Sub babnya:
Sub babnya:
Cara yang bisa ditempuh untuk mengatasi berbagai permasalahan rendahnya mutu
Pendidikan (1602)
Solusi 20229 di makalah kesimpulan
Referensi
https://core.ac.uk/download/pdf/200297375.pdf (makalah 20229)
https://koinworks.com/blog/masalah-pendidikan/ (makalah website)
Ref3 di flashdisk 1602
https://ar.wikipedia.org/wiki/%D8%B9%D8%AF%D9%85_
%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%B3%D8%A7%D9%88%D8%A7%D8%A9_%D9%81%D9%8A_
%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%B9%D9%84%D9%8A%D9%85
qiw
https://posi.id/5-masalah-pendidikan-di-indonesia-hingga-saat-ini/
https://bimawa.uad.ac.id/wp-content/uploads/Paper-Seminar-Nasional-2.pdf
FIX
Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan
Rendahnya kualitas guru
Dana Pendidikan yang Kurang
Rendahnya kualitas sarana fisik
Makalah Tarbiyah
Sikap guru dan orangtua terhadap kreatifitas, dimana guru lebih menyukai siswa dengan
kecerdasan tinggi daripada yang rendah. Hal ini kurang memupuk kreatifitas anak
Sistem pembelajaran lebih banyak menitikberatkan pada kuantitas hasil daripada kualitas
proses. Hal ini tercermin dalam semangat penyelenggaraan Ujian Nasional. Para penyelenggara
pendidikan lebih memusatkan perhatiannya pada jumlah lulusan daripada memperhatikan
kualitas proses pembelajaran. Membahas soal-soal lebih diminati daripada mengkaji dan
mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori ilmu pengetahuan.
Pendidikan telah dipersempit maknanya menjadi pengajaran. Bahkan pengajaranpun
telah dipersempit menjadi proses transfer ilmu yang puncaknya adalah ujian demi ujian.
Masalah ini pada gilirannya akan menciptakan kegiatan belajar yang hanyamenekankan pada
unsur pengetahuan dengan sistem hafalan. Dari sini ada kesan bahwa bahwa standar
keberhasilan belajar identik dengan kemampuan mengisi soal-soal, sedang urusan sikap,
kepribadian, atau akhlaknya tidak dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan
standar prestasi.
Munandar U. Pendidikan dan Agama Akhlak bagi Anak dan Remaja. Jakarta PT Logos
Wacana Ilmu. 2002
Kebanyakan guru di Indonesia belum profesionalisme yang memadai untuk menjalankan
tugasnya sebagaimana dicantumkan dalam Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, yaitu Guru bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah
Al-Jawi MS. Pendidikan di Indonesia: Masalah dan Solusinya. In: Makalah dalam Seminar
Nasional Potret Pendidikan Indonesia: Antara Konsep Realiti dan Solusi, diselenggarakan
oleh Forum Ukhwah dan Studi Islam (FUSI) Universitas Negeri Malang. 2006.
3. Kurangnya Mutu dan Relevansi Pendidikan
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya kualitas
tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh guru dan
dosen tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar
pendidikan tinggi di Indonesia memiliki masalah yang sangat mendasar. Kinerja guru merupakan
serangkaian hasil dari proses dalam melaksanakan pekerjaannya yang sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya. Kemampuan seorang guru untuk menciptakan model pembelajaran baru
atau memunculkan kreasi baru akan membedakan dirinya dengan guru lain.
Saptono, A. (2016). Lingkungan Belajar , Sikap Terhadap Profesi Guru terhadap Intensi
Menjadi Guru (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta) Ari
Saptono, 14(1).
Itulah sebabnya seorang tenaga pengajar harus mengedepankan kreativitas agar
mendapatkan mutu yang baik dan berpengaruh positif terhadap rangkaian pembelajaran, hal ini
akan berpengaruh juga terhadap kecepatan daya tangkap suatu ilmu yang dicerna oleh peserta
didik selama proses pembelajaran
Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan sumber
daya seperti waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan produktifitas
pendidikan yang optimal. Pada saat sekarng ini, pelaksanaan pendidikan di Indonesia jauh dari
efisien, dimana pemanfaatan segala sumberdaya yang ada tidak menghasilkan lulusan yang
diharapkan. Banyaknya pengangguran lebih dikarenakan oleh kualitas pendidikan yang telah
mereka peroleh. Pendidikan yang mereka peroleh tidak menjamin mereka untuk mendapat
pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka jalani.
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai
dengan rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar yang telah
dibuat oleh dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan pendidikan
tersebut tidak efektif. Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu
menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak
diharapkan. Keadaan ini akan menghasilkan masalah lain seperti pengangguran.
Saptono, A. (2017). Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Dan Kecerdasan
Emosional Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas X Di Sma Negeri 89
Jakarta. Econosains Jurnal Online Ekonomi Dan Pendidikan, 14(1), 105–112. https://doi.or
g/10.21009/econosains.0141.08
B. Solusi masalah umum pendidikan
Permasalahan yang ada di dalam dunia pendidikan memang sangat kompleks. Tetapi semua
tidak cukup hanya diidentifikasi dan diketahui serta disadari adanya. Semua permasalahan
tersebut harus dicari jalan keluarnya sehingga ke depan segala permasalahan tersebut dapat
teratasi atau paling tidak bisa diminimalisir. Beberapa upaya yang bisa dilakukan adalah :
Sikap guru dan orangtua terhadap kreatifitas, dapat diatasi dengan mengembalikan fungsi
guru sebagai pendidik yang mempunyai tugas untuk mengembangkan sikap dan kemampuan
peserta didik sehingga peserta didik mampu menghadapi persoalan-persoalan di masa
mendatang
secara kreatif dan inovatif. Setiap peserta didik mempunyai potensi masing-masing yang harus
dimaksimalkan
Munandar U. Pendidikan dan Agama Akhlak bagi Anak dan Remaja. Jakarta PT Logos
Wacana Ilmu. 2002
Sumber daya pendidikan yang belum cukup andal. Perlu upaya peningkatan kualitas
sumber daya pendidikan melalui penataan ulang berbagai kebijakan dan tata kelola pendidikan
yang pelaksanaannya disamakan dengan bidang lain yang tujuan, fungsi dan perannya berbeda
dengan lembaga pendidikan.
Sistem pembelajaran lebih banyak menitikberatkan pada kuantitas hasil daripada kualitas
proses. Perlu diubah paradigma pembelajaran di Indonesia. Dari yang menitikberatkan pada
kuantitas hasil menjadi penekanan pada keduanya baik kuantitas maupun kualitas hasil
pembelajaran.
Kurikulum, proses pembelajaran, sistem evaluasi masih bersifat parsial terhadap tujuan
pendidikan nasional. Masalah ini dapat diatasi dengan menciptakan kurikulum yang fleksibel,
sehingga memberi kesempatan kepada para pelaku pendidikan untuk memiliki peluang dalam
mengembangkan bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik.