Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“KURANGNYA TENAGA GURU YANG BERKUALITAS”

DOSEN PENGAMPU

Dr. Novitawati S,Psi., M.Pd.

DISUSUN OLEH

Rizki Ramayanti

2210114120005

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugrahkan
ilmu pengetahuan kepada manusia sehingga dengan ilmu pengetahuan kepada manusia sehingga
dengan ilmu tersebut manusia terangkat harkat dan martabatnya. Shalawat dan salam selalu
terlimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang mana berkat beliaulah
mampu menghantarkan manusia menuju pencerahan.

Allah SWT memberikan rahmat dan karunianya sehingga memberikan saya kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan malakah ini dengan tepat waktu. Namun jika makalah ini nanti
terdapat kesalahan saya sebagai penyusun mohon maaf dengan kekurangan makalah. Rasa
hormat saya berterimakasih kepada Ibu Dr. Novitawati S,Psi., M.Pd. Selaku dosen pengampu
mata kuliah Pengantar Pendidikan.

Harapan saya semoga makalah yang sangat sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan
ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya, tidak terkecuali juga bagi saya sebagai
penulis. Terlebih lagi dapat memperkaya wawasan mengenai pembangunan dan pedoman bagi
mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Pendidikan.

Banjarmasin, 8 Desember 2022

Rizki Ramayanti

2210114120005
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..

A. Latar Belakang………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….
C. Tujuan…………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………...

A. Masalah Pendidikan di Indonesia……………………………………………..


B. Faktor yang mempengaruhi kurangnya kualitas guru berkualitas……………
a) Faktor Ekonomi……………………………………………………………
b) Faktor Demografi…………………………………………………………..
c) Faktor Geografis……………………………………………………………
d) Faktor Pandemic…………………………………………………………...
e) Faktor Teknologi dan Perkembangan Zaman……………………………...

BAB III PENUTUP...................................................................................................

A. Kesimpulan……………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi setiap negara untuk berkembang
dengan cepat. Bangsa yang besar akan menganggap pendidikan sebagai prioritas utama,
Karena dengan pendidikan akan ada kesengsaraan di kalangan masyarakat pedesaan
digantikan oleh kesejahteraan. Bagaimanapun, dalam pendidikan perkembangannya di
Indonesia, selalu ada beberapa masalah yang harus dihadapi di setiap langkahnya. Masalah-
masalah ini hanya dapat diselesaikan dengan partisipasi semua pihak terkait. orang-orang
yang terlibat dalam sistem pendidikan seperti orang tua, guru, kepala sekolah, masyarakat,
tetapi juga siswa itu sendiri.

Pendidikan merupakan proses yang sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan


bangsa, sehingga harus dilakukan secara profesional. Oleh karena itu, guru sebagai
salah satu pelaku pendidikan harus profesional. Oleh karena itu, keberadaan guru
dalam proses pendidikan dapat bermakna bagi masyarakat dan bangsa.beretika,
berakhlak mulia dan berkepribadian.Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa
depan masyarakat, bangsa dan negara sangat ditentukan oleh guru.

Guru dianggap sebagai figur sentral dalam pendidikan, karena perannya


dalam menggerakkan dan memfasilitasi pembelajaran. Guru juga harus memiliki
peran sebagai akademisi, peneliti dan siswa seumur hidup. Hal ini mendukung perannya
dalam pengawasan yang efektif terhadap proses belajar mengajar. Saat ini, guru
tidak lagi bertindak seperti “tahap uji coba”, seperti memahami pembelajaran yang
berpusat pada guru.

Guru adalah fasilitator yang merancang bagaimana proses pembelajaran menerapkan


strategi yang fleksibel, metode penilaian yang transparan, dan kegiatan yang
dapat memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif. Selain itu, kepala sekolah juga menerima
umpan balik dari siswa atas proses pembelajaran yang sedang berlangsung
sehingga memungkinkan berkembangnya suasana berpikir kritis, kolaborasi,
komunikasi dan kreativitas sesuai dengan karakter yang dibutuhkan di era 4.0.

Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa
yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak
dahulu. Semakin signifikan keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin
terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret
manusia yang akan datang tercermin dari potret guru di masa sekarang dan gerak maju
kehidupan bangsa sangat bergantung dari “citra” guru ditengah-tengah masyarakat.
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja masalah pendidikan di Indonesia


2. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya tenaga pegajar atau guru yang
berkualitas

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja masalah pendidikan yang ada di Indonesia

2. Mengetahui faktor penyebab rendahnya tenaga pengajar atau guru yang berkualitas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masalah Pendidikan Di Indonesia


Masalah pendidikan di Indonesia memang menjadi perhatian banyak orang. Salah satu
masalah utama yang dihadapi adalah rendahnya kualitas tenaga pengajar. Hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
oleh tenaga pengajar, serta kurangnya motivasi dan komitmen dari tenaga pengajar untuk terus
belajar dan meningkatkan kualitas pengajarannya. Pemerintah perlu mengambil tindakan nyata
untuk meningkatkan kualitas tenaga pengajar, seperti dengan memberikan pelatihan dan
pendidikan yang lebih baik, serta memberikan insentif kepada tenaga pengajar yang berprestasi.

Kurangnya tenaga pendidik yang berkualitas merupakan salah satu masalah yang cukup
serius dalam dunia pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan kualitas pendidikan
yang diberikan tidak sebaik yang diharapkan, sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa dan keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Salah satu penyebab utama kurangnya
tenaga pendidik yang berkualitas adalah minimnya dana yang dialokasikan untuk pendidikan.
Hal ini menyebabkan kualitas sekolah dan fasilitas belajar yang tidak memadai, sehingga tidak
dapat menarik calon pendidik berkualitas untuk bekerja di sekolah tersebut. Selain itu, kurangnya
pendapatan yang diberikan kepada pendidik juga menjadi salah satu alasan yang membuat calon
pendidik berkualitas enggan untuk menjadi seorang guru. Salah satu akar masalah buruknya
kualitas pendidikan Indonesia adalah rendahnya kualitas guru. Dari tahun 2012 hingga 2015,
sebanyak 1,3 juta dari 1,6 juta guru yang mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG) - yang
mengukur kompetensi mengelola pembelajaran dan pemahaman atas mata pelajaran yang
diampu - bahkan tidak mencapai nilai minimum. penyebab signifikan dari rendahnya kualitas
guru adalah proses perekrutan guru yang tidak fokus ke pemilihan tenaga didik profesional,
melainkan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan Aparatur Sipil Negara (ASN). Dari sekitar 2,9
juta guru di Indonesia, lebih dari setengahnya (sekitar 1,5 juta) berstatus sebagai pegawai negeri
sipil. Keberadaan guru yang berasal dari sistem rekrutmen pemerintah ini sangat krusial bagi
sistem pendidikan Indonesia karena mereka menjadi tumpuan pembelajaran bagi hampir 90
persen sekolah yang ada di Indonesia.

Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidik berkualitas juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kurangnya tenaga pendidik berkualitas.
Masyarakat lebih memilih memilih pendidik dengan biaya murah daripada mempertimbangkan
kualitas pendidik yang berkualitas, sehingga tidak memperhatikan kualitas pendidik yang
diterima oleh sekolah. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan adanya perhatian dan dukungan
dari pemerintah untuk meningkatkan dana yang dialokasikan untuk pendidikan, serta
memberikan pendapatan yang layak bagi pendidik. Selain itu, perlu adanya kampanye untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidik berkualitas agar masyarakat lebih
memperhatikan kualitas pendidik yang diterima oleh sekolah.

B. Faktor Permasalahan Kurangya Guru Berkualitas


1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab utama rendahnya kualitas tenaga
pengajar di Indonesia. Kondisi ekonomi yang tidak stabil di Indonesia membuat banyak
tenaga pengajar yang tidak mampu mendapatkan gaji yang layak. Hal ini menyebabkan
banyak tenaga pengajar yang terpaksa mengambil pekerjaan paruh waktu di luar sekolah
untuk menambah penghasilan mereka. Hal ini tentu saja akan mengganggu fokus dan
konsentrasi mereka dalam mengajar di sekolah, sehingga kualitas pengajarannya menjadi
rendah. Selain itu, kondisi ekonomi yang tidak stabil juga membuat banyak tenaga
pengajar yang tidak memiliki akses terhadap pelatihan dan pendidikan yang berkualitas.
Hal ini menyebabkan kurangnya kompetensi dan kualifikasi tenaga pengajar, sehingga
kualitas pengajarannya menjadi rendah. Kondisi ekonomi yang rendah juga menyebabkan
banyak tenaga pengajar yang terpaksa mengajar di sekolah yang tidak memiliki fasilitas
yang memadai. Hal ini tentu saja akan mengganggu kualitas pengajarannya, sehingga
kualitas tenaga pengajar di Indonesia menjadi rendah. Kurangnya kualitas guru dari segi
ekonomi dapat terjadi karena kurangnya dukungan finansial bagi guru dalam
mengembangkan kompetensi dan keterampilan mereka. Hal ini dapat menyebabkan guru
kurang terampil dalam mengelola pembelajaran dan memberikan materi yang berkualitas.
Faktor ekonomi juga dapat mempengaruhi kesempatan kerja yang tersedia bagi guru, dan
ini dapat mempengaruhi kualitas guru secara keseluruhan. Guru yang tidak memiliki
kesempatan kerja yang baik atau yang tidak memiliki gaji yang layak, mungkin akan
lebih sulit untuk fokus pada tugas mereka sebagai guru dan memberikan pengajaran yang
berkualitas.

Hasibuan (2013) & Mangkunegara (2014) menjelaskan kesejahteraan ekonomi


disebut sebagai kompensasi pelengkap/ benefit secara ekonomi artinya adalah balas jasa
pelengkap (material dan non-material) yang diberikan berdasarkan kebijakan bertujuan
untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik mental karyawan agar
produktivitas kerjanya meningkat. pemberian kesejahteraan kepada pegawai (guru)
bertujuan untuk:
 meningkatkan kesetiaan dan keterikatan karyawan kepada perusahaan;
 memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi karyawan beserta
keluarganya;
 memotivasi gairah kerja, disiplin, dan produktivitas kerja karyawan;
 menurunkan tingkat absensi dan turnover;
 menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik dan serta nyaman;
 membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan;
 memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas seseorang; dan
 Meningkatkan status sosial berserta keluarganya.

2. Faktor Demografi

Menurut Gibson, et.al. (1997), ada tiga kelompok variabel yang dapat
mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja seseorang, yaitu: variabel individu,
variabel psikologis, dan variabel organisasi. Variabel individu terdiri dari sub variabel: a)
kemampuan dan keterampilan (mental dan fisik), b) latar belakang (keluarga, tingkat
sosial, pengalaman kerja), dan c) demografi (umur, asal-usul, jenis kelamin).

Terkait dengan teori di atas, penelitian ini mengkaji pengaruh faktor umur dan
jenis kelamin terhadap kinerja guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013.

⦁ Umur

Umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan seseorang, baik kedewasaan


teknis maupun kedewasaan psikologis. Menurut Siagian (1995), semakin lanjut usia
seseorang semakin meningkat pula kedewasaannya. Dengan kata lain, usia yang
bertambah dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan,
berpikir rasional, mengendalikan emosi, dan toleran terhadap pandangan orang lain,
sehingga berpengaruh pada peningkatan kinerja. Menurut Wexley dan Yuki (1997),
pekerja usia 20-30 tahun mempunyai prestasi kerja relatif lebih rendah dibandingkan
dengan pekerja yang lebih tua usianya, sehingga sering mengalami kekecewaan dalam
bekerja. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya kinerja.

⦁ Jenis Kelamin

Jenis kelamin diasumsikan berpengaruh pada kinerja karena berkaitan dengan


faktor-faktor lain seperti perbedaan mendapatkan formasi, besarnya gaji, dan lain-lain.
Shye seperti yang dikutip oleh Ilyas (2001) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
produktivitas kerja antara karyawan wanita dan pria. Namun faktor jenis kelamin perlu
mendapat perhatian karena sebagian besar guru berjenis kelamin wanita.

