Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ISU-ISU KRITIS PENDIDIKAN


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Problematika Pendidikan di SD/MI
Dosen Pengampu: Eka Widyanti, M.Pd

Disusun oleh:

Anita Isnaini
18.1.13.006
Firda Ringgi
18.1.13.010
Robiyatul Habibah
18.1.13.012
Rosi Zainatun Nur
18.1.13.005
Winda Ardianti
18.1.13.009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SANGATTA
KUTAI TIMUR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Isu-isu Kritis Pendidikan” tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. beserta para pengikutnya yang senantiasa istiqomah di jalan-
Nya hingga akhir zaman.
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Problematika
Pendidikan di SD/MI. Dalam penyusunannya, penyusun memperoleh banyak
bantuan dari berbagai pihak, karena itu penyusun mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini .
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan wawasan penyusun.
Akhir kata dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
diri penyusun dan umumnya bagi pembaca.
.

Sangatta, 22 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan IPS di Indonesia................................................................3
B. Perkembangan serta Konsep Pendidikan IPS di Indonesia.......................4
BAB III PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan dihadapkan kepada tantangan peningkatan layanan dan mutu
pendidikan, tantangan ini memunculkan masalah isu-isu aktual dalam masyarakat,
antara lain pro dan kontra masalah penyelenggaraan sekolah unggul, rendahnya
mutu dilihat dari perolehan nilai hasil ujian nasional yang dulu kerap dikenal
dengan istilah NEM, angka partisipasi pendidikan, tingginya angka putus sekolah,
terbatasnya dana pendidikan di daerah terpencil dan masalah lainnya.
Tuntutan akan peningkatan layanan dan mutu pendidikan adalah merupakan
salah satu dampak keberhasilan pembangunan dalam perubahan sosial, antara lain
meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan. Cepatnya tuntutan ini
tidak seimbang dengan daya dukung berbagai fasilitas dan upaya kerap
melahirkan isu-isu aktual seperti tersebut di atas. Diantisipasi bahwa tuntutan ini
cenderung semakin menguat selaras dengan pencapaian dari keberhasilan
pembangunan itu sendiri. Isu-isu aktual pendidikan memerlukan perhatian dari
berbagai pihak, sesuai dengan lingkup tanggung jawab pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka
dapat di rumuskan permasalahan makalah ini yaitu agar kita bisa memahami Isu-
isu Kritis Pendidikan secara umum maupun khusus.
1. Bagaimana Ujian Nasional dalam isu-isu kritis pendidikan?
2. Bagaimana Kekerasan di Sekolah dalam isu-isu kritis pendidikan?
3. Bagaimana Dana Pendidikan dalam isu-isu kritis pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ujian Nasional
Ujian Nasional merupakan salah satu jenis penilaian yang diselenggarakan
pemerintah guna mengukur keberhasilan belajar siswa. Dalam beberapa tahun ini,
kehadirannya menjadi perdebatan dan kontroversi di masyarakat. Di satu pihak
ada yang setuju, karena dianggap dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dengan
adanya ujian nasional, sekolah dan guru akan dipacu untuk dapat memberikan
pelayanan sebaik-baiknya agar para siswa dapat mengikuti ujian dan memperoleh
hasil ujian yang sebaik-baiknya. Demikian juga siswa didorong untuk belajar
secara sungguh-sungguh agar dia bisa lulus dengan hasil yang sebaik-baiknya.
Sementara, di pihak lain juga tidak sedikit yang merasa tidak setuju karena
menganggap bahwa Ujian Nasional sebagai sesuatu yang sangat kontradiktif dan
kontraproduktif dengan semangat reformasi pembelajaran yang sedang kita
kembangkan. Sebagaimana dimaklumi, bahwa saat ini ada kecenderungan untuk
menggeser paradigma model pembelajaran kita dari pembelajaran yang lebih
berorientasi pada pencapaian kemampuan kognitif ke arah pembelajaran yang
lebih berorientasi pada pencapaian kemampuan afektif dan psikomotor, melalui
