangkan di perdesaan secara rata-rata
Strategis (Renstra) Kementerian Pendidikan dan
baru menamatkan pendidikan dasar (kelas 6 SD).
Kebudayaan (Kemdikbud) menetapkan target
yang harus dicapai setiap tahunnya selama 2016- Angka putus sekolah mencerminkan anak-anak
2021, sehingga tujuan pembangunan pendidikan usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi
dalam meningkatkan sumber daya manusia atau yang tidak menamatkan jenjang pendidikan
yang cerdas, sehat, beriman, berkarakter, dan tertentu. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak
berkualitas tinggi untuk semua dapat tercapai. faktor. Menurut Cahyani, dkk (2019) faktor-
faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah
Sasaran yang ingin dicapai dalam Program
di tingkat SLTP adalah kurangnya perhatian orang
Indonesia Pintar melalui pelaksanaan Wajib
tua, sedangkan untuk tingkat SLTA adalah anak
Belajar 12 tahun pada Rencana Pembangunan
kurang berminat dan tidak ada kemauan untuk
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
sekolah. Berbagai penelitian seperti Bray, dkk
adalah meningkatnya angka keberlanjutan
(2000), Goldschmidt dan Wang (1999), McNeal
pendidikan yang ditandai dengan meningkatnya
(1997), Laird (2007) menyatakan beberapa
rata-rata lama sekolah dan menurunnya
faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah,
angka putus sekolah. Rata-rata lama sekolah
yaitu: status ekonomi, jenis pendidikan siswa
(average years of schooling) menunjukkan
(umum atau kejuruan), kehamilan, kemiskinan,
jenjang pendidikan yang pernah/sedang
ketidaknyamanan, kenakalan siswa, penyakit,
diduduki oleh seseorang. Semakin tinggi
minat, tradisi/adat istiadat, pendidikan
angka rata-rata lama sekolah, semakin lama/
orangtua, pekerjaan orangtua, usia orangtua,
tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkan.
jumlah tanggungan keluarga, kondisi tempat
Rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun ke
tinggal serta perhatian orang tua.
atas merupakan cerminan tingkat pendidikan
penduduk secara keseluruhan. Rata-rata lama Menurut Subanti, dkk (2019) anak-anak yang
sekolah juga merupakan indikator pendidikan tinggal di daerah perdesaan rawan mengalami
yang diformulasikan oleh Unites Nations putus sekolah, bahkan tidak mampu sekolah
Development Programs (UNDP) pada tahun karena status ekonomi yang tergolong miskin.
1990 untuk penyusunan Indeks Pembangunan Beberapa penelitian yang dilakukan di daerah
Manusia (IPM), karena rata-rata lama sekolah perdesaan menunjukkan bahwa salah satu
dapat menunjukkan kualitas sumber daya penyebab anak putus sekolah adalah tingkat
manusia. Melalui indikator ini, dapat terlihat pendapatan orang tua yang rendah, tingkat
sampai sejauh mana kemampuan penduduk pendidikan formal orang tua yang rendah, dan
usia 15 tahun ke atas mengenyam pendidikan di sulitnya akses menuju sekolah (Lestari, dkk.,
bangku sekolah. 2020; Rahmawati, dkk., 2020; Putri, dkk., 2018;
Shufiah, 2018; Larasati, 2019; Kamsihyati, dkk.,
2016; Muttaqin, 2017). Pendidikan orang tua

96
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

memberikan pengaruh yang kuat terhadap Angka putus sekolah di Provinsi Sumatera Barat
wawasan tentang arti penting pendidikan semakin meningkat dengan bertambahnya
bagi anak. Orangtua yang berpendidikan jenjang pendidikan. Angka putus sekolah jenjang
cenderung melakukan investasi pendidikan pendidikan SD di Provinsi Sumatera Barat
bagi anak mereka. Hal ini karena orang tua mencapai 0,45 persen, sementara angka putus
yang berpendidikan mempunyai peluang sekolah SMP/sederajat maupun SMA/sederajat
penghasilan yang lebih besar, sehingga dapat masing-masing sebesar 1,46 persen dan 1,58
menginvestasikan sebagian penghasilannya persen. Lama sekolah merupakan data survival
bagi pendidikan anak mereka. Sebaliknya, orang karena dapat diketahui catatan waktu sampai
tua yang berpendidikan rendah cenderung individu (objek) tidak bersekolah lagi (failure
berpenghasilan rendah pula, sehingga event), sehingga waktu individu sampai pada
penghasilannya tidak mencukupi untuk investasi kelulusannya dapat dikategorikan sebagai waktu
pendidikan bagi anak mereka, mengingat survival.
masih banyak kebutuhan lainnya yang harus
Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini
dipenuhi. Bahkan pada beberapa kasus, anak
akan dibahas mengenai bagaimana mendapatkan
justru dijadikan aset ekonomi oleh orang tua
model regresi Cox dari waktu survival pada lama
mereka. Anak terpaksa bekerja atau membantu
sekolah dan faktor-faktor yang mempengaruhi
bekerja orangtua untuk meringankan beban
siswa putus sekolah di Provinsi Sumatera Barat.
ekonomi keluarga. Hasil studi Snilstveit, dkk
Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian
(2016) mengungkapkan bahwa pemberian
ini adalah dapat memberikan informasi yang
bantuan sosial pendidikan cukup berhasil dalam
lebih rinci mengenai fenomena siswa putus
meningkatkan partisipasi sekolah, menurunkan
sekolah di Provinsi Sumatera Barat sehingga
angka putus sekolah, dan meningkatkan tingkat
dapat membantu pemerintah dalam menangani
penyelesaian studi.
dan mengontrol hal-hal yang membuat siswa
Hasil penelitian Hakim (2020) yang menggunakan putus sekolah.
analisis regresi logistik menunjukan bahwa faktor
pendidikan kepala rumah tangga, kepemilikan
Kartu Indonesia Pintar (KIP), jumlah anggota METODE PENELITIAN
rumah tangga, anak yang bekerja, kemiskinan, Data yang digunakan pada penelitian ini adalah
dan daerah tempat tinggal berpengaruh data sekunder dari hasil survei sosial ekonomi
nyata terhadap anak putus sekolah di Provinsi nasional (susenas) yang dilaksanakan tahun
Aceh. Variabel yang paling dominan adalah 2019. Data tersebut salah satunya memberikan
kepemilikan Kartu/Program Indonesia Pintar gambaran capaian indikator pendidikan
(KIP/PIP), di mana anak yang tidak mendapat tingkat nasional dan provinsi. Susenas 2019
KIP/PIP mempunyai kecenderungan putus dilaksanakan di seluruh provinsi di Indonesia (34
sekolah sebesar 4,838 kali dibandingkan dengan provinsi) dengan ukuran sampel 320.000 rumah
anak yang mendapat KIP/PIP. Selanjutnya, hasil tangga yang tersebar di 511 kabupaten/kota di
penelitian Male dan Wodon (2018) menunjukan Indonesia. Sampel tidak termasuk rumah tangga
bahwa penghapusan perkawinan pada anak yang tinggal dalam blok sensus khusus dan
dapat meningkatkan partisipasi sekolah pada rumah tangga khusus seperti asrama, penjara,
anak perempuan. dan sejenisnya tetapi rumah tangga yang berada
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan di blok sensus biasa. Jumlah sampel Susenas
bahwa kelangsungan pendidikan seorang anak di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 10.900
dipengaruhi oleh banyak faktor yang meliputi rumah tangga. Dari target 10.900 rumah tangga
faktor sosial ekonomi keluarga. Faktor ini diwakili sampel, hanya 10.767 rumah tangga sampel
oleh variabel pendidikan kepala rumah tangga, yang dinyatakan bersih dan dapat diolah (BPS,
pekerjaan kepala rumah tangga, status dalam 2019).
rumah tangga, penerimaan bantuan sosial. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian
Faktor berikutnya adalah daerah tempat tinggal ini adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang
(desa/kota), dan yang terakhir, faktor sosial berstatus pernah sekolah (masih sekolah dan
budaya yang diwakili oleh status bekerja, dan tidak bersekolah lagi) di jenjang pendidikan
status mengurus rumah tangga dan perkawinan. formal SD/sederajat sampai jenjang pendidikan

97
Rita Diana, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siswa Putus Sekolah di Provinsi Sumatera Barat

SMA/sederajat yang termasuk dalam sampel Dalam analisis survival, ada dua ukuran karakteristik
Susenas tahun 2019. Jumlah sampel Susenas yang selalu digunakan yaitu fungsi survival dan
yang digunakan untuk analisis dalam penelitian fungsi hazard. Fungsi survival didefinisikan sebagai
ini adalah sebanyak 29.817 penduduk usia 15 probabilitas suatu obyek bertahan setelah waktu
tahun keatas di Provinsi Sumatera Barat. ke-t dan fungsi hazard merupakan laju failure
atau kegagalan sesaat dengan asumsi obyek telah
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
bertahan sampai waktu ke-t. Jika T melambangkan
adalah analisis deskriptif dan analisis inferensia.
waktu survival dan mempunyai distribusi peluang
Analisis deskriptif menggunakan tabel,
f(t) dan fungsi survival, S(t), hubungan antara
sedangkan analisis inferensia yang digunakan
fungsi survival dan fungsi hazard sebagai berikut:
adalah metode analisis survival. Analisis survival
adalah analisis mengenai data yang diperoleh
dari catatan waktu yang dicapai suatu obyek
sampai terjadinya peristiwa tertentu yang
disebut sebagai failure event. Cox dan Oakes
Jika risiko failure pada waktu tertentu bergantung
(1984) menyatakan variabel respon yang diamati
pada nilai x1, x2, ..., xp dari p variabel penjelas, X1,
selalu menggunakan satuan waktu dengan
X2, ..., Xp, nilai variabel tersebut diasumsikan telah
memperhatikan waktu awal (time origin),
tercatat sebagai time origin. Misalkan h0 (t) sebagai
definisi failure time keseluruhan harus jelas, dan
fungsi hazard untuk setiap objek dengan nilai dari
skala waktu sebagai satuan pengukuran harus
semua variabel penjelas penyusun vektor x adalah
jelas. Perbedaan analisis survival dengan analisis
nol, maka fungsi h0 (t) dikatakan sebagai fungsi
statistik lainnya adalah adanya data tersensor.
baseline hazard (Collet, 1994). Model umum
Menurut Miiler (1998) data dikatakan tersensor
hazard proporsional atau lebih dikenal dengan
jika pengamatan waktu survival hanya sebagian,
regresi Cox adalah sebagai berikut:
tidak sampai failure event. Penyebab terjadinya
data tersensor antara lain:
1. Loss to follow up terjadi bila obyek pindah, Penelitian ini menggunakan metode analisis
meninggal atau menolak untuk berpartisipasi. survival model Proportional Hazard (PH) dengan
survival time (T) adalah lama bersekolah (tahun)
2. Drop Out terjadi bila perlakuan dihentikan
penduduk usia 15 tahun keatas dan censorship
karena alasan tertentu.
status (δ): Event (putus sekolah), sensor (tidak
3. Termination of study terjadi bila masa putus sekolah/masih bersekolah). Variabel
penelitian berakhir sementara obyek yang prediktor yang digunakan dalam analisis survival
diobservasi belum mencapai failure event. dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Variabel –Variabel yang Digunakan

No. Nama Variabel Kategori


1 X1 = Daerah Tempat Tinggal 1. Perkotaan, 2. Perdesaan
2 X2 = Bekerja/tidak bekerja 1. Bekerja, 2. Tidak bekerja
3 X3 = Menerima Bantuan Sosial Beras Sejahtera 1. Ya, 2. Tidak
4 X4 = Mengurus Rumah Tangga 1. Iya, 2. Tidak
5 X5 = Pernah/Tidak Pernah Kawin 1. Pernah, 2. Tidak Pernah
6 X6 = Memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP) 1. Iya, 2. Tidak
7 X7 = Status Dalam Rumah Tangga 1. Keluarga inti, 2. Lainnya
8 X8 = Lapangan usaha Kepala Rumah Tangga 1. Pertanian, 2. Non pertanian
9 X9 = Pendidikan Kepala Rumah Tangga (KRT) 1. dibawah SLTA, 2. SLTA ke atas

98
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Metode dan tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 29.817
untuk mencapai tujuan penelitian adalah sebagai penduduk. Dengan sebaran berdasarkan status
berikut: sensor yaitu event (putus sekolah) sebanyak 79
(0,26%) dan tersensor (masih sekolah) sebanyak
1. Mengumpulkan data
29.738 (99,74%). Sebaran data berdasarkan
2. Menggabungkan variabel-variabel penelitian variabel-variabel bebas yang bersifat kategorik
yang bersesuaian ke dalam satu set data. dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel
3. Mengidentifikasi data tersensor atau data 2, terlihat bahwa persentase penduduk usia 15
tidak tersensor. tahun ke atas yang mengalami putus sekolah
lebih banyak tinggal di daerah perdesaan,
4. Mengestimasi Fungsi Hazard Proportional tidak bekerja, tidak menerima Bansos Rastra,
5. Melakukan uji hipotesis terhadap estimator mengurus rumah tangga, tidak memiliki KIP,
parameter yang diperoleh dari langkah (4). Kepala Rumah Tangga (KRT) yang bekerja di
sektor pertanian dengan pendidikan di bawah
6. Menginterpretasi model untuk mengetahui SLTA. Hal ini sejalan dengan temuan Jordan,
faktor-faktor yang mempengaruhi anak putus dkk (2012), Sudarwati (2009) dan Kementerian
sekolah di Provinsi Sumatera Barat. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (2020) bahwa putus sekolah cenderung
terjadi di daerah perdesaan pada penduduk
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan KRT yang bekerja di bidang pertanian
Berdasarkan hasil pengolahan data Susenas dengan tingkat pendidikan rendah (di bawah
Provinsi Sumatera Barat tahun 2019, total SLTA).
penduduk usia 15 tahun keatas yang tercakup

Tabel 2. Karakteristik penduduk putus sekolah di Provinsi Sumatera Barat, 2019


Status
Variabel Kategori Tidak Tersen-
Tersensor (ma-
sor (putus Jumlah
sih sekolah)
sekolah)
(1) (2) (3) (4) (5)
X1 = Daerah Tempat Tinggal 1. Perkotaan 23 12,853 12,876
2. Perdesaan 56 16,885 16,941
X2 = Bekerja/tidak bekerja 1. Bekerja 12 18,907 18,919
2. Tidak bekerja 67 10,831 10,898
X3 = Menerima Bansos Rastra 1. Ya 28 4,960 4,988
2. Tidak 51 24,778 24,829
X4 = Mengurus Rumah Tangga 1. Iya 60 18,962 19,022
2. Tidak 19 10,776 10,795
X5 = Pernah/Tidak Pernah Kawin 1. Pernah 1 22,423 22,424
2. Tidak Pernah 78 7,315 7,393
X6 = Memiliki Kartu Indonesia 1. Iya 18 683 701
Pintar (KIP) 2. Tidak 61 5,613 5,674
X7 = Status Dalam Rumah Tangga 1. Keluarga inti 76 26,527 26,603
2. Lainnya 3 3,211 3,214
X8 = Lapangan usaha Kepala Ru- 1. Pertanian 53 15,304 15,357
mah Tangga (KRT) 2. Non pertanian 26 14,434 14,460
X9 = Pendidikan Kepala Rumah 1. dibawah SLTA 58 18,907 18,965
Tangga (KRT) 2. SLTA ke atas 20 10,420 10,440
Sumber: Diolah dari Data Susenas 2019

99
Rita Diana, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siswa Putus Sekolah di Provinsi Sumatera Barat

Asumsi yang harus dipenuhi dalam regresi cox Berdasarkan hasil uji asumsi proportional hazard
proportional hazard yaitu asumsi proportional untuk masing-masing variabel independen yang
hazard. Asumsi proportional hazard berarti bersifat kategorik dalam penelitian ini diperoleh
bahwa rasio fungsi hazard dari dua individu bahwa plot log minus log survival untuk variabel
konstan dari waktu ke waktu atau sama dengan independen X1 (Daerah Tempat Tinggal), X2
pernyataan bahwa fungsi hazard suatu individu (Bekerja/tidak bekerja), X3 (Menerima Bantuan
terhadap individu yang lain adalah proporsional. Sosial Beras Sejahtera atau Bansos Rastra), X4
Pengujian asumsi proportional hazard dalam (Mengurus Rumah Tangga), X5 (Pernah/Tidak
penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu Pernah Kawin), X6 (Memiliki Kartu Indonesia
pendekatan plot log minus log survival dan Pintar), X7 (Status Dalam Rumah Tangga), X8
pengujian goodness of fit menggunakan nilai (Lapangan usaha Kepala Rumah Tangga) dan X9
residual Schoenfeld. Pendekatan plot log (Pendidikan Kepala Rumah Tangga) membentuk
minus log survival dilakukan terhadap variabel garis sejajar pada setiap kategorinya dan tidak
independen yang bersifat kategorik sebelum ada yang saling berpotongan atau bersilangan.
analisis regresi cox proprotional hazard dilakukan. Karena itu, asumsi proportional hazard terpenuhi
Pengujian goodness of fit menggunakan nilai sehingga asumsi proportional hazard terpenuhi
residual Schoenfeld dilakukan pada variabel dan semua variabel independen tersebut dapat
independen yang berpengaruh secara signifikan dimasukkan ke dalam analisis selanjutnya yaitu
terhadap model akhir regresi cox proportional regresi cox proportional hazard.
hazard yang terbentuk. Menurut Kleinbaum dan
Setelah mengetahui variabel-variabel yang
Klein (2005), apabila plot antar kategori dalam
telah memenuhi asumsi proportional hazard,
satu variabel independen terlihat sejajar atau
selanjutnya dilakukan estimasi parameter
tidak bersilangan, berarti asumsi proportional
dengan metode regresi cox proportional hazard.
hazard terpenuhi dan variabel independen yang
Hasil estimasi parameter regresi cox proportional
bersifat kategorik dapat dimasukkan ke dalam
hazard dapat dilihat pada Tabel 3.
model.
Tabel 3. Hasil estimasi parameter regresi cox proportional hazard

Variabel Kategorik B SE Wald df Sig. Exp(B)


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
X1 = Daerah Tempat 1. Perkotaan (Ref)
Tinggal 2. Perdesaan 0,665 0,272 5,994 1 0,014* 1,945
X2 = Bekerja/ 1. Bekerja -0,640 0,317 4,059 1 0,044* 0,527
2. Tidak bekerja (Ref)
tidak bekerja
X3 = Menerima Bansos 1. Ya (Ref)
Rastra 2. Tidak -0,615 0,265 5,372 1 0,020* 0,541
X4 = Mengurus Rumah 1. Iya 1,121 0,266 17,810 1 0,000* 3,067
Tangga 2. Tidak (Ref)
X5 = Pernah/Tidak Per- 1. Pernah (Ref)
nah Kawin 2. Tidak Pernah -2,437 1,011 5,806 1 0,016* 0,087
X6 = Memiliki Kartu 1. Iya (Ref)
Indonesia Pintar (KIP) 2. Tidak -0,361 0,288 1,571 1 0,210 0,697
X7 = Status Dalam Ru- 1. Keluarga inti 1,254 0,592 4,482 1 0,034* 3,503
mah Tangga 2. Lainnya (Ref)
X8 = Lapangan usaha 1. Pertanian (Ref)
KRT 2. Non pertanian -0,512 0,252 4,121 1 0,042* 0,600
X9 = Pendidikan KRT 1. di bawah SLTA 0,245 0,278 0,776 1 0,378 1,278
2. SLTA ke atas (Ref)
Sumber: Diolah dari Data Susenas 2019
Keterangan: * = Siginfikan pada 𝛼 5 persen. Ref = referensi
100
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat hasil pemodelan disimpulkan bahwa asumsi proportional hazard
model terbaik regresi cox proportional hazard. untuk masing-masing variabel independen yang
Dalam pemodelan ini, uji secara simultan yang signifikan dalam model terpenuhi.
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
Tabel 4. Hasil Uji Asumsi Proportional Hazard
bebas secara bersama-sama terhadap angka
putus sekolah di Provinsi Sumatera Barat adalah Variabel Chisq df Sig.
likelihood ratio test dengan tingkat signifikansi
(1) (2) (3) (4)
5 persen. Hasil uji simultan terhadap model
diperoleh nilai likelihood ratio sebesar 76,051 X1 = Daerah Tempat
3,957 1 0,06
dan p-value sebesar 0,000, di mana p-value Tinggal
kurang dari 0,05, maka tolak hipotesis awal (H0). X2 = Bekerja/Tidak
1,001 1 0,32
Dapat disimpulkan bahwa minimal terdapat satu bekerja
variabel bebas yang mempengaruhi angka putus X3 = Menerima Ban-
sekolah di Provinsi Sumatera Barat. 2,298 1 0,13
sos Rastra
Selanjutnya, dilakukan uji parsial (Wald test) X4 = Mengurus Ru-
0,190 1 0,66
untuk mengetahui pengaruh masing-masing mah Tangga
variabel bebas terhadap variabel terikat pada X5 = Pernah/Tidak
masing-masing model. Pengujian parsial pada 0,514 1 0,47
Pernah Kawin
penelitian ini menggunakan tingkat singifikasi
5 persen. Hasil pengujian parsial dapat dilihat X7 = Status Dalam
0,198 1 0,66
pada Tabel 3. Terdapat tujuh variabel bebas yang Rumah Tangga
signifikan, yaitu daerah tempat tinggal, bekerja/ X8 = Lapangan usa-
2,961 1 0,09
tidak bekerja, menerima bantuan sosial beras ha KRT
sejahtera, mengurus rumah tangga, pernah/ Sumber: Diolah dari Data Susenas 2019
tidak pernah kawin, status dalam rumah tangga,
lapangan usaha KRT. Hal ini berarti dengan
tingkat signifikansi lima persen, variabel-variabel Berdasarkan Tabel 3, dari serangkaian uji yang
bebas tersebut masing-masing mempengaruhi yang telah dilakukan, terbentuklah persamaan
angka putus sekolah di Provinsi Sumatera Barat. model regresi cox proportional hazard terbaik
yang dapat menggambarkan faktor putus
Sebelum dilakukan interpretasi terhadap sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di
model regresi cox proportional hazard yang Provinsi Sumatera Barat Tahun 2019 sebagai
telah terbentuk, dilakukan pengecekan asumsi berikut:
proportional hazard pada variabel-variabel
independen yang ada dalam model tersebut
terlebih dahulu. Pengujian asumsi proportional
hazard juga dapat dilakukan dengan
menggunakan metode goodness of fit. Metode
ini lebih objektif dalam memeriksa variabel Pada persamaan (3) terdapat nilai 𝑒(𝛽𝑗) yang
independen mengandung proportional hazard menunjukkan nilai risiko kegagalan (hazard
atau tidak. Selain itu, metode ini juga dapat ratio) dari masing-masing variabel independen.
digunakan untuk menguji variabel yang bersifat Hazard ratio dari masing-masing variabel
non-kategorik tanpa harus mengkategorikannya independen tersebut dapat diinterpretasikan
terlebih dahulu. Salah satu statistik uji yang dengan merujuk pada nilai B dan exp(B) Tabel 3.
digunakan dalam metode ini adalah nilai Penjelasan lebih lanjut masing-masing variabel
residual Schoenfeld. Hasil uji yang diperoleh tersebut adalah sebagai berikut.
untuk masing-masing variabel independen yang
berpengaruh signifikan terhadap model dapat a. Daerah Tempat Tinggal
dilihat pada Tabel 4. Kategori referensi pada variabel ini adalah
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa daerah tempat tinggal di perkotaan,
seluruh variabel independen yang signifikan dengan nilai B=0,665 dan nilai hazard ratio
terhadap model memiliki nilai p-value yang lebih exp(B)=1,945. Ini berarti bahwa penduduk
dari tingkat signifikansi (𝛼 = 0,05) sehingga dapat usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah

101
Rita Diana, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siswa Putus Sekolah di Provinsi Sumatera Barat

perdesaan berisiko putus sekolah 1,945 Anak-anak yang masih bersekolah sambil
kali dibandingkan dengan penduduk usia bekerja cenderung memilih berhenti sekolah
15 tahun ke atas yang tinggal di daerah dan memilih bekerja membantu orang
perkotaan. Hasil ini sejalan dengan temuan- tuanya untuk mencari nafkah.
temuan Jordan, dkk (2012) dan Sudarwati
Pada Gambar 2 terlihat penduduk 15 tahun
(2009), bahwa putus sekolah cenderung
yang bekerja dengan tidak bekerja (dalam
terjadi di daerah perdesaan. Di daerah
hal ini bisa saja pekerja keluarga atau
pedesaan maupun perkotaan terdapat
pekerja tidak dibayar) ternyata tidak terlalu
penurunan tingkat survival sekolah yang
jauh berbeda, sama-sama cenderung gagal
signifikan pada lama sekolah 10 tahun.
pada lama sekolah 10 tahun atau tingkat
Hal ini karena konsep lama sekolah adalah
SLTA. Fenomena bisa dikaitkan dengan
tingkat tertinggi kelas yang pernah diduduki
masih banyak anak yang bersekolah sambil
dikurangi 1 jika tidak tamat, sehingga
bekerja, hal ini berdasarkan publikasi
pada kelas-kelas terakhir di suatu jenjang
BPS dalam profil anak Indonesia, yang
pendidikan akan terlihat penurunan tingkat
menunjukkan lebih dari separuh anak
survival siswa. Fenomena tidak lulus Ujian
usia 10-17 tahun yang bekerja berstatus
Nasional juga terjelaskan pada fungsi
masih bersekolah (60,16%). Komposisi anak
survival Gambar 1.
bekerja yang sebagian besar berstatus
masih bersekolah, menunjukkan masih
banyaknya anak-anak yang harus membagi
perhatian dan waktunya untuk bekerja dan
belajar maupun kegiatan lainnya, padahal
seharusnya anak-anak tersebut hanya fokus
pada pelajaran.

Gambar 1. Fungsi Survival Lama Sekolah


Provinsi Sumatera Barat Tahun 2019 Menurut
Daerah Tempat Tinggal

b. Status Bekerja
Kategori referensi pada variabel ini adalah
tidak bekerja, diperoleh nilai B=-0,640 Gambar 2. Fungsi Survival dan Fungsi Hazard
dan nilai hazard ratio untuk variabel ini Lama Sekolah Provinsi Sumatera Barat Tahun
exp(B)=0,527. Ini berarti bahwa penduduk 2019 Menurut Status Bekerja
usia 15 tahun ke atas yang tidak bekerja
memiliki risiko drop out 1,898 kali lipat
(1/0,527) lebih tinggi dibandingkan penduduk c. Menerima Bansos Rastra
usia usia 15 tahun ke atas yang bekerja. Hasil
Kategori referensi pada variabel ini
ini tidak sejalan dengan temuan-temuan
adalah menerima Bansos Rastra,
Sudarwati (2009), Vanesa dan Eriyanti
diperoleh nilai B=-0,615 dan nilai hazard
(2021) bahwa ketika keluarga mengalami
ratio untuk variabel ini exp(B)=0,541. Ini
keterbatasan dalam investasi pendidikan
berarti bahwa penduduk usia usia 15
anak, maka berdampak pada pilihan anak
tahun ke atas yang menerima Bansos
untuk bersekolah atau tidak bersekolah.

102
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Rastra memiliki risiko drop out lebih berisiko putus sekolah 3,067 kali lipat
tinggi dibanding menerima Bansos dibandingkan dengan penduduk usia
Rastra yaitu 1,848 kali lipat (1/0,541). usia 15 tahun ke atas yang tidak terlibat
Terlihat pada Gambar 3 bahwa penduduk mengurus rumah tangga. Penduduk
15 tahun ke atas yang menerima Bansos usia usia 15 tahun ke atas baik yang
Rastra maupun yang tidak menerima terlibat maupun tidak terlibat mengurus
Bansos Rastra cenderung drop out pada rumah tangga cenderung gagal pada
tingkat SLTA yaitu pada lama sekolah 10 lama sekolah 10 tahun atau tingkat SLTA
tahun. Hasil ini sejalan dengan temuan (Gambar 4).
Widyantari (2011) dan Sudarwati
(2009) yang menyatakan anak yang
berasal dari keluarga kurang mampu
atau miskin cenderung putus sekolah.
Hal ini dikarenakan keadaan ekonomi
keluarga yang kurang mendukung,
tidak memiliki pekerjaan yang layak
dan lebih mengutamakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari
daripada pendidikan, sehingga banyak
anak usia sekolah yang terhambat
untuk melanjutkan pendidikan, bahkan
kehilangan kesempatan mengikuti
proses pendidikan.

Gambar 4. Fungsi Survival dan Fungsi Hazard


Lama Sekolah Provinsi Sumatera Barat Tahun
2019 Menurut Mengurus Rumah Tangga

e. Pernah/Tidak Pernah Kawin

Kategori referensi pada variabel ini adalah


pernah kawin, diperoleh nilai B=-2,437
atau nilai hazard ratio untuk variabel ini
exp(B)=0,087. Ini berarti bahwa penduduk
usia 15 tahun ke atas yang pernah kawin
memiliki risiko drop out lebih tinggi
dibandingkan penduduk usia usia 15 tahun
ke atas yang tidak pernah kawin yaitu
11,494 kali lipat (1/0,087). Hal ini sejalan
Gambar 3. Fungsi Survival dan Fungsi Hazard dengan hasil penelitian Male dan Wodon
Lama Sekolah Provinsi Sumatera Barat Tahun (2018) bahwa perkawinan anak dapat
2019 Menurut Menerima Bansos Rastra menurunkan angka partisipasi sekolah.
Dari Gambar 5 terlihat bahwa risikonya
memang berbeda tetapi sepola antara
d. Mengurus Rumah Tangga
penduduk yang pernah kawin dengan yang
Kategori referensi pada variabel ini belum pernah kawin. Bisa saja hal ini terjadi
adalah tidak terlibat mengurus rumah karena status pernah/belum pernah kawin
tangga, diperoleh nilai B=1,121 dan adalah akibat dari putus sekolah, bukan
nilai hazard ratio untuk variabel sebaliknya. Namun hal ini perlu penelitian
ini exp(B)=3,067. Ini berarti bahwa lebih lanjut.
penduduk usia 15 tahun ke atas yang
terlibat mengurus rumah tangga

103
Rita Diana, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siswa Putus Sekolah di Provinsi Sumatera Barat

survival-nya pada tingkat SLTA. Lebih jelas


tergambar pada Gambar 6.

Gambar 5. Fungsi Survival dan Fungsi Hazard


Gambar 6. Fungsi Survival dan Fungsi Hazard
Lama Sekolah Provinsi Sumatera Barat Tahun
Lama Sekolah Provinsi Sumatera Barat Tahun
2019 Menurut Pernah/tidak pernah kawin
2019 Menurut Status Dalam Rumah Tangga

f. Status Dalam Rumah Tangga


g. Lapangan Usaha Kepala Rumah Tangga
Kategori referensi pada variabel ini adalah
Kategori referensi pada variabel ini adalah
status dalam rumah tangga berupa keluarga
kepala rumah tangga yang memiliki
lainnya (menantu, cucu, orangtua/mertua,
lapangan usaha pertanian, diperoleh nilai
famili lain dan orang lain yang tidak ada
B=-0,512 dan nilai hazard ratio untuk
hubungan keluarga seperti pembantu, sopir,
variabel ini exp(B)=0,600. Ini berarti bahwa
atau lainnya), diperoleh nilai B=1,254 dan nilai
penduduk usia 15 tahun ke atas dengan KRT
hazard ratio untuk variabel ini exp(B)=3,503.
yang bekerja di lapangan usaha pertanian
Ini berarti bahwa penduduk usia 15 tahun
memiliki risiko putus sekolah 1,667
ke atas yang berada dalam rumah tangga
(1/0,600) kali lebih tinggi dibandingkan
dengan status keluarga inti memiliki risiko
penduduk usia usia 15 tahun ke atas
putus sekolah 3,503 kali dibandingkan dengan
dengan KRT yang bekerja di lapangan usaha
penduduk usia usia 15 tahun ke atas yang
non-pertanian. Hasil ini sejalan dengan
berada dalam status keluarga lainnya. Hasil
temuan Bentri (2007) dan Purnama (2014)
ini tidak sejalan dengan temuan Rumberger
yang mengungkapkan bahwa anak yang
(2001), Pong dan Ju (2000), dan Rumberger
oang tuanya bekerja di sektor pertanian
dan Lim (2008) yang menyatakan bahwa
cenderung untuk putus sekolah. Hal ini
anak yang memiliki status bukan keluarga inti
dikarenakan umumnya orang tua yang
memiliki kemungkinan putus sekolah lebih
bekerja di sektor pertanian tergolong ke
besar dibandingkan dengan keluarga inti.
dalam keluarga kurang mampu sehingga
Dalam satu rumah tangga masih banyak risiko putus sekolahnya juga semakin besar.
yang terdiri dari keluarga besar tidak hanya Penduduk usia 15 tahun ke atas yang kepala
keluarga inti (bapak, ibu, dan anak), ada rumah tangga memiliki lapangan usaha
keluarga lain (menantu, cucu, orangtua/ pertanian ternyata juga sangat signifikan
mertua, dan famili lain), atau bahkan orang turun tingkat survival-nya pada tingkat
lain yang tidak ada hubungan keluarga SLTA. Lebih jelas tergambar pada Gambar 7.
seperti pembantu, sopir, atau lainnya).
Penduduk usia 15 tahun ke atas yang berada
dalam rumah tangga dengan status orang
lain ternyata sangat signifikan turun tingkat

104
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Analisis survival dengan cox regression di atas


hanya menangkap hubungan linier dan terbatas
pada faktor individu dan keluarga, belum pada
hubungan yang lebih kompleks seperti non
linier atau interaksi antar variabel independen
serta faktor-faktor lain seperti lingkungan dan
infrastruktur. Diharapkan penelitian selanjutnya
lebih banyak melihat faktor-faktor tersebut
sehingga lebih dapat menggambarkan kondisi
pendidikan di Provinsi Sumatera Barat.

PUSTAKA ACUAN
Gambar 7. Fungsi Survival dan Fungsi Hazard Badan Pusat Statistik (BPS). (2019). Survei Sosial
Lama Sekolah Provinsi Sumatera Barat Tahun Ekonomi Nasional 2019 Maret (KOR).
2019 Menurut Lapangan Usaha KRT Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Bentri, A. 2007. “Pendidikan Multikultural:
SIMPULAN DAN SARAN Dalam Perspektif Inovasi Kurikulum di
Indonesia”. Jurnal Universitas Negeri
Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas
Padang.
yang mengalami putus sekolah lebih banyak
tinggal di daerah perdesaan, tidak bekerja, tidak Bray, J.W., Zarkin, G.A., Ringwalt, C., & Qi, J.F.
menerima Bansos Rastra, mengurus rumah (2000). “The relationship between
tangga, tidak memiliki KIP, Kepala Rumah Tangga marijuana initiation and dropping out of
(KRT) yang bekerja di sektor pertanian dengan high school”. Health Economics, 9, 9-18.
pendidikannya di bawah SLTA. Dari analisis Cahyani, N. K. A. S., Suciptawati, N. L. P.,
survival dengan cox regression di atas, terdapat &Sukarsa, K. G. (2019). Identifikasi
beberapa variabel-variabel yang berpengaruh faktor yang memengaruhi anak putus
secara signifikan terhadap angka putus sekolah sekolah di Kabupaten Badung. E-Jurnal
pada penduduk usia 15 tahun ke atas di Provinsi Matematika, Vol. 8(4), 289. https://doi.
Sumatera Barat tahun 2019 yakni daerah tempat org/10.24843/ mtk.2019.v08.i04.p267.
tinggal (X1), bekerja/tidak bekerja (X2), menerima
bansos rastra (X3), mengurus rumah tangga (X4), Collet, D. (1994), Modelling Survival Data in
pernah/tidak pernah kawin (X5), status dalam Medical Research, Chapman and Hall,
rumah tangga (X7), lapangan usaha KRT (X8). London.
Variabel-variabel tersebut mampu memberikan Cox, D. R. and Oakes, D. (1984), Analysis of
gambaran faktor apa saja yang mempengaruhi Survival Data, Chapman and Hall,
gagalnya seorang siswa bertahan pada bangku London.
sekolah di Provinsi Sumatera Barat tahun 2019. Goldschmidt, P. & Wang, J. (1999). “When
Berdasarkan penduduk usia 15 tahun ke atas can schools affect dropout behavior?
yang tinggal di daerah pedesaan, bekerja, tidak A longitudinal multilevel analysis”.
menerima bansos rastra, mengurus rumah American Educational Research Journal,
tangga, pernah kawin, bukan dalam keluarga inti, 36, 715-738.
KRT yang bekerja di lapangan usaha pertanian
ternyata sangat signifikan turun tingkat survival- Hakim, A. (2020). “Faktor Penyebab Anak Putus
nya pada tingkat SLTA. Hal ini dapat menjadi Sekolah”. Jurnal Pendidikan, Volume 21,
dasar bahan pertimbangan bagi pemerintah Nomor 2: 122-132.
untuk menangani dan mengontrol hal-hal yang Jordan, J. L., Kostandini, G., & Mykerezi, E.
membuat penduduk putus sekolah sehingga (2012). “Rural and urban high school
target mengenai pembangunan manusia dalam dropout rates: Are they different?”,
hal pendidikan dapat tercapai. Journal of Research in Rural Education,

105
Rita Diana, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siswa Putus Sekolah di Provinsi Sumatera Barat

27(12), 1-21. Retrieved from http://jrre. Purnama, D.T. (2014). “Fenomena Anak Putus
psu.edu/articles/27-12.pdf. Sekolah Dan Faktor penyebabnya di
Kota Pontianak”. Jurnal Sosiologi, 1-17.
Kamsihyati, T., Sutomo, Sakinah. (2017). “Kajian
Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Putri AE, Trianingsih T, Nugraheni IL. (2018).
Sekolah di Desa Jangrana Kecamatan “Faktor-faktor penyebab anak putus
Kesugihan Kabupaten Cilacap (Study on sekolah jenjang pendidikan dasar”.
Factors of School Drop-out in Jangrana Jurnal Penelitian Geografis. 6(5): 1-10
Village Kesugihan Sub-district, Cilacap
Pong, S.L. & Ju, D.B. (2000). The effects of change
District)”. Geo Edukasi, Vol 5, No. 1: 16
in family structure and income on
– 21.
dropping out of middle and high school.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Journal of Family Issues, 21, 147-169.
Perlindungan Anak (KPPPA). (2020).
Rahmawati, DF., Idris, Sukamto. (2020). “Peranan
Profil Anak Indonesia tahun 2020.
Orang Tua Terhadap Anak Dropout
Jakarta: Kementerian Pemberdayaan
(Studi Kasus Pada Jenjang SMP di
Perempuan dan Perlindungan Anak.
Tulungagung)”. Jurnal Sandhyakala,
Kleinbaum, D.G. dan Klein, M. (2005), Survival Volume 1, No. 2.
Analysis: A Self Learning, 2nd Edition,
Rumberger, R.W. (2001), “Why Students Drop
Springer, New York.
Out of School and What Can be done”.
Larasati AW. (2019). “Penanggulangan putus Paper prepared for the Conference.
sekolah dengan pelibatan orang tua”. University of California, Santa Barbara.
Jurnal Pendidikan Luar Sekolah. 13(2):
Rumberger, R.W., dan Lim, S.A (2008). “Why
68-78.
Student Dropout of School: A review
Laird, J., Kienzi, G., DeBell, M., & Chapman, C. of 25 years of Research”. California
(2007). “Dropout rates in the United Dropout Research Project Report #15.
States: 2005”. Washington, D.C.: U.S.
Snilveit B, Stevenson J, Menon R, Philips
Department of Education, National
D, Gallagher E, Geleen M, Jobse
Center for Education Statistics. Retrieved
H, Schmidt T, Jimenez. (2016). The
October 7, 2008.
Impact of Education Programmes on
Lestari AYB, Kurniawan F, Ardi RB. (2020). Learning and School Participation in
“Penyebab tingginya angka anak putus Low- and Middle-Income Countries
sekolah jenjang Sekolah Dasar (SD)”. [Internet]. Diakses pada: 2020 Juli 21.
Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar. 4(2): 299- Tersedia pada: https://www.3ieimpact.
308 o r g /e v i d e n c e - h u b/p u b l i c a t i o n s /
systematic-review-summaries/
Male, C and Wodon, Q. (2018). “Girls’ education
impacteducation-programmes-
and child marriage in west and Central
learning-school-participation-low-and-
Africa: tends, impacts, costs, and
middleincome-countries.
solution”. Forum for Social Economics.
47(2): 262-274. Subanti S, Hakim AR, Pratiwi H, Irawan BRMB,
Hakim IM. (2019). “The determinants
McNeal, R.B. (1997). “Are students being
of youth participation for school,
pulled out of high school? The effect of
work, or other activities based on
adolescent employment on dropping
social demographic characteristics
out”. Sociology of Education, 70, 206-
in Indonesia”. Journal of Physics:
220.
Conference Series. 1321(2019): 1-6.
Miller, R. (1998). Survival Analysis. John Wiley doi:10.1088/1742-6596/1321/2/022064
and Sons. Inc, New York.
Sudarwati. (2009). “Perbedaan Resiko Putus
Muttaqin, T. (2017). “Why Do Children Stay Out Sekolah Anak Usia 7-15 Tahun pada
of School in Indonesia?”. The Indonesian Tahun 1998 dan 2006 di Indonesia”.
Journal of Dev. Planning Vol. 1 No. 2. [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia.

106
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Shufiah, S. (2018). Faktor anak putus sekolah


di Desa Batujai Kecamatan Praya Barat
Kabupaten Lombok Tengah tahun
2017/2018 [tesis]. Mataram (ID): Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Mataram.
Vanesa dan Eriyanti, F. (2021). “Faktor-Faktor
Penyebab Anak Nelayan Putus Sekolah
di Kelurahan Pasia Nan Tigo Kecamatan
Koto Tangah Kota Padang”. Jurnal
Manajemen dan Ilmu Administrasi
Publik. Volume 3, No. 2, Hal. 100-108.
Widyantari, L.E. (2011). “Kecenderungan Anak
Putus Sekolah Ditinjau dari Faktor
Ekonomi dan Faktor Non Ekonomi”.
Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

107
Rita Diana, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siswa Putus Sekolah di Provinsi Sumatera Barat

108
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

J U R N A L SEKOLAH RUMAH SEBAGAI SALAH SATU


PENELITIAN BENTUK PENDIDIKAN INFORMAL: LEGALITAS
K EBIJAK AN DAN RAGAM PENDEKATAN PEMBELAJARANNYA
PENDIDIKAN
HOMESCHOOLING AS A FORM OF INFORMAL
Volume 14 EDUCATION: LEGALITY AND ITS VARIOUS
Nomor 2/2021
LEARNING APPROACHES
Naskah diterima:
6 Agustus 2021 Mohammad Siddiq1 dan Hartini Salama2
1
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
direvisi akhir: 2
Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
27 Oktober 2021 1
siddiq@uinjkt.ac.id
disetujui: 2
hartini@uic.ac.id
28 Oktober 2021
DOI : 10.24832/jpkp.v14i2.508

ABSTRACT
The reality of homeschooling as a choice for parents in providing education to children
is one of the efforts to solve various educational problems that exist in society. However,
the legality of home education and the learning approach has become a significant issue.
With a descriptive qualitative approach, this research reveals the legal aspects and the
various learning approaches of home education. Regarding the legality of homeschooling,
the government should carry out the mandate of the Constitution, ensuring that every
citizen receives a proper education, as stated in Article 31 of the 1945 Constitution, which
is further elaborated in Law Number 20 of 2003 concerning the National Education System,
Government Regulation Number 57 of 2021 concerning National Education Standards, and
Regulation of the Minister of Education and Culture Number 129 of 2014 concerning Home
Schools. Homeschooling is one of the informal education paths which is carried out by
families. The approach in the practice has a wide range, from very unstructured models such
as unschooling to highly structured ones such as school at home. To facilitate home school
practitioners, the existence of a test center will significantly encourage the emergence of
initiative and creativity in the development of learning methods and education models.
Keywords: Informal Education, Homeschooling, Legality, Learning Approaches

ABSTRAK
Sekolah rumah (homeschooling) hadir sebagai alternatif pilihan orang tua dalam memberikan
pendidikan kepada anak sebagai salah satu upaya memecahkan beragam permasalahan
pendidikan yang ada di masyarakat. Namun, legalitas pelaksanaan pendidikan rumah dan
bagaimana pendekatan pembelajarannya masih menjadi pokok persoalan. Penelitian dengan
pendekatan kualitatif deskriptif ini berupaya mengungkapkan aspek legalitas pelaksanaan
pendidikan rumah dan berbagai ragam pendekatan pembelajarannya. Terkait dengan
legalitas sekolah rumah, pemerintah berkepentingan dalam menjalankan amanat Undang-
undang Dasar yaitu memastikan setiap warga negaranya memperoleh pendidikan yang
layak, sebagaimana tercantum dalam pasal 31 UUD 1945, yang lebih lanjut diatur dalam UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor
57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 129 Tahun 2014 tentang sekolah rumah. Praktik sekolah rumah
termasuk dalam jalur pendidikan informal. Kegiatan sekolah rumah diakui sebagai proses
layanan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua atau keluarga. Pendekatan (approach)
dalam praktik sekolah rumah memiliki rentang yang lebar, mulai dari model yang sangat
tidak terstruktur seperti unschooling hingga yang sangat terstruktur seperti school at home.
Dalam upaya memfasilitasi para praktisi sekolah rumah dengan berbagai ragam pendekatan
pembelajaran, keberadaan test center akan mendorong munculnya inisiatif dan kreativitas
dalam pengembangan metode pembelajaran dan model-model persekolahan.
Kata kunci: Pendidikan Informal, sekolah rumah, Legalitas, Pendekatan Pembelajaran

109
Mohammad Siddiq dan Hartini Salama, Sekolah Rumah Sebagai Salah Satu Bentuk Pendidikan Informal:
Legalitas dan Ragam Pendekatan Pembelajarannya

PENDAHULUAN “adik sudah bisa membaca?”, lebih jauh lagi,

S
pertanyaan kepada para praktisi homeschooling
ekolah rumah (homeschooling) hadir
seperti, “kenapa tidak sekolah?”, “memangnya
sebagai alternatif pilihan orang tua
legal ya homeschooling itu?” dan sebagainya
dalam memberikan pendidikan kepada
sering kali terlontarkan. Isu mengenai legalitas
anak sebagai salah satu upaya memecahkan
pelaksanaan pendidikan rumah dan bagaimana
beragam permasalahan pendidikan yang ada
pendekatan pembelajarannya kemudian
di masyarakat seiring dengan berkembangnya
menjadi pokok persoalan yang menarik dan
zaman. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa
tidak berhenti untuk dibahas.
para praktisi sekolah rumah yang jumlahnya
tidak lebih banyak dari masyarakat umum yang Artikel ini merupakan hasil penelitian dengan
menyekolahkan anak-anaknya secara formal, pendekatan kualitatif deskriptif yang berupaya
secara tidak disadari telah menjadi masyarakat mengungkapkan aspek legalitas pelaksanaan
yang seakan-akan termarginalkan. pendidikan rumah dan berbagai ragam
pendekatan pembelajarannya.
Masyarakat umum, khususnya yang tidak
mengenal apa itu homeschooling dan memahami
konsep pendidikan dan praktik pembelajaran
METODE PENELITIAN
yang dilakukannya, tentu akan merasa heran
dengan perilaku tidak menyekolahkan anak di Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
lembaga formal. Hal ini yang kemudian memicu kualitatif. Ada dua jenis data yang digunakan
berbagai pertanyaan kepada para praktisi dalam penelitian ini, primer dan sekunder.
sekolah rumah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut Data primer adalah dokumentasi observasi
berkisar antara lain mengenai persoalan legalitas dan wawancara kepada praktisi homeschooling
dan pendekatan pembelajaran yang digunakan yang tergabung dalam komunitas Klub Oase
oleh para praktisi sekolah rumah tersebut. yang sudah berdiri sejak tahun 2011 di Jakarta.
Pendiri Klub Oase, yaitu Mira Julia, Mella
Hal ini disebabkan oleh kecenderungan
Fitriansyah, dan Wiwiet Mardiati serta anggota
masyarakat umum yang menganggap bahwa
keluarga mereka merupakan key informant
sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
dalam penelitian ini. Selain itu, wawancara
utama dan berpandangan bahwa pendidikan
juga dilakukan terhadap anggota klub keluarga
hanya dapat diperoleh melalui sekolah. Sekolah
tersebut yang beranggotakan tidak kurang
kemudian menjadi sarana seseorang untuk
dari empat puluh keluarga. Teknik wawancara
memperoleh legalitas ijazah yang dapat ia
yang dilakukan lebih dalam situasi informal
gunakan untuk memperoleh jenis pekerjaan
dan wajar sebagaimana dalam percakapan
tertentu dengan nominal penghasilan yang
sehari-hari, atau yang disebut Spradley (2006)
diinginkannya. Semakin prestisius pekerjaan
dengan percakapan persahabatan. Wawancara
tersebut, semakin tinggi penghasilannya dan
dilakukan secara daring dan luring. Adapun data
semakin terlihat sukses orang tersebut (Illich,
sekunder berupa peraturan terkait legalitas
2000). Pandangan masyarakat yang demikian
sekolah rumah dan tulisan di media massa atau
kemudian melahirkan kultur yang menghubung-
sosial mengenai Klub Oase dan dokumentasi
hubungkan antara kesuksesan dengan tingkat
aktivitas homeschooling mereka.
pendidikan seseorang. Seolah-olah semakin
tinggi tingkat pendidikan formal seseorang, Penelitian ini bukan dalam rangka menguji
maka dapat dikatakan semakin sukses orang hipotesis (hypothesis testing), tetapi membangun
tersebut. Paling tidak, peluangnya untuk sukses hipotesis (hypotheses forming). Dalam hal ini,
memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang penelitian tidak didasarkan atas suatu hipotesis
tinggi menjadi lebih besar. tertentu, melainkan atas beberapa persoalan
dasar yang selanjutnya membentuk hipotesis.
Budaya tersebut, bila dicermati dalam konteks
Hipotesis bentukan inilah yang selanjutnya
berbahasa akan hadir dalam kehidupan sehari-
digunakan dalam menjawab tujuan penelitian
hari di masyarakat. Misalnya saja, jika ada
(Brown, 2004). Proses analisis data dilakukan
orang dewasa yang bertemu dengan seorang
bersamaan dengan pengumpulan data.
anak, sapaan pertama yang sering kali muncul
Penelitian dilakukan secara bergantian antara
dalam bentuk pertanyaan, antara lain: “adik
pengumpulan data dan analisis data hingga
sudah sekolah belum?”, “adik kelas berapa?”,

110
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

akhirnya seluruh masalah penelitian terjawab oleh negara. Praktik sekolah rumah atau yang
(Spradley, 2012). Penelitian ini dilakukan lebih populer dengan sebutan homeschooling
sepanjang tahun 2019 hingga pertengahan termasuk dalam jalur pendidikan informal.
tahun 2021.
Homeschooling atau sekolah rumah sejatinya
adalah proses layanan pendidikan yang
dilakukan oleh orang tua atau keluarga. Sekolah
HASIL DAN PEMBAHASAN
rumah merupakan jalur pendidikan informal,
Legalitas Homeschooling sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20
Persoalan legalitas praktik homeschooling Tahun 2003 Pasal 27 Ayat (1) yang berbunyi:
ini terkait dengan pengakuan pemerintah “Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan
sebagai regulator dari sistem pendidikan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk
nasional terhadap para praktisi sekolah kegiatan belajar secara mandiri”. Pemerintah
rumah. Pemerintah dalam hal ini tentunya dalam hal ini tidak mengatur standar isi dan
berkepentingan dalam menjalankan amanat proses pelayanan pendidikan informal kecuali
Undang-undang Dasar yaitu memastikan setiap standar penilaian apabila akan disetarakan
warga negaranya memperoleh pendidikan yang dengan pendidikan jalur formal dan nonformal
layak. Oleh karena itu, dibuat sistem pendidikan dan memperoleh ijazah yang bernilai setara
yang diharapkan dapat mengontrol pelaksanaan dengan kedua jalur pendidikan tersebut. Hal ini
pendidikan. sebagaimana dinyatakan pada UU No. 20 Tahun
2003, Pasal 27 Ayat (2).
Setiap anak membutuhkan pendidikan untuk
mengembangkan segenap potensi diri dan minat Regulasi selanjutnya yang mengatur dan berperan
yang dimiliknya. Pasal 31 UUD 1945 menyatakan sebagai payung hukum penyelenggaraan
bahwa setiap anak Indonesia memiliki hak sekolah rumah adalah Peraturan Menteri
yang sama dalam memperoleh pendidikan dan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 129 Tahun
akses terhadap pendidikan di Indonesia. Hal 2014. Dalam Permendikbud tersebut dinyatakan
tersebut merupakan pengejawantahan dari bahwa sekolah rumah meliputi proses layanan
tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan pendidikan secara sadar dan terencana yang
kehidupan bangsa sebagaimana yang tercantum dilakukan oleh orang tua dan atau keluarga di
dalam Pembukaan UUD 1945. rumah atau tempat-tempat lainnya. Regulasi
menjadi peluang bagi masyarakat untuk
Pasal 4 ayat (6) dalam Undang-undang Nomor menciptakan suasana pembelajaran yang
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan kondusif untuk mengembangkan potensi seluruh
Nasional menyatakan bahwa pendidikan itu peserta didik sesuai bakat dan minatnya masing-
diselenggarakan dengan memberdayakan masing.
seluruh komponen anggota masyarakat yang
diharapkan aktif berperan serta dalam proses Sekolah rumah diharapkan mampu memenuhi
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan dasar dan menengah yang
layanan pendidikan. Hal tersebut menyiratkan bermutu bagi peserta didik. Peserta didik
bahwa penyelenggaraan layanan pendidikan yang membutuhkan pendidikan akademik
yang diberikan pemerintah melibatkan dan kecakapan hidup secara fleksibel dapat
komponen masyarakat dalam suasana terlayani. Sekolah rumah diselenggarakan untuk
kemitraan dan kerja sama saling melengkapi dan dapat menerapkan kemandirian dalam belajar
memperkuat. Termasuk di dalam komponen itu oleh keluarga maupun komunitas tertentu, baik
adalah orang tua atau wali dari peserta didik. dilaksanakan di rumah atau bahkan berlangsung
di lingkungan sekitar.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut,
Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang kegiatan homeschooling diakui sebagai proses
Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa layanan pendidikan yang legal dilakukan oleh
sistem pendidikan di Indonesia memiliki tiga orang tua atau keluarga di rumah atau tempat-
jalur pendidikan yaitu jalur pendidikan formal, tempat lain yang menyenangkan bagi peserta
nonformal, dan informal. Ketiganya memiliki didik dalam upaya mengembangkan minat dan
bentuk yang berbeda dan sama-sama diakui potensi bakat yang dimilikinya.

111
Mohammad Siddiq dan Hartini Salama, Sekolah Rumah Sebagai Salah Satu Bentuk Pendidikan Informal:
Legalitas dan Ragam Pendekatan Pembelajarannya

Dalam perspektif praktisi homeschooling, mensyaratkan ijazah, anak-anak tersebut akan


legalisasi hasil pembelajaran yang mereka mengikuti ujian kesetaraan paket A, B, dan C.
lakukan, dalam hal ini ijazah, diraih sesuai dengan Paket A setara dengan Sekolah Dasar, Paket B
minat dan kebutuhan peserta didik. Anak-anak setara dengan Sekolah Menengah Pertama,
yang bakat dan minatnya dalam bidang-bidang dan Paket C setara dengan Sekolah Menengah
wirausaha, vokasional, dan seni, seperti desain Atas. Hal ini disampaikan oleh Sumardion, suami
grafis, bisnis makanan, peternakan, umumnya dari Mira Julia pendiri Klub Oase, dalam petikan
tidak mengejar untuk memiliki ijazah sebagai wawancara berikut.
bentuk pengakuan hasil pembelajaran mereka.
Dokumentasi hasil belajar mereka cenderung Pewawancara : Bagaimana ijazah anak-anak
homeschooling? Bisakah
berbentuk portofolio hasil karya, atau sertifikat anak-anak homeschooling
lokakarya dan sejenisnya. masuk ke perguruan tinggi?
Umpamanya saja, pendidikan kewirausahaan Aar : Jawaban singkatnya, bisa. Jadi
yang digaungkan oleh pemerintah sebagai salah Sumardiono anak-anak homeschooling
bisa punya ijazah dan bisa
satu jawaban terhadap persaingan di ASEAN,
melanjutkan ke perguruan
ternyata telah tumbuh subur dalam diri anak- tinggi. Itu jawaban singkatnya.
anak yang sekolah di sekolah rumah di Klub Sudah banyak anak-anak
Oase. Sebagai contoh, Rahma Azzahra yang telah homeschooling yang sudah
tertarik dalam dunia kue sejak kecil telah berhasil kuliah dan melanjutkan ke
menuai buah ketekunannya dengan mendapat perguruan tinggi, ada yang
ke ITB, UI, UGM, Unand dan
sertifikat halal dari LPPOM MUI untuk produk sebagainya. Jadi tidak ada
Apple Pie, Strawberry Cheesecake, Cappucino masalah melanjutkan ke
Cheesecake, dan Soft Cookies hasil buatannya. perguruan tinggi.
Saat ini ia bersama ibunya mencoba untuk lebih
fokus lagi mengembangkan minatnya tersebut Jadi sekarang tinggal,
dengan mendirikan toko kue yang diberi nama bagaimana sih
mekanismenya? Kan begitu.
Zava Cake. Kalau di Indonesia, kalau
anak-anak ingin melanjutkan
kuliah di Indonesia maka hal
yang penting untuk dilakukan
dan harus dilakukan oleh
praktisi homeschooling
adalah memasukkan
kurikulum nasional di dalam
proses pembelajarannya. Itu
yang penting karena anak-
anak ini harus mengikuti
ujian, istilahnya ujian
kesetaraan atau ujian paket.
Jadi ujian kesetaraan atau
ujian paket itu adalah sebuah
proses yang disediakan
oleh pemerintah, oleh
negara untuk memfasilitasi
proses penyetaraan dalam
pendidikan informal dan
nonformal, jadi di luar
sekolah, gitu ya, agar secara
legal, secara hukum setara
dengan anak-anak sekolah.
Pengalaman keluarga Sumardiono terkait praktik
sekolah rumah yang kemudian diakui setara
dengan pendidikan formal dan dapat diterima di
Gambar 1. Tangkapan Layar Zavacake perguruan tinggi negeri ini dapat dijadikan salah
Adapun bagi anak-anak yang akan melanjutkan satu contoh. Yudhis, putra dari Sumardiono
ke jenjang pendidikan tinggi yang umumnya tidak pernah bersekolah formal sebelumnya,

112
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

kemudian secara berjenjang mengikuti ujian menyebut kegiatan ini sebagai skhole, scola,
kesetaraan Paket A, B, dan C, dan lulus dalam scolae atau schola yang maksudnya ‘waktu luang
ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi yang digunakan secara khusus untuk belajar’
Negeri (SBMPTN) sehingga berhasil masuk ke (leisure devoted to learning) (Topatimasang,
jurusan Ekonomi di Universitas Indonesia. Cerita 2007).
tentang perjalanan hidupnya tanpa pernah
Homeschooling yang berkembang saat ini,
bersekolah, membangun portofolio karya,
lahir dari kesadaran para orang tua untuk
magang di perusahaan, hingga diterima kuliah
kembali memikul tanggung jawab pendidikan
di PTN, ia tuangkan dalam buku autobiografi
anak-anaknya sendiri. Hal ini juga dipicu oleh
dengan judul “Pembelajar Mandiri”.
kesadaran untuk melepaskan diri dari sistem
pendidikan sekolah yang cenderung bersifat
utilitarian. Penerapan homeschooling dapat
memungkinkan terciptanya ruang yang luas
bagi orang tua dan anak untuk mengembangkan
diri melalui eksplorasi terhadap minat dan
bakat yang dimiliki. Terkadang, minat dan bakat
adalah sesuatu yang tidak dapat diakomodasi
oleh sistem pendidikan sekolah sebab kadang
kala ada minat dan bakat yang dianggap tidak
penting dan tidak dibutuhkan bagi kehidupan
bermasyarakat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pendidikan
nasional yang cenderung berfokus pada standar
nilai yang harus dicapai oleh seorang siswa dan
menjadi sistem yang dianut masyarakat selama
ini menjadi latar belakang perbedaan pandangan
dalam memaknai istilah homeschooling. Dunia
pendidikan formal mementingkan ijazah sebagai
sarana seseorang dalam menempuh suatu
Gambar 2. Cover buku “Pembelajar Mandiri” jenjang pendidikan secara hierarkis. Ijazah yang
Karangan Yudhis semula merupakan alat pembuktian seseorang
terkait keahliannya pada sebuah bidang ilmu
berubah menjadi tujuan yang hendak dicapai
Penggunaan Istilah Homeschooling oleh sebagian masyarakat.
Istilah sekolah rumah atau yang lebih dikenal “Korelasinya pasti ada (antara skill
dengan sebutan homeschooling dalam dan ijazah). Misalnya, aku dari jurusan
praktiknya ternyata menghasilkan interpretasi Psikologi mau kerja di HR. Bagian
yang berbeda-beda. Tak ada sebuah definisi yang banyak ngurusin orang dan
tunggal mengenai homeschooling, karena model butuh yang requirements-nya harus
yang dikembangkan memang sangat beragam lulusan dari Psikologi. Berarti aku
(Sumardiono, 2014). sebagai HR akan melihat ‘ini orang
Istilah homeschooling sebenarnya terdiri atas dua benaran, gak, sih, dari Psikologi?’”
kata yaitu home yang artinya rumah atau tempat (Karoline dalam Michelle, 2021)
tinggal, dan school yang artinya sekolah. School Tujuan dari bersekolah lebih lekat
sendiri berasal dari kata skhole, scola, scolae dengan perolehan ijazah, sebagai
atau schola yang mengadung arti ‘waktu luang’ peningkatan prestise dan kenaikan
atau ‘waktu senggang’. Menurut sejarahnya, jenjang sosial dalam masyarakat.
pada masa lampau, masyarakat Yunani Kuno Bahkan demi selembar ijazah untuk
biasa mengisi waktu luang mereka dengan cara hal tersebut, beberapa oknum
mengunjungi suatu tempat atau seseorang yang pendidik pun rela mempertaruhkan
pandai hal tertentu untuk mempertanyakan harga dirinya, dengan memalsukan
dan mempelajari ilmu pengetahuan. Mereka ijazah (Suryaningsih, 2014).