3. Faktor Geografi

Etos kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis. Lingkungan alam
yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha
untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat mengundang
pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut. Di antara kendala
paling mendasar seringkali dialami oleh guru, baik secara internal maupun eksternal
adalah: (1) kondisi internal, upaya pemenuhan kebutuhan hidup, kesempatan untuk
pengembangan karir, dan peningkatan kesejahteraan guru menjadi suatu hal yang
menyulitkan;

(2) kondisi eksternal, bagi guru yang berdomisili atau bertugas di daerah dataran tinggi
atau daerah-daerah terpencil, maka kebutuhan akan akses berupa informasi, komunikasi,
transportasi, dan jalan bisa menjadi kendala atau masalah yang berarti. Dengan demikian
dapat diasumsikan bahwa kondisi internal dan eksternal tersebut di atas berpengaruh
terhadap kinerja guru dalam pelaksanaan tugas kesehariannya.

Selain itu beberapa ada juga faktor geografi dapat mempengaruhi kualitas tenaga
pengajar di Indonesia karena beberapa hal, seperti:

 Terdapat perbedaan ketersediaan sumber daya manusia di tiap wilayah. Beberapa


wilayah di Indonesia mungkin memiliki tingkat kesulitan dalam mendapatkan
tenaga pengajar yang kompeten karena minimnya jumlah penduduk yang
memiliki latar belakang pendidikan yang memadai.
 Terdapat perbedaan ketersediaan fasilitas pendidikan di tiap wilayah. Beberapa
wilayah di Indonesia mungkin tidak memiliki fasilitas pendidikan yang memadai,
sehingga menyulitkan tenaga pengajar dalam memberikan pendidikan yang
berkualitas.
 Terdapat perbedaan tingkat mobilitas masyarakat di tiap wilayah. Beberapa
wilayah di Indonesia mungkin memiliki tingkat mobilitas masyarakat yang
rendah, sehingga sulit bagi tenaga pengajar untuk mendatangi wilayah tersebut
untuk memberikan pendidikan yang berkualitas.
 Terdapat perbedaan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat di tiap wilayah.
Beberapa wilayah di Indonesia mungkin memiliki tingkat kemampuan ekonomi
masyarakat yang rendah, sehingga tenaga pengajar tidak mendapatkan remunerasi
yang memadai untuk memberikan pendidikan yang berkualitas.

4. Faktor Pandemic

Proses belajar mengajar memerlukan kerja sama antara peserta didik dengan guru.
Guru dalam proses belajar mengajar harus dapat menentukan kualitas pengajarannya
(Mansyur, 2020; Sudaryati, 2021). Oleh karena itu, guru sebagai pendidik mesti dapat
mengelola kelas, menggunakan metode pembelajaran yang tepat, mengembangkan sikap
dan kepribadiannya sebagai guru, serta mengembangkan bahan ajar. Peningkatan kualitas
pendidikan melalui peningkatan kinerja guru merupakan salah satu cara yang dapat
ditempuh dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah (Catio & Sunarsi,
2020; Utari & Rasto, 2019). Peningkatan kinerja guru akan berdampak pada peningkatan
kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan
pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil belajar (Asmalah,
2018; Wachidah, 2019).

Namun kenyataannya, kinerja guru dimasa pandemic menurun, hal ini disebabkan
karena selama pandemi guru mengalami berbagai kendala seperti kesulitan
menyampaikan materi pembelajaran (Asmuni, 2020; Basar, 2021; Harahap, 2021). Hal
ini menyebabkan mutu proses pembelajaran menjadi rendah dan kurang bermakna bagi
siswa. Hal ini ditunjukkan bahwa guru-guru lebih berorientasi pada pencapaian target
materi dan lebih mengejar target nilai tinggi pada ulangan baik ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester maupun ujian sekolah, sehingga cenderung mengabaikan mutu
proses pembelajaran. Pembelajaran dengan sistem daring artinya pembelajaran yang
menggunakan platform digital dalam pelaksanaannya. Pembelajaran daring dilaksanakan
dengan jarak jauh tanpa harus bertatap muka secara langsung. Guru sebagai unsur utama
dalam pelaksanaan pembelajaran dituntu agar terus meningkatkan kinerjanya sehingga
peserta didik dapat memahami pembelajaran meskipun menggunakan sistem daring dan
tetap dapat mengembangkan produktivitas diri peserta didik.