strategi dan pendekatan pembelajaran yang jauh lebih menyenangkan dan
kontekstual, dengan berangkat dari teori belajar konstruktivisme.
Kita maklumi pula bahwa Ujian Nasional yang dikembangkan saat ini
dilaksanakan melalui tes tertulis. Soal-soal yang dikembangkan cenderung
mengukur kemampuan aspek kognitif. Hal ini akan berdampak terhadap proses
pembelajaran yang dikembangkan di sekolah. Sangat mungkin, para guru akan
terjebak lagi pada model-model pembelajaran gaya lama yang lebih menekankan
usaha untuk pencapaian kemampuan kognitif siswa, melalui gaya pembelajaran
tekstual dan behavioristik.
Selain itu, Ujian Nasional sering dimanfaatkan untuk kepentingan diluar
pendidikan, seperti kepentingan politik dari para pemegang kebijakan pendidikan
atau kepentingan ekonomi bagi segelintir orang. Oleh karena itu, tidak heran
dalam pelaksanaannya banyak ditemukan kejanggalan-kejanggalan, seperti kasus
kebocoran soal, nyontek yang sistemik dan disengaja, merekayasa hasil pekerjaan
siswa dan bentuk-bentuk kecurangan lainnya.
Terlepas dari kontroversi yang ada bahwa sampai saat ini belum ada pola
baku sistem ujian akhir untuk siswa. Perubahan sering terjadi seiring dengan
pergantian pejabat. Hampir setiap pejabat ganti, kebijakan sistem juga ikut
berganti rupa.
Pelaksanaan UN mendapat berbagai kecaman dari berbagai pihak, terutama
dari komunitas pendidikan di Tanah Air. Kalangan pendidikan pun malah
menganggap bahwa UN justru tidak sesuai dengan UU No 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan berbagai program pemerintah
lainnya. Kalangan aktivis pendidikan dari Koalisi Pendidikan pun berpendapat
serupa. "Penambahan mata pelajaran yang di-UN-kan semakin mencerminkan
betapa pemerintah semakin besar kuasanya dalam menentukan kelulusan,"
ujarnya. Dia berpandangan, terjadi kekeliruan berpikir. Pemerintah berkeinginan
keras untuk menerapkan UN dengan harapan dapat mengangkat kualitas
pendidikan di Tanah Air. Peningkatan kualitas dianggap cukup lewat tes. Padahal,
kualitas hanya dapat diperoleh lewat proses. Pemerintah justru harus melihat
faktor-faktor penentu berjalannya proses dan sejauh mana itu sudah terpenuhi di
sekolah.
Penerapan standar tunggal evaluasi hasil belajar dalam bentuk ujian nasional
saat ini tampaknya masih sulit diterapkan di Indonesia. Sulitnya penerapan
standar tunggal hasil belajar itu berkaitan erat dengan masih tingginya tingkat
disparitas kualitas antarsekolah di Indonesia. ”Mengacu pada PP No 28/1990
tentang Pendidikan Dasar, penilaian pendidikan tidak hanya dilakukan dengan
mengevaluasi hasil belajar, tetapi juga mencakup proses belajar-mengajar dan
upaya pencapaian tujuan yang dilakukan. Kalau sekarang proses belajar-
mengajarnya saja masih sangat berbeda satu sama lain kualitasnya, hasilnya tentu
juga akan sangat berbeda. Arena pendidikan dari wilayah yang berbeda (desa-
kota, misalnya) pun menyebabkan perbedaan kualitas pendidikan.
B. Kekerasan di Sekolah
Kekerasan di dunia pendidikan kembali terjadi. Beberapa kali kasus selalu
terjadi, baik sekolah kota maupun disekolah yang ada di desa. Ketua Komisi
Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait mengatakan
kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah kembali terjadi karena belum ada
tindakan tegas dari pemerintah terhadap pelaku kekerasan di sekolah. "Guru yang
melakukan kekerasan, setahu saya belum ada yang sampai dipecat karena Menteri
menganggap ini hal biasa untuk mendisiplinkan anak. Padahal itu salah," katanya
saat berbincang dengan okezone, Rabu (28/9/2011). Dampaknya, psikologis anak
akan menjadi tertekan. "Itu salah satu proses radikalisme terjadi. Kalau sekolah
sudah mengajarkan kekerasan itu bagian dari menumbuhkan sikap radikal,"
ujarnya.
Padahal Undang-Udang perlindungan anak tahun 2002 pasal 59 jelas
menyebutkan sekolah wajib menjadi zona anti kekerasan. Guru yang melakukan
kekerasan terhadap anak tidak memenuhi syarat psikologis untuk menjadi tenaga
pengajar.

C. Dana Pendidikan
Muhammad Nuh sebagai menteri pendidikan nasional mengajukan
tambahan dana untuk anggaran pendidikan sebesar Rp 11,762 triliun dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2011.
Rencananya tambahan dana ini diajukan untuk menambah anggaran beasiswa dan
juga pendidikan di daerah timur Indonesia. Di satu sisi, hal ini patut diapresiasi
mengingat dana pendidikan di Indonesia akan ditambah. Tentu saja, jika
penyampaiannya tepat, dana ini akan sangat membantu mereka yang tidak
memiliki akses terhadap pendidikan. Anggaran pendidikan sekarang yang dipatok
sebesar 20% dari APBN, masih saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Padahal, pemerintah mematok adanya program wajib belajar sembilan tahun. Dan
kejadian-kejadian di atas terjadi pada daerah pendidikan dasar tersebut. Oleh
karena itu, wajar jika masyarakat akan menilai tambahan dana yang sekalipun
akan dikucurkan tersebut tidak akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
kecil terkait akses pendidikan. Realitas yang ada sekarang ini menyatakan hal
sebaliknya. Sebaliknya yang akan timbul adalah ketakutan akan penyelewengan
dana tersebut.
Menambahkan dana pendidikan itu memang perlu namun, untuk apa
penambahan tersebut dilakukan jika harus mengalami kebocoran dimana-mana?
Analoginya seperti menambahkan debit air bersih. Jika debit ditambahkan namun
kebocoran pada pipa tetap terjadi, akhirnya penambahan itu akan sia-sia juga
sebab yang membuat debit itu berkurang sampai di pelanggan bukan hanya
masalah besar atau kecilnya debit awal melainkan kebocorannya. Oleh karena itu,
yang seharusnya dilakukan sebelum penambahan dana adalah dengan
menanggulangi kebocoran itu terlebih dahulu. Dana bantuan operasional sekolah
(BOS) yang dialirkan ke daerah-daerah sudah sepatutnya diawasi pemakaiannya
oleh pemerintah daerah. Jangan sampai dana tersebut sampai pada tangan-tangan
yang tidak berhak mendapatkannya. Jika dana BOS ini sudah terealisasi dengan
baik, maka seharusnya masalah uang kursi dan seragam sekolah tidak lagi harus
dipermasalahkan.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II Pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan pendidikan
nasional ialah mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Kemudian
dipertegas lagi secara rinci di dalam GBHN butir 2 a dan b. Konsepnya sudah
cukup baik. Tetapi di dalam pelaksanaannya pendidikan afektif belum ditangani
semestinya. Kecenderungan mengarah kepada pengutamaan pengembangan aspek
kognitif.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kemendiknas tahun 2009 mengenai
kondisi sekolah di Indonesia, masih banyak keprihatinan yang harus diperhatikan
oleh segenap bangsa dan tanah air.
Masalah kekerasan yang melanda dunia pendidikan juga menjadi isu
hangat yang sering diperbincangkan. Padahal Undang-Udang perlindungan anak
tahun 2002 pasal 59 jelas menyebutkan sekolah wajib menjadi zona anti
kekerasan.

B. Saran
Demikianlah yang dapat penyusun uraikan tentang isu-isu kritis pendidikan
yang terjadi di dunia pendidikan, penyusun menyarankan kepada teman-teman
yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang hal tersebut di atas untuk mencari
referensi melalui berbagai media yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Problem Aktual Pendidikan. dari http://sancanation.blogspot.com


pada tanggal 22 November 2021 pukul 20:18 WITA

Deswantoro. 2010. Masalah Layanan Dan Mutu Pendidikan. dari


http://deslih101010.blogspot.com pada tanggal 22 November 2021 pukul
12:18 WITA

Lutfi, Ahmad. 2012. Isu-Isu Pendidikan, dari http://lutfiyolutfi.blogspot.com pada


tanggal 22 November 2021 pukul 20:18 WITA

Anda mungkin juga menyukai