113
Mohammad Siddiq dan Hartini Salama, Sekolah Rumah Sebagai Salah Satu Bentuk Pendidikan Informal:
Legalitas dan Ragam Pendekatan Pembelajarannya

Kecenderungan cara pandang yang formal UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 26 Ayat (4) yang
kemudian digunakan oleh sebagian orang menyebutkan “satuan pendidikan nonformal
untuk membuat semacam lembaga bimbingan terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
belajar yang juga diberi sebutan dengan istilah kelompok belajar, pusat kegiatan belajar
homeschooling. Namun secara praktiknya, masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan
hampir mirip dengan sistem persekolahan, yaitu pendidikan yang sejenis”.
anak berangkat ke sebuah tempat, di mana di
Terdapat dua kecenderungan penggunaan
sana tersedia ruang-ruang kelas dan guru yang
istilah homeschooling berdasarkan dua bentuk
siap mengajarinya berbagai materi yang telah
komunitas homeschooling dalam praktiknya
disusun dalam silabus tertentu untuk memenuhi
tadi. Pertama, komunitas homeschooling
dan mencapai suatu standar kompetensi
yang melembaga, yaitu upaya sekelompok
tertentu pula. Orang tua kemudian perlu
orang yang mengatur dan mengelola program
membayar fasilitas yang diberikan oleh lembaga
kegiatan pembelajaran yang terstruktur dan
tersebut dengan biaya lebih mahal dari sekolah
berjenjang kemudian menawarkannya secara
biasa.
terbuka dan mengambil keuntungan. Contoh
Dalam buku “Pendidikan Kesetaraan komunitas ini: Homeschooling Primagama,
Mencerahkan Anak Bangsa” yang diterbitkan Homeschooling Kak Seto, Ehugheschooling,
oleh Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Homeschooling Global Mandiri, dan lain-lain.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Penelitian tentang organisasi semacam ini telah
Republik Indonesia, sekolah rumah dibedakan dilakukan sebelumnya. Penelitian Vibriyanthy
menjadi dua, yaitu: sekolah rumah tunggal dan dan Fauziah (2014) mengkaji implementasi
sekolah rumah majemuk. Sekolah rumah tunggal pendidikan karakter di Homeschooling Kak Seto
merupakan layanan pendidikan yang dilakukan Yogyakarta. Wijayarto dan Haryanto (2015)
oleh orang tua atau wali terhadap seorang anak membahas perbandingan kompetensi sosial
atau lebih terutama di rumahnya sendiri atau siswa homeschooling dengan siswa reguler SD
di tempat-tempat lain yang menyenangkan Muhammadiyah 1 Surakarta. Hasil penelitian
bagi peserta didik. Sedangkan sekolah rumah mereka menunjukkan adanya perbedaan
majemuk merupakan layanan pendidikan karakter dan kompetensi sosial, di mana siswa
yang dilakukan oleh para orang tua atau wali homeschooling memiliki kompetensi sosial yang
terhadap anak-anak dari suatu lingkungan yang lebih tinggi dibandingkan siswa sekolah reguler.
tidak selalu bertalian dalam hubungan keluarga,
Kedua, komunitas homeschooling terdiri
yang diselenggarakan di beberapa rumah atau
dari beberapa keluarga yang sepakat untuk
di fasilitas pendidikan yang ditentukan oleh
melakukan kegiatan belajar bersama. Komunitas
suatu komunitas pendidikan yang dibentuk
seperti ini biasanya memiliki bentuk organisasi,
dan dikelola secara lebih teratur (Yulaewati &
kurikulum, dan tenaga pengajar yang lebih
Nugroho, 2006).
fleksibel—misalnya Komunitas K’Super di Depok,
Terdapat istilah lain terkait proses pembelajaran Pijar di Tangerang, Klub Oase di Jakarta, dan lain-
di rumah, yaitu Komunitas Belajar. Ketika terdapat lain.
banyak pihak yang melaksanakan sekolah rumah
Berdasarkan penjabaran di atas dan melihat
bergabung dan menyusun atau menentukan
realitas yang berkembang di masyarakat
silabus serta bahan ajar bagi peserta didiknya,
mengenai homeschooling ini, diketahui bahwa
hal ini merupakan suatu kelompok belajar atau
terdapat beberapa konteks yang berbeda dalam
“Komunitas Belajar”. Komunitas ini berfungsi
penggunaan istilah homeschooling secara
sebagai penyelenggara pembelajaran, forum
praktis. Perlu dipahami bahwa sekolah rumah
komunikasi, berbagi pengalaman, dan sumber
atau homeschooling secara etimologis, definitif
daya pendidikan antar orang tua, keluarga, dan
maupun peraturan formal dimaknai sebagai
masyarakat setempat. Peserta didik komunitas
pendidikan berbasis keluarga, di mana tanggung
belajar adalah mereka yang bersepakat dengan
jawab pendidikan sepenuhnya berada di tangan
orang tua, keluarga, atau lingkungannya untuk
orang tua. Apabila para orang tua berkumpul
mengikuti program pendidikan yang ditentukan
membuat sebuah komunitas pendidikan yang
komunitasnya. Dengan demikian, Komunitas
dibentuk dan dikelola secara lebih teratur, praktik
Belajar dapat tergolong dalam satuan pendidikan
ini masuk ke dalam golongan sekolah rumah
jalur nonformal. Sebagaimana dinyatakan pada

114
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

majemuk. Praktik semacam ini termasuk dalam Sedangkan unit studies adalah metode
jenis pendidikan di jalur pendidikan informal. pembelajaran homeschooling yang berbasis
Namun, bila komunitas pendidikan tersebut telah pada tema. Dalam pendekatan ini, siswa tidak
menyusun atau menentukan silabus serta bahan belajar satu mata pelajaran tertentu seperti
ajar bagi peserta didiknya, kemudian orang matematika, IPA atau IPS, tetapi mempelajari
tua, keluarga, atau lingkungannya bersepakat banyak mata pelajaran sekaligus melalui
untuk mengikuti program pendidikan yang telah sebuah tema yang dipelajari. Sebagai sebuah
ditentukan oleh komunitas, komunitas ini disebut proses, pendidikan telah dikembangkan selama
sebagai Komunitas Belajar. Komunitas semacam berabad-abad, manusia secara perlahan
ini sebetulnya masuk ke dalam kelompok tapi pasti telah dikategorikan dan terkotak
pendidikan di jalur pendidikan nonformal. hampir pada segala sesuatunya, termasuk
ilmu pengetahuan, sejarah, geografi, seni, dan
banyak lainnya. Namun, untuk anak yang ingin
Ragam Pendekatan Pembelajaran dalam belajar, dunia dipandang sebagai keseluruhan
sekolah rumah (Homeschooling) bukan tersegmentasi dan terpisah-pisah. Ketika
Pada dasarnya Homeschooling merupakan salah mereka melihat lautan luas, mereka melihatnya
satu model pendidikan yang unik dan beragam. sebagai ruang yang penuh dengan ikan paus,
Ketika homeschooling dilakukan oleh sebuah lumba-lumba, kapal bajak laut cekung, gurita
keluarga, akan lahir pilihan-pilihan model dan kerang yang ditutupi dengan gelombang
homeschooling yang beragam, karena setiap bergulir. Unit studies mencoba untuk bekerja
keluarga memiliki nilai dan latar belakang yang dari sudut pandang ini, mengambil satu topik
berbeda-beda. Oleh karena itu, terbuka luas bagi pada satu waktu dan menjelaskan cara kerjanya
keluarga homeschooling untuk mengembangkan secara keseluruhan. Mereka tidak melihat laut
sudut pandang dan model pendidikan yang hanya sebagai sejarah, geografi, atau biologi
tentunya dapat berbeda dari model pendidikan kelautan.
di sekolah pada umumnya. A unit study works by capturing
Menurut Sumardiono (2014:14), semangat their attention and helping them
dasar yang melandasi proses pembelajaran understand the pieces of the whole
dalam homeschooling adalah belajar apa saja as they fit together. When they learn
yang diminati, belajar di mana saja yang disukai, about the oceans with a unit study,
belajar dengan cara apa saja yang sesuai, belajar they learn about whales and dolphin,
kapan saja yang diinginkan, belajar dari siapa how the oceans flow, how explorers
saja yang mencerahkan, belajar adalah hak traveled the oceans with currents and
bukan kewajiban, dan belajar itu menyenangkan wind, and how big and wide and deep
bukan membebani. the oceans are and how all of these
components work together (Bennett,
Sumardiono (2007:33-34) menjelaskan bahwa 2015).
pendekatan (approach) dan metode dalam
praktik homeschooling memiliki rentang yang Salah satu bentuk praktik unit studies yang
lebar, antara model yang sangat tidak terstruktur dilakukan oleh Klub Oase dapat dilihat pada
seperti unschooling hingga yang sangat program Eksplorasi yang bekerja sama
terstruktur seperti school at home. Metode- dengan Eco Ethno Center Bandung. Setelah
metode tersebut antara lain: (a) school at home, diberi pembekalan selama 4 bulan, anak-anak
(b) unit studies, (c) The Living Books, (d) Clasical, homeschooling usia 10-12 tahun melakukan
(e) Waldorf, (f) Montessori, (g) Unschooling, (h) perjalanan menggunakan kendaraan umum,
Project Based Learning, dan (i) Eclectic. melakukan observasi, wawancara, dan
mengumpulkan data dan informasi dari beragam
School at home adalah model pendidikan aspek terkait tema yang dipelajari. Selama
homeschooling yang praktiknya serupa dengan kegiatan ini, anak-anak hanya dibekali satu
pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. telepon genggam sebagai alat berkomunikasi
Hanya saja lokasi belajarnya di rumah bukan dengan kakak-kakak mentor dari Eco Ethno.
di sekolah. Metode ini sering disebut dengan Dalam kegiatan ini, mereka menginap di rumah
textbook approach, traditional approach atau penduduk. Hal ini untuk mengajarkan proses
school approach. sosialisasi dengan masyarakat. Mereka juga

115
Mohammad Siddiq dan Hartini Salama, Sekolah Rumah Sebagai Salah Satu Bentuk Pendidikan Informal:
Legalitas dan Ragam Pendekatan Pembelajarannya

melakukan orientasi lingkungan sekitar dengan Kegiatan menyimak bacaan ini antara lain terjadi
melakukan perjalanan di sekitar kediaman pada kegiatan balita Oase. Dalam kegiatan
penduduk tempat mereka menginap. ini, anak-anak balita dibacakan oleh orang tua
beberapa buku bacaan yang tergolong dalam
kategori living books. Buku tersebut antara lain:
Petualangan Franklin, Keo dan Noaki, Rumah
Orangutan, dan lainnya. Anak-anak menyimak
bacaan tersebut dengan penuh antusias. Para
orang tua membacakan buku-buku tersebut
dengan menggunakan ekspresi wajah yang
bervariasi. Cara membacakan buku tersebut
menjadi menarik bagi anak.

Gambar 3. Foto Kegiatan Eksplorasi


Gambar 4. Kegiatan Membaca
The living books adalah salah satu ciri khas
pendidikan karakter yang dikembangkan oleh Anne* : Pris, unschooling yuk taun
Charlotte Mason. Menurut Mason (dalam Kristi, depan.
2012:85-86), anak-anak harus memperoleh Priska : Hihi blm pede sedrastis itu. Aku
buku-buku yang berkualitas, buku-buku terbaik trlanjur jth cinta dg livingbooks
tidak pernah terlalu baik bagi mereka, semua ni
yang kurang dari predikat terbaik tidaklah cukup Anne* : Narasinya (yosua saat pentas
baik, mereka harus tumbuh besar bersama wayang) terlihat minatnya jelas,
yang terbaik. Jangan sampai ada masa dalam ada ungkapan emosi, pilihan
kehidupan mereka ketika mereka dibiarkan kata, diksi, itu ga mungkin
membaca atau mendengarkan twaddle. terungkap kalo anaknya ga
minat. Kisah2 living books itu
Penggunaan living books bertujuan untuk
ga semua anak suka. Apalagi
mengembangkan karakter anak, karena yg biasa dr kecil baca buku yg
dalam buku-buku tersebut terdapat ide-ide dangkal n dimudahkan gaya
berharga yang menggerakkan anak untuk bahasanya oleh si pengarang
memvisualisasikannya, menggugah dan Priska : Maksud lho???#serius ga paham
membangun kepribadian positif yang dituturkan sama bahasa loe..tinggi benerr
dalam bahasa yang indah. Buku-buku seperti ini
Anne* : Pas wayang di fesper itu
selalu ditulis oleh pengarang berdedikasi yang
kan karya cerita yosua kan?
kompeten pada bidangnya dan menulis dengan Perkembangan bahasa dia
jiwanya, sehingga sebagian dari jiwa itu tertinggal bagus, bahasa Indonesia-nya
pada halaman-halaman bukunya. Buku yang maksud gw
tergolong living books ditulis dengan asumsi
bahwa anak itu cerdas. Penulisnya tidak pernah
meremehkan si pembaca cilik. Sedangkan buku- Dikutip dari perbincangan antara Anne* dengan
buku yang tergolong twaddle adalah sebaliknya. Priska, orang tua di Klub Oase
Tema yang diangkat biasanya sepele, kasar,
vulgar dan tidak membangun karakter. Buku-
buku semacam ini biasanya ditulis semata-mata Pada kalimat “Narasinya terlihat minatnya
untuk kepentingan komersial dari pengarang jelas, ada ungkapan emosi, pilihan kata, diksi,
atau penerbitnya. itu ga mungkin terungkap kalo anaknya ga

116
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

minat. Kisah2 living books itu ga semua anak akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya
suka. Apalagi yg biasa dr kecil baca buku yg adalah adanya penggunaan peralatan otodidak
dangkal n dimudahkan gaya bahasanya oleh (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai
si pengarang” yang dilontarkan oleh Anne* konsep. Meskipun metode ini banyak diterapkan
menunjukkan bahwa metode Charlotte Mason pada sekolah-sekolah, tidak sedikit pula praktisi
ini dapat membangkitkan kemampuan anak homeschooling yang menggunakan metode ini.
dalam berbahasa.
Selanjutnya, Unschooling yaitu metode
Lain halnya dengan metode Classical yang telah pendidikan yang menganjurkan kegiatan belajar-
dikembangkan sejak abad pertengahan. Tujuan terpilih sebagai kegiatan primer dalam belajar.
dari metode klasik adalah untuk mengajar orang Siswa unschooling belajar melalui pengalaman
cara belajar bagi diri mereka sendiri. Metode hidup alami mereka termasuk bermain, tanggung
ini berdasarkan pada Trivium, yaitu metode jawab rumah tangga, kepentingan pribadi dan
sistematis berpikir kritis yang menggunakan lima rasa ingin tahu, magang dan pengalaman kerja,
alat pembelajaran: alasan, catatan, penelitian, perjalanan, buku, kelas elektif, keluarga, mentor,
penghubungan, dan retorika. Anak-anak yang dan interaksi sosial. Unschooling mendorong
lebih muda akan mulai dari tingkat persiapan eksplorasi kegiatan yang diprakarsai oleh anak-
mempelajari aritmetika, membaca dan menulis anak. Metode Unschooling percaya bahwa
dasar. Tingkat selanjutnya adalah mempelajari belajar merupakan proses yang lebih pribadi,
tata bahasa dan penelitian. yang lebih bermakna, dipahami dengan baik dan
hal-hal yang berguna bagi anak. Unschooling
Sedangkan Waldorf adalah metode yang
memandang pendidikan setiap anak itu unik
dikembangkan oleh Rudolf Steiner. Selain
dan disesuaikan kebutuhan tiap anak. Istilah
praktisi homeschooling, metode ini juga banyak
unschooling sendiri muncul pada era tahun
digunakan oleh sekolah-sekolah alternatif di
1970-an dan digunakan oleh seorang pendidik
Amerika. Steiner membagi perkembangan
bernama John Holt, yang secara luas dianggap
anak menjadi tiga tahap utama. Pertama, anak
sebagai “bapak” dari unschooling.
usia dini (0-6 atau 7 tahun), yang berfokus
pada praktis, tangan-kegiatan dan bermain Sebagian praktisi sebetulnya berpandangan
kreatif. Kedua, pendidikan dasar (7-14 tahun), bahwa unschooling kurang tepat bila dianggap
yang berfokus pada pengembangan ekspresi sebagai sebuah metode. Menurut mereka,
artistik dan kapasitas sosial. Ketiga, pendidikan unschooling lebih dinilai sebagai cara pandang
menengah (14 tahun ke atas), yang berfokus pada terhadap dunia pendidikan, yang umumnya
pengembangan penalaran kritis dan pemahaman berbanding terbalik dengan cara pandang
empati. Tujuan utama dari pendidikan Waldrof sekolah dalam hal mendidik manusia. Ketika
ini adalah mengembangkan individu yang bebas, sekolah memandang bahwa anak-anak harus
bertanggung jawab secara moral, dan dilengkapi berkumpul sesuai umurnya, unschooling justru
dengan kompetensi sosial tingkat tinggi. melihat bahwa manusia itu harusnya berkumpul
sesuai minatnya. Ketika sekolah memandang
Where is the book in which the teacher
bahwa harus dibuat suatu kurikulum agar
can read about what teaching is? The
membantu manusia menjadi pribadi yang ideal,
children themselves are this book.
unschooling justru memandang bahwa manusia
We should not learn to teach out of
tidak membutuhkan satu kurikulum yang sama
any book other than the one lying
dan berlaku untuk setiap orang, akan tetapi
open before us and consisting of the
setiap anak adalah unik dan diberi kesempatan
children themselves. (Trostli, 1998:
untuk tumbuh sesuai umur dan minatnya. Ketika
44).
sekolah memandang bahwa setiap anak harus
Kemudian, Montessori adalah metode pendidikan belajar pada waktu tertentu, pelajaran tertentu,
yang dikembangkan oleh Maria Montessori. Ciri dan bersama guru yang telah ditentukan, yang
dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas disebut sebagai jadwal pelajaran, unschoooling
pengarahan diri pada anak dan pengamatan justru memandang bahwa pengetahuan itu akan
klinis dari pembimbing. Metode ini menekankan dikejar oleh manusia yang sedang berminat
pentingnya penyesuaian lingkungan belajar terhadap suatu hal. Unschooling lebih dianggap
anak dengan tingkat perkembangannya, dan sebagai cara pandang terhadap anak-anak
peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep dan kehidupan. Unschooling dibangun atas

117
Mohammad Siddiq dan Hartini Salama, Sekolah Rumah Sebagai Salah Satu Bentuk Pendidikan Informal:
Legalitas dan Ragam Pendekatan Pembelajarannya

premis bahwa orang tua dan anak-anak akan Anne* : Blm tau Wiet, cuman taunya, dibiarin
menemukan jalan terbaiknya sendiri tanpa aja mo eksplor apa aja, difasilitasi
tergantung pada institusi pendidikan, penerbit tanpa batasan kurikulum. Ajarin
buku, atau ahli pendidikan untuk melakukan apa dong Wiet.
yang seharusnya dilakukan. Sekalipun demikian,
bukan berarti anak-anak unschooling tidak Unschooling, for lack of a better term
pernah mengikuti pembelajaran, membaca (until people start to accept living
as part and parcel of learning), is
buku teks, atau mengambil kursus tertentu.
the natural way to learn. However,
Unschooling berarti melakukan sesuatu yang
this does not mean unschoolers
menarik bagi seseorang dan terpaparnya ia do not take traditional classes or
pada sains, teknologi, sejarah, dan pengetahuan use curricular materials when the
lainnya. Unschooling adalah melakukan aktivitas student, or parents and children
nyata dalam satu bidang tertentu bukan karena together, decide that this is how
hal itu mungkin akan berguna bagi seseorang they want to do it. Learning to read
melainkan karena memang benar-benar hal or do quadratic equations are not
tersebut merupakan sesuatu yang menarik “natural” processes, but unschoolers
bagi orang tersebut. Melakukan sesuatu karena nonetheless learn them when it
memang benar-benar menarik merupakan makes sense to them to do so, not
sebuah energi pembelajaran yang tidak akan because they have reached a certain
age or are compelled to do so by
pernah bisa didapatkan lewat kurikulum sekolah.
arbitrary authority. Therefore it isn’t
Menurut pandangan unschooling, semua sejarah
unusual to find unschoolers who
penemuan besar selalu diawali oleh ketertarikan are barely eight-years-old studying
seseorang yang mendalam akan suatu obyek, dan astronomy or who are ten-years-old
bukan karena hal tersebut dianggap “mungkin and just learning to read.
akan berguna”. Sementara di sekolah, sebagian Raken: Anak2 waktu nemuin kesukaannya gitu
besar anak melakukan sesuatu karena hal Wiet.
tersebut dianggap “mungkin akan berguna”. Hal
Wiwiet : Kalau mau lebih faham sebenarnya
tersebut dapat dicermati dalam perbincangan di
setelah baca, terus tulis ulang dengan
antara anggota Klub Oase berikut. gaya bahasa sendiri. Biasanya lebih
nangkep
Anne* : When pressed, I define unschooling
as allowing children as much Raken : Awalnya dibiarin aja, ga ada
freedom to learn in the world, as kurikulum dkk. Akhirnya nyasar juga
their parents can comfortably bear. ke haluannya
The advantage of this method is Wiwiet : Unschooling kan kuncinya
that it doesn’t require you, the pendampingan ortu dan sungguh2
parent, to become someone else, “hadir” bersama anak
i.e. a professional teacher pouring
Jadi emang belajar bareng. Kalau
knowledge into child-vessels on a
belajar bareng kan berarti ibunya
planned basis. Instead you live and
boleh dong kasih usul belajar apa.
learn together, pursuing questions
and interests as they arise and using Anne* : Dan anaknya berhak jg ga nurut
conventional schooling on an “on usulan emaknya kan Wiet?.
demand” basis, if at all. Wiwiet : Kunci kedua, komunikasi ortu-anak
Raken : Berat inihhh,berattt.... harus bagus. Kalau kata mas Aar,
cara lihatnya, anak ngomong ga
Anne* : Itu dr web john holt, grow without
pake ngambek atau tantrum. Ortu
schooling,
ngomong ga pake emosi
Wiwiet : Jadi penerapannya gimana?
Raken : Liat matanya
Wiwiet : Kalau anak masih merajuk,
ortu masih nada tinggi, berarti
komunikasi masih harus dibenerin

118
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Tapi di unschooling karena proses diutarakan Wiwiet dalam kalimat “Kunci kedua,
utamanya itu “TRUST” ke anak, komunikasi ortu-anak harus bagus. Kalau kata
jadi utama banget. Kalau metode mas Aar, cara lihatnya, anak ngomong ga pake
lain kan trustnya ke kurikulumnya. ngambek atau tantrum. Ortu ngomong ga pake
Maksudnya gini. Hasil diskusi sama emosi, Kalau anak masih merajuk, ortu masih
mba ellen, yang bikin dia ga sreg nada tinggi, berarti komunikasi masih harus
sama unschooling justru di soal trust dibenerin”. Nada bicara yang tidak tantrum dan
itu. emosi merupakan tanda komunikasi yang lancar
Nah, intepretasiku, unschooling tuh antara orang tua dengan anak. Sebaliknya bila
justru banyak ngarahin anak, tapi masih terjadi tantrum dan emosi maka itu dapat
beneran sebagai mentor. Makanya menjadi tanda perlunya memperbaiki pola
hadir sebagai pendamping anak dan komunikasi. Sebagaimana pandangan Aldort
komunikasi lancar tuh jadi kunci. (2009) bahwa dengan mendampingi anak-anak
Jadi ga terpaku pada guidance.
bertumbuh, sebetulnya pada saat yang sama,
Guidancenya sambil jalan. Kalau di
perjalanan butuh A B C ya, sambil
orang tua juga sedang bertumbuh.
jalan. Kalau kata mba Ellen, CM itu Kemudian, Eclectic adalah ramuan metode yang
ya kayak unschooling, jadi mentor didesain oleh keluarga praktisi homeschooling
anak. Tapi menurutku pribadi, hal yang disesuaikan dengan kondisi dan karakter
itu baru bisa dipahami oleh CMer keluarga tersebut dengan memilih atau
veteran. Yang newbie pasti terpaku
menggabungkan beberapa metode yang sudah
pada guidancenya, minimal jadi
kesalahan newbie. Misalnya fokus
ada (Sumardiono, 2007).
pada habit training. Berdasarkan pertimbangan bahwa Klub Oase
Habit trainingnya unschooling ya sangat mengakomodasi keberagaman yang ada,
dengan ortu sebagai role model. dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran
Hubungan yang baik dan komunikasi yang berkembang di Klub Oase cenderung
lancar membuat kegiatan sehari2 bersifat eclectic. Metode ini memungkinkan
dilakukan bersama berdasarkan dielaborasinya berbagai macam metode belajar
diskusi, ga terpaksa. Gitu deh yang ada, seperti belajar melalui proyek, belajar
Menurut pendapat Raken, pada kalimat “Anak2 menggunakan metode presentasi, belajar
waktu nemuin kesukaannya gitu, Awalnya menggunakan metode diskusi, dan lainnya.
dibiarin aja, ga ada kurikulum dkk. Akhirnya Perlu dipahami bahwa masing-masing keluarga
nyasar juga ke haluannya”, yang perlu dilakukan memiliki konsentrasi dan cara yang berbeda-
orang tua di awal menerapkan unschooling beda.
adalah memberikan kesempatan sebesar- Salah satu contoh belajar melalui proyek
besarnya pada ketertarikan anak terhadap (Project Based Learning) yang dilakukan oleh
sesuatu. Orang tua perlu peka terhadap minat Klub Oase adalah ketika anak-anak mereka
anak dan memfasilitasi keinginannya untuk menyelenggarakan Oase Festival. OFEST–
mempelajari yang sedang diminatinya itu secara OASE Festival adalah acara yang dirancang &
optimal. Raken telah memberikan contoh diselenggarakan oleh remaja homeschooling
melalui kedua anaknya yang telah terjun ke berusia 11–17 tahun yang tergabung dalam
dunia astronomi dan serangga. Pramuka OASE sebagai sarana belajar
Pada kalimat “Unschooling kan kuncinya berorganisasi & berkarya bersama.
pendampingan ortu dan sungguh2 “hadir”
bersama anak, Jadi emang belajar bareng.
Kalau belajar bareng kan berarti ibunya boleh
dong kasih usul belajar apa. Dan anaknya
berhak jg ga nurut usulan emaknya kan”, Wiwiet
menyampaikan bahwa pendampingan anak
secara optimal merupakan kunci keberhasilan
dalam praktik unschooling. Di samping itu,
komunikasi antara anak dengan orang tuanya
perlu terjadi dalam situasi yang produktif. Hal ini

119
Mohammad Siddiq dan Hartini Salama, Sekolah Rumah Sebagai Salah Satu Bentuk Pendidikan Informal:
Legalitas dan Ragam Pendekatan Pembelajarannya

membangun Indonesia melalui pembinaan


keluarga perlu didukung bersama-sama. Tumbuh
suburnya komunitas-komunitas keluarga,
tentunya juga perlu memperoleh dukungan.
Terkait dengan legalitas sekolah rumah,
Pemerintah berkepentingan dalam menjalankan
amanat Undang-undang Dasar yaitu memastikan
setiap warga negaranya memperoleh pendidikan
yang layak, sebagaimana tercantum dalam pasal
31 UUD 1945, yang lebih lanjut diatur dalam
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional
Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan
Gambar 5. Persiapan Panitia OFest 2019 dan Kebudayaan Nomor 129 Tahun 2014 tentang
sekolah rumah.
OFEST 2019 berisi kegiatan untuk berbagi cerita
tentang model pendidikan homeschooling yang Praktik sekolah rumah atau yang lebih populer
dijalani para keluarga di Klub OASE. Acara ini dengan sebutan homeschooling termasuk
telah dilaksanakan dua kali pertama di tahun dalam jalur pendidikan informal. Kegiatan
2017 dan yang kedua di tahun 2019 di kampus homeschooling diakui sebagai proses layanan
Indonesia International Institute for Life Science pendidikan yang dilakukan oleh orang tua
(i3L), Jakarta. Kegiatan ini diharapkan bisa atau keluarga. Tak ada sebuah definisi tunggal
menjadi sarana menginspirasi masyarakat mengenai homeschooling karena model yang
tentang model pendidikan alternatif dan dikembangkan sangat beragam.
memperkenalkan homeschooling sebagai
Pendekatan (approach) dalam praktik
pendidikan berbasis keluarga. Melalui OFEST,
homeschooling memiliki rentang yang lebar,
anak-anak homeschooling usia 11-17 tahun ini
antara model yang sangat tidak terstruktur
belajar berorganisasi dan menyiapkan sebuah
seperti unschooling hingga yang sangat
event. Mereka merancang acara, membuat logo,
terstruktur seperti school at home. Berbagai
materi promosi, video, membuat laman web ,
ragam pendekatan pembelajaran yang
menerima pendaftaran, mencari pembicara, dan
digunakan di kalangan praktisi tersebut antara
sebagainya. Beberapa orang tua membimbing
lain: (a) School at home, (b) Unit studies, (c)
mereka dengan menjadi mentor kegiatan.
The Living Books, (d) Clasical, (e) Waldorf, (f)
Montessori, (g) Unschooling, (h) Project based
learning, dan (i) Eclectic.
Melalui penelitian ini, dikemukakan saran kepada
pemerintah sebagai regulator yang mengatur
sistem pendidikan nasional untuk membuat
program-program unggulan dalam konteks
pembinaan dan dalam rangka memfasilitasi
tumbuh kembangnya keluarga-keluarga
Indonesia melalui komunitas-komunitas
keluarga. Pintu utamanya adalah dengan
Gambar 6. Foto Penampilan Oase Junior saat berupaya memahami cara pandang dan budaya
OFest lokal yang diyakini oleh komunitas tersebut
sehingga dapat menunjang berkembangnya
potensi minat dan bakat anak, serta nilai-nilai
SIMPULAN DAN USULAN kearifan lokal.
Pendidikan keluarga disadari menjadi relevan Selanjutnya, dalam upaya memfasilitasi para
dalam menopang kemajuan bangsa Indonesia. praktisi sekolah rumah dengan berbagai ragam
Gagasan-gagasan mengenai pentingnya pendekatan pembelajaran yang berkembang

120
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

di jalur pendidikan Informal, keberadaan Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi,


test center akan sangat mempermudah dan Yogjakarta: Tiara Wacana.
mendorong munculnya inisiatif dan kreativitas
Sumardiono, Aar. 2006. Homeschooling: A Leap
dalam pengembangan metode pembelajaran,
for Better Learning, Lompatan Cara
model-model persekolahan dan sebagainya.
Belajar, Jakarta: Elex Media Kumpotindo.
Sumardiono, Aar. 2014. Apa itu Homeschooling:
UCAPAN TERIMA KASIH 35 Gagasan Pendidikan Berbasis
Keluarga, Jakarta: Panda Media.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah mendukung penelitian Steiner, Paedagogische Wert der
ini, Deputi Penguatan Riset dan Pengembangan, Menschenerkenntnis und der Kulturwert
Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset der Paedagogik (Human Values in
dan Inovasi Nasional Republik Indonesia, Education), lecture 6, dalam Robert
Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, Klub Oase, dan Trostli (ed.). 1998. Rhythms of Learning:
keluarga peneliti. Selected Lectures by Rudolf Steiner.
Barrington: Antroposhopic Press.
Suryaningsih, Arifah. 2014. Sekolah, Bukan Demi
PUSTAKA ACUAN
Selembar Ijazah. https://kabar24. bisnis.
Aldort, Naomi. 2009. Raising Our Children Raising com/read/20140401/377/214495/
Ourselves, Bothell: Book Publisher sekolah-bukan-demi-selembar-ijazah.
Network.
Topatimasang, Roem. 2007. Sekolah itu Candu,
Brown, James Dean. 2004. Research Methods Yogyakarta: INSISTPress.
for Applied Linguistics; Scope,
Vibriyanthy, Ricca. Fauziah, Puji Yanti. 2014.
Characteristics, and Standards, dalam
Implementasi Pendidikan Karakter di
Davies, Alan, dan Elder, Catherine (ed),
Homeschooling Kak Seto Yogyakarta,
The Handbook of Applied Linguistics,
Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan
Malden/Oxford/Victoria: Blackwell
Masyarakat, Volume 1 – Nomor
Publishing.
1, Maret 2014. Yogjakarta: Ikatan
Bennett, Amanda. 2015. What is a Akademisi Pendidikan Nonformal dan
unit study? Lihat http://www. Informal Indonesia (IKAPENFI) bekerja
unitstudy.com/ WhatIsAUnitStudy. sama dengan Prodi S2 Pendidikan Luar
html#sthash.9gMRaQ6a.dpuf Sekolah (PLS) Program Pascasarjana,
Illich, Ivan. 2000. Bebaskan Masyarakat dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Belenggu Sekolah, judul asli Deschooling Wijayarto, Budi. Haryanto. 2015. Perbandingan
Society, terjemahan A. Sonny Keraf, Kompetensi Sosial Siswa Komunitas
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Homeschooling dengan Siswa Reguler
Kristi, Ellen. 2012. Cinta yang Berpikir: Sebuah Sd Muhammadiyah 1 Surakarta, Jurnal
Manual Pendidikan Karakter Charlotte Prima Edukasia, Volume 3 - Nomor 1,
Mason, Semarang: Ein Institute. 2015. Yogjakarta: Asosiasi Dosen PGSD
dan Dikdas Indonesia.
Michelle, Lita. 2021. Apakah Ijazah Lebih
Penting ketimbang Skill Saat Melamar Yulaewati, Ella. Nugroho, Sutopo Purwo. 2006.
Kerja? https://www.idntimes.com/life/ Pendidikan Kesetaraan Mencerahkan
career/febriyanti-revitasari-1/apakah- Anak Bangsa, Jakarta: Direktorat
ijazah-lebih-dari-skill-saat-melamar- Pendidikan Kesetaraan, Ditjen
kerja-c1c2/3 Pendidikan Luar Sekolah, Departemen
Pendidikan Nasional.
Spradley, James, dan Curdy, David W. Mc. 2012.
Conformity and Conflict: Reading in http://www.homeschool.com/Approaches/
Cultural Anthropology (14th Ed), Pearson Classical.asp diunduh pada 12 Oktober
Education. 2015

121
Mohammad Siddiq dan Hartini Salama, Sekolah Rumah Sebagai Salah Satu Bentuk Pendidikan Informal:
Legalitas dan Ragam Pendekatan Pembelajarannya

https://kumparan.com/millennial/kisah-yudhis-
jalani-homeschooling-hingga-lolos-ui-
1rR1gC6DAsE/2
https://rumahinspirasi.com/ofest-oase-festival-
festival-anak-anak-homeschooling/
https://ofest.kluboase.com/ofest-2017-vs-
ofest-2019/

122
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

J U R N A L GRAND DESIGN GENERASI EMAS 2045:


PENELITIAN TANTANGAN DAN PROSPEK PENDIDIKAN
K EBIJAK AN KEWARGANEGARAAN UNTUK KEMAJUAN
PENDIDIKAN INDONESIA
Volume 14
Nomor 2/2021 THE GRAND DESIGN OF GOLDEN GENERATION
2045: CHALLENGES AND PROSPECTS OF CIVICS
Naskah diterima:
26 Juli 2021
SUBJECT MATTER FOR THE ADVANCEMENT OF
INDONESIA
direvisi akhir:
7 September 2021
Sabit Irfani1, Dwi Riyanti2, Ricky Santoso Muharam3,
disetujui: Suharno4
7 September 2021 Universitas Negeri Yogyakarta1, MKU FKIP Universitas
Terbuka2, MKWU PPKn Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo
Yogyakarta3,, Universitas Negeri Yogyakarta4

sabit.irfani08@gmail.com
DOI : 10.24832/jpkp.v14i2.532

ABSTRACT
This study aims to analyze the challenges of citizenship issues in preparing Indonesia’s
golden generation in 2045. This research is content analysis research with a qualitative
approach. Data were collected through observation and tracing documents and archives.
The results show great challenges of Indonesian as a state in terms of maintaining the
foundational philosophical theory of Pancasila. This determines the importance of a study
of civic education as the spearhead in preparing the generation that will inherit the nation
and state of Indonesia. In 2045, Indonesia expects to have a golden generation. This of
course requires Indonesian as a state to prepare its human resources, namely the younger
generation, to face this momentum well. The golden generation of Indonesia is expected to
be a generation that is tough, thinks forward, and always upholds the values of Pancasila.
The golden generation of Indonesia in 2045 is the hope for the future of the nation. Civics as
a subject in school has a paramount role in preparing Indonesia’s golden generation in 2045.
Civics must be able to solve challenges such as intolerance, the ideology of other nations,
and globalization. The prospect of civic education is being promoted as a panacea for solving
problems that exist in Indonesia as a nation.
Key words: golden generation, civic education

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tantangan terhadap isu isu kewarganegaraan
dalam memersiapkan generasi emas Indonesia pada tahun 2045. Penelitian ini merupakan
jenis penelitian analysis content dengan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan data adalah observasi dan penelusuran dokumen serta arsip. Hasil
penelitian menunjukan tantangan besar negara Indonesia terutama dalam hal menjaga
dasar negara Pancasila. Hal ini menunjukkan pentingnya kajian tentang pendidikan
kewarganegaraan sebagai ujung tombak dalam mempersiapkan generasi yang akan
mewarisi bangsa dan negara Indonesia. Tahun 2045, Indonesia diharapkan memperoleh
generasi emas. Hal tersebut tentunya menuntut negara Indonesia untuk mempersiapkan
sumber daya manusia yaitu generasi mudanya untuk menghadapi momentum tersebut
dengan baik. Generasi emas Indonesia diharapkan menjadi generasi yang tangguh, berpikir
maju, dan selalu memegang teguh nilai nilai Pancasila. Generasi emas Indonesia tahun
2045 merupakan harapan masa depan bangsa Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan
mempunyai andil yang besar dalam mempersiapkan generasi emas Indonesia tahun 2045.
Pendidikan kewarganegaraan harus mampu memecahkan tantangan seperti intoleransi,
ideologi bangsa lain, dan globalisasi. Prospek pendidikan kewarganegaraan dipromosikan
sebagai obat yang mujarab bagi pemecahan masalah yang ada di negara Indonesia.
Kata kunci: generasi emas, pendidikan kewarganegaraan

123
Sabit Irfani, dkk, Grand Design Generasi Emas 2045: Tantangan dan Prospek Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kemajuan Indonesia

PENDAHULUAN hal tersebut merupakan contoh “local genius”

P
bangsa Inonesia. Lemahnya nasionalisme
ersatuan dalam kehidupan kenegaraan
merupakan fakta bahwa pengaruh global yang
dan kebangsaan menjadi kunci keutuhan
merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia,
suatu bangsa dan negara. Bangsa
tidak diikuti dengan fondasi bangsa, terutama
Indonesia memiliki kausa materialis (asal
nilai nasionalisme yang signifikan. Akibatnya
mula bahan) yang terdiri dari berbagai etnis,
pengaruh liberalisme-individualisme menjadi
golongan, ras, agama, serta primordial lainnya di
sangat dominan.
nusantara yang lalu secara moral menentukan
kesepakatan untuk membentuk suatu bangsa, Laporan Tahunan 2015 Komnas HAM (2016)
yaitu bangsa Indonesia (Kaelan, 2018). Bangsa menyebutkan terjadi peningkatan laporan kasus
Indonesia memiliki Pancasila yang dijadikan kebebasan dalam berkeyakinan dan beragama
sebagai ideologi yang berasal dari nilai-nilai dari 74 pengaduan pada tahun 2014 menjadi
kepribadian asli Indonesia. Pancasila memiliki 87 pengaduan. Tiap pengaduan tersebut
fungsi dan kedudukan penting dalam negara mencakup lebih dari satu tindakan. Selain itu,
Indonesia sebagai jati diri, ideologi, dasar menurut Laporan Wahid Institute tahun 2015
filsafat negara, serta sebagai asas persatuan (2016), setidaknya telah terjadi peningkatan
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar laporan kasus kebebasan dalam berkeyakinan
negara mempunyai beberapa nilai, diantaranya dan beragama pada tahun 2015 mencapai 190
adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, peristiwa mencakup 249 tindakan. Laporan
nilai kemasyarakatan, nilai nasionalisme, nilai tersebut mencatat terjadi kenaikan 23% dari
persatuan, dan nilai keadilan sosial (Huda, 2018). tahun 2014 yang berjumlah 158 peristiwa
dengan 187 tindakan pelanggaran. Pada awal
Pada masa pemerintahan tiga dasawarsa
2017, konflik yang mengatasnamakan agama
terakhir ini, pelembagaan nilai-nilai Pancasila
cenderung meningkat. Hal ini terindikasi di
hanya sebatas retorika. Bangsa Indonesia
daerah Depok, Jawa Barat. Pada tanggal 23
masih memamerkan sebagian perilaku
Februari 2017, terjadi penyegelan Masjid Al-
yang berbanding terbalik dengan apa yang
Hidayah milik Jemaat Ahmadiyah Sawangan oleh
diamanatkan Pancasila. Keadaan tersebut saat
Satpol PP Kota Depok (Fauzi, 2017).
ini masih belum mencerminkan praktek nilai-
nilai Pancasila secara langsung. Hal ini dibuktikan Segala perpecahan dan konflik yang terjadi sangat
dengan masih terdapat konflik yang berasal dari tidak mencerminkan jati diri bangsa Indonesia.
peristiwa kekerasan serta intoleransi terhadap Akhir-akhir ini, budaya dan arah perpolitikan di
kelompok minoritas ataupun kelompok yang Indonesia diwarnai dengan isu konflik, etnisitas,
memiliki pandangan yang berbeda. Konflik- dan ancaman disintegrasi wilayah Indonesia.
konflik tersebut terjadi di berbagai daerah dan Di sinilah diperlukan Pancasila sebagai falsafah
sangat meresahkan masyarakat. Konflik tersebut Bangsa Indonesia. Munculnya fenomena yang
diantaranya disebabkan oleh permasalahan dapat mengancam ideologi negara saat ini
yang sepele tetapi berimbas ke hal yang besar. seperti pemasangan atribut PKI dalam bentuk
Kenyataan ini menyebabkan Pancasila tidak logo, stiker, dan bendera yang ditemukan di
pernah duduk tenang sebagai ideologi negara salah satu kamar kost mahasiswa dianggap
yang diharapkan sebagai jalan kemaslahatan menjadi sumber keresahan dan mengancam
untuk hidup damai, tenang, dan sejahtera dalam ideologi bangsa (Gredinant, 2017).
keberagaman. Kesadaran terhadap hakikat
Dari berbagai kasus yang telah dijabarkan
Pancasila di era sekarang sangat kurang di
dalam latar belakang masalah ini, penulis
masyarakat.
menyadari adanya ketimpangan antara dass
Pudarnya nasionalisme bangsa Indonesia sollen dan dass sein dalam proses pembentukan
terutama di kalangan generasi millenial adalah kewarganegaraan yang sesuai dengan nilai-nilai
akibat dari pengaruh global yang sangat kuat, luhur budaya bangsa. Dasar negara yang bersifat
sementara upaya untuk melakukan revitalisasi final seolah-olah menjadi kambing hitam dalam
tidak memadai. Konsep dan pemikiran setiap konflik yang muncul. Artikel ini bertujuan
nasionalisme para pendiri bangsa dan negara mengkaji bagaimana tantangan pendidikan
yang tertuang dalam Pancasila merupakan kewarganegaraan dalam menghadapi berbagai
maha karya yang khas. Secara antropologis, isu kewarganegaraan yang sedang terjadi?

124
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

topik permasalahan tersebut diharapkan dapat dimensi sosial, politik, budaya, dan ekonomi
menjadi gambaran serta menganalisis strategi (Kemendikbud, 2017).
dalam menghadapi tantangan kewarganegaraan
Menghadapi bonus demografi yang bisa menjadi
sebagai tujuan dari penelitian ini.
pisau bermata dua, pendidikan ikut andil sebagai
faktor penentu. Pendidikan memang bukan
persoalan yang gampang, karena jika ditanam
a. Generasi Emas 2045
hari ini, baru akan dirasakan hasilnya 10 hingga
Pada 2045, Indonesia akan memasuki usia 20 tahun mendatang. Bangsa Indonesia harus
100 tahun kemerdekaan sebagai negara yang memiliki sinergi dalam mewujudkan generasi
berdaulat. Ini menjadi momentum yang paling emas Indonesia tahun 2045. Persoalan dan
ditunggu dalam perjalanan panjang bangsa permasalahan dapat dipecahkan secara bersama
Indonesia. Harapan besar pada tahun 2045 dengan saling berkolaborasi. Oleh karena itu,
Indonesia akan diwarnai oleh generasi usia pendidikan bermutu harus diupayakan oleh
produktif dalam jumlah besar. Hal tersebut semua pihak. Pendidik, baik guru maupun dosen
ditandai dengan usia penduduk saat ini yang merupakan kunci yang merupakan agent of
masih ada di jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah change untuk menghasilkan manusia Indonesia
Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Lanjutan yang cerdas, religius, handal, produktif dan
Tingkat Atas (SLTA). Kondisi saat ini berdasarkan komperhensif melalui pelayanan pembelajaran
jumlah angkatan kerja menurut jenjang yang prima terhadap peserta didik, sehingga
pendidikan tertinggi pada tahun 2015 mayoritas diharapkan terwujudnya generasi emas
tamatan SD 32.492.539 orang. Angkatan Indonesia pada tahun 2045 (Kemendikbud,
kerja yang berasal dari universitas berjumlah 2017).
10.210.481 orang. Jumlah terendah dari jenjang
diploma 3.337.985 orang (T.E & R., 2016).
b. Pendidikan Pancasila dan
Berdasarkan data kependudukan, pada kurun
Kewarganegaraan
waktu 2015 sampai 2045, piramida penduduk
Indonesia menunjukkan bentuk sangat ideal Pendidikan kewarganegaraan secara
dengan mayoritas penduduk berusia 25 – 45 konsep bukan hanya meliputi pendidikan
tahun atau usia produktif. Pada tahun 2017, kewarganegaraan di sekolah, namun juga
usia anak sekolah atau usia pra produktif yang yang tidak kalah penting adalah pendididikan
tersebar mulai dari jenjang SD, SMP, SMA, kewarganegaraan di masyarakat. Pendidikan
dan perguruan tinggi memiliki proporsi paling kewarganegaraan sering disebut sebagai bidang
banyak dibandingkan dengan usia produktif dan kajian yang multidisipliner dan kajian mengenai
usia pasca produktif secara mengerucut. Tahun civic education sangatlah beragam, karena
2045 diperkirakan menjadi puncak produktivitas civic education terbentuk dari berbagai disiplin
penduduk Indonesia. Dengan kata lain, mulai keilmuan. Dimensi dalam kajian pendidikan
tahun 2045, Indonesia akan memiliki bonus kewarganegaraan juga beragam, meliputi
sumber daya manusia yang sering disebut akademik, kurikuler, dan sosio kultural. Namun,
dengan istilah bonus demografi (Yuningsih, pada dasarnya civic education mengkaji interaksi
2019). dan hubungan antara warga negara dengan
negara dan warga negara dengan warga negara
Dalam rangka mempersiapkan bangkitmya
lainnya dengan membangun civic intelegent,
generasi emas pada tahun 2045, diperlukan
civic responsibility dan civic participation. Muara
sebuah pembangunan pendidikan yang
dari pendidikan kewarganegaraan merupakan
berorientasi masa depan, yaitu mewujudkan
pembentukan masyarakat madani (civil society)
warga negara Indonesia yang berkualitas,
menuju good citizenship.
mandiri, maju, modern serta meningkatkan
harkat dan martabat bangsa. Keberhasilan dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) atau
merekonstruksi pendidikan akan memberikan civic education adalah program pendidikan/
kontribusi besar bagi pencapaian tujuan pembelajaran yang secara programatik-
pembangunan nasional secara keseluruhan. prosedural berupaya memanusiakan
Dalam konteks ini, pembangunan pendidikan (humanizing) dan membudayakan (civilizing)
meliputi berbagai dimensi yang luas, yaitu serta memberdayakan (empowering) manusia

125
Sabit Irfani, dkk, Grand Design Generasi Emas 2045: Tantangan dan Prospek Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kemajuan Indonesia

dalam hal ini peserta didik, diri dan kehidupannya secara given atau indoktrinasi. Artinya, suatu
menjadi warga negara yang baik sebagaimana ajaran moral harus diterima karena sejak dahulu
tuntutan keharusan/yuridis konstitusional memang diajarkan demikian. Setelah itu, ajaran
bangsa/negara yang bersangkutan (Karsadi, tersebut dilaksanakan oleh suatu masyarakat.
2017). Pendidikan Kewarganegaraan adalah peran akal sebatas berupaya memahami alasan
program pendidikan yang berintikan demokrasi dan konsekuensinya (Rukiyati, 2017).
politik yang diperluas dengan sumber-sumber
pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh
positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, METODE PENELITIAN
dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, dengan menggunakan metode konten
analitis, bersikap dan bertindak demokratis analisis. Pendekatan penelitian menggunakan
dalam mempersiapkan hidup demokratis yang kualitatif-komparatif. Penelitian konten
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (Soemantri analisis merupakan penelitian yang berusaha
dalam Dirjen Ristekdikti, 2016:7). mengungkap makna simbolik beberapa pesan.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah Secara sederhana, analisis konten merupakan
salah satu mata pelajaran yang wajib penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkap
dimuat dalam kurikulum di semua jenjang dan menguraikan isi naskah/teks tertentu baik
pendidikan. Dasar PKn diajarkan di semua cetak (buku, dokumen, dan sejenisnya) maupun
jenjang pendidikan adalah Pasal 37 ayat (1) elektronik/digital baik audio, visual, maupun
dan (2) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem audio-visual).
Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa Pemilihan dan penggunaan teknik pengumpulan
Pendidikan Kewarganegaraan wajib dimuat data tentunya disesuaikan dengan masalah dan
dalam kurikulum pendidikan dasar, pendidikan tujuan penelitian, pendekatan yang digunakan,
menengah, dan pendidikan tinggi. PKn harus dan alasan yang bersifat praksis, seperti biaya,
memberikan perhatian kepada pengembangan waktu yang tersedia, dan kemampuan peneliti.
nilai, moral, dan sikap perilaku peserta didik. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
Sementara, arah dan tujuan dari PKn adalah data observasi (pengamatan) dan penelusuran
memfokuskan pada pembentukan warga negara dokumen atau arsip. Observasi digunakan
yang memahami dan mampu melaksanakan untuk mengamati fenomena berbagai persoalan
hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga dalam generasi muda. Penelusuran dokumen
negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan digunakan dalam mengaitkan berbagai peristiwa
berkarakter sesuai amanat Pancasila dan UUD yang terjadi dari masa ke masa yang menjadi
1945. persoalan dalam artikel ini. Dalam penelitian
Paradigma baru pendidikan kewarganegaraan kualitatif, tidak terlalu dibutuhkan random
berupaya memberdayakan warga negara sampling atau pemilihan secara acak terhadap
melalui program pendidikan agar mampu aktif para partisipan dan lokasi penelitian.
dalam sistem pemerintahan yang demokratis. Analisis data dalam penelitian kualitatif akan
Misi pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berlangsung bersamaan dengan bagian lain
adalah menciptakan kompetensi seorang dari pengembangan penelitian kualitatif, yaitu
warga negara yang baik atau good citizenship pengumpulan data dan penulisan temuan. Ketika
agar mampu berperan aktif serta bertanggung observasi sedang berlangsung misalnya, peneliti
jawab untuk kelangsungan pemerintahan dapat menganalisis penelusuran dokumen yang
yang demokratis melalui pengembangan dikumpulkan sebelumnya, menuliskan memo
pengetahuan, karakter, dan ketrampilan yang pada akhirnya dimasukkan sebagai narasi
kewarganegaraan (Ihsan, 2017). laporan akhir, dan menyusun struktur laporan
Pendidikan moral saat ini menghadapi berbagai akhir (Cresweel, 2015).
tantangan. Hal tesebut karena kemajuan Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam
zaman yang ditandai oleh keterbukaan sistem penelitian ini menggunakan cross check data
informasi dan kecanggihan teknologi. Di dalam untuk membandingkan dan mengecek kembali
lingkungan masyarakat yang religius tradisional, hasil dokumentasi. Pengujian keabsahan
moral diwariskan kepada generasi ke generasi data menggunakan validitas semantik (untuk

126
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

mengetahui ketepatan dalam mengartikan kata) menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk
dan prediktif (untuk mengetahui ketepatan untuk memeluk agamanya masing masing
memaknai data yang sudah dikelompokkan dan untuk beribadat menurut agamanya dan
secara tematik). kepercayaan itu.” Selain itu, pemerintah daerah,
khususnya di wilayah kota yang heterogenitas
sosio-kulturalnya lebih tinggi dibandingkan
HASIL DAN PEMBAHASAN kabupaten, adalah kantung masyarakat (social
a. Tantangan Pendidikan Kewarganegaran enclaves) yang dituntut untuk memainkan
peran positif sebagai representasi negara dalam
Istilah ganti menteri ganti kurikulum dalam wajahnya yang lebih spesifik dan partikular.
dunia pendidikan di Indonesia seolah menjadi
hal yang membudaya. Istilah tersebut dirasa Pancasila sebagai paradigma dan landasan
kurang tepat dalam konsep kajian pendidikan ideologi bangsa Indonesia memiliki keutamaan
kewarganegaraan selama masa orde baru yang tidak dimiliki oleh paradigma lain seperti
maupun sesudahnya. Kajian pendidikan positivisme, interpretivisme, dan kritis,
kewarganegaraan pada masa orde baru diperkuat yang dominan digunakan dalam penelitian
dalam produk politik yang dikenal dengan Garis dan pemikiran di ranah administrasi publik.
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai Paradigma Pancasila tersebut disempurnakan
produk ketetapan Majelis Permusyawaratan dengan mempertegas pandangan teistik
Rakyat (MPR). Di dalam GBHN tahun 1973, spiritualis sebagai puncak kemanusiaan
civic education dinamakan Pendidikan Moral kesadaran dan tujuan (Salampessy at al. 2018:
Pancasila (PMP). Muatan Pendidikan Moral 103). Selain itu, kekuatan Pancasila juga terletak
Pancasila diharuskan ada dalam kurikulum pada sistem filsafat berupa piramida berhirarki
semua tingkat pendidikan sejak Taman Kanak dengan prinsip pertama percaya pada satu
Kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT). Tuhan tertinggi, sebagai referensi utama dari
empat prinsip lainya dan merupakan bentuk
Pada dasarnya, kebijakan pendidikan di kesadaran tertinggi manusia terhadap Tuhan,
suatu negara termasuk Indonesia merupakan sumber kehidupan, yang kekuatannya meliputi
produk yang terlahir sebagai kompromi antara dimensi material fisik dan nonmaterial/rohani
kepentingan akademik dan kepentingan politik (Purnomo. A.S., Widayat.W., 2021).
pendidikan. Sebagaimana dikemukakan oleh
Kerry J. Kennedy, kurikulum sekolah tidaklah Sumber data dari Setara Institute menjadi
netral karena merupakan hasil interaksi patokan bagaimana peran pemuda saat ini
antara pemerintah, masyarakat, dan pendidik dipertanyakan dalam merawat kebhinekaan
profesional yang saling merebutkan pengaruh yang sudah menjadi konstruksi bangsa dan
kepentingan (Samsuri, 2013). negara Indonesia dalam mengambil semboyan
“Bhineka Tunggal Ika”. Namun, belakangan ini,
Era globalisasi dan pasar bebas dewasa ini telah pemuda justru terprovokasi dan ikut dalam
menimbulkan berbagai permasalahan dalam propaganda kontes perpolitikan di Indonesia
setiap konteks kehidupan. Hal ini terlihat pada dengan membingkai isu yang mengarah pada
tataran kehidupan elit politik dan masyarakat perpecahan.
bawah. Terjadinya korupsi, pelanggaran HAM,
krisis moralitas, tawuran antar pelajar, dan lain
sebagainya menjadi salah satu indikator dari Tabel 1. Kota dengan Indeks Toleransi
permasalahan di atas. Tidak jarang di banyak Terendah
negara, dampak negatifnya bisa berujung pada
krisis multidimensi (Brata et al, 2020). No Kota Skor
Toleransi merupakan salah satu variabel kunci 1 Tunujungan Balai 2,817
dalam membina dan mewujudkan kerukunan, 2 Banda Aceh 2,830
inklusi sosial, dan terbentuknya negara Pancasila 3 Jakarta 2,880
yang bersendikan kemerdekaan beragama. Hal 4 Cilegon 3,420
ini sejalan dengan amanat sila pertama Pancasila
dan dijamin oleh UUD Negara Republik Indonesia 5 Padang 3,450
tahun 1945, terutama Pasal 29 Ayat (2), “Negara 6 Depok 3,490

127
Sabit Irfani, dkk, Grand Design Generasi Emas 2045: Tantangan dan Prospek Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kemajuan Indonesia

No Kota Skor menguasi sistem perekonomian dengan


kemampuan modal yang ia miliki (Fadilah,
7 Bogor 3,533 2019).
8 Makasar 3,637
9 Medan 3,710
Mentalitas bangsa dan negara sedang diuji
10 Sabang 3,757
eksistensinya yang menyebabkan warga negara
Sumber: Laporan Setara Institute 2018
tidak percaya akan kekuatan dari ideologi
bangsanya sendiri. Kita harus mengembangkan
Setara Institute pada 2016 melakukan survei kecerdasan bangsa dengan pola-pola mentalitas
terhadap 171 SMA Negeri se-DKI Jakarta yang diiringi dengan kesadaran yang kuat
dengan mengambil sampling 684 responden. untuk mencintai, mempercayai, serta setia
Data Setara Institute menunjukkan 11,3% atau akan bangsa dan negara sendiri. Perlu adanya
sekitar 77 responden setuju mengganti sistem dinamika internal yaitu perubahan cara berpikir
pemerintahan menjadi khilafah, dan 5,1% atau masyarakat dan bangsa.
sekitar 35 Responden setuju untuk mengganti Pembangunan bidang sosial bertolak dari
Pancasila. Hal ini tentu menjadi tantangan rasa kemanusiaan yang mendalam dengan
bangsa Indonesia dalam menjaga Pancasila. menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli,
Hasil studi aktivis gerakan mahasiwa tahun 2016 saling memahami, saling menghargai, saling
yang dimuat dalam Kompas halaman 2, pada 4 mencintai, dan saling tolong menolong di antara
Maret 2008 terhadap 11 perguruan tinggi negeri sesama manusia dan warga bangsa. Sejalan
seperti UI, UGM, ITB, IPB, UNAIR, UNBRAW, dengan itu, perlu ditumbuhkembangkan kembali
UNPAD, UNHAS, UNAND, UNSRI, dan UNSYIAH, rasa malu, yakni malu berbuat kesalahan dan
4,5% sepakat Pancasila sebagai pandangan semua yang bertentangan dengan moral agama
hidup bangsa, 80% menyetujui syariah sebagai dan nilai nilai luhur budaya bangsa. Untuk
pandangan hidup bangsa dan negara, dan 15,5% itu, perlu juga ditumbuhkembangkan kembali
menyetujui sosialisme sebagai pandangan hidup budaya keteladanan yang harus diwujudkan
bangsa dan negara. dalam perilaku para pemimpin baik formal
Tantangan lain yang dihadapi bangsa Indonesia maupun informal pada setiap lapisan masyarakat
ialah tantangan ideologi dunia yang semakin (Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
mengakar dalam kehidupan berbangsa dan Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2001
bernegara. Untuk mengenal ideologi Pancasila, Tentang Etika Kehidupan Berbangsa).
kita harus mengenal ideologi di dunia yaitu Tantangan terhadap ideologi Pancasila tentu
sebagai berikut: mengalami dinamika baik dari dalam negeri
1 Marxisme-Leninisme, paham/pandangan maupun dari ideologi besar yang ada di dunia
yang meletakkan ideologi dalam perspektif sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Sekarang,
evolusi sejarah yang mendasarkan pada tugas masyarakat dan terlebih khusus tenaga
dua prinsip; pertama, penentu akhir dari pendidik dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai
perubahan sosial adalah perubahan dari cara perguruan tinggi adalah mampu memateraikan
produksi; kedua, proses perubahan sosial Pancasila dalam akal dan sanubari peserta
bersifat dialektis. didiknya. Permasalahan yang ditemukan,
sekolah hanya menjadikan Pancasila sebagai
2 Sosialisme, paham/pandangan ideologi hafalan tanpa memberikan gambaran makna
dalam perspektif kepentingan masyarakat, dan bagaimana Pancasila diterapkan dalam
artinya negara wajib menyejahterakan kehidupan sehari hari.
masyarakat atau dikenal dengan konsep
welfare state. Peserta didik hanya melihat pendidikan
Pancasila dan Kewarganageraan sebagai suatu
3 Liberalisme, ideologi dalam perspektif mata pelajaran/mata kuliah yang hanya bersifat
kebebasan individual, artinya lebih kompetisi mencari nilai. Padahal sebenarnya
menekankan pada hak individu. Pancasila mempunyai makna yang lebih penting
4 Kapitalisme, pandangan yang memberikan dari sekedar nilai, yakni makna pemersatu dan
kebebasan kepada setiap individu untuk kandungan cita-cita negara.

128
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Dengan memahami prinsip kedua, diharapkan
Republik Indonesia tahun 1945 merupakan dapat memberikan pelayanan publik secara
sistem legitimasi. Kekuatan dan legitimasi ini manusiawi. Secara singkat dapat ditegaskan
tergantung pada dua hal, yaitu performance bahwa harkat dan martabat pengguna
capacity dan pemerintah, serta pemahaman jasa publik harus dipertahankan dengan
pada perasaan rakyat terhadap sistem legitimasi memelihara dialog yang produktif. Penyedia
tersebut; Pertama, menyangkut kemampuan jasa publik yang baik merupakan mediator
mewujudkan prinsip prinsip dalam Pancasila yang menjembatani berbagai kepentingan
dan Undang Undang Dasar Negara Republik dalam masyarakat untuk mencapai tujuan
Indonesia tahun 1945; Kedua, menyangkut bersama (De Blasio, E., & Selva, 2016).
proses sosialisasi dari Pancasila dan Undang
3. Persatuan Indonesia
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945. Proses internalisasi nilai nilai Pancasila Prinsip ketiga mencerminkan integritas
tersebut dijabarkan sebagai berikut: tertinggi manusia berupa kesatuan ide,
gerak, dan tujuan masyarakat Indonesia
1. Ketuhanan yang Maha Esa
dalam keragaman sosial, budaya, dan
Prinsip pertama ini menegaskan karakteristik wilayah berdasarkan keyakinan atau akal
Indonesia sebagai negara religius. Hal atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
ini diperkuat dengan fakta sejarah yang Kutipan dari “Bhinneka Tunggal Ika, Tan
menyatakan bahwa bangsa Indonesia sejak Hana Darma Mangwra” menegaskan bahwa
lama dan secara turun-temurun mempercayai kebenaran mutlak (Tuhan) menyatukan
adanya Tuhan (Samsuri, 2013). Keberadaan semua perbedaan di Indonesia. Kesadaran
semua makhluk di dunia ini adalah karena itu terbukti mampu menopang keutuhan
keberadaan Tuhan, yang disebut causa bangsa Indonesia sampai sekarang. Oleh
prima. Dengan landasan berpikir ini, kita karena itu, agar kesadaran ketuhanan dan
akan menjelajah dari yang realitas terendah semangat solidaritas para founding fathers
materialisme hingga realitas tertinggi tetap terjaga, prinsip ketiga ini harus
kesadaran Ilahi. Kesadaran realitas tertinggi dipertahankan dan dihidupkan kembali dalam
ditransmisikan oleh para founding fathers ruang lingkup kehidupan kita sesuai dengan
Indonesia ke depan generasi dalam bentuk tugas dan tanggung jawabnya masing-masing
Pancasila sebagai ideologi. (Purnomo. A.S., Widayat.W., 2021).
Tentu saja, sudut pandang ini akan 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
berhadapan langsung dengan paradigma kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
positivisme yang hanya mementingkan perwakilan
realitas fisik. Meskipun dominan, paradigma
Prinsip keempat ini lah yang menjadi dasar
positivis ternyata memiliki beberapa
demokrasi Pancasila yang dilandasi oleh nilai-
keterbatasan kontekstualitas. Selain realitas
nilai kearifan yang bersumber dari kesadaran
fisik, ada realitas non-fisik yang sering
Ilahi, asas kekeluargaan, dan pertimbangan.
diabaikan dalam studi multi disiplin. Padahal,
Kesadaran akan esensi dari prinsip keempat
Indonesia telah dianugerahi aset religiusitas
akan memperkuat hubungan antara
dan spiritualitas yang tidak ternilai harganya
masyarakat Indonesia pada umumnya dan
dengan dasar Pancasila sebagai ideologinya
individu-individu di dalamnya secara khusus
(Purnomo. A.S., Widayat.W., 2021).
di bawah naungan kesadaran Ilahi. Prinsip ini
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab mengingatkan kita pada konsep masyarakat
madani yang di atasnya Negara Kesatuan
Adanya paradigma positivisme yang telah
Republik Indonesia dibentuk, yang menuntut
menetap dan tersebar baik di pemerintah dan
seluruh rakyatnya menaati hukum tanpa
organisasi sektor swasta telah menghasilkan
membedakan suku, ras, agama, dan golongan
individu-individu yang kurang sensitif
(Purnomo. A.S., Widayat.W., 2021). Oleh
terhadap kemanusiaan. Mereka tidak peduli
karena itu, jelas bahwa setiap warga negara
bagaimana mereka harus memanusiakan
mempunyai hak dan kewajiban yang sama
manusia agar martabat mereka tetap terjaga
sesuai dengan hukum negara. Demikian pula
(Denhardt, J.V., and Denhardt, 2015).
dalam proses pembentukan peraturan dan

129
Sabit Irfani, dkk, Grand Design Generasi Emas 2045: Tantangan dan Prospek Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kemajuan Indonesia

pengambilan keputusan harus melalui proses menjadikan kekuatan untuk membangun negara
musyawarah untuk mencapai mufakat di besar, jaya, maju dan bermartabat.
setiap tingkat pemerintahan (nasional,
Dalam rangka mewujudkan cita cita bangkitnya
daerah, atau lingkup yang lebih kecil). Dengan
generasi emas Indonesia tahun 2045, arah
kepengurusan ini, setiap produk keputusan
kebijakan pendidikan menjadi prioritas pada
dan peraturan yang dikeluarkan oleh negara
jenjang pendidikan usia dini yang digencarkan
akan menghasilkan hasil yang lebih baik
sampai ke desa-desa, serta pendidikan dasar
karena melibatkan semua elemen dengan
dan menengah yang merata dan berkualitas.
penuh keikhlasan.
Intervensi diperlukan untuk peningkatan angka
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia partisipasi kasar (APK) untuk Sekolah Menengah
Atas (SMA) sederajat dengan target sebesar 97%
Prinsip kelima ini dapat diwujudkan dengan
tahun 2020. Hal ini karena diperkirakan jika tanpa
menyeimbangkan materi dan kebutuhan
intervensi, APK 97% baru akan tercapai pada
spiritual. Perspektif ini membutuhkan
tahun 2040. Peningkatan APK pada perguruan
konsistensi dari setiap individu dan
tinggi dilakukan dengan meningkatkan akses,
masyarakat untuk mengaktualisasikan nilai-
ketersediaan dan keterjangkauan.
nilai ketuhanan dan kemanusiaan secara
bersamaan dalam kehidupan. Keadilan Untuk mencapai tujuan pendidikan pada era
yang dimaksud di sini didasarkan pada asas generasi emas Indonesia 2045, ditetapkan
pertama bersifat deduktif, yang mengacu sasaran pendidikan dalam tiga tahap sebagai
pada keadilan tertinggi datang dari wahyu, berikut:
jadi yang perlu kita lakukan adalah memahami
1. Tahap pertama diagendakan selama 2016–
dan menerapkannya dalam kehidupan kita.
2025, dengan pembangunan pendidikan
Konsep ini berbeda dengan versi filosofis
yang difokuskan pada peningkatan kapasitas
seperti Aristoteles dan John Rawls yang
satuan pendidikan. Satuan pendidikan
bersifat induktif (rasional) dengan membagi
sebagai penyelenggara pendidikan perlu
keadilan menjadi tiga (hukum, komutatif, dan
terus memperluas layanan dan meningkatkan
distributif). Oleh karena itu, semangat untuk
modernisasi penyelenggaraan proses
mengimplementasikan kedua konsep di atas
pembelajaran, serta mendorong penguatan
juga berbeda. Keadilan rasional biasanya
layanan sehingga pendidikan dapat dirasakan
hanya menjadi pedoman dalam kehidupan
oleh seluruh lapisan masyarakat.
interaksi sosial (Purnomo. A.S., Widayat.W.,
2021). 2. Tahapan kedua diagendakan pada
2026–2035, dengan fokus pembangunan
pendidikan yang direncanakan sebagai
b. Prospek Pendidikan Kewarganegaraan tahap mewujudkan manusia Indonesia yang
maju, mandiri, adil, dan makmur melalui
Generasi emas Indonesia tahun 2045 dihadapkan
percepatan pembangunan di segala bidang,
dengan tantangan yang begitu kompleks.
dengan struktur perekonomian yang kokoh
Globalisasi dengan didukung kemajuan teknologi
berlandaskan keunggulan kompetitif.
informasi dan komunikasi yang begitu pesat
Untuk mencapai tujuan pendidikan pada
membuat kehidupan semakin lebih kompleks
tahap kedua, pemerintah memprioritaskan
sehingga sulit untuk dipahami dan diprediksi.
penguatan pendidikan karakter.
Mindset atau pola pikir negarawan bangsa ini
semakin jauh dari cerdas karena terjebak pada 3. Tahap ketiga diagendakan pada 2036–
pola berpikir praktis. Mayoritas generasi milenial 2045, dengan pembangunan pendidikan
fokus pada kehidupan kuantitatif materialistik yang diarahkan pada meningkatnya taraf
dan melupakan kehidupan kualitatif spiritual. pendidikan rakyat Indonesia sehingga
Generasi milenial, generasi yang menerapkan mampu menciptakan sumber daya manusia
pola berpikir kuantitatif materialistik berdaya saing internasional.
menjadikan pengumpulan harta sebagai kriteria
Tantangan yang harus dihadapi saat ini merupakan
keberhasilan. Karakteristik generasi emas
krisis sumber daya manusia, terutama krisis
Indonesia tahun 2045 seharusnya diarahkan
moral dan karakter. Krisis karakter disebabkan
pada orientasi hidup kualitatif sipiritual yang
pendidikan lebih berorientasi pada hal-hal yang

130
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

pragmatis yang berorientasi hasil dibanding mayoritas, mengizinkan setiap orang termasuk
yang lebih mendasar yaitu proses pemanusiaan mereka yang minoritas ikut serta secara bebas
manusia dan pembudayaan. Salah satu contoh dan adil berpartisipasi dalam kehidupan politik
pendidikan karakter di sekolah yang berorientasi untuk mempengaruhi pemerintah negara
pada praktis pragmatis terlihat dari sekolah atau mereka dan pengambilan keputusan dalam
kampus yang penuh dengan hiruk pikuk dan kebijakan publik.
ramai seperti pasar karena berbagai produk
Mengajarkan prinsip-prinsip politik umum
dijual atau dipamerkan di sana (Darmaningtyas,
tertentu, seperti prinsip keadilan, toleransi,
2015).
dan kesopanan, dalam civic education atau
Sosialisasi Pancasila menuju generasi emas pendidikan kewarganegaraan juga memberikan
2045 sebagai pembentuk karakter bagi generasi landasan bagi persatuan nasional. Persatuan
lebih relevan dilakukan mulai dari unit terkecil sosial tidak hanya membutuhkan prinsip
keluarga di rumah. Selanjutnya, di sekolah bersama, tetapi juga rasa keanggotaan bersama.
setiap mata pelajaran haruslah melandaskan Warga negara harus memiliki rasa pada
diri pada nilai-nilai Pancasila, dan di masyarakat komunitas yang sama, dan keinginan untuk terus
melalui penataran secara kategorial. Ki Hadjar hidup bersama. Persatuan sosial secara singkat
Dewantara telah menyebut trilogi pendidikan mengharuskan warga negara mengidentifikasi
yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai sesama warga negara sebagai salah satu dari
motor pembentuk karakter dan mentalitas kami. Rasa identitas bersama ini membantu
generasi emas. (Abi, 2017). mempertahankan hubungan kepercayaan dan
solidaritas yang dibutuhkan oleh warga negara
Berdasarkan gambaran kondisi yang telah
untuk menerima hasil keputusan kebijakan
dijelaskan, prospek Pendidikan Pancasila dan
nasional.
Kewarganegaraan (PPKn) tentu sebagai garis
depan ujung tombak dalam pembentukan
karakter generasi emas Indonesia tahun 2045.
SIMPULAN
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
dipromosikan sebagai obat yang mujarab Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan,
untuk memecahkan permasalahan dalam suatu penulis menarik benang merah dalam sebuah
negara. Pendidikan Kewarganegaraan bukan kesimpulan yaitu: Pertama, tantangan pendidikan
hanya diajarkan di sekolah, namun juga perlu kewarganegaraan dalam menciptakan generasi
dipahami untuk dikuatkan di masyarakat. Adanya emas Indonesia tahun 2045 harus dipersiapkan
konsep status kewarganegaraan sepanjang secara matang dengan desain yang sudah
hayat menunjukkan perlunya pembinaan warga direncanakan. Hal ini penting karena beragamnya
negara melalui sebuah sistem pendidikan. tantangan sebagai permasalahan bangsa
sebagaimana telah dijelaskan, yaitu antara lain
Pendidikan kewarganegaraan mempunyai cita
intoleransi, ketidakpercayaan terhadap ideologi
cita dan tujuan yang utuh dalam mengembangkan
Pancasila, dan pengaruh globalisasi. Semua
kompetensi kewarganegaraan yang bermuara
tantangan tersebut menjadi tugas pendidikan
pada kemampuan pengambilan keputusan
kewarganegaraan dalam menjaga kesatuan dan
yang terintegrasi dengan baik. Keseluruhan
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
kemampuan itu diperlukan oleh seorang
Pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan
individu agar dapat berperan sebagai warga
penting dalam menciptakan generasi emas
negara yang partisipatif dan bertanggung jawab.
Indonesia yang terangkum dalam berbagai
Oleh sebab itu, pendidikan kewarganegaraan
dimensi, mulai dari dimensi keyakinan (ontologis),
atau civic education mempunyai misi
dimensi pengetahuan (epistimologis), dan
mendidik seorang peserta didik untuk hidup
dimensi tindakan (aksiologis).
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar
memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk Kedua, prospek Pendidikan Kewarganegaraan
berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik. sebagai salah satu kajian akademis yang
Berpartisipasi aktif di sini antara lain melalui mempunyai berbagai dimensi. Pendidikan
kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan kewarganegaraan mempunyai cita-cita dan
publik serta aspek lainya. Seorang warga negara tujuan yang utuh dalam mengembangkan
harus mengerti bagaimana menjaga dari tirani kompetensi kewarganegaraan yang bermuara

131
Sabit Irfani, dkk, Grand Design Generasi Emas 2045: Tantangan dan Prospek Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kemajuan Indonesia

pada kemampuan pengambilan keputusan Brata D.N.P., Mahatmaharti A.K., Istianingrum


yang terintegrasi dengan baik. Keseluruhan Rika., Hasanudin Cahyo., H. S. (2020).
kemampuan itu diperlukan oleh seorang Developing Pancasila And Civic Education
individu agar dapat berperan sebagai warga (PPKN) Based On Local Wisdom. Humanities
negara yang partisipatif dan bertanggung and Social Sciences Reviews, 8(1), 768–773.
jawab. Warga negara harus memiliki rasa pada
Cresweel, john w. (2015). Penelitian Kualitatif
komunitas yang sama, dan keinginan untuk terus
Dan Desain Riset. International Journal of
hidup bersama. Persatuan sosial secara singkat
Physiology.
mengharuskan warga negara mengidentifikasi
sesama warga negara sebagai salah satu dari Darmaningtyas. (2015). Pendidikan yang
kami. Rasa identitas bersama ini membantu Memiskinkan (Instrans P).
mempertahankan hubungan kepercayaan dan De Blasio, E., & Selva, D. (2016). Why choose
solidaritas yang dibutuhkan oleh warga negara open government? Motivations for the
untuk menerima hasil keputusan kebijakan adoption of open government policies in
nasional. four European countries. Policy & Internet,
8(3), 225–247.
SARAN DAN REKOMENDASI Denhardt, J.V., and Denhardt, R. (2015). The new
public sevice revisted. Public Administration
Terjadinya persatuan bangsa tidaklah mendadak,
Review, 75(5), 664–672. https://www.jstor.
tetapi memiliki latar belakang pemersatu
org/stable/24757439
persamaan sejarah, khususnya penyatuan
nilai-nilai mistik melalui sejarah, bahasa, seni, Fadilah, N. (2019). Tantangan dan Penguatan
agama, dan pengetahuan. Dari sini muncul rasa Ideologi Pancasila dalam Menghadapi Era
kebangsaan dengan kesadaran penuh keinginan, Revolusi Industri 4.0. Journal of Digital
kemauan, dan tenaga yang bertujuan untuk Education, Communication, and Arts, 2(2),
kemuliaan bangsa dengan berbagai kesatuan dan 66–78.
persatuan, yakni mendorong kepedulian diri atau Fauzi, A. (2017). Agama, Pancasila dan konflik
mendorong kemandirian bangsa. Pendidikan Sosial di Indonesia. Lentera Hukum,
mempunyai tugas pokok menanamkan nilai 4(2), Lentera Huk. https://jurnal.unej.
penghidupan dan kehidupan bangsa, secara ac.id/index.php/eJLH/article/view/5295.
alamiah atau cara-cara kemanusiaan D o i:h t t p s: //d o i . o r g /10 .1 91 8 4 /e j l h .
Beberapa rekomendasi yang dapat v4i2.5295
dipertimbangkan dalam mengembangkan Gredinant, D. (2017). Apllication Of State Defense
Pendidikan kewarganegaraan antara lain sebagai Education In Colleges. Prodi Strategi
berikut: Pertahanan Darat, 3(1), 1–17.
1. Pendidikan nasional harus menjadi pengajaran Huda, M. C. (2018). Meneguhkan Pancasila
yang selaras dengan penghidupan bangsa Sebagai Ideologi Bernegara:Implementasi
dan kehidupan bangsa, sehingga memandang Nilai Nilai Keseimbangan dalam Upaya
nilai pendidikan mampu menumbuhkan jiwa Pembangunan Hukum di Indonesia.
cinta bangsa dan negara; Resolusi Jurnal Sosial Politik, 1(1), 2018.
2. Era keterbukaan dan globalisasi menuntut https://doi.org/https://ojs.unisiq.ac.id/
bangsa Indonesia untuk mempersiapkan index.php/resolusi/issue/view/11
generasi mudanya dengan kepribadian yang Ihsan. (2017). Kecenderungan global dalam
mengakar di atas budaya mereka. proses pembelajaran pendidikan Pancasila
dan kewarganegaraan di sekolah. Jurnal
Pancasila Dan Kewarganegaraan, 2(2).
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan. (2018). Negara Kebangsaan Pancasila
Abi, A. R. (2017). Paradigma membangun
(Kultur, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
generasi emas indonesia tahun 2045.
Aktualisasinya).
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan, 2(2). Karsadi, D. (2017). Menciptakan Generasi yang

132
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Berwawasan Global Berkarakter Lokal


Melalui Harmonisasi Nilai Kosmopolitan
dan Nasionalisme dalam Pembelajaran
PKn. Pancasila Dan Kewarganegaraan, 1(2).
Kemendikbud. (2017). Peta Jalan Generasi
Emas Indonesia 2045. In Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Kementerian Pendidian dan
Kebudayaan Republik Indonesia. https://
paska.kemdikbud.go.id/wp - content/
uploads/2018/08/170822-V.2-Generasi-
Emas-2045-.pdf
Purnomo. A.S., Widayat.W., P. W. . (2021).
Pancasila’s Perspective on Dichotomous
View between Inspection and Public
Service in Immigration Border Control.
International Journal of Religious and
Cultural Studies, 3(2). https://doi.org/doi.
org/10.34199/ijracs.2021.09.06
Rukiyati. (2017). Pendidikan moral di sekolah.
Humanika, XVII(1).
Samsuri. (2013). paradigma pendidikan
kewarganegaraan dalam kurikulum 2013.
T.E, P., & R., S. H. R. H. M. dan M. (2016).
Puspawarna Pendidikan Tinggi Indonesia.
Kementerian Ristekdikti RI.
Yuningsih, Y. (2019). Pendidikan Kecakapan Abad
Ke-21 Untuk Mewujudkan Indonesia Emas
Tahun 2045. Jurnal Pedagogik Pendidikan
Dasar, 9(1), 135–152.

133
Sabit Irfani, dkk, Grand Design Generasi Emas 2045: Tantangan dan Prospek Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kemajuan Indonesia

134
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

J U R N A L SISTEM PENJAMINAN MUTU PEMBELAJARAN


PENELITIAN JARAK JAUH DI PERGURUAN TINGGI DI MASA
K EBIJAK AN PANDEMI COVID-19
PENDIDIKAN
QUALITY ASSURANCE SYSTEM OF DISTANCE
Volume 14 LEARNING IN UNIVERSITIES DURING THE
Nomor 2/2021
COVID-19 PANDEMIC
Naskah diterima:
26 Juli 2021
1
Subijanto, 2Budi Kadaryanto, 3Nur Berlian Venus Ali, 4Agus
Amin Sulistiono, 5Ferdi Widiputera, dan 6Ika Asri Dwi Martini
direvisi akhir: 1,3,4,5
Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan, Kementerian
31 Desember 2021 Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
disetujui:
2
Universitas Lampung
31 Desember 2021
subijanto2012@gmail.com

DOI : 10.24832/jpkp.v14i2.512

ABSTRACT
Disruption in higher education due to the impact of Covid-19 pandemic has forced
universities to adapt to distance learning by utilizing information and communication
technology. At the same time, the quality of learning must be maintained and prioritized.
The problem discussed in this study is that there is no standard for quality assurance of
distance learning in the wake of Covid-19 pandemic for higher education. This study aims
to (1) analyze policies related to distance learning quality assurance and (2) analyze the
efforts made by universities in implementing quality assurance. This study is desk research
where the analysis is carried out in two stages. The first stage is to review policies related to
distance learning quality assurance, and the second stage is to analyze the implementation
of quality assurance in three state universities and five private universities. The results show
that (a) the implementation of the Internal Quality Assurance System varies, and (b) there is
no standard that can be used as a reference to ensure the quality of distance learning. This
study concludes that the strengthening of internal quality assurance system through the
cycle of determination, implementation, evaluation, control, and improvement can be used
as an alternative to quality assurance for distance learning in higher education.
Keywords: distance learning, quality assurance, online learning, determination,
implementation, evaluation, control, and improvement

ABSTRAK
Disrupsi pendidikan di perguruan tinggi akibat terdampak pandemi COVID-19 membuat
antar perguruan tinggi harus melakukan pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan
teknologi, informasi dan komunikasi. Di saat yang sama, mutu pembelajaran harus tetap
terjaga dan mengedepankan kualitas. Permasalahan yang melatarbelakangi kajian ini
yaitu belum adanya standar baku penjaminan mutu pembelajaran jarak jauh di perguruan
tinggi akibat terdampak COVID-19 Kajian ini bertujuan untuk (1) menganalisis kebijakan
dan literatur yang sudah ada terkait dengan penjaminan mutu pembelajaran jarak jauh
dan (2) menganalisis upaya yang dilakukan perguruan tinggi dalam mengimplementasikan
penjaminan mutu. Metode kajian dilakukan dengan desk research di mana Analisis
dilakukan melalui 2 (dua) tahap. Tahap pertama yaitu dengan melakukan review terhadap
kebijakan dan literatur terkait penjaminan mutu pembelajaran jarak jauh, dan tahap kedua
dengan menganalisis implementasi penjaminan mutu di tiga perguruan tinggi negeri dan
lima perguruan tinggi swasta. Hasil kajian menunjukkan adanya variasi implementasi
Sistem Penjaminan Mutu Internal dan belum ada standar baku yang dapat dijadikan acuan
untuk menjamin mutu pembelajaran jarak jauh. Simpulan studi yakni Penguatan Sistem

135
Subijanto, dkk.,Sistem Penjaminan Mutu Pembelajaran Jarak Jauh di Perguruan Tinggi di Masa Pandemi COVID-19

Penjaminan Mutu Internal melalui beberapa upaya agar pembelajaran selama


siklus Penetapan, Pelaksanaan, pandemi COVID-19 dapat tetap berlangsung
Evaluasi, Pengendalian, dan
Peningkatan dapat dijadikan sebagai sesuai target yang ditetapkan. Di samping itu,
alternatif untuk menjamin mutu Kemendikbud juga telah melakukan upaya
pembelajaran jarak jauh di perguruan (a) mitigasi pandemi dengan memerintahkan
tinggi. Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan
Kata Kunci: Pembelajaran Jarak Jauh, (RSP) di bawah Kemendikbud untuk memfasilitasi
Penjaminan Mutu, Pembelajaran dan berkontribusi dalam penanganan COVID-19;
Daring,
(b) pemberian fleksibilitas dan otoritas yang
Penetapan Pelaksanaan, Evaluasi, luas kepada pimpinan perguruan tinggi untuk
Pengendalian, dan Peningkatan
mengambil kebijakan dalam pembelajaran, (c)
negosiasi dengan penyedia layanan internet guna
1,2
kontributor utama, 3,4,kontributor anggota meringankan beban biaya pembelajaran daring,
perluasan akses dan platform pembelajaran
daring, memperluas insentif pengembangan
PENDAHULUAN pembelajaran daring, (Belawati dan Nizam

P
(Eds.), 2020).
andemi Coronavirus Disease (COVID-19)
mendadak menggeser paradigma berbagai Kemendikbud juga telah menyempurnakan sistem
aspek kehidupan begitu cepat di hampir PJJ di perguruan tinggi melalui Permendikbud
seluruh belahan dunia. Pergeseran akibat Nomor 24 Tahun 2012 dan Nomor 109 Tahun 2013
wabah tersebut tidak hanya terjadi pada aspek tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh
kehidupan sosial, politik, ekonomi, maupun Pada Pendidikan Tinggi. Permendikbud tersebut
kesehatan saja, namun juga terjadi pada dunia dijadikan acuan Direktorat Jenderal Pendidikan
pendidikan. Perubahan dalam dunia pendidikan Tinggi Kemendikbud mengembangkan Sistem
telah direspon oleh berbagai negara terdampak. Pembelajaran Daring (SPADA), yang merupakan
Sejak 1 April 2020, UNESCO mencatat setidaknya platform penyedia materi pembelajaran terbuka
1,5 milyar warga negara usia sekolah terdampak (Open Educational Resourses atau OER) yang
COVID 19 tersebar di 188 negara termasuk 60 menjadi cikal bakal perkuliahan daring terbuka
jutaan diantaranya ada di negara kita, Indonesia model Massive Open Online Courses (MOOCs).
(Ainun, 2020, Liston, 2020 ). Berkaitan dengan
Dengan demikian, Kemendikbud telah
kondisi tersebut, Pemerintah berkewajiban
mendorong pemanfaatan teknologi dalam
untuk melakukan pemenuhan hak peserta didik
dunia pendidikan melalui sistem pembelajaran
untuk mendapatkan layanan pendidikan yang
jarak jauh. Fakta menunjukkan bahwa selama
layak selama darurat COVID-19.
pandemi COVID-19. 98%. perguruan tinggi di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menerapkan pembelajaran daring.
(Kemendikbud) menerbitkan Surat Edaran Akibat pandemi COVID-19, perguruan tinggi
Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan telah beradaptasi dan merespon secara pro
Pendidikan dalam Masa Darurat COVID-19. aktif menyesuaikan diri terhadap dampak
Segala proses belajar mengajar (PBM) harus wabah COVID-19. Dalam waktu yang singkat,
tetap berlangsung dengan tetap memperhatikan pembelajaran berbasis teknologi, informasi
aspek kesehatan dan keselamatan peserta didik dan komunikasi (TIK) melalui jaringan internet
serta pendidik di masa pandemi. Implikasinya, spontan diimplementasikan.
PBM hanya mungkin dilakukan dengan sistem
Permasalahan utama terkait dengan sistem
pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan
penjaminan mutu adalah masih tingginya
media pembelajaran daring (dalam jaringan)
disparitas mutu penyelenggaraan PJJ di
berbasis teknologi informasi dan komunikasi
perguruan tinggi. Hal ini cenderung lebih
melalui jaringan internet.
dikarenakan (a) tingkat kesiapan infrastruktur
Di samping itu, Kemendikbud juga melakukan masing-masing perguruan tinggi yang berbeda-

136
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

beda. (b) persentase dan jumlah perguruan penyedia layanan internet guna meringankan
tinggi negeri yang melaksanakan pembelajaran beban biaya pembelajaran daring, memperluas
jarak jauh (PJJ) masih rendah dibanding dengan akses dan platform pembelajaran daring,
persentase dan jumlah perguruan tinggi swasta; memperluas insentif pengembangan
(c) Belum setiap perguruan tinggi konsisten pembelajaran daring, dan lain sebagainya
melaksanakan penjaminan mutu PJJ walaupun (Belawati & Nizam (Eds.), 2020).
tingkat disparitas kesiapan infrastruktur
Secara historis, pembelajaran jarak jauh di PT
berbeda-beda.
telah diinisiasi oleh Universitas Terbuka (UT)
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk (a) sejak tahun 1984. UT diberikan otoritas untuk
mengkaji sistem penjaminan mutu pembelajaran melakukan pemerataan layanan pendidikan
jarak jauh di perguruan tinggi dan (2) upaya kepada seluruh pelosok nusantara yang tidak
perguruan tinggi dalam menerapkan sistem terjangkau oleh perguruan tinggi reguler yang
penjaminan mutu internal (SPMI) selama ada di Indonesia sehingga dapat meningkatkan
pandemi COVID-19. SDM lulusan perguruan tinggi. Selanjutnya,
pada tahun 2001, Pemerintah mengeluarkan
Strategi yang dilakukan dalam menjamin
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
mutu pembelajaran jarak jauh di perguruan
No.107/U/2001 tentang Penyelenggaraan
tinggi merupakan kunci dalam setiap upaya
Pendidikan Tinggi Jarak Jauh untuk memperluas
menjaga mutu, ketercapaian kompetensi,
akses pemanfaatan sistem Pendidikan Jarak
relevansi, serta efisiensi dalam penyelenggaraan
Jauh pada jenjang PT. Penyelenggaraan
pembelajarannya (Maulana & Hamidi, 2020).
pendidikan jarak jauh di UT dapat dijadikan
Penelitian tentang pembelajaran jarak jauh telah
model pembelajaran jarak jauh sehingga kuliah
banyak dilakukan (Indrawati, 2020; Saleh, 2020;
tidak harus selalu dilakukan secara tatap muka
Sankar et al., 2020; Sari, 2020; Windhiyana,
(luring).
2020). Namun, penelitian yang membahas
tentang upaya penjaminan mutu pembelajaran Satu dasawarsa kemudian Pemerintah
jarak jauh di perguran tinggi di masa pandemi menyempurnakan sistem pembelajaran jarak
COVID-19 di Indonesia masih terbatas. jauh di perguruan tinggi melalui Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
SPMI pembelajaran jarak jauh di perguruan
(Permendikbud) Republik Indonesia Nomor 24
tinggi (PT) dalam kajian ini dilakukan 2 (dua)
Tahun 2012 dan Nomor 109 Tahun 2013 tentang
langkah, di mana langkah pertama melakukan
Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh pada
kajian literatur kebijakan dan pelaksanaan SPMI
Pendidikan Tinggi (Belawati & Nizam (Eds.),
pembelajaran daring di berbagai perguruan
2020). Kebijakan tersebut mendasari Direktorat
tinggi di Indonesia. Adapun langkah kedua
Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud
menganalisis beberapa kasus implementasi
mengembangkan Sistem Pembelajaran Daring
SPMI pembelajaran daring di PT. Hal ini dilakukan
(SPADA), yang merupakan platform penyedia
dengan menyelenggarakan Diskusi Kelompok
materi pembelajaran terbuka (Open Educational
Terarah (DKT) dengan unsur Pemerintah yang
Resourses atau OER) serta menjadi cikal bakal
diwakili oleh Direktorat Pembelajaran dan
perkuliahan daring terbuka model Massive Open
Kemahasiswaan (Belmawa) bersama dengan
Online Courses (MOOCs) di Indonesia.
perwakilan dari Tim Task Force Penjaminan
Mutu di PT. Indikator proses Penjaminan Mutu Sampai saat ini, SPADA melibatkan tidak
yang akan digunakan yaitu dengan siklus Standar kurang dari 54 perguruan tinggi penyelenggara
PPEPP yang meliputi Penetapan, Pelaksanaan, dan 201 perguruan tinggi mitra (Tabel 1). Hal
Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan. ini menunjukkan bahwa Pemerintah telah
mendorong pemanfaatan teknologi dalam
Kemendikbud telah memberikan fleksibilitas
dunia pendidikan melalui sistem pembelajaran
dan otoritas yang luas kepada pimpinan PT
jarak jauh. Namun demikian, sampai dengan
untuk mengambil kebijakan dalam implementasi
tahun 2019, masih terbatas perguruan tinggi
pembelajaran, melakukan negosiasi dengan

137
Subijanto, dkk.,Sistem Penjaminan Mutu Pembelajaran Jarak Jauh di Perguruan Tinggi di Masa Pandemi COVID-19

yang memanfaatkan pembelajaran daring (sekitar 200-an dari 4000-an) perguruan tinggi yang ada di
Indonesia.
Tabel 1. Peta Jalan Pembelajaran dalam Jaringan Indonesia

Jumlah
Tahun Tahap
Mata Kuliah PT Peserta
2014 Rintisan 30 6 4200
2015 Uji coba Awal 68 8 1746
2016 Implementasi 25 6 981
2017 Diseminasi 130 48 10575
2018 Ekspansi 26 18 17347
2019 Ekspansi 797 (SPADA) +131 54 (+201 PT 98138
Online Courses Mitra)
Sumber: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendikbud, (2020).

Dampak pandemi COVID-19 telah mencapai 98% perguruan tinggi di Indonesia melakukan pembelajaran
daring. Kondisi tersebut menunjukan bahwa perguruan tinggi menyiapkan diri dan merespon dengan
sikap pro aktif melalui berbagai tindakan. Dalam waktu kurang dari 1 bulan, semua harus bersedia
belajar hal-hal baru, agar mampu beradaptasi dengan lebih cepat meskipun para dosen, mahasiswa,
tenaga administrasi, sarana dan prasarana kampus belum semuanya siap.
Pada akhir Maret 2020, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi melakukan survei tentang implementasi
pembelajaran daring. Salah satu hasil survei tersebut menyatakan bahwa 89,2% mahasiswa lebih
memilih pembelajaran tatap muka. Namun, 82,78% mahasiswa menyatakan kesiapannya terhadap
pembelajaran daring (Belawati & Nizam (Eds.), 2020) (Gambar 1). Artinya, preferensi mahasiswa
terhadap pembelajaran tatap muka langsung tersebut bukan karena ketidaksiapannya mengikuti
pembelajaran daring.

Sumber: (Nizam, 2020)

Grafik 1.Tingkat Kesiapan dan Preferensi Pembelajaran Daring


Hal ini menunjukkan bahwa kendala terbesar dari implementasi pembelajaran daring bukan pada
mahasiswa, namun bisa jadi karena keterbatasan sumber daya yang ada di perguruan tinggi.
Mahasiswa saat ini yang duduk di perguruan tinggi merupakan generasi Z, atau sering disebut dengan
iGeneration, atau generasi net atau generasi internet. Generasi ini multi-tasker, di mana mereka dapat

138
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

melakukan banyak hal dari perangkat atau gawai Penelitian ini mengevaluasi pembelajaran
dalam satu waktu (Dimock, 2019; Seemiller & daring pada masa pandemi COVID-19 dengan
Grace, 2016; Subandowo, 2017). Mereka telah pendekatan Context, Input, Process, Product
akrab dengan gawai atau perangkat teknologi (CIPP). Context-nya yaitu: media dan sarana,
yang terkoneksi jaringan. Dengan kata lain, kebutuhan, dan tujuan pembelajaran. Input-nya
pengalaman mereka sejak kecil telah mengenal berupa ketersediaan fasilitas, kualitas materi,
teknologi dan akrab dengan gawai atau pemahaman mahasiswa, kompetensi dosen.
perangkat elektronik yang terkoneksi dengan Sementara Process-nya berupa hambatan,
jaringan internet mendukung penyelenggaraan pemanfaatan TIK, aktivitas dosen, pelaksanaan
sistem pembelajaran daring. dan Product-nya berupa dampak pengetahuan
dan hasil belajar.
Gap kesiapan perguruan tinggi yang jumlahnya
lebih dari 4000 dalam hal sumber daya, sarana, Lebih lanjut, Wibawanto (2017) telah menyusun
serta prasarana TIK dalam penyelenggaraan instrumen Evaluasi Kualitas Pembelajaran
pembelajaran daring masih sangat tinggi Daring dalam SPADA Indonesia. Dalam
(Danyathi, 2016; Ramdhan & Siregar, 2019; instrumen tersebut, terdapat 9 kriteria yang
Suteja, 2017). perlu dipertimbangkan dalam mengevaluasi
pembelajaran jarak jauh. 9 (sembilan) kriteria
Persoalan lain yakni keterbatasan literasi
tersebut adalah Kualitas Konten, Keselarasan
teknologi di daerah 3T (Terdepan, Terpencil,
dengan tujuan pembelajaran, Umpan balik dan
Tertinggal) masih menjadi tantangan tersendiri
adaptasi, Motivasi, Desain presentasi, Usabilitas
bagi Pemerintah dalam mensukseskan
interaksi, Aksesibilitas, Reusabilitas, Kepatuhan
pembelajaran sistem daring. Perguruan tinggi
terhadap standar. Area penelitian lain terkait
sebagai lembaga yang berkompeten untuk
dengan penjaminan mutu pembelajaran
mempersiapkan SDM yang unggul senantiasa
jarak jauh di PT yaitu dilakukan dengan
berupaya untuk meningkatkan layanan mutu
membandingkan Sistem Penjaminan Mutu
pendidikan tinggi secara terus-menerus. Hal
Universitas Terbuka dan pembelajaran jarak
ini sesuai dengan ketetapan Pemerintah dalam
jauh di 3 (tiga) Negara, yaitu Indonesia, Filipina,
Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015
dan Pakistan yang dilihat dari 3 aspek: Praktik
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi,
Baik, Tantangan, dan Area Pengembangan
Permenristekdikti Nomor 62 Tahun 2016 tentang
pembelajaran jarak jauh (Sankar et al., 2020;
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, serta
Zuhairi et al., 2020).
Permendikbud Nomor 7 Tahun 2020 tentang
Pendirian, Perubahan, Pembubaran Perguruan Hasil kajian lainnya sebagaimana telah dilakukan
Tinggi Negeri, dan Pendirian,Perubahan, oleh Elumai dkk. (2020) yang membahas masalah
Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta. faktor-faktor yang mempengaruhi mutu
Penjaminan Mutu yang dimaksud juga mencakup pembelajaran daring selama masa Pandemi
meliputi semua aspek termasuk Pendidikan COVID-19. Menurut mereka faktor-faktor yang
Jarak Jauh (PJJ). Pelaksanaan pencapaian standar perlu dipertimbangkan dalam menjamin mutu
mutu pada bisnis akademis diatur dengan pembelajaran daring: dukungan administratif,
Standar Operating Procedure (SOP). Sesuai konten, desain, karakteristik dosen, karakteristik
dengan peraturan dalam pendidikan tinggi mahasiswa, dukungan sosial, serta dukungan
di Indonesia, model Penjaminan Mutu yang teknis (Sankar et al., 2020).Wibawanto, H.,
diterapkan yaitu siklus Penetapan, Pelaksanaan, (2017) Instrumen Evaluasi Kualitas Pembelajaran
Evaluasi, Pengendalian, Peningkatan (PPEPP). Daring dalam SPADA Indonesia
Penelitian terdahulu yang relevan antara lain Hasil kajian Belawati & Nizam (eds), 2020)
dilakukan oleh Yudiawan (2020) yang mengkaji menunjukkan bahwa 82,78% mahasiswa
tentang Belajar bersama COVID-19: Evaluasi menyatakan kesiapannya dengan pembelajaran
Pembelajaran Daring Era Pandemi di Perguruan daring. Hal ini mengindikasikan bahwa kendala
Tinggi Keagamaan Islam Negeri, Papua Barat. terbesar dari implementasi pembelajaran daring

139
Subijanto, dkk.,Sistem Penjaminan Mutu Pembelajaran Jarak Jauh di Perguruan Tinggi di Masa Pandemi COVID-19

bukan pada mahasiswa, namun cenderung pembelajaran jarak jauh. Terdapat 2 (dua) jenis
dikarenakan kesiapan dan keterbatasan sumber data yang diambil, yaitu data sekunder dan
daya yang ada di masing-masing perguruan data primer. Sumber data sekunder diperoleh
tinggi. dokumen-dokumen kebijakan serta kajian-
kajian terdahulu mengenai Penjaminan Mutu
Perguruan tinggi sebagai lembaga yang
pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran
berkompeten untuk mempersiapkan SDM
daring di perguruan tinggi (Nilamsari, 2017),
yang unggul, senantiasa berupaya untuk
sedangkan data primer diperoleh dari hasil diskusi
meningkatkan mutu perguruan tinggi secara
kelompok terpumpun (FGD) dengan pimpinan
terus- menerus. Selain untuk memenuhi
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan
ketetapan Permenristekdikti No. 50, tentang
(Belmawa), Dirjen Dikti Kemendikbud, serta
Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi dan
pimpinan lembaga penjaminan mutu perguruan
Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015 tentang
tinggi terpilih (Tabel 2).
Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Penjaminan
mutu meliputi seluruh aspek termasuk PJJ. Tabel 2. Peserta Diskusi Kelompok Terarah
Pelaksanaan pencapaian standar mutu No. Institusi/ Unsur Perwakilan/ Jumlah
pada bisnis akademis diatur dengan Standar Lembaga Asal jabatan
Operating Procedure (SOP). Sesuai dengan 1 Direktorat Direktur dan 2
Pembelajaran Jajaran Direktorat
peraturan pendidikan tinggi di Indonesia, model dan
penjaminan mutu yang diterapkan yaitu siklus Kemahasiswaan
penetapan pelaksanaan-evaluasi-pengendalian- 2 Universitas Wakil Rektor 3
peningkatan (PPEPP) sebagai berikut: Indonesia 1, dan 2
Pimpinan Badan
Penjaminan Mutu
Akademik
3 Institut Direktorat 2
Pertanian Pengembangan
Bogor Program dan
Teknologi
Pendidikan
4 Universitas Pimpinan 1
Negeri Lembaga
Yogyakarta Penjaminan
Mutu dan
Pengembangan
5 Universitas Bina Quality 1
Nusantara Management
Center Manager
6 Universitas Pimpinan 1
Panca Bhakti, Lembaga
Pontianak Penjaminan Mutu
Gambar 2. Siklus Penjaminan Mutu PJJ 7 Universitas Pimpinan Badan 1
Ahmad Dahlan Penjaminan Mutu
Universitas
METODE PENELITIAN 8 Universitas Pimpinan 1
Pasir Lembaga
Padapenelitian ini menggunakan pendekatan Pengaraian Penjaminan Mutu
desk study dengan metode analisis data kualitatif Riau
deskriptif (Anggito & Setiawan, 2018; Sugiyono, 9 Universitas Kepala Pusat 1
Muh. Gorontalo Pendidikan dan
2007). Area implementasipembelajaran jarak Pengajaran
jauh di PT dibatasi dalam 4 (empat) fokus studi,
yaitu Kebijakan, Kurikulum, Penyelenggaraan, Adapun terkait dengan analisis data, data
serta Penjaminan Mutu pembelajaran jarak sekunder yang dianalisis mencakup analisis
jauh. Adapun pada artikel ini, pembahasan dokumen kelembagaan dan publikasi lain dari
hanya terfokus pada Sistem Penjaminan Mutu hasil terkait Penjaminan Mutu di perguruan tinggi.

140
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Analisis data primer difokuskan pada analisis mencakup siklus SPMI perguruan tinggi yaitu
tematik sesuai dengan alur siklus Penjaminan yaitu Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi,
Mutu PJJ, yaitu Penetapan, Pelaksanaan, Pengendalian, dan Peningkatan (PPEPP) standar
Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan mutu.
(PPEPP). Diskusi dengan tim Penjaminan Mutu
Kedua, Permendikbud No.7 Tahun 2020 Bab
tersebut dilaksanakan sebanyak 4 (empat)
VII (Pendidikan Jarak Jauh, Pasal 42-67)terkait
kali. Selesai diskusi, tim peneliti menganalisis
dengan Standar Mutu Pendidikan Jarak Jauh
mendokumentasikan, mengumpulkan data hasil
yang terdiri atas Standar Kompetensi, Standar
DKT tersebut. Kegiatan pengumpulan data lebih
Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, Standar
lanjut juga dilakukan untuk memastikan hal
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar
tersebut informasi terkini bisa dimutakhirkan
Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan.
dan perkembangan terkini Penjaminan Mutu
Namun demikian, petunjuk dan pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh.
teknis penjaminan mutu PJJ diuraikan pada
peraturan-peraturan dibawahnya. Sesuai
informasi yang disampaikan oleh perwakilan dari
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan,
Review Kebijakan Penjaminan Mutu PJJ di Ditjen Dikti saat ini Ditjen Dikti sedang
Perguruan Tinggi mengembangkan Sistem Penjaminan Mutu
Beberapa kajian kebijakan terkait dengan khusus untuk Pendidikan Jarak Jauh yang pada
Penjaminan Mutu PJJ mengindikasikan bahwa saat dilakukan diskusi kelompok terpumpun
persoalan mutu PJJ telah menjadi perhatian (FGD) diinformasikan bahwa draft peaturan
khusus. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan dimaksud sedang dibahas di bagian hukum.
strategi pembelajaran untuk melakukan inovasi Ketiga, Direktorat Jenderal Pembelajaran
yan sesuai dengan karakteristik PJJ. dan Kemahasiswaan Kementerian Riset,
Di negara China misalnya, mereka membuat Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada tahun
kebijakan manajemen berpusat pada dosen dan 2016 mengeluarkan Panduan Penjaminan
melakukan inovasi perubahan sehingga mampu Mutu Proses Pembelajaran Daring yang
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. isinya tentang Standar Mutu Pembelajaran
Sementara di Australia, untuk menjamin Daring, mencakup Rancangan Pembelajaran,
mutu pembelajaran, beberapa Universitas Kegiatan pembelajaran, Strategi pengantaran
berkolaborasi dan menerapkan pembelajaran /penyampaian, Media dan Teknologi
offline untuk daerah terpencil serta sistem pembelajaran Layanan bantuan belajar.
online dan offline disinkronisasi dengan cepat Keempat, pada tahun 2020, Dirjen Dikti
(Davis et al., 2019). Adapun di Indonesia, dengan mengeluarkan kebijakan terkait Evaluasi
adanya COVID 19, Pemerintah menghimbau Pembelajaran Daring di Masa Pandemi, di
masyarakat untuk tinggal di rumah (stay at mana aspek-aspek yang dievaluasi antara lain:
home) sehingga dapat memanfaatkan waktu aplikasi e-learning, kepuasan mahasiswa dalam
untuk berinovasi guna meningkatkan kualitas pembelajaran daring, kemampuan dosen,
pendidikan (Syarifudin, 2020). Meskipun kemampuan mahasiswa dalam TIK, respons
strategi pembelajaran masing-masing negara atau umpan balik mahasiswa dan dosen, kualitas
berbeda dalam menjaga penjaminan mutu penyelenggaraan pembelajaran daring oleh
hasil pembelajaran akan tetapi setiap negara dosen, dan kualitas aplikasi pembelajaran daring
berusaha untuk tetap menjaga penjaminan mutu
Adapun beberapa penelitian terkait dengan
secara konsisten tetap dipertahankan sekalipun
pembelajaran PJJ sistem daring di perguruan
Kajian kebKijakan terkait dengan Penjaminan tinggi pada masa Pandemi COVID-19 telah
Mutu PJJ, antara lain Pertama, Permenristekdikti dilakukan, baik dalam konteks penyelenggaraan
No. 62 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan pembelajaran daring di berbagai negara
Mutu Pendidikan Tinggi. Peraturan tersebut (Crawford et al., 2020), dan memotret

141
Subijanto, dkk.,Sistem Penjaminan Mutu Pembelajaran Jarak Jauh di Perguruan Tinggi di Masa Pandemi COVID-19

pembelajaran daring di perguruan tinggi menganalisis dan melakukan Mutu pembelajaran


(Belawati & Nizam (Eds)., 2020). daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang
dilakukan oleh perguruan tinggi negeri maupun
Upaya-Upaya perguruan tinggi selama pandemi
swasta. Upaya ini sangat diperlukan untuk
COVID - 19
memantau dan mengevaluasi bagaimana proses
Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh perguruan penjaminan mutu yang dilakukan perguruan
tinggi untuk tetap menjaga penjaminan mutu tinggi selama menerapkan PJJ di masa pandemi
pembelajaran di masa pandemi COVID-19 (Sari, COVID-19, serta mengobservasi beberapa
2020). Begitu pula penelitian yang mencakup contoh praktik baik implementasi pembelajaran
aspek evaluasi atau upaya menjamin mutu daring di perguruan tinggi.
pembelajaran daring di perguruan tinggi (Sankar
Beberapa kajian terkait dengan penjaminan
et al., 2020; Wibawanto & Ds, 2017; Yudiawan,
mutu PJJ mengindikasikan bahwa persoalan
2020; Zuhairi et al., 2020).
mutu PJJ menjadi perhatian khusus. Oleh
Salah satu moda yang umum diterapkan dalam karena itu, perlu adanya perubahan strategi
pembelajaran daring di perguruan tinggi yaitu pembelajaran dan melakukan inovasi sesuai
bahwa tenaga pendidik dapat memberikan dengan kaidah-kaidah PJJ. Di negara China
soal dan materi yang dikirim melalui ponsel misalnya, membuat kebijakan manajemen
atau laptop mahasiswa. Hal ini menjadi sesuatu berpusat pada guru dan melakukan inovasi
yang menarik bagi mahasiswa sehingga dapat serta perubahan yang mampu meningkatkan
meningkatkan kualitas tenaga pendidik. kualitas hasil pembelajaran. Sementara itu, di
Kemudian mahasiswa mengerjakan tugas dari Australia, beberapa Universitas berkolaborasi
dosen. Hasil pekerjaan atau tugas tersebut dan menerapkan pembelajaran offline untuk
dikirim kembali kepada dosen melalui platform daerah terpencil serta sistem online dan offline
yang sudah disediakan oleh pihak kampus disinkronisasi dengan cepat (Davis, et.al.,
ataupun dapat menggunakan platform lain yang 2019). Di Indonesia dalam mengatasi COVID 19,
sudah tersedia. Melakukan pemantauan proses Pemerintah mengajak masyarakat untuk tinggal
latihan untuk memastikan kualitas (Quadri et al., di rumah (stay at home) dan memanfaatkan
2017). waktu untuk berinovasi guna meningkatkan
Prinsip pembelajaran jarak jauh (PJJ) menganut kualitas pendidikan (Syarifuddin, 2020).
prinsip pembelajaran yang terbuka, sehingga Mengacu pada hasil penelitian tersebut dapat
menyediakan keluwesan belajar bagi disimpulkan bahwa: (1) penjaminan mutu
mahasiswa lintas ruang dan waktu, serta PJJ dapat tetap dilakukan selama pandemi
prinsip keterpaduan dalam penyelenggaraan COVID-19 dengan melakukan penyesuaian
pembelajaran, terutama pembelajaran daring. aplikasi pembelajaran yang tetap mengacu pada
Sistem pembelajaran daring memperhatikan standar operasional prosedur pelaksanaan PJJ di
standar penjaminan mutu capaian pembelajaran perguruan tinggi; (2) terdapat faktor pendukung
sehingga memungkinkan diakuinya sistem dan penghambat dalam pelaksanaan PJJ yang
pengakuan kredit antarperguruan tinggi. dialami oleh perguruan tinggi sesuai dengan
Prinsip-prinsip tersebut diterapkan dalam kesiapan dan keberadaan fasilitas infrastruktur;
lima aspek proses pembelajaran daring, yaitu dan (3) Penjaminan mutu PJJ optimis dapat tetap
(1) perancangan pembelajaran, (2) kegiatan dilakukan selama pandemi dengan melakukan
pembelajaran, (3) strategi pengantaran, (4) penyesuaian di berbagai aspek aplikasi
media dan teknologi pembelajaran, serta (5) penjaminan mutu sesuai dengan aturan legal
layanan bantuan belajar. Kelima aspek tersebut formal ketetapan Ditjen. Dikti.
saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga Implementasi Penjaminan Mutu di Perguruan
tidak ada aspek yang dapat diabaikan dalam Tinggi Negeri
proses pembelajaran daring.
Berdasarkan Focus Group Discussion (FGD)
Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya yang dilakukan oleh Puslijak dengan Universitas

142
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Negeri Yogyakarta (UNY), dan Universitas Bina dan BeSmart, untuk mendukung implementasi
Nusantara (Binus), secara daring didapatkan pembelajaran. Evaluasi penjaminan mutu tetap
informasi mengenai praktik penjaminan mutu dilakukan melalui program EMONEV PBM
di kedua universitas tersebut. Sebagaimana UNY. Hasil evaluasi berdasarkan informasi dari
diketahui kedua universitas merupakan best mahasiswa, karyawan, dan Audit Mutu Internal
practice penjaminan mutu pembelajaran jarak menjadi masukan bagi perbaikan program.
jauh selama pandemi COVID-19. Universitas Untuk pengendalian standar perguruan tinggi
Negeri Yogyakarta dan Universitas Bina kemudian dipertimbangkan pada Rapat Tinjauan
Nusantara merupakan perguruan tinggi di mana Mutu Manajemen saat Rapat Pimpinan baik
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan model di Tingkat Universitas (Rapim), Rapat Tingkat
pembelajaran yang telah digunakan dalam Fakultas (RFK), dan Rapat jurusan.
pembelajaran sebelum Pandemi.
Universitas Negeri Yogyakarta telah
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan menggunakan LMS yaitu BeSmart, di mana
model pembelajaran yang telah digunakan sebagian besar telah digunakan oleh dosen.
dalam pembelajaran sebelum Pandemi di Terdapat Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
UNY. Pembelajaran Jarak Jauh dituangkan masa normal meliputi: (1) Web-enhanced
dalam Peraturan Rektor Universitas Negeri learning, merupakan suplemen yaitu 8 kali tatap
Yogyakarta No. 17 Tahun 2017 tentang muka, (2) Blended learning yang merupakan
Pedoman Penyelenggaraan Pembelajaran komplemen, dan (3) Fully online learning,
Daring (E-Learning). Model PJJ yang digunakan merupakan e learning sepenuhnya
yaitu blended learning dan e-learning penuh,
Adanya pandemi telah mengubah sistem
berdasarkan Peraturan Rektor Universitas
pendidikan di setengah semester kedua.
Negeri Yogyakarta No. 1 Tahun 2019
Meskipun PJJ sudah dikembangkan namun
tentang Peraturan Akademik, berupa model
dengan kondisi darurat belum semua siap untuk
pembelajaran kombinasi yaitu blended learning
mengimplementasikan. Untuk itu Universitas
yaitu pembelajaran yang memadukan proses
Negeri Yogyakarta memetakan dengan
pembelajaran tatap muka dengan daring,
melakukan monitoring dan evaluasi. Urusan
dan e-learning penuh di mana seluruh proses
pembelajaran maka pelaksanaan meliputi teori
pembelajaran dilakukan secara daring.
menggunakan PJJ, sedangkan untuk praktikum
Adanya pandemi mendorong UNY dengan pelaksanaan di laboratorium, workshop
menyelenggarakan PJJ berdasarkan Keputusan meliputi skil knowledge dengan daring. Secara
Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus umum pembelajaran teori atau skill knowledge
Disease 2019 (COVID-9) di Universitas Negeri tidak terganggu. Namun untuk praktik di kampus
Yogyakarta dalam Mendukung Keberlangsungan seperti las dan memasak, ditunda rencana
Penyelenggaraan kegiatan Akademik dan Januari akan dilaksanakan
Non akademik dalam Tatanan Normal Baru.
Untuk pelaksanaan PJJ Semester Genap diakui
Penjaminan mutu dengan siklus PPEPP di
masih darurat karena kondisi yang tiba-tiba.
Universitas Negeri Yogyakarta dalam upaya
Untuk itu pada semester gasal UNY mendesain
menyelenggarakan kegiatan Akademik dan Non
sistem lebih baik dengan melakukan penetapan
akademik dalam Tatanan Normal Baru tetap
tindakan khusus standar mutu, menggunakan
diimplementasikan. Untuk itu penjaminan mutu
peraturan dan surat edaran pengaturan.
dalam masa pandemi mengalami penyesuaian.
Persyaratan untuk kuliah masih longgar.
Penetapan standar didasarkan pada kebijakan Untuk semester ini mengerucut penggunaan
universitas melalui surat keputusan dan menggunakan zoom, clasroom dan BeSmart.
edaran rektor. Pada tataran pelaksanaan UNY
Untuk menjamin implementasi Penjaminan Mutu
mengimplementasikan seluruh perencanaan
saat Pandemi maka kuncinya pada evaluasi.
yang sudah ditetapkan dengan mengadakan
Siklus penjaminan mutu PPEPP merupakan pola
pelatihan penggunaan pembelajaran daring
untuk sistem manajemen yang disusun dengan

143
Subijanto, dkk.,Sistem Penjaminan Mutu Pembelajaran Jarak Jauh di Perguruan Tinggi di Masa Pandemi COVID-19

berbasis risiko, termasuk untuk mengantisipasi serta adanya sosialisasi. Praktik laboratorium
pandemi. Setelah dilaksanakan evaluasi, maka dilakukan secara virtual. Adapun untuk
ada tahap pengendalian melalui tahap tinjauan praktikum yang tidak memungkinkan secara
mutu manajemen. Kuncinya ada pada evaluasi virtual, diundur ke bulan Januar 2020.
yaitu RTM (rapat tingkat mahsiswa), jika ada
Untuk pelaksanaan ujian dilakukan melalui
yang menghambat maka disusun strategi
aplikasi mulai dari pembuatan soal, pengumpulan
untuk mengatasi kegagalan pencapaian tujuan.
soal sampai pengumuman nilai. Evaluasi melalui
Selain itu adanya pandemi ini tidak terburu-
montoring proses, pengukuran ketercapaian,
buru merevisi tujuan, tapi yang direvisi adalah
dan pelaporan bulanan dan triwulan kepada
strategi. Saat normal, evaluasi reguler bulanan,
rekor, audit mutu internal dan RTM. Evaluasi PJJ
saat pandemi dipercepat dan ditambah. Kalau
dalam pandemi meliputi: (1) Monitoring bahan
ada yang akan diubah tidak semua. Monev
perkuliahan dilakukan oleh kelompok peer
diperkuat dengan antisipasi risiko.
review. Proses belajar pengajaran ada sit in untuk
Berkaitan dengan aspek kurikulum UNY saat melihat dosen lain mengajar. Proses dilakukan
pandemi, tidak ada rencana untuk melakukan dengan cara video conference; (2) Pengukuran
perubahan. Demikian juga dengan Kompetensi tetap dilakukan baik proses belajar mengajar
tidak mengalami perubahan, namun lebih maupun layanan menggunakan aplikasi
disederhanakan. Adanya pandemi ini juga binusmaya (3) Pelaporan tetap harus dilakukan
mendorong UNY bergerak ke virtual laboratorium dan ditindaklanjuti oleh program studi; (4) Audit
dengan mengumpulkan inovasi oleh dosen. tetap dilakukan dengan metode baru yaitu
remote audit baik internal maupun eksternal.
Tidak jauh berbeda dengan UNY, Universitas Bina
Dengan sistem ini audit bisa dilakukan lintas
Nusantara juga telah mengimplementasikan PJJ
kota; (5) Rapat Tinjauan Mutu tetap berjalan;
sejak sebelum pandemi. Untuk itu saat pandemi
(6) Pengendalian standar dilakukan dengan
terjadi Binus bisa dikatakan telah terbiasa
mengadakan rapat tinjauan mutu, pengendalian,
melakukan PJJ, sehingga penjaminan mutu
laporan dan rapat pimpinan, dengan demikian
PJJ juga telah tersedia. Implementasi PPEPP
diharapkan akan terjadi peningkatan standar.
pada Universitas Bina Nusantara menganut
SODA System (Sentralisasi Operasional dan Bagi Universitas Bina Nusantara kondisi pandemi
Desentralisasi Akademik). System ini secara saat ini belum menjadi alasan untuk melakukan
operasional di bawah wakil rektor yang perubahan standar penjaminan mutu. Strategi
mengatur hal-hal yang operasional seperti yang dipilih adalah penjaminan mutu dengan
jadwal perpustakaan, administrasi dosen. melakukan cara yang berbeda. Penjaminan
Penetapan berdasarkan pada visi, misi, tujuan mutu secara monitoring dan standar tidak
dan saran. Sistem yang dibuat diharapkan dikurangi. Hingga saat ini belum bisa melihat
mampu mengembangkan keterampilan peserta hasil karena satu semester belum selesai.
didik dan berguna untuk masa depan (Alruwais Tidak ada rencana untuk perubahan mutu,
et al., 2018). tapi dengan menggunakan cara yang lain. Hal
ini karena belum melihat kapan pandemi akan
Sebelum pandemi pembelajaran di kelas telah
berakhir. Untuk itu standar tidak diturunkan
menggunakan multi channel learning meliputi
tapi dikompensasi dengan cara yang lain. Jika
tiga pembelajaran jarak jauh lainnya di kelas
terdapat gap atau kesenjangan, maka akan dicari
yaitu video based learning, discussion forum,
kompensasi agar standar pembelajarannya
dan assignment. Ketika pandemi ditambah
tetap berhasil. Agar penjaminan mutu tetap
video conference seperti zoom dan lainnya.
bisa dilaksanakan maka Binus berusaha keras
Terdapat cara penetapan yang berubah meliputi
untuk strategi monitoring. Banyak inovasi dosen
pembelajaran selama pandemi berbasis
tapi belum tertangkap, tapi monitoring akan
online atau no paper based, menggunakan
menjamin proses.
aplikasi, e-signature, dan email dengan prinsip
mengurangi hard copy semaksimal mungkin Secara umum baik UNY maupun Binus masih

144
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

dapat menerapkan penjaminan mutu dengan penyesuaian di beberapa aspek. Hal itu dimungkinkan
karena kesiapan sistem mutu PJJ telah dikembangkan dan diimplementasikan sebelum pandemi
COVID-19. Selain itu, adanya dukungan pengembangan sistem informasi yang memadai dalam
implementasi penjaminan mutu PJJ.
Berdasarkan hasil diskusi kelompok terpumpun, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas
Indonesia (UI), dan Institut Pertanian Bogor (IPB) pembelajaran secara daring didapatkan informasi
mengenai praktik baik penjaminan mutu di universitas tersebut.
Tabel 3. Penjaminan Mutu Pembelajaran Daring di PTN

Siklus UNY UI IPB

Penetapan  SK Rektor  Peraturan Rektor  Restrukturisasi Kurikulum


(Penetapan  Instruksi Rektor  SE Rektor Sekolah Vokasi IPB 4.0
kebijakan terkait  SE Rektor  Nota Dinas  Penyesuaian Proses
COVID 19 berupa)  Panduan Pembelajaran pembelajaran
daring  Capacity Building
 Rancangan Pembelajaran
Semester (RPS) PJJ
Pelaksanaan  Pembelajaran Full  (A)sinkron melalui LMS yang  10 % Blended Learning dari
e-learning sudah ada LMS sejak lama seluruh mata kuliah
 Memanfaatkan LMS yaitu http://emas.ui.ac.id  Memperluas akses Full
Besmart, Google  Sosialisasi SPMI PJJ kepada Online Distance Learning
Classroom, Zoom Unit terkait (ODL)
 Melatih BeSmart bagi
Dosen/Mahasiswa
Evaluasi  Melakukan E-monev  Melaksanakan Monev  Melakukan Survei Internal
di awal dan akhir. terhadap 180 mata kuliah terkait Prasarana, Metode
 Menyusun instrumen bagaimana pelaksanaan PJJ.  Motivasi dan Antusiasme,
monev pandemi, Peran Fasilitator, Capaian
 Audit Mutu Internal Pembelajaran Online
Pengendalian Rapat Tinjauan  Pemanfaatan Hasil Monev Pengendalian dengan
Manajemen menjadi dasar untuk Evidence-based Progress.
Tingkat Universitas, peningkatan mutu
Fakultas, dan Jurusan
Peningkatan  Untuk Semester  Melakukan pendampingan  Peningkatan Kapasitas SDM
Genap 2020: Sikap kepada UPMA dan reviewer IPB
Tanggap Darurat dalam melaksanakan  Memperkuat infrastruktur
 Untuk Semester monev PJJ terhadap 462 IT
Gasal 2020/2021 mata kuliah  Membangun Virtual
memperkuat sistem Learning Environment (VLE)
pada New Normal dan integrated heutagogy
 Pelatihan dosen
Sumber: data diolah

Sebagaimana diketahui, bahwa ketiga PTN yang sudah ditetapkan dengan mengadakan
mayoritas memiliki sistem pembelajaran daring pelatihan penggunaan pembelajaran daring
yang sudah lebih mapan dibanding dengan PTS. dengan LMS yang telah ditetapkan, untuk
Pada umumnya PTN telah menyelenggarakan mendukung implementasi pembelajaran jarak
pembelajaran jarak jauh sebelum pandemi baik jauh.
dengan model pembelajaran blended learning,
Adanya pandemi telah mengubah sistem
flipped, maupun e-learning penuh. Kebijakan
pendidikan di setengah semester kedua.
seperti ini biasanya didasarkan pada Peraturan
Meskipun pembelajaran jarak jauh sudah
Rektor atau Surat Keputusan Rektor (Penetapan).
dikembangkan namun dengan kondisi darurat,
Penetapan standar didasarkan pada kebijakan
belum semua siap untuk mengimplementasikan.
universitas melalui surat keputusan dan edaran
Terkait teori memang dapat dengan mudah
rektor (Tabel 3). Pada tahap Pelaksanaan, PTN
dilakukan secara daring, namun untuk mata
mengimplementasikan seluruh perencanaan
kuliah praktikum yang di laboratorium atau di

145
Subijanto, dkk.,Sistem Penjaminan Mutu Pembelajaran Jarak Jauh di Perguruan Tinggi di Masa Pandemi COVID-19

lapangan, umumnya PTN dapat mengambil Implementasi Penjaminan Mutu di Perguruan


salah satu skenario sesuai yang dianjurkan oleh Tinggi Swasta (PTS)
DIKTI, yaitu (1) menggeser mata kuliah praktikum
Beberapa PTS seperti Universitas Bina Nusantara,
pada semester depan atau berikutnya, (2)
Universitas Pasir Pengaraian Riau, Universitas
melakukan kuliah praktik melalui laboratorium
Panca Bhakti Pontianak, dan Universitas Ahmad
virtual reality (VR) atau augmented reality (AR),
Dahlan Yogyakarta, telah mengembangkan
dan (3) dengan tetap memberikan mata kuliah
pembelajaran daring sejak sebelum pandemi
praktik di lapangan atau laboratorium dengan
COVID-19. Permasalahannya yaitu pada
memperhatikan protokol kesehatan secara
tingginya kesenjangan kualitas antaperguruan
ketat.
tinggi swwasta. Seperti Binus dan UAD misalnya,
Untuk menjamin implementasi Penjaminan tentu sudah lebih maju pembelajaran daring-
Mutu pembelajaran saat Pandemi maka nya, apalagi kedua universitas tersebut telah
kuncinya pada tahap Evaluasi. Siklus Penjaminan menerapkan sistem informasinya i SPADA
Mutu PPEPP merupakan pola untuk sistem sehingga relatif telah established.
manajemen yang disusun dengan berbasis
Sebagai contoh, implementasi PPEPP di
risiko, termasuk untuk mengantisipasi pandemi.
Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta
Setelah dilaksanakan evaluasi, maka ada
telah menganut SODA System (Sentralisasi
tahap pengendalian melalui tahap tinjauan
Operasional dan Desentralisasi Akademik).
mutu manajemen. Kuncinya ada pada evaluasi
Sistem ini secara operasional di bawah wakil
yaitu RTM, jika ada yang menghambat maka
rektor yang mengatur hal-hal yang operasional
disusun strategi untuk mengatasi kegagalan
seperti jadwal perpustakaan, administrasi
pencapaian tujuan. Selain itu adanya pandemi
dosen.
ini tidak terburu-buru merevisi tujuan, tapi yang
direvisi adalah strategi. Saat normal, evaluasi Secara teoretis, Penetapan kebijakan terkait
reguler bulanan, saat pandemi dipercepat dan pembelajaran jarak jauh seharusnya didasarkan
ditambah. Kalau ada yang akan diubah tidak pada visi, misi, tujuan dan sasaran. Namun
semua. Monev diperkuat dengan antisipasi demikian, tidak semua PTS benar-benar
risiko. Evaluasi Penjaminan Mutu tetap dilakukan memperhatikan hal tersebut dalam menetapkan
melalui program sistem informasi e-monev. kebijakan terkait pembelajaran jarak jauh di PT.
Hasil evaluasi berdasarkan informasi dari Pada tahap Pelaksanaan, sebelum pandemi,
mahasiswa, karyawan, dan Audit Mutu Internal pembelajaran di kampus UAD dan Binus telah
menjadi masukan bagi perbaikan program. menggunakan multi channel learning meliputi
Untuk pengendalian standar perguruan tinggi, tiga pembelajaran jarak jauh lainnya di tempat
kemudian dipertimbangkan pada Rapat Tinjauan belajar yaitu video based learning, discussion
Mutu Manajemen saat Rapat Pimpinan baik forum, dan assignment. Pemanfaatan teknologi
di Tingkat Universitas (Rapim), Rapat Tingkat atau aplikasi, bukan hanya pada pembelajaran
Fakultas (RTF), dan Rapat jurusan. Hasil evaluasi jarak jauh, namun juga pada manajemennya
pada tingkat rapat tingkat mahasiswa (RTM) seperti menggunakan e-signature, atau
digunakan sebagai acuan untuk menyusun paperless Office.
atau melakukan langkah-langkah perbaikan
atau peningkatan. Bentuk kegiatannya dapat Terdapat cara penetapan yang berubah,
berupa pendampingan, peningkatan kapasitas, meliputi pembelajaran selama pandemi berbasis
penguatan sarana dan prasarana maupun online atau no paper based, menggunakan
pada penguatan integrated heutagogy atau aplikasi, e-signature, dan email dengan prinsip
pembelajaran yang menawarkan kebebasan mengurangi hard copy semaksimal mungkin
kepada pembelajar (learner) untuk menentukan serta adanya sosialisasi. Pada tahap Evaluasi,
(determine) sendiri pengalaman belajarnya. monev dilakukan untuk mengukur proses,
pengukuran ketercapaian, dan pelaporan
bulanan dan triwulan kepada rektor, audit mutu
internal dan rapat tingkat mahasiswa (RTM).

146
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Pada tahap Pengendalian standar, dilakukan 1. Pandemi COVID-19, berdampak terhadap


dengan mengadakan rapat tinjauan mutu, 98% perguruan tinggi melaksanakan
pengendalian, laporan dan rapat pimpinan. proses belajar mengajar menggunakan
Dengan demikian, diharapkan akan terjadi sistem daring atau online;
peningkatan standar. Bagi beberapa PTS, kondisi
2. Dalam rangka mempertahankan
pandemi COVID-19 saat ini belum menjadi
penjaminan mutu pelaksanaan
alasan untuk melakukan perubahan standar
PJJ di perguruan tinggi Ditjendikti
Penjaminan Mutu. Strategi yang dipilih yaitu
Kemendikbud telah: (a) Melakukan
Penjaminan Mutu dengan melakukan cara yang
Pemantauan Implementasi
berbeda. Penjaminan Mutu secara monitoring
Pembelajaran Daring, (b) Menyediakan
dan standar tidak dikurangi.
platform Pembelajaran Daring, (c)
Pertimbangan ini lebih dikarenakan belum Melakukan Capacity Building, (d)
diketahui secara pasti kapan pandemi COVID-19 Memberikan insentif percepatan dan
akan berakhir. Oleh karena itu, standar tidak perluasan implementasi PJJ, dan (e)
diturunkan tetapi dikompensasi dengan cara Melakukan standarisasi nasional PJJ
yang lain. Dengan demikian, manakala terjadi (Menyusun Permendikbud Standar
gap atau kesenjangan, maka akan dicari Nasional PJJ)
kompensasi agar standar pembelajarannya tetap
3. Ketercapaian mutu pembelajaran
berhasil. Agar Penjaminan Mutu tetapdapat
secara daring (online) di masa pandemi
dilaksanakan maka PTS berusaha keras untuk
COVID-19 sedapat mungkin diupayakan
strategi monitoring. Banyak inovasi dosen
tetap sama seperti halnya sebelum
tapi belum tertangkap, tapi monitoring akan
pandemi
menjamin proses. Hasil evaluasi pada tingkat
RTM digunakan sebagai acuan untuk menyusun 4. Dengan pendekatan PPEPP secara
atau melakukan langkah-langkah perbaikan dioptimalkan dapat mempertahankan
atau peningkatan seperti melakukan pelatihan penjaminan mutu penyelenggaraan PJJ.
peningkatan kapasitas terkait TIK, pemutakhiran 5. PJJ merupakan model pembelajaran yang
sistem informasi. telah digunakan dalam pembelajaran
Perguruan tinggi swasta masih dapat menerapkan sebelum wabah pandemi. Bagi UNY
“Penjaminan Mutu” dengan pendekatan PPEPP dan Binus, PJJ merupakan model
dalam menjamin mutu pembelajaran daring. pembelajaran yang telah dilakukan
Beberapa penyesuaian penjaminan mutu di dan dikembangkan sebelum pandemi
beberapa aspek walaupun tidak selengkap di COVID-19. Meskipun demikian, pada
PTN dalam mengimplementasikan PPEPP. saat pandemi COVID 19 perlu melakukan
penyesuaian dan penyempurnaan lebih
Nampaknya, implementasi penjaminan mutu
lanjut, terutama dalam hal pelatihan dan
baik di PTN maupun di PTs berimplikasi pada PBM
pengembangan aplikasi sistem informasi
yang hanya mungkin dilakukan dengan sistem
(termasuk penyesuaian kurikulum)
pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan
media pembelajaran daring (dalam jaringan) 6. Penjaminan mutu untuk PJJ tetap
berbasis teknologi informasi dan komunikasi dilakukan di saat pandemi dengan
melalui jaringan internet (Dwivedi, 2020; Huang menggunakan siklus PPEPP dengan
et al., 2020; Talib et al., 2021). melakukan penyesuaian. Tidak
ada perubahan standar mutu dan
pencapaian selama pandemi.
SIMPULAN DAN USULAN
7. Beberapa kunci untuk menjamin
Simpulan pencapai penjaminan mutu pada masa
pandemi antara lain dilakukan: (a)
Mengacu pada hasil dan pembahasan, dapat
penguatan evaluasi dan pengendalian
disimpulkan bahwa

147
Subijanto, dkk.,Sistem Penjaminan Mutu Pembelajaran Jarak Jauh di Perguruan Tinggi di Masa Pandemi COVID-19

mutu; (b) penyempurnaan strategi, Kedua, Perguruan Tinggi:


pelaksanaan monitoring dan evaluasi
a. Memperkuat implementasi Sistim
dipercepat dan ditambah frekuensinya;
Penjaminan Mutu Internal (SPMI);
serta (c) perubahan cara pencapaian
dengan melakukan (kompensasi) b. Meningkatkan kapasitas tanggap
untuk mengatuatan)asi gap mutu darurat akibat terdampak COVID-19,
pembelajaran mengoptimalisasi sumber daya yang ada,
proaktif mencari sumber-sumber daya
Usulan
(SDM, finansial, sarana, dan prasarana)
Mengacu pada simpulan direkomendasikan eksternal;
sebagai berikut:
c. Meningkatkan program Capacity
Pertama, Ditjendikti Kemendikbud: Building;
a. Menyusun standar mutu pembelajaran d. Mengembangkan aplikasi yang dapat
jarak jauh, maupun PJJ dalam konteks mendukung pembelajaran jarak jauh; dan
Pendidikan Jarak Jauh;
e. Memaksimalkan klinik pembelajaran
b. Melakukan penguatan terhadap jarak jauh sebagai bantun bagi civitas
implementasi SPMI pembelajaran jarak akademika
jauh di PT dengan pendekatan PPEPP;
c. Memastikan bahwa penyelenggaraan
PUSTAKA ACUAN
pembelajaran jarak jauh di PT
memperhatikan aspek pedagogis Ainun, Y. (2020, April 2). Pembelajaran Online
atau pembentukan karakter peserta di Tengah Pandemi COVID-19: Tantangan
didik, bukan hanya berpusat pada yang Mendewasakan. https://www.
teknologinya; timesindonesia.co.id/read/news/261667/
pembelajaran-online-di-tengah-pandemi-
d. Meningkatkan kapasitas virtual
COVID19-tantangan-yang-mendewasakan.
leadership bagi para penentu kebijakan,
Diakses pada 11 November 2020
memperbaiki pola pikir (mindset)
para pemangku kepentingan, serta Alruwais, N., Wills, G., & Wald, M. (2018).
meningkatkan literasi digital, dan Advantages and challenges of using
motivasi peserta didik; e-assessment. International Journal of
Information and Education Technology,
e. Melakukan ekstensifikasi maupun
8(1), 34–37.
diversifikasi bantuan pemerintah bagi
perguruan tinggi dalam bentuk hibah Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi
inovasi, hibah kompetitif, hibah mandat, penelitian kualitatif. CV Jejak (Jejak
hibah langsung, dan lain sebagainya Publisher).
terkait dengan pembelajaran jarak jauh Belawati, T., dan Nizam (Eds.). 2020). Potret
agar dapat menjadi stimulus perbaikan Pendidikan Tinggi di Masa COVID-19.
mutu pembelajaran jarak jauh; dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
f. Mendorong kolaborasi antarperguruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
tinggi, mendorong pembinaan Crawford, J., Butler-Henderson, K., Rudolph,
antarperguruan tinggi, maupun antara J., Malkawi, B., Glowatz, M., Burton, R.,
perguruan tinggi dan mitra eksternal Magni, P., & Lam, S. (2020). COVID-19: 20
untuk mengembangkan sistem dan mutu countries’ higher education intra-period
pembelajaran jarak jauh di perguruan digital pedagogy responses. Journal of
tinggi. Applied Learning & Teaching, 3(1), 1–20.
Dwivedi, Y. K., Hughes, D. L., Coombs, C.,

148
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Constantiou, I., Duan, Y., Edwards, J. S., Republik Indonesia Nomor 107/U/2001
Gupta, B., Lal, B., Misra, S., & Prashant, P. tentang Penyelenggaraan Pendidikan
(2020). Impact of COVID-19 pandemic on Tinggi Jarak Jauh.
information management research and
Liston, S. (2020). Pendidikan anak: Hampir 10 juta
practice: Transforming education, work and
anak “berisiko putus sekolah permanen”
life. International Journal of Information
akibat pandemi COVID-19. https://www.
Management, 55, 102211.
bbc.com /indonesia/majalah-53385718
Danyathi, A. P. L. (2016). Eksistensi perguruan
Maulana, H. A., & Hamidi, M. (2020). Persepsi
Tinggi asing Di Indonesia pasca
Mahasiswa terhadap Pembelajaran Daring
pemberlakuan Undang-Undang No. 12
pada Mata Kuliah Praktik di Pendidikan
Tahun 2012 Tentang pendidikan Tinggi.
Vokasi. Equilibrium: Jurnal Pendidikan, 8(2),
Kertha Patrika, 38(2).
224–231.
Davis, N. L., Gough, M., & Taylor, L. L. (2019).
Nilamsari, N. (2017). Memahami studi dokumen
Online teaching: advantages, obstacles and
dalam penelitian kualitatif. WACANA:
tools for getting it right. Journal of Teaching
Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 13(2), 177–
in Travel & Tourism, 19(3), 256–263.
181.
Dimock, M. (2019). Defining generations: Where
Nizam. (2020). Potret Transformasi Digital:
Millennials end and Generation Z begins.
Mendadak Daring. In T. Belawati & Nizam
Pew Research Center, 17, 1–7.
(Eds.), Potret Pendidikan Tinggi di Masa
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, (2020) COVID-19 (pp. 15–30).
Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Pandemi, Kemedikbud.
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2012
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan tentang
Kemahasiswaan Kementerian Riset,
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. (2016).
Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2013
Panduan Penjaminan Mutu Proses
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak
Pembelajaran Daring
Jauh Pada Pendidikan Tinggi
Elumaai, K. V., Sankar, J. P., R, K., John, J. A.,
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan
Menon, N., Alqahtani, M. S. N., & Abumelha.
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
M. A. 2020) Factors affecting the quality of
Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar
e-learning during the COVID-19 pandemic
nasional Pendidikan Tinggi.
from the perspective of higher education
students Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
Huang, R., Liu, D., Tlili, A., Knyazeva, S., Chang, T.
Nomor 62 Tahun 2016 Tentang Sistem
W., Zhang, X., Burgos, D., Jemni, M., Zhang,
Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi
M., & Zhuang, R. (2020). Guidance on
open educational practices during school Peraturan Menteri Riset dan Teknologi dan
closures: Utilizing OER under COVID-19 Pendidikan Tinggi 50, tentang Sistem
pandemic in line with UNESCO OER Penjaminan Mutu Perteri guruan Tinggi
recommendation. Beijing: Smart Learning Peraturan Menteri Riset dan Teknologi Nomor
Institute of Beijing Normal University. 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional
Indrawati, B. (2020). Tantangan dan Peluang Pendidikan Tinggi. Penjaminan mutu
Pendidikan Tinggi Dalam Masa dan Pasca Peraturan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta
Pandemi COVID-19. Jurnal Kajian Ilmiah, No. 17 Tahun 2017 tentang Pedoman
1(1), 39–48. Penyelenggaraan Pembelajaran Daring
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (E-Learning). Model PJJ

149
Subijanto, dkk.,Sistem Penjaminan Mutu Pembelajaran Jarak Jauh di Perguruan Tinggi di Masa Pandemi COVID-19

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Pembelajaran Daring Untuk Meningkatkan


Republik Indonesia Nomor 7 Tahun Mutu Pendidikan Sebagai Dampak
2020 tentang Pendirian, Perubahan, Diterapkannya Social Distancing. Jurnal
Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri, dan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Pendirian, Perubahan, Pencabutan Izin Metalingua, 5(1), 31–34.
Perguruan Tinggi Swasta
Surat Edaran Menteri Pendidikan dan
Quadri, N., Muhammed, A., Sanober, Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4
S., Qureshi, M. R. N., & Shah, A. Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan
(2017). Barriers effecting successful Pendidikan dalam Masa Darurat COVID-19.
implementation of E-learning in Saudi
Talib, M. A., Bettayeb, A. M., & Omer, R. I.
Arabian Universities.
(2021). Analytical study on the impact of
Ramdhan, D, F., & Siregar, H. S. (2019). technology in higher education during
Manajemen Mutu Perguruan Tinggi the age of COVID-19: Systematic literature
Keagamaan Islam Swasta (PTKIS). Jurnal review. Education and Information
Perspektif, 3(1), 75–109. Technologies, 1–28.
Sankar, J., Kalaichelvi, R., John, J., Menon, N., Wibawanto, W., (2017). Desain dan
Elumalai, K., Alqahtani, M., & Abumelha, Pemrograman Multimedia Pembelajaran
M. (2020). Factors Affecting the Quality Interaktif. Cerdas Ulet Kreatif Publisher.
of E-Learning During the COVID-19
Windhiyana, E. (2020). Dampak COVID-19
Pandemic from the Perspective of Higher
terhadap kegiatan pembelajaran online
Education Students. Journal of Information
di sebuah perguruan tinggi kristen di
Technology Education: Research, 19(1),
Indonesia. Perspektif Ilmu Pendidikan,
731–753.
34(1), 1–8.
Sari, D. (2020). Peran Adaptif Tiga Universitas di
Wibawanto, H., (2017) Instrumen Evaluasi
Jabodetabek dalam Menghadapi Sistem
Kualitas Pembelajaran Daring dalam SPADA
Belajar Online Selama Pandemi COVID 19.
Indonesia
Prosiding Seminar Nasional Hardiknas, 1,
25-32 Yudiawan, A. (2020). Belajar Bersama COVID
19: Evaluasi Pembelajaran Daring Era
Seemiller, C., & Grace, M. (2016). Generation Z
Pandemi di Perguruan Tinggi Keagamaan
goes to college. John Wiley & Sons.
Islam Negeri, Papua Barat. AL-FIKR: Jurnal
Subandowo, M. (2017). Peradaban dan Pendidikan Islam, 6(1), 10–16.
Produktivitas dalam Perspektif Bonus
Zuhairi, A., Raymundo, M. R. D. R., & Mir, K.
Demografi serta Generasi Y dan Z.
(2020). Implementing quality assurance
SOSIOHUMANIKA, 10(2), 191–208.
system for open and distance learning in
Sudarsana, I. K. (2018). Pengaruh model three Asian open universities: Philippines,
pembelajaran kooperatif terhadap Indonesia and Pakistan. Asian Association
peningkatan mutu hasil belajar siswa. of Open Universities Journal.
Jurnal Penjaminan Mutu, 4(1), 20–31.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif
Kuantitatif dan R & D. Bandung Alf.
Suteja, J. (2017). Model-model pembelajaran
dalam kurikulum berbasis kompetensi kkni
di perguruan tinggi. Jurnal Edueksos, 6(1),
81–100.
Syarifudin, A. S. (2020). Impelementasi

150
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

J U R N A L PENGARUH MEANS ENDS ANALYSIS BERBASIS


PENELITIAN MEDIA KARTU KENDALI LITERASI DIGITAL
K EBIJAK AN TERHADAP KEMAMPUAN NUMERASI
PENDIDIKAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH
DASAR
Volume 14
Nomor 2/2021
THE EFFECT OF MEANS ENDS ANALYSIS BASED
Naskah diterima:
ON DIGITAL LITERATURE CONTROL CARD MEDIA
12 Oktober 2021 ON THE NUMERATION ABILITY OF MATHEMATIC
direvisi akhir: REPRESENTATION OF ELEMENTARY SCHOOL
31 Desember 2021 STUDENTS
disetujui:
31 Desember 2021 Acep Saepul Rahmat
Dinas Pendidikan DKI Jakarta

mpdacepsaepulrahmat@gmail.com

DOI : 10.24832/jpkp.v14i2.534

ABSTRACT
Students' difficulties in understanding mathematics subject matter during the COVID-19
pandemic were one of the challenges that arose in distance learning. Students did not
understand the material substantively and holistically because of the limited space and
time to study. Students also continuously showed difficulty in solving mathematical
numeracy problems. Success in solving mathematical numeracy problems depends on the
representations used. Model Means Ends Analysis (MEA) is a strategy to analyze a problem
through various ways to achieve the desired end goal. In this study, MEA was supported by
the application of Digital Literacy Card (KKLD) media by using powerpoint and geogebra
applications. The purpose of this study was to determine the effect of the application of
MEA based on the Digital Literacy Card (KKLD) media on the numeracy skill of mathematical
representations. The research method used was a quantitative, quasi-experimental research
design with the nonequivalent pre-test-post-test control group design. The population in this
study were students of class V-A at SDN Kampung Bali 07 Pagi, amounting to 24 students
as the experimental class and 24 students in class V-B SD Negeri Bendungan Hilir 05 as the
control class. The instrument used was the rubric of mathematical representation numeracy
skills. The average test results showed the post-test value of the experimental class is 80, and
the control class is 64.17. The results of the test of the average difference of one sample in
the experimental class showed an increase in the numerical ability of students' mathematical
representation with the MEA model based on the Digital Literacy Card (KKLD) media and the
test results of the difference in the mean of two samples on the post-test value showed
that the mathematical representation ability of students who received the MEA model was
better compared to students who received conventional learning. This proves that the MEA
based on the Digital Literacy Card (KKLD) media has an effect on the numeracy skill of the
mathematical representation of the fifth grade elementary school students.
Key words: means ends analysis; mathematical numeric representation; digital literacy
control card media

ABSTRAK
Kesulitan siswa dalam memahami materi pelajaran matematika saat pandemi covid 19
menjadi salah satu pemicu hambatan siswa yang muncul dalam pembelajaran jarak jauh.
Siswa kurang memahami materi secara substansi dan holistik karena keterbatasan ruang
dan waktu belajar. Siswa kesulitan memecahkan masalah numerasi matematis secara
berulang. Keberhasilan dalam memecahkan masalah numerasi matematis tergantung pada
representasi yang digunakan. Model Means Ends Analysis (MEA) merupakan strategi untuk
menganalisis suatu permasalahan melalui berbagai cara untuk mencapai tujuan akhir
yang diinginkan. Pada penelitian ini MEA ditunjang dengan penerapan media Kartu Literasi

83
Acep Saepul Rahmat, Pengaruh Means Ends Analysis Berbasis Media Kartu Kendali Literasi Digital Terhadap Kemampuan Numerasi
Representasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Digital (KKLD) dengan pemanfaatan tanggal 16 Maret 2020. Seluruh pembelajaran


aplikasi powerpoint dan geogebra. dilaksanakan secara Daring dengan
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui adanya pengaruh dari memanfaatkan teknologi informasi sebagai
penerapan MEA berbasis media media pembelajaran.(Arham, 2021,hlm.32-39)
Kartu Literasi Digital (KKLD) terhadap
kemampuan numerasi representasi Banyak hal dan faktor yang menjadi hambatan
matematis . Metode penelitian yang dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh
digunakan adalah kuantitatif, desain (PJJ) di kelas maya. Salah satunya adalah
penelitian kuasi eksperimen dengan kendaa akses jaringan, ketersediaan gadget
desain the nonequivalent pretest-
post-test control group design. dan kurangnya pemahaman akan substansi
Populasi pada penelitian ini adalah dan teknis penggunaan aplikasi pembelajaran
siswa kelas V-A di SDN Kampung Bali daring. Selain dari itu hambatan utama adalah
07 Pagi yang berjumlah 24 sebagai
kelas eksperimen dan 24 orang siswa kurangnya semangat para siswa dalam belajar,
kelas V-B SD Negeri Bendungan Hilir 05 kedispilinan siswa dalam belajar serta kurangnya
sebagai kelas kontrol. Instrumen yang pemahaman siswa pada materi yang bersifat
digunakan adalah rubrik kemampuan numerik. ( Arham, 2021,hlm.34)
numerasi representasi matematis
. Hasil uji rerata menunjukan nilai Matematika adalah salah satu mata pelajaran
post-test kelas eksperimen adalah yang diajarkan di Sekolah Dasar. Matematika
80, dan kelas kontrol adalah 64,17.
Hasil uji perbedaan rerata satu menjadi salah satu mata pelajaran yang
sampel pada kelas eksperimen memiliki banyak kesulitan dan hambatan
menunjukkan adanya peningkatan dalam penyampaian materi pembelajaran.
kemampuan numerasi representasi
matematis siswa dengan model Kesulitan siswa dalam menanggapi materi yang
MEA berbasis media Kartu Literasi disampaikan guru, juga siswa kurang memahami
Digital (KKLD) dan hasil uji perbedaan subtansi yang disampaiakan guru secara daring
rerata dua sampel pada nilai post- dan terbatas.
test menunjukkan kemampuan
representasi matematis siswa yang Pada hakikatnya fenomena kehidupan saat
memperoleh pembelajaran model ini mulai dari fenomena yang sederhana
MEA lebih baik dibanding siswa
yang memperoleh pembelajaran sampai fenomena yang kompleks, sangat erat
konvensional. Hal tersebut kaitannya dengan numerasi. Begitu pentingnya
membuktikan bahwa MEA berbasis kemampuan numerasi dalam perkembangan
media Kartu Literasi Digital (KKLD)
berpengaruh terhadap kemampuan zaman sehingga seluruh aspek kehidupan
numerasi representasi matematis manusia membutuhkan ilmu matematika. Seperti
siswa Kelas Vsekolah Dasar. yang telah dikemukakan oleh Departemen
Kata kunci: means ends enalysis; Pendidikan Amerika Serikat (Sahrudin, 2016,
representasi numerasi matematis; hlm. 17), pekerjaan tamatan sekolah menengah
media kartu kendali literasi digital dengan kemampuan matematika yang tinggi
mempunyai karir yang lebih baik daripada
PENDAHULUAN mereka yang memiliki kemampuan matematika

S
rendah.
ituasi Pandemi Covid-19 berpengaruh
pada semua aspek bidang termasuk Matematika pada hakikatnya berkedudukan
termasuk aspek pendidikan. Pembelajaran sebagai ilmu dasar yang berkaitan sangat
pada situasi kondisi khusus pandemi Covid-19 kompleks dengan bidang ilmu lain, hal ini berarti
mengharuskan pembelajaran berbasis jarak jauh bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang
(PJJ). Terutama wilayah yang berada pada zona dijadikan sebagai modal awal untuk mendukung
merah dan darurat penyebaran covid 19. perkembangan kemampuan numerasi ilmu yang
lain.
DKI Jakarta merupakan salah satu kota yang
termasuk pada zona merah dan dikategorikan Namun meskipun demikian, harus diakui juga
zona darurat penyebaran Covid 19 mulai bahwa bagi sebagian orang menganggap
matematika merupakan salah satu bidang studi

84
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

yang tidak mudah untuk dipelajari dan diajarkan, ditunjukkan dengan kenyamanan terhadap
hal ini dikarenakan matematika merupakan bilangan dan cakap menggunakan keterampilan
disiplin ilmu yang abstrak. Agustin (2015, hlm. 5) matematika secara praktis untuk memenuhi
mengemukakan bahwa dalam “menyajikan atau tuntutan kehidupan. Kemampuan ini juga
mengajarkan matematika tidak dapat dilakukan merujuk pada apresiasi dan pemahaman
secara serampangan, guru atau penyaji harus informasi yang dinyatakan secara matematis,
mempertimbangkan banyak hal seperti kesiapan misalnya grafik, bagan, dan tabel. Kesuksesan
intelektual, tingkat berpikir dan kesiapan peserta siswa dalam memecahkan suatu permasalahan
didiknya”. tergantung pada representasinya. Representasi
ini merupakan salah satu kemampuan
Selain dari itu dalam penelitian Arham, 2021,
matematis yang harus dimiliki oleh siswa. Untuk
hlm.32 menyimpulkan bahwa matematika pada
memperoleh dan memahami suatu konsep
jenjang Sekolah Dasar memerlukan mediakonkrit
atau pola matematis maka siswa harus memiliki
sebagaijembatan untuk menyampaikan konsep
kemampuan representasi yang baik.
materi ajar secara terarah, terpadu dan
sistematis. Media inovatif dapat memberikan Representasi matematis numerasi pada
kemampuan siswa bernalar kritis dan interaktif hakikatnya merupakan komponen yang
serta komunikatif. selalu muncul saat pembelajaran matematika
berlangsung karena berkaitan dengan gambar,
Merujuk pada pandangan Agustin, masa pandemi
simbol, numerik, tabel, diagram, grafik
ini menjadikan pembelajarann matematika
persamaan matematis maupun kata-kata
menjadi sangat abstrak dan sulit untuk dipahami
(verbal). Lebih lanjut NCTM (Sabirin, 2014, hlm.
secara utuh dan holistik, sehingga kemampuan
34), mengungkapkan bahwasannya representasi
numerasi siswa cenderung pada pemikiran yang
yang dimunculkan oleh siswa merupakan suatu
tunggal dan kurang bisa memahami makna dari
ungkapan-ungkapan dari gagasan-gagasan atau
persoalan yang ada.
ide-ide matematis yang ditampilkan oleh siswa
Keterampilan numerasi dibutuhkan dalam dalam upayanya untuk mencari solusi dari
semua aspek kehidupan, baik di rumah masalah yang dihadapinya. Suatu permasalahan
maupun di masyarakat. Dalam kehidupan yang dipecahkan akan bermakna jika siswa dapat
sehari-hari dan bermasyarakat, misalnya ketika mengungkapkan dan mengidentifikasi masalah
berbelanja, merencanakan liburan, memulai itu sendiri, dan kemudian siswa menentukan cara
usaha, membangun rumah, informasi mengenai yang tepat untuk merepresentasikannya sebagai
kesehatan, semuanya membutuhkan numerasi. refleksi eksternal dari berpikir dan memperoleh
Informasi-informasi tersebut biasanya suatu solusi. Hal ini sejalan dengan teori Bruner
dinyatakan dalam bentuk numerik atau grafik. yang menekankan dan mengharapkan terjadinya
Untuk membuat keputusan yang tepat, siswa reinvention (penemuan kembali) dalam
harus memahami numerasi. Numerasi adalah pembelajaran matematika di tingkat sekolah
kemampuan, kepercayaan diri dan kesediaan dasar, teori ini disebut dengan pembelajaran
untuk terlibat dengan informasi kuantitatif atau penemuan . (Yudhanegara, 2017,hlm.43)
spasial untuk membuat keputusan berdasarkan
Pembelajaran matematika akan bermakna
informasi dalam semua aspek kehidupan sehari-
jika siswa memusatkan perhatiannya untuk
hari (2018, hlm. 43).
memahami struktur materi yang akan dipelajari.
Literasi numerasi memiliki arti pengetahuan Dalam pembelajaran ini juga guru harus
dan kecakapan untuk mengimplementasikan lebih banyak berperan sebagai pembimbing
berbagai macam angka dan simbol terkait dibandingkan sebagai pemberi tahu. Guru
matematika dasar untuk memecahkan masalah harus memunculkan masalah yang mendorong
praktis representative secara holistik dalam siswa untuk melakukan kegiatan penemuan,
kehidupan sehari-hari.( Kemendikbud, 2017) sehingga siswa mampu menemukan hubungan
Kemampuan representasi siswa sekolah dasar antar bagian dari suatu struktur materi dengan
berhubungan erat dengan kemampuan yang mendesain pembelajaran melalui model

85
Acep Saepul Rahmat, Pengaruh Means Ends Analysis Berbasis Media Kartu Kendali Literasi Digital Terhadap Kemampuan Numerasi
Representasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

pembelajarann berbasis IT interaktif, guna Desain visualisasi Kartu kendali literasi digital
memberikan pengalaman, pendalaman dan dirancang sebagai salah satu media pembelajaran
penyaian materi daring secara nyata dan tuntas. yang disusun dengan konsep multimedia apliaksi
Pada hakikatnya guna memberikan peningkatan pembelajaran dasar meliputi integrasi aplikasi
representasi numerasi matematis siswa dalam Powerpoint, Geogebra, Whatsapp, Google
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan Form, Media Visualisasi, Camera, PDF Tools,
pemanfaatan model pembelajaran dan media dan Browser untuk menjelajah jaringan internet
pembelajaran yang tepat untuk digunakan. dengan tujuan memberikan pengarahan,
Dalam upaya mengembangkan kemampuan pengawasan dan dokumentasi terhadap proses
representasi matematis siswa dalam proses pembelajaran daring.melalui integarsi media
pembelajaran di kelas perlu memberikan Kartu Kendali Literasi digital inilah kemampuan
stimulus kepada siswa, agar setiap siswa representasi matematis akan meningkat.
berani dalam mengkomunikasikan gagasannya. (Rahmat, 2021, hlm.66)
Salah satunya dengan menggunakan model Dasar yang kuat dalam kemampuan numerasi
pembelajaran Means Ends Analysis (MEA). Model representatif matematis sangat penting
ini terdiri dari tiga kata yaitu Means yang berarti bagi setiap peserta didik sekolah dasar guna
cara, Ends yang berarti tujuan, dan Analysis yang menopang kemampuan mereka untuk terlibat
berarti analisis atau menyelidiki matematis. dalam pendidikan, mencapai potensi, dan
Model MEA ini menurut Huda (2015, hlm. berpartisipasi penuh dalam masyarakat.
294) dapat diartikan sebagai strategi untuk Keterampilan numerasi dibutuhkan dalam
menganalisis suatu permasalahan melalui seluruh aspek kehidupan (Ekowati &
berbagai cara untuk mencapai tujuan akhir yang Suwandayani, 2018).
diinginkan. Model ini merupakan salah satu cara Pada tahun 2018 Organisation for Economic
untuk mengklarifikasi gagasan seseorang ketika Cooperation and Development (OECD)
melakukan pembuktian masalah matematis mengumumkan skor PISA (Programme for
dengan berbasis heuristik, dimana penyajian International Student Assessment) untuk
materinya tidak dilakukan dengan algoritma Indonesia tahun 2018 pada bidang literasi,
yang rutin melainkan dengan menganalisis matematika dan sains. Pengukuran PISA ini
menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan
kemudian diidentifikasi perbedaannya, dengan mengukur kinerja siswa, terutama pada
selanjutnya disusun sub-sub masalah tersebut tiga bidang utama, yaitu matematika, sains, dan
sehingga terjadi konektivitas, dan akhirnya literasi. Hasil skor PISA 2018 untuk Indonesia telah
memilih strategi solusi pembelajaran melalui diberikan Yuri Belfali (Head of Early Childhood
pemanfaatan media interaktif. Media Interaktif and Schools OECD) kepada Menteri Pendidikan
adalah integrasi dari media digital termasuk dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem
kombinasi dari electronic text, graphics, moving Makarim di Gedung Kemendikbud Jakarta dan
images, dan sound, ke dalam lingkungan digital menetapkan Indonesia berada pada urutan
yang terstruktur yang dapat membuat orang ke 70 dari 78 negara peserta (Fuadi, Robbia,
berinteraksi dengan komprehensif ( Andy, 2002, Jamaluddin, & Jufri, 2020). Berdasarkan hasil
hlm.76) tersebut, dapat dijabarkan bahwa kemampuan
Kartu kendali literasi digital adalah salahsatu siswa dalam numerasi, literasi dan sains masih
media pembelajaran digital sebuah yang perlu untuk ditingkatkan melalui berbagai
dindesain dengan tujuan memberikan arahan, strategi pembelajaran dan inovasi pembelajaran
pengawasan dan dokumentasi terhadapsuatu guna untuk meningkatkan numerasi representasi
tindakan yang dilakukan oleh siswa. Kartu Kendali matematika secara holistik.
literasi digital ini di desain dengan memanfaatkan Sejalan dengan hasil PISA tersebut, pada konteks
beberapa fitur aplikasi Whatsapp, Google Form, pembelajaran di Sekolah Dasar saja, terutama
Media Visualisasi, Camera, PDF Tools, dan siswa kelas V SDN Kampung Bali 07 Pagi dan
Browser untuk menjelajah jaringan internet.
(Rahmat, 2021, hlm.65-69)
86
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Kelas V SDN Bendungan Hilir 05 yang akan yang dilakukan dapat beragam dan bergantung
mempersiapkan Asesmen Nasional Berbasis pada kebutuhan dari penelitian yang akan
Komputer tahun 2021, kemampuan siswa di dilakukan.
bidang numerasi sangat sulit. Banyak siswa
Adapun penelitian dengan desain the
yang kesulitan memahami makna dan substansi
nonequivalent pretest-post-test control group
materi karena pembelajaran disajikan secara
design ini dapat diilustrasikan atau digambarkan
kelas maya atau daring. Selain itu guru kesulitan
sebagai berikut:
mengimpelementasikian materi pembelajaran
secara utuh dan general dikarenakan faktor
waktu, kondisi dan pemahaman akan penggunaan
aplikasi daring. Faktanya, berdasarkan hasil
analsis ketercapaian materi dan hasil belajar
diperoleh rata-rata 5 dari 24 siswa atau hanya
20,8% yang baru bisa memahami makna, konsep
dan subtansi materi pembelajaran numerasi.
Hal tersebut didapatkan data dari hasil rata-rata Keterangan :
skor uji coba latihan soal kemampuan numerasi
siswa yang diberikan secara daring. O : Pretest dan Post-test

Berdasarkan pandangan beberapa ahli terkait X : Pembelajaran menggunakan model Mean


tujuan, manfaat dan urgensi kemampuan Ends Analysis (MEA) Berbasis media Kartu
numerasi siswa yang ditunjang dengan hasil Kendali Literasi Digital (KKLD)
analisis lapangan yang menunjukan kemampuan Berdasarkan gambar di atas, sebelum
numerasi siswa masih belum maksimal, pada dilakukan penelitian kedua kelompok baik
kesempatan ini peneliti akan melakukan kelas eksperimen maupun kelas kontrol
penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh diberikan pretest yang sama, hal ini guna untuk
Mea Berbasis Media Kartu Kendali Literasi Digital mengetahui keadaan awal objek penelitian
Terhadap Kemampuan Numerasi Representasi pada kemampuan representasi matematis.
Matematis Siswa Sekolah Dasar” Selama penelitian berlangsung, kelompok pada
kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa
pembelajaran dengan menggunakan model
METODE PENELITIAN Means Ends Analysis (MEA) Berbasis media Kartu
Metode yang digunakan pada penelitian Kendali Literasi Digital (KKLD) dan untuk kelas
ini adalah metode kuantitatif, desain kuasi kontrol diberikan pembelajaran konvensional
eksperimen dengan bentuk the non equivalent menggunakan verbal (oral) secara daring. Diakhir
pretest-postest control group design.Kelas V-A penelitian setelah memperoleh pembelajaran,
SDN Kampung Bali 07 Pagi ditetapkan sebagai kemampuan representasi matematis siswa baik
kelas Eksperimen pada penerapan MEA di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol
berbantuan media Kartu Literasi Digital dan diukur dengan menggunakan post-test .
kelas V-b SDN Bendungan Hilir 05 Pagi ditetapkan Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
sebagai kelas kontrol dengan penerpan metode V-A pada SDN Kampung Bali 07 Pagi dan siswa
konvensional / ceramah. Bentuk desain ini kelas V-B pada SDN Bendungan Hilir 05 Pagi tahun
pada teknik pengambilan sampelnya baik pada ajaran 2021/2022 yang berada di kecamatan
kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak Tanah Abang Kota Adminsitrasi Jakarta Pusat.
diambil secara acak atau tidak dipilih secara Sampel yang akan digunakan dalam penelitian
random. Sehingga pada penelitian ini peneliti ini adalah kelas V-A SDN Kampung Bali 07 Pagi
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik yang berjumlah 24 Orang dan siswa kelas V-B
ini menurut Lestari & Yudhanegara (2015, hlm. SDN Bendungan Hilir 05 Pagi yang berjumlah 24
110) merupakan teknik penentuan sampel orang
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

87
Acep Saepul Rahmat, Pengaruh Means Ends Analysis Berbasis Media Kartu Kendali Literasi Digital Terhadap Kemampuan Numerasi
Representasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Desain penelitian yang akan dilakukan oleh sedikit berbeda. Rata-rata nilai pretest kelas
peneliti, yaitu satu kelas V-A di SDN Kampung eksperimen lebih besar dibandingkan dengan
Bali 07 Pagi sebagai kelas eksperimen, dan rata-rata nilai pretest kelas kontrol. Meskipun
kelas V-B SDN Bendungan Hilir 05 Pagi sebagai kemampuan representasi matematis siswa pada
kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel yang kelas eksperimen dan kelas kontrol pada saat
digunakan oleh peneliti seperti yang telah pretest berbeda tetapi hampir setara.
dipaparkan sebelumnya adalah teknik purposive
Hal tersebut juga dibuktikan oleh hasil uji dua
sazmpling yaitu berdasarkan pada letak geografis
rerata nilai pretest kelas eksperimen dan kelas
lokasi penelitian, tingkat akreditasi sekolah,
kontrol yang menunjukkan P-value lebih besar
kurikulum yang digunakan, dan kesetaraan
dari α, yaitu 0,329 > 0,05, maka H0 diterima.
kemampuan siswa pada aspek yang menjadi
Berdasarkan hal tersebut, dapat diasumsikan
bahan penelitian.
bahwa kemampuan representasi matematis
Instrumen penelitian yang digunakan pada siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol
penelitian ini adalah berupa instrumen tes pada pretest tidak terdapat perbedaan, artinya
tipe soal subjektif atau soal uraian (essay), dan kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki
instrumen non-tes berupa lembar observasi kemampuan awal representasi yang sama
aktivitas guru dan siswa selama proses sebelum mendapat perlakuan yang berbeda.
pembelajaran. Instrumen ini merupakan tes
berupa soal yang sama untuk pretest dan
post-test yang memuat indikator-indikator Data Post-test
kemampuan representasi matematis siswa. Berikut ini disajikan data nilai post-test kelas
Sebelum soal pretest dan postest digunakan, eksperimen setelah mendapatkan model
terlebih dahulu dikonsultasikan kepada teman MEA dan kelas kontrol setelah mendapatkan
sejawat, pengawasSD Wil. Binaan II Kecamatan pembelajaran konvensional.
Tanah Abang . Kemudian dilaksanakan ujicoba
instrumen untuk melihat validitas, reliabilitas, Tabel 2 Statistika Deskiptif Post-test
tingkat kesukaran dan daya pembeda dari tiap Descriptive Statistics
butir soal menggunakan perhitungan SPSS versi Kelas N Min Max Mean Std. Var
23 Penelitian Dev

Eskperimen 24 60 99 81 9,529 73,728

HASIL DAN PEMBAHASAN Kontrol 24 40 89 65,18 12,686 137,539

1. Hasil
Data Pretest Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa
hasil post-test kedua kelas terdapat perbedaan.
Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini disajikan Nilai minimum kelas eksperimen adalah 60,
data pre-test dari kelas V-A SDN Kampung Bali sedangkan nilai minimum kelas kontrol lebih
07 Pagi dan V-B SDN Bendungan Hilir 05 sebagai kecil yaitu 40. Nilai maksimum kelas eksprimen
berikut. adalah 99, sedangkan nilai maksimum kelas
Tabel 1 Statistika Deskiptif Pre-test kontrol yaitu 88. Rata-rata nilai post-test pada
kelas eksperimen yaitu 81, sedangkan rata-rata
Descriptive Statistics
nilai post-test pada kelas kontrol yaitu 65,18.
Kelas N Min Max Mean Std. Var Sig
Penelitian Dev Selisih rata-rata nilai post-test kelas eksperimen
Eskperimen 24 17 60 34,11 9,5 109,255 0.329 dan kelas kontrol adalah 15,82. Berdasarkan
Kontrol 24 24 60 37,8 7,49 71,084 0.340 data tersebut, rata-rata nilai pretest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Rata-
Tabel di atas menjelaskan hasil nilai pretest
rata nilai post-test kelas eksperimen lebih tinggi
kelas eksperimen dan kontrol. Rata-rata nilai
dibandingkan dengan rata-rata nilai post-test
pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
kelas kontrol.

88
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Perbedaan kemampuan representasi matematis matematis siswa pada kelas eksperimen setelah
siswa dari kedua kelas setelah diberikan diberikan perlakuan adalah 0,68 atau 68%
perlakuan yang berbeda dapat dilihat dari termasuk kedalam kategori sedang. Berdasarkan
analisis explore berupa boxplot nilai post-test hal tersebut kemampuan representasi matematis
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dibawah ini siswa di kelas eksperimen yang memperoleh
adalah diagram output boxplot yang diperoleh. pembelajaran dengan model MEA mengalami
peningkatan pada kategori sedang.
Pengujian perbedaan rerata satu sampel
pada gain ternormalisasi kelas eksperimen ini
bertujuan untuk menjawab rumusan masalah
pertama yang berbunyi “apakah terdapat
peningkatan kemampuan representasi
matematis siswa setelah memperoleh
pembelajaran dengan menggunakan model
Means Ends Analysis (MEA)?”. Uji t satu sampel
ini dapat dilakukan jika jenis data yang akan
dianalisis berdistribusi normal. Maka terlebih
dahulu melakukan uji normalitas pada gain
Gambar 1 Boxplot Post-test
ternormalisasi kelas eksperimen.
Berikut ini hasil uji gain ternormalisasi kelas
Berdasarkan gambar di atas, dapat terlihat eksperimen. Dalam penelitian ini, uji normalitas
bahwa tendensi sentral (titik tengah) pada dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov
area kotak kelas eksperimen dan kelas kontrol karena data yang berjumlah kurang dari atau
memiliki perbedaan. Dapat dilihat juga pada sama dengan 30 (n ≤ 30), dengan menggunakan
letak garis median yang ditunjukkan dengan bantuan program software SPSS versi 23 dengan
garis hitam, pada area kotak kelas eksperimen taraf signifikansi 5% atau 0,05.
menunjukkan median tertinggi, sedangkan
Kriteria penarikan hipotesis:
median terendah terdapat pada area kelas
kontrol. Dengan demikian, maka dapat H0 = data gain ternormalisasi berasal dari
disimpulkan bahwa kemampuan representasi populasi yang berdistribusi normal. Hal ini jika
matematis siswa pada kelas eksperimen yang sig (P-value) ≥ α = 0,05.
mendapatkan model pembelajaran Means Ends
Ha = data gain ternormalisasi berasal dari
Analysis berbasis media Kartu Kendali Literasi
populasi yang tidak berdistribusi normal. Jika sig
Digital (KKLD) lebih baik daripada kemampuan
(P-value) < α = 0,05.
representasi matematis siswa pada kelas kontrol
setelah memperoleh perlakuan yang berbeda. Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data Gain
Ternormalisasi
Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan
kemampuan representasi matematis berbasis Kelas Kolmogorov-Smirnov Keputu-
media Kartu Kendali Literasi Digital (KKLD) san
Statistic df Sig.
siswa dengan pembelajaran model Means Eksperimen 0,148 23 0,200 H0 diter-
Ends Analysis (MEA) di kelas eksperimen. ima
Maka dilakukanlah perhitungan indeks gain Dapat dilihat hasil output uji normalitas dengan
ternormalisasi data nilai pretest dan post-test menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada
dari kelas eksperimen. gain ternormalisasi kelas eksperimen dan
Gain ternormalisasi di kelas eksperimen kelas kontrol menunjukkan signifikansi atau
mencapai interpretasi sedang 57%, dan P-value yaitu 0,200. Karena nilai signifikansi
interpretasi tinggi 43%. Rata-rata indeks gain atau P-value kedua kelompok tersebut lebih
ternormalisasi kemampuan representasi dari 0,05 yaitu 0,200 > 0,05, maka H0 diterima.

89
Acep Saepul Rahmat, Pengaruh Means Ends Analysis Berbasis Media Kartu Kendali Literasi Digital Terhadap Kemampuan Numerasi
Representasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data Perhitungan uji perbedaan rerata dua sampel
gain ternormalisasi pada kelas eksperimen pada nilai post-test di kelas eksperimen dan
berdistribusi normal. kelas kontrol juga dilakukan untuk menjawab
rumusan masalah kedua dengan hipotesis yang
Setelah diperoleh hasil bahwa data berdistribusi
berbunyi “terdapat perbedaan kemampuan
normal, maka selanjutnya dilakukan pengujian
representasi matematis siswa yang memperoleh
perbedaan rerata satu sampel pada gain
pembelajaran model Means Ends Analysis
ternormalisasi kelas eksperimen. Adapun
(MEA) dengan yang memperoleh pembelajaran
hipotesis statistik yang dirumuskan untuk
konvensional”. Sebelum dilakukan uji perbedaan
menjawab rumusan masalah yang pertama,
rerata dua sampel data post-test , terlebih dahulu
diantaranya sebagai berikut.
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
H0 = Tidak terdapat peningkatan kemampuan
Berikut ini hasil uji normalitas data post-test kelas
representasi matematis siswa setelah
eksperimen dan kontrol. Dalam penelitian ini, uji
memperoleh pembelajaran dengan
normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-
menggunakan model pembelajaran Means Ends
Smirnov karena data yang berjumlah kurang
Analysis (MEA). Jika P-value > α (0,025).
dari atau sama dengan 30 (n ≤ 30), dengan
Ha = Terdapat peningkatan kemampuan menggunakan bantuan program software SPSS
representasi matematis siswa setelah versi 23 dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05.
memperoleh pembelajaran dengan
Kriteria penarikan hipotesis:
menggunakan model pembelajaran Means Ends
Analysis (MEA) berbasis media Kartu Kendali H0 = data post-test berasal dari populasi yang
Literasi Digital (KKLD). Jika P-value ≤ α (0,025). berdistribusi normal. Hal ini jika sig (P-value) ≥
α = 0,05.
Tabel 4 Hasil Uji Perbedaan Rerata Satu Sampel
pada Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen Ha = data post-test berasal dari populasi yang
tidak berdistribusi normal. Jika sig (P-value) < α
One-Sample Test
= 0,05.
Test Value = 0
t df Sig. Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Data Post-test
(2-tailed)
N-Gain Kelas Eksperimen 26,942 22 0,000 Kelas Kolmogorov-Smirnov Keputusan
Statistic df Sig.
Pada tabel di atas, nilai yang ada pada kolom
Eksperimen 0,124 23 0,200 H0 diterima
t merupakan nilai thitung yang diperoleh dari
hasil perhitungan. Nilai thitung yang diperoleh Kontrol 0,101 27 0,200 H0 diterima
berdasarkan hasil perhitungan yaitu sebesar Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat hasil
26,942 dengan nilai sig. 2-tailed sebesar 0,000. output uji normalitas dengan menggunakan uji
Karena pengujian yang dilakukan adalah uji Kolmogorov-Smirnov pada kelas eksperimen
perbedaan rerata satu sampel, maka nilai dan kelas kontrol menunjukkan signifikansi atau
P-value = x nilai sig. 2-tailed atau nilai P-value P-value data nilai post-test yaitu 0,200. Karena
= x 0,000 = 0,000. Berdasarkan hal tersebut, nilai signifikansi atau P-value kedua kelompok
karena P-value ≤ α yaitu 0,000 < 0,025, maka tersebut lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Oleh
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha karena itu dapat diasumsikan bahwa kedua
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel data tersebut berdistribusi normal.
rumusan masalah pertama dapat terjawab dan
hipotesis pertama (Ha) dapat diterima dengan Setelah data post-test di uji normalitas,
kesimpulan bahwa “terdapat peningkatan kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas
kemampuan representasi matematis siswa post-test pada kedua kelas, berikut ini hasil
setelah memperoleh pembelajaran dengan perhitungannya.
menggunakan model pembelajaran Means Ends H0 = variansi kedua data distribusi populasi
Analysis (MEA)”. homogen. Jika sig (P-value) ≥ α = 0,05.

90
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Ha = variansi kedua data distribusi populasi tidak Berdasarkan output tabel di atas, pada hasil
homogen. Jika sig (P-value) < α = 0,05. uji Levene’s test menyatakan kedua variansi
homogen, maka nilai thitung yang digunakan
Tabel 6 Hasil Uji Homogenitas Post-test
dilihat dari uji t untuk post-test dengan equal
Test of Homogeneity of Variances variances assumed yaitu sebesar 0,088 dengan
Model MEA berbasis Media KKLD Keputusan sig. 2-tailed atau P-value sebesar 0,000. Karena
Levene Sta- df1 df2 Sig. P-value lebih kecil dari α, yaitu 0,000 < 0,05,
tistic maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga
1,716 1 48 0,088 H0 diterima dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah
Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat kedua dapat terjawab dan hipotesis pertama
signifikansi uji homogenitas dengan Levene (Ha) dapat diterima dengan kesimpulan bahwa
Statistic yaitu 0,088. Hal ini berarti signifikansi terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan
atau P-value ≥ 0,05 yaitu 0,088 > 0,05. representasi matematis siswa yang memperoleh
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui H0 pembelajaran model Means Ends Analysis (MEA)
diterima. Artinya, variansi data post-test kelas dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
eksperimen dan kelas kontrol tersebut distribusi konvensional.
populasi homogen. Hal ini menunjukkan bahwa
data nilai post-test kemampuan representasi
2. Pembahasan
matematis siswa pada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol setelah mendapat perlakuan yang Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara
berbeda tidak terdapat perbedaan varians. statistik, hipotesis yang diajukan pada
penelitian ini dapat diterima, yang artinya
Setelah diperoleh hasil data post-test kelas
terdapat peningkatan kemampuan representasi
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
matematis siswa setelah memperoleh
normal dan bervariansi homogen, maka
pembelajaran dengan model Means Ends
selanjutnya dilakukan uji perbedaan rerata dua
Analysis (MEA) berbasis media Kartu Kendali
sampel pada nilai post-test kelas eksperimen
Literasi Digital (KKLD). Hal ini dapat dilihat dari
dan kelas kontrol. Berikut adalah hipotesis
hasil uji gain ternormalisasi, kualitas peningkatan
yang digunakan untuk mengetahui perbedaan
kemampuan representasi matematis siswa
rerata nilai post-test kelas eksperimen dan kelas
pada kelas eksperimen yaitu kelas V-A SDN
kontrol untuk menjawab rumusan masalah yang
Kampung Bali 07 Pagi setelah memperoleh
kedua, yaitu:
model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA)
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan menunjukkan kualitas peningkatan yang lebih
kemampuan representasi matematis siswa di tinggi.
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika P-value
Rata-rata nilai gain ternormalisasi yang diperoleh
> α = 0,05.
pada kelas eksperimen adalah 0,68 dengan
Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan penyebaran gain ternormalisasi mencapai
kemampuan representasi matematis siswa di 68%. Penyebaran nilai gain ternormalisasi pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika P-value kelas eksperimen berada pada interpretasi gain
< α. sedang dan tinggi. Siswa yang memperoleh
Tabel 7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Post-test interpretasi nilai gain ternormalisasi sedang
terdapat 13 orang siswa dengan presentase
t-test for Equality of Means 57%, dan siswa yang memperoleh interpretasi
t df Sig. gain ternormalisasi tinggi terdapat 10 orang
(2-tailed)
siswa dengan presentase 43%.
Equal variances as- 5,387 48 0,000
sumed Selain itu, jika dilihat dari rata-rata hasil
Equal variances not 5,523 46,97 0,000 pretest dan post-test kelas eksperimen telah
assumed menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada
pretest rata-rata nilai kemampuan representasi

91
Acep Saepul Rahmat, Pengaruh Means Ends Analysis Berbasis Media Kartu Kendali Literasi Digital Terhadap Kemampuan Numerasi
Representasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

matematis siswa yaitu 38,80, sedangkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.


pada post-test rata-rata nilai kemampuan Selama proses pembelajaran jarak jauh, guru
representasi matematis siswa mencapai nilai berperan sebagai pembimbing, fasilitator dan
80. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang motivator. Guru menayangkan beberapa jaring-
diberikan pada kelas eksperimen dengan model jaring kubus secara digital dengan proyeksi
Means Ends Analysis (MEA) telah memberikan bangun 3 Dimensi, yang secara langsung siswa
pengaruh yang besar terhadap peningkatan akan merasakan bangunan konkrit dan nyata
kemampuan representasi matematis siswa. sesuai dengan apa yang dia temukan dalam
kehidupan sehari-hari. Selain dari itu siwa akan
Model Means Ends Analysis (MEA) merupakan
mudah merepresentasikan pemahaman materi
salah satu model pembelajaran yang
jaring-jaring kubus dan balok secara interaktif
dikembangkan dari model pemecahan masalah
berdasarkan visualisasi media pembelajaran
yang digunakan sebagai salah satu cara untuk
yang diberikan
mengklarifikasi gagasan seseorang ketika
melakukan pembuktian masalah matematis Guru tidak mendominasi pembelajaran tetapi
yang berbasis heuristik. Keberhasilan seseorang hanya mengarahkan siswa dalam memecahkan
dalam menyelesaikan atau memecahkan suatu permasalahan matematis dengan caranya sendiri
permasalahan tergantung dari representasinya. melalui representasi yang dipahami oleh siswa.
Apabila seseorang memiliki kemampuan Pada implementasinya siswa sendiri yang banyak
representasi yang baik, maka diyakini akan melakukan tindakan (student centered), artinya
mampu memecahkan masalah dengan baik. Oleh guru tidak boleh memberitahu cara penyelesaian
karena itu, dapat diasumsikan bahwa akar dari masalah jika siswa mengalami kesulitan, namun
pemecahan suatu masalah matematis terletak guru hanya dapat membimbingnya sesuai
pada baik tidaknya kemampuan representasi penyajian visualisasi jarring-jaring balok dan
seseorang. kubus yang disajikan melalui media Kartu
Kendali Literasi Digital (KKLD) yang ditanyakan
Media yang digunakan dalam penerapan
secara vidual melalui media interaktif virtual,
model MEA ini adalah Kartu Kendali Literasi
sehingga sehingga siswa dapat termotivasi
Digitalberbasis powerpoint berbantuan Aplikasi
dalam memecahkan permasalahan dan aktif
Geogebra. Media ini memberikan visualiasi
mengikuti pembelajaran.
materi pembelajaran jaring-jaring kubus dan
balok terhadap siswa selama pembelajaran jarak
jauh (PJJ). Melalui media Kartu Kendali Literasi
Digital ini diharapkan siswa dapat secara nyata
mengetahui secara nyata visualisasi dari jarring-
jaring kubus dan balok secara 4 Dimensi dan
digital
Model MEA berbasis media Interaktif digital
di desain berdasarkan dengan kerangka yang
dikemukakan oleh (Garrett 2006, hlm.65), yang
digambarkan pada Gambar 1
Pembelajaran dengan menggunakan model
Means Ends Analysis (MEA) berbasis media
pembelajaran Kartu Kendali Literasi Digital
(KKLD) berbasis pemanfaatan aplikasi geogerbra
dan powerpoint akan memberikan pembelajaran
yang bermakna bagi siswa, karena melalui
model ini siswa dapat memperoleh pemahaman
yang nyata bahwa materi yang dipelajari
Gambar. 1 Desaign Media Interaktif Virtual
memiliki hubungan secara matematis dengan

92
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

Model pembelajaran MEA mendorong khususnya pada kelas rendah. Pada kelas kontrol
siswa untuk berpartisipasi lebih aktif dalam guru hanya membelajarkan siswa secara teoritik
pembelajaran dan mampu mengekspresikan tanpa menanyakngkan materis ecara 3 Dimensi.
idenya, siswa memiliki kesempatan lebih
Permasalahan yang disajikan dalam
banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan
pembelajaran merupakan masalah yang
keterampilan, siswa dengan kemampuan rendah
bersifat terbuka sehingga memberikan kepada
dapat merespon permasalahan dengan cara
siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut
mereka sendiri. Hal tersebut merupakan salah
dengan berbagai cara yang dipahami oleh
satu upaya dalam mengembangkan kemampuan
siswa sesuai representasi yang dipahaminya.
numerasi representasi matematis siswa,
Bagi kelas eksperimen pembelajaran seperti
karena dengan representasi akan memperkaya
ini merupakan sesuatu hal yang baru, hal ini
pengetahuan siswa sehingga siswa mampu
dikarenakan pada pembelajaran matematika di
mengekspresikan ide dan memiliki banyak
sekolah biasanya dalam memecahkan masalah
kesempatan dalam memecahkan masalah
hanya menggunakan satu cara saja seperti
sesuai dengan representasinya masing-masing.
yang telah dijelaskan oleh guru. Oleh karena
Dengan representasi akan mempermudah siswa
itu, pembelajaran dengan model MEA mampu
dalam menyelesaikan masalah matematika
menstimulus rasa ingin tahu siswa untuk belajar
yang sifatnya abstrak menjadi lebih konkrit.
memecahkan masalah dan mengembangkan
Representasi matematis merupakan sesuatu
kemampuan numerasi representasi matematis.
yang ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan
pemahamannya, dan memperoleh kejelasan Melalui pembelajaran MEA, pada awal
makna sehingga diperoleh suatu solusi dalam pembelajaran siswa dibiasakan dengan
pemecahan masalah melalui berbagai bentuk penyajian masalah terlebih dahulu. Masalah
baik melalui penggambaran, penterjemahan, tersebut merupakan masalah matematis yang
pengungkapan, penunjukkan kembali, berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
pelambangan atau bahkan pemodelan dari Sejalan dengan teori Vygotsky (dalam Lestari &
ide, gagasan, konsep matematik dan hubungan Yudhanegara, 2015, hlm. 32) menyatakan bahwa
diantaranya yang termuat dalam suatu situasi siswa perlu memperhatikan lingkungan sosial
masalah tertentu (Rangkuti, 2014, hlm. 112). dalam mengonstruksi suatu konsep, sehingga
teori ini dikenal dengan teori interaksi sosial
Representasi yang dapat di ekspresikan oleh
atau konstruktivisme sosial, karena menekankan
siswa dalam memecahkan masalah matematis
adanya interaksi terhadap lingkungan sosial
berupa representasi visual, gambar, persamaan
ataupun fisik seseorang dalam belajar.
atau ekspresi matematis dan kata atau teks
tertulis (verbal) dengan tahapan perkembangan Model Means Ends Analysis ini memberikan
kognitif siswa dalam mengaitkan hubungan kepada siswa untuk mengembangkan berpikir
antar konsep. Selama proses pembelajaran pada reflektif, kritis, logis, sistematis, dan kreatif
kelas V-A kelas Eksperimen guru membelajarkan siswa. Selain itu, siswa diberi kesempatan
siswa dengan pemanfaatan Kartu Kendali Literasi untuk belajar aktif, teliti dan tekun dalam
Digi (KKLD) tal berbasis aplikasi Powerpoint dan menyelesaikan masalah melalui tiga tahapan
Geogebra secara terpadu dengan visualisasi yaitu mengidentifikasi current state dan goal
secara 3 dimensi dan integrasi. Guru pada state, mengorganisasi subgoal, dan memecahkan
kesempatan ini guru mampu menstimulus siswa subgoal atau pemilihan solusi. Tahapan-tahapan
untuk menghadirkan representasina Sejalan ini dilaksanakan pada kegiatan diskusi kelompok
dengan hal ini, Brunner mengharapkan selama dengan bantuan media-media nyata yang
proses pembelajaran guru harus memunculkan dibutuhkan untuk membantu memudahkan
masalah yang mendorong siswa untuk siswa dalam memahami masalah yang diberikan.
melakukan kegiatan penemuan, sehingga siswa Media yang dibutuhkan berupa benda yang
mampu menemukan hubungan antar bagian bersifat nyata yang di visualisasikan secara
dari suatu struktur materi. di sekolah dasar daring yakni penggunaan Kartu Kendali Literasi

93
Acep Saepul Rahmat, Pengaruh Means Ends Analysis Berbasis Media Kartu Kendali Literasi Digital Terhadap Kemampuan Numerasi
Representasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Digi (KKLD) tal berbasis aplikasi Powerpoint dan masalah secara mandiri dibawah bimbingan
Geogebra secara terpadu dengan visualisasi orang dewasa (guru) atau melalui kerja sama
secara 3 dimensi dan integrasi pada materi dengan teman sejawat yang lebih mampu, dan
Kubus dan Balok kelas V meskipun pada (2) scaffolding merupakan pemberian sejumlah
pembelajaran jarak jauh . hal ini sejalan dengan bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal
pandangan Van Hiele (Harto, 2014,hlm.43) siswa pembelajaran untuk belajar dan menyelesaikan
sekolah dasar berada pada tahap pengenalan masalah, kemudian mengurangi bantuan
(visualisasi), yaitu siswa memahami bangun- tersebut secara bertahap dan memberikan
bangun geometri secara keseluruhan (holistic) kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih
melalui intuisi, melihat, meraba, merasakan tanggung jawab yang semakin besar setelah ia
dan sebagainya. Pada tahap ini siswa sangat dapat melakukannya.
membutuhkan benda yang konkrit untuk
Model Means Ends Analysis ini dapat
membantu penyelesaian masalah. Media sangat
mengembangkan berpikir reflektif, kritis,
diperlukan untuk menghindari miskonsepsi
logis, sistematis, dan kreatif siswa. Selain
dalam pembelajaran.
itu, pembelajaran dengan model ini dapat
Berdasarkan hasil uji perbedaan rerata dua menstimulus dan mengembangkan kemampuan
sampel nilai post-test kelas eksperimen dan siswa dalam memahami suatu konsep
kelas kontrol, hipotesis penelitian yang diajukan dengan caranya sendiri. Selain itu, siswa
oleh peneliti diterima yaitu terdapat perbedaan dapat terbiasa memecahkan/menyelesaikan
yang signifikan kemampuan numerasi soal-soal pemecahan masalah, siswa dapat
representasi matematis siswa yang memperoleh berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran
pembelajaran model MEA dengan siswa yang dan sering mengekspresikan idenya, siswa
memperoleh pembelajaran konvensional. Hal memiliki kesempatan lebih banyak dalam
ini dibuktikan dengan nilai thitung yang digunakan memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan,
dilihat dari uji t untuk post-test dengan equal siswa dengan kemampuan rendah dapat
variances assumed yaitu sebesar 5,387 dengan merespon permasalahan dengan cara mereka
sig. 2-tailed atau P-value sebesar 0,000. Karena sendiri, serta siswa memiliki pengalaman banyak
P-value lebih kecil dari α, yaitu 0,000 < 0,05, untuk menemukan sesuatu dalam menjawab
maka H0 ditolak dan Ha diterima. pertanyaan melalui diskusi kelompok.
Perbedaan kemampuan numerasi representasi Hal ini berbanding terbalik dengan dengan
matematis antara siswa pada kelas eksperimen pembelajaran konvensional siswa tidak
dan siswa pada kelas kontrol disebabkan diarahkan untuk mengembangkan kemampuan
kedua kelas tersebut diberikan perlakuan yang numerasi representasi matematis melainkan
berbeda. Proses pembelajaran pada kelas hanya dilatih untuk memahami materi tanpa
eksperimen selalu menjadi fokus utama. Siswa memberikan kesempatan kepada siswa untuk
dapat memperoleh pengetahuan baru dengan mengkonstruk pengetahuannya secara individu.
cara memecahkan permasalahan yang diajukan Kegiatan belajar yang dilakukan hanya sebatas
terlebih dahulu. Masalah-masalah yang diajukan memindahkan pengetahuan dari guru kepada
dapat dipecahkan dengan berbagai cara sehingga siswa tanpa memberikan kesempatan kepada
pengetahuan siswa menjadi lebih kaya karena siswa untuk memahami bagaimana konsep
banyak representasi yang dapat dimunculkan tersebut bisa terbentuk.
pada saat pemerolehan pengetahuan.
Berdasarkan hasil pengolahan data pada
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan penelitian pre-test menunjukkan perbedaan
oleh Vygostky (dalam Lestari & Yudhanegara, bahwa antara kelas eksperimen dan kelas
2015, hlm. 32), menurutnya terdapat dua konsep kontrol mengalami peningkatan kemampuan
penting dalam menyelesaikan masalah, yaitu numerasi representasi matematis setelah
(1) Zone of Proxima Development (ZPD) yang memperoleh perlakuan yang berbeda. Pada
didefinisikan sebagai kemampuan penyelesaian kelas eksperimen rata-rata nilai pretest

94
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, Volume 14, Nomor 2/2021

mencapai 38,80 dan rata-rata nilai post-test menggunakan uji perbedaan rerata satu sampel
nya mencapai 80. Sedangkan pada kelas kontrol pada kelas eksperimen. Hasil yang diperoleh
rata-rata nilai pretest mencapai 36,11 dan menunjukkan P-value ≤ α yaitu 0,000 < 0,025,
rata-rata nilai post-test nya mencapai 64,17. maka bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, dengan
Dari data tersebut terlihat jelas bahwa masing- kesimpulan bahwa “terdapat peningkatan
masing kelas mengalami peningkatan, pada kemampuan numerasi representasi matematis
kelas eksperimen peningkatan mencapai 68%, siswa setelah memperoleh pembelajaran dengan
sedangkan pada kelas kontrol peningkatannya menggunakan model pembelajaran Means
mencapai 44%. Hal ini menunjukkan terdapat Ends Analysis (MEA)”. Selain itu, berdasarkan
perbedaan yang signifikan kemampuan numerasi perhitungan indeks gain ternormalisasi rata-rata
representasi matematis siswa yang memperoleh kemampuan numerasi representasi matematis
pembelajaran model MEA dengan siswa yang siswa pada kelas eksperimen setelah diberikan
memperoleh pembelajaran konvensional. perlakuan hasilnya menunjukkan pada nilai
0,68 atau 68% termasuk kedalam interpretasi
Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang
sedang, yang artinya kemampuan representasi
relevan dengan penelitian ini diantaranya
matematis siswa setelah memperoleh model
penelitian mengenai model pembelajaran Means
MEA mengalami peningkatan pada interpretasi
Ends Analysis yang dilakukan oleh oleh Harto,
sedang.
Agung dan Wibawa pada tahun 2014 dengan
judul penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan hasil uji perbedaan rereta
Means-Ends Analysis (MEA) Dengan Setting dua sampel pada data nilai post-test yang
Belajar Kelompok Berbantuan LKS terhadap menunjukkan hasil P-value < α yaitu 0,000 <
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV di SD 0,05 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima.
Desa Bebetin”. Hasil penelitiannya menunjukkan Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
belajar Matematika siswa yang belajar dengan kemampuan numerasi representasi matematis
model MEA dengan thitung 4,11 ˃ ttabel 2,00. Dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yudhanegara dan model MEA dan pembelajaran konvensional.
Lestari pada tahun 2014 dengan judul penelitian Kemampuan numerasi representasi matematis
“Meningkatkan Kemampuan numerasi siswa yang memperoleh pembelajaran
Representasi Beragam Matematis Siswa Melalui dengan model MEA lebih baik dibanding yang
Pembelajaran Berbasis Masalah Terbuka” memperoleh pembelajaran konvensional.
(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa
Peneliti mengucapkan terima kasih yang tak
Kelas VII SMPN 1 Pagaden, Subang). Hasil dari
terhingga kepada Pengawas Sekolah Binaan
penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan
Wilayah II Kecamatan Tanah Abang Kota
kemampuan numerasi representasi beragam
Adminsitrasi Jakarta Pusat, Kepala Sekolah SDN
matematis siswa yang diberikan pembelajaran
Kampung Bali 07 Pagi dan Kepala Sekolah SDN
masalah terbuka lebih baik daripada siswa yang
Bendungan Hilir 05 yang senantiasa memberikan
diberikan model pembelajaran konvensional.
bimbingan dalam pelaksanaan penelitian secara
daring. Selanjutnya peneliti pula mengucapkan
terimakasih kepada rekan sejawat Kelas V-A
SIMPULAN DAN USULAN
selaku kolabolator penelitian di SDN Kampung
Setelah memperoleh perlakuan pembelajaran Bali 07 Pagi dan rekan sejawat kelas V-B di SDN
pada kelas eksperimen dengan model Means Bendungan Hilir 05 Kecamatan Tanah Abang
Ends Analysis berbasis media interaktif Kota Adminsitrasi Jakarta Pusat.
virtual dengan pemanfaatan paduan aplikasi
powerpoint dan Geogebra secara virtual
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
numerasi representasi matematis siswa. Hal ini
dilihat dari hasil perhitungan secara statistik

95
Acep Saepul Rahmat, Pengaruh Means Ends Analysis Berbasis Media Kartu Kendali Literasi Digital Terhadap Kemampuan Numerasi
Representasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

PUSTAKA ACUAN Forum Pedagogik, Vol. VI (2), hlm. 110-127.


Abdi , Arham. 2021. Pengaruh Media Zoom Sabirin, M. (2014). Representasi dalam
pembelajaran matematika. JPM IAIN
Meeting terhadap Hasil Belajar Matematika
Antasari, Banjarmasin. Vol. 01 (2), hlm. 33-
materi Bangun ruang Kelas VI di Sekolah
44.
Dasar. Jurnal Sains. Universitas Tadulako,
Vo.2, No.1 , 2021 Sahrudin, A. (2016). Implementasi model
pembelajaran means-ends analysis untuk
Agustin, D. (2016). Efektivitas model
meningkatkan kemampuan pemecahan
pembelajaran means ends analysis (MEA)
masalah matematika mahasiswa. Jurnal
dalam pokok bahasan perbandingan untuk
Pendidikan Unsika, FKIP Universitas
meningkatkan hasil belajar di kelas VII SMP
Mathla’ul Anwar Banten. Vol. 4 (1), hlm.
Negeri 1 Pace tahun ajaran 2015/2016.
17-25.
(Artikel Skripsi). Universitas Nusantara
PGRI Kediri. Yudhanegara, R. M., & Lestari, K. E. (2014).
Meningkatkan kemampuan representasi
Alberta. (2018). Literacy a n d
beragam matematis siswa melalui
Numerac Progressions. Jurnal Numerasi
pembelajaran berbasis masalah terbuka.
dan Sains, Universitas Gajah Mada. Vol.
Jurnal Ilmiah Solusi. Vol 1 (4), hlm. 94-103.
3(1), hlm.43-47
England, Elaine and Finney, Andy, 2002,
Interactive Media –What’sthat? Who’s
Involved? , Interactive Media UK, ATSF
Ekowati, D. W., & Suwandayani, B. I. 2018.
Literasi numerasi untuk sekolah dasar.
Malang: UMMPress.
Fuadi, H., Robbia, A. Z., Jamaluddin, J., & Jufri,
A. W. 2020. Analisis Faktor Penyebab
Rendahnya Kemampuan Literasi
Sains Peserta Didik. Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan.Retrieved from https://doi.
org/10.29303/jipp.v5i2.122
Huda, M. (2015). Model-model pengajaran dan
pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jesse James Garrett. 2006. Customer Loyalty
and the Elements of User Experience.
Winter, doi.org/10.1111/j.19487169.2006.
tb00027.x
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
(2017). Gerakan Literasi Nasional.
(Online),(http://gln.kemdikbud.go.id)
Rahmat. (2021). Pengaruh Aplikasi Digital
Powerpoint dan Geogebra terhadap
Kemampuan Representasi Matematis
SiswaSekolah Dasar. Jurnal IJPE Universitas
Pendidikan Indonesia, Vo. 2 No.1 , 2021
Rangkuti, N. A. (2014). Representasi matematis.

96

Anda mungkin juga menyukai