Dalam keadaan pandemic saat ini, guru perlu diberdayakan untuk


mengembangkan kompetensi-kompetensi yang ada. Melalui pemberdayaan, guru dilatih
untuk mampu menciptakan kondisi professional dalam menjalankan tugas dan
peranannya (Susanto, 2016). Hal ini sangat mendukung terlaksananya kemajuan siswa
dan guru dalam kegiatan belajar mengajar dimasa pandemi. Seperti halnya yang
diungkapkan oleh Mitchell Steward dalam Agus Harjana yaitu pemberdayaan
memungkinkan organisasi untuk mencapai pelanggan dan tuntutan pasar secara cepat,
fleksibel dan efisien (Susanto, 2016). Dalam hal ini yang dimaksud adalah organisasi
sekolah. Dengan pemberdayaan guru diharapkan sekolah mampu memberikanpelayanan
yang baik seperti manakala pembelajaran di sekolah sebelum daring.

5. Faktor Teknologi dan Perkembangan Zaman

Dalam penggunaan teknologi informasi sangat tampak dalam dunia pendidikan


tidak selalu berjalan dengan mulus, karena ternyata kemajuan teknologi tidak selalu
diikuti dengan kualiatas sumber daya manusia. Hal tersebut terjadi karena kebanyakan
guru terbiasa pada metode lama dalam proses pembelajaran, yaitu dengan metode
ceramah yang berorientasi pada konten untuk menyelesaikan materi.. Berbagai hambatan
yang telah ditemukan peneliti sebelumnya, yang paling dominan adalah terkait dengan
kemampuan guru dalam penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran, hambatan
lain yang ditemukan yakni berupa masalah teknis yang berkaitan dengan ketersediaan
listrik yang tidak memadai, ketidakstabilan jaringan. Selanjutnya pembiayaan, yang erat
kaitannya dengan pemenuhan perangkat pembelajaran yang berbasis dengan teknologi
informasi.

Berdasarkan prinsip pembelajaran kurikulum 2013, guru dituntut mengubah


mindset dan kebiasaan lama mengajar didepan kelas. Salah satu prinsip pembelajaran
pada kurikulum 2013 yaitu penerapan teknologi informasi secara terintegrasi yang dapat
mengarahkan siswa untuk berfikir kritis dan analitis. Teknologi adalah penggunaan
pengetahuan ilmiah untuk meningkatkan cara dalam melakukan sesuatu. Misalnya
dengan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menciptakan mesin atau perangkat
untuk membuat hal-hal agar suatu pekerjaan mudah untuk dilakukan. Sedangkan
teknologi pendidikan adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber untuk belajar. Teknologi
memiliki manfaat antara lain dapat meningkatkan kinerja serta memungkinkan semua
kegiatan dapat terselesaikan dengan cepat, tepat, akurat, dan meningkatkan produktifitas
kerja karena teknologi informasi menghasilkan informasi yang berkualitas dan sangat
relevan baik untuk keperluan pribadi, bisnis, kesehatan, hobi, rohani maupun
pemerintahan.

Chaidar Husain mengemukakan dalam teknologi informasi dalam dunia


pendidikan, terdapat lima masalah yang menjadi penghambat dalam penggunaan
teknologi informasi dalam dunia pendidikan yaitu:

 Masalah teknis, hal ini berkaitan dengan ketersediaan listrik yang tidak memadai,
ketidakstabilan jaringan internet.
 Secara psikologi guru terbebani dalam mengajar dalam penggunaan media dalam
mengajar, hal ini dikarenakan guru dituntut harus lebih kreatif dan dengan
persiapan mengajar yang matang, sehingga sebelum tampil didepan kelas guru
harus mencobanya agar tidak canggung,
 Keterbatasan tenaga operasional untuk bisa memanfaatkan TIK, hal ini terkait
dengan ketersediaan tenaga khusus untuk mengelola media tersebut, karena tidak
semua guru mampu mengoperasikannya.
 Kurangnya kompetensi guru dalam penggunaan teknologi informasi yang telah
disediakan oleh sekolah yang terkadang dipengaruhi oleh faktor usia.
 Permasalahan pembiyaan, yang erat kaitannya dengan pemenuhan perangkat
pembelajaran yang berbasis dengan teknologi informasi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurangnya guru berkualitas dapat mempengaruhi kualitas pendidikan di negara tersebut
dan menyebabkan masalah dalam sistem pendidikan. Ini bisa menjadi masalah serius jika tidak
diatasi dengan baik. Dampak dari kurangnya tenaga pendidik yang berkualitas adalah
menurunnya kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa, sehingga dapat mengurangi
kesempatan mereka untuk berkembang dan mencapai potensi maksimal. Hal ini juga dapat
mempengaruhi prestasi siswa di sekolah dan mempersulit perkembangan pendidikan di suatu
wilayah.

B. Saran

Guru adalah profesi yang mulia sekaligus salah satu aspek penting dalam pendidikan,
karena itu perlu diperhatikan peningkatan kualitasnya dan kesejahteraan hidupnya. Seorang guru
dituntut untuk memiliki empat kompetensi sesuai dengan yang disyaratkan oleh undang-undang
no 14 tahun 2005 yaitu kompentensi pedagogik, profesional, kepribadian dan social. Dalam
rangka meningkatkan kualitas guru, empat kompetensi tersebut harus diperhatikan.

Peningkatan kualitas guru dapat diselenggarakan melalui pengembangan profesionalisme


baik yang berupa seminar dan lokakarya maupun yang dilakukan secara daring melalui social
media. selain itu, untuk menjawab tantangan di era revolusi digital guru juga perlu meningkatkan
ketrampilan dalam hal penggunaan teknologi digital untuk meningkatkan kualitas dan daya Tarik
pembelajaran.

Pemberian sertifikasi pendidik dan tunjangan sertifikasi guru dapat digunakan juga untuk
memperbaiki kualitas guru. Selain itu guru perlu juga didorong untuk meningkatkan kemampuan
dalam meneliti dan menggunakan Bahasa Inggris. Pada akhirnya segala upaya tersebut
membutuhkan peranan pemerintah sebagai pembuat keputusan untuk mendorong perbaikan
kualitas guru yang akan berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Penyelenggaraan pengembangan profesionalisme guru sebaiknya dilaksanakan baik oleh


sekolah maupun organisasi seperti perkumpulan MGMP. Merujuk pada hasil penelitian yang
menyatakan bahwa penyelenggara PD terbaik adalah guru. Dengan demikian guru sebaiknya
memang berperan aktif dalam kegiatan pengembangan profesionalisme. Hal ini erat kaitannya
dengan pengetahuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan oleh guru untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Aretsa, dkk. 2021. Peningkatan Kinerja Guru Pada Masa Pandemi Dengan Sistem Daring.
Univrsitas Ahmad Dahlan.

Audi, H.I. 2021. Kualitas Guru Di Indonesia. Universitas Negeri Semarang.

Basri. 2009. Pemerataan Guru Di Indonesia.

Hidayana Yusma. 2021. Pengaruh Penggunaan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Guru Di
Sekolah Dasar Negeri 009 Koto Mesjid Kabupaten Kampar. Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim.

Jajat Sudrajat. 2020. Kompetensi Guru Di Masa Pandemi. Politeknik Tri Mitra Karya Mandiri.

Mariana, Rita. 2021. Permasalahan dan Solusi Untuk Meningkatkan Kompetensi dan Kualitas
Guru : Sebuah Kajian Pustaka. Politeknik Negeri Semarang.

M. Shiddiq, A.J. 2006. Pendidikan Di Indonesia : Masalah dan Solusinya. Universitas Negeri
Malang.

Shintia, R. 2020. Mengapa Kualitas Guru Di Indonesia Masih Rendah?. Magdalena.

Sukirman. 2016. Faktor Demografi Yang Mempengaruhi Kinerja Guru Di Sumatra Selatan.
Universitas Negeri Islam (UIN) Raden Fatah.

Syamsul, B. 2011. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru SD Di Dataran Tinggimoncong


Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Universitas Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai