Anda di halaman 1dari 4

BAB 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Penerapan Sistem Zonasi di SMA NEGERI 2 JEMBER


Kebijakan sistem zonasi merupakan kebijakan dalam rangka manajemen
peserta didik yang mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2017/2018. Kebijakan
ini dituangkan melalui Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang penerimaan
peserta didik baru pada TK, SD, SMP, SMA, SMK atau bentuk lain yang
sederajat. Seiring berjalanya waktu kebijakan tersebut diperbaharui. Pada tahun
2018 zonasi diatur dalam Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 tentang
penerimaan peserta didik baru pada TK, SD, SMP, SMA, SMK atau bentuk lain
yang sederajat . Sedangkan untuk tahun ajaran 2019/2020 kebijakan ini tertuang
dalam Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018 tentang penerimaan peserta didik
baru pada TK, SD, SMP, SMA dan SMK yang diperbaharui kembali menjadi
Permendikbud Nomor 20 Tahun 2019 tentang perubahan atas Permendikbud
Nomor 51 Tahun 2018. Tujuan Permendikbud yang baru ialah mendorong
peningkatan akses layanan pendidikan (Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018
tentang penerimaan peserta didik baru pada TK, SD, SMP, SMA dan SMK pasal
3 ayat 1). Dengan demikian dapat dikatakan fokus utama dari kebijakan zonasi
ialah pemerataan akses layanan Pendidikan.
Penerapan kebijakan sistem zonasi dalam PPDB diatur dalam
Permendikbud No. 14 tahun 2018. Dalam peraturan tersebut disebutkan sekolah
wajib menerima paling sedikit 90% siswa yang berdomisili di zona sesuai
ketentuan pemerintah daerah. Hal ini berati sekolah menerima siswa yang
bertempat tinggal dekat dengan sekolah. Dengan kata lain skema zonasi
memungkinkan siswa untuk memilih bersekolah di dekat rumahnya (Mandic,
et.al., 2017:1). Hal tersebut membuat siswa tidak perlu pergi jauh dari
lingkunganya untuk mendapatkan pendidikan.
Berdasarkan hasil wawancara Bersama Ibu Rini Istifadah S.Pd dan Ibu
Maydi S.Pd selaku guru SMAN 2 JEMBER, kami mendapatkan hasil terkait
sistem zonasi yang diterapkan di SMAN 2 JEMBER. Menurut beliau sistem
zonasi yang diterapkan sesuai dengan peraturan Permendikbud No. 14 tahun
2018. Dalam penerimaan peserta didik baru di SMAN 2 JEMBER terdapat
beberapa jalur, antara lain : Sistem Zonasi denga kuota 50%, Jalur Afirmasi
dengan kuota 10%, Jalur Prestasi 25%, dan Jalur KIP 15%. Untuk jarak rumah
peserta didik ke sekolah yang dapat mendaftar jalur zonasi maksimal sejauh 15
kilometer. Menurut Ibu Rini diterapkannya sistem zonasi di Indonesia merupakan
salah satu upaya pemerintah untuk melakukan pemerataan pendidikan yang harus
di dukung oleh seluruh civitas akademik Indonesia.
3.2 Perbandingan Penerapan Sistem Zonasi dengan Sistem Sebelumnya
Dapat kita ketahui bahwa dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
sebelum tahun 2018 diterapkan sistem penerimaan sesuai dengan nilai UN peserta
didik, dimana yang dapat mendaftar ke sekolah favorit hanyalah calon peserta
didik yang memiliki nilai lebih tinggi. Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu
Rini selaku guru yang merasakan perbedaan sistem penerimaan di SMAN 2
JEMBER. Menurut beliau lebih kondusif bagi sekolah untuk menerapkan sistem
sebelum 2018 dikarenakan peserta didik yang dapat mendaftar pasti memiliki
kelebihan di bidang akademik maupun non akademik sehingga menjadi sebuah
bonus untuk tenaga pendidik dan pihak sekolah untuk bekerja sama meningkatkan
mutu sekolah, tetapi meskipun dengan diterapkan sistem zonasi juga tidak terlalu
menyulitkan untuk meningkatkan mutu sekolah apabila dari tenaga pendidik terus
bersabar untuk menjaga semangat para peserta didik demi kemajuan Bersama.
Disisi lain penelitian Ferry (2018) menunjukkan bahwa dalam
meningkatkan mutu lulusah hal yang bisa dilakukan oleh sekolah meliputi:
pertama, perencanaan program yang diarahkan pada SKL dan didasari evaluasi
diri sekolah dan survei kepuasan masyarakat. Kedua pelaksanaan program dengan
dukungan aspek sarana dan prasarana, serta pelibatan orang tua dalam
pelaksanaan program. Ketiga melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
program peningkatan mutu. Dengan demikian dapat dikatakan apapun inputnya
asalkan proses yang dilaluinya baik maka akan menghasilkan output yang baik
pula. Terlebih menurut Raharjo & Yuliana (2016:203) “kepemimpinan kepala
sekolah merupakan indikator yang paling utama dalam mewujudkan sekolah
unggul yang menyenangkan” dengan demikan fakor input siswa sejatinya tidak
terlalu berpengaruh dalam menyelenggarakan pendidikan yang unggul dan favorit.
3.3 Permasalahan Pendidikan di SMA NEGERI 2 JEMBER
Akan tetapi permaslahan yang terjadi dalam pendidikan indonesia ini tidak
hanya tentang pendidkan karakter dan sumber daya manusianya saja. Adapun
tantangan yang lainnya dalam memajukan pendidikan Indonesia yaitu, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini globalisasi menjadi sebuah pemicu
dalam merubah seluruh tatanan kebutuhan dasar manusia (Raharjo, 2010).
Pengetian dari tenologi informasi sendiri merupakan suatu bentuk yang dilaukan
untuk mengolah sebuah data, sampai dengan menyusun dan memprosesnya
sehingga dapat mengambil informasi yang akurat. Teknologi Informasi adalah
suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data (Wardiana, n.d.). Menurut
pandangan global, globalisasi merupakan bentuk yang dilaukan untuk
menyatukan warga dunia menjadi kelompok global. Akan tetapi dikarenakan
banyaknya perbedaan yang terjadi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya
menjadikan globalisisi ini menjadikan penyatuan yang semu (Mustari, Rahman, &
Persada, n.d.).
Salah satu hal yang juga menjadi permsalahan di SMAN 2 JEMBER
adalah kurikulum yang berganti-ganti sehingga perlu penyesuaian secara berkala
bagi para tenaga pendidik, ucap Ibu Maydi. Kurikulum berperan penting dalam
mewujudkan generasi masa depan yang berguna bagi bangsa dan negara yang
memiliki sifat tanggung jawab, kreatif, inovatif, dan menjadi seseorang yang ahli.
Kurikulum adalah jantungnya sebuah sekolah dan sekolah itu adalah jantungnya
masyarakat juga masyarakat itu adalah sebagai jantungnya negara atau bangsa,
sehingga bangsa akan maju apabila memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas dan bermutu tinggi (Julaeha, 2019). Kesulitan tenaga pendidik untuk
beradptasi pada kurikulum baru memang sangat memprihatinkan. Tetapi hal itu
tidak mematahkan semangat para guru untuk dapat memajukan kualitas peserta
didiknya.
3.4 Masalah Moral dan Etika Peserta Didik di SMA NEGERI 2 JEMBER
Pemecahan masalah dari pendidikan adalah bersumber dari pengalaman
murid sendiri (Tabrani Za, 2017). Dalam sebuah pembangunan nasional di era
globalisasi ini sumber daya manusia yang bermutu menjadi elemen penting
(Tjalla, n.d.). Untuk membentuk sumber daya yang memiliki mutu tinggi hanya
dapat kita wujudkan apabila mewujudkan pendidikan yang bermutu. Pendidikan
bermutu merupakan pendidikan yang dapat mengembangkan seluruh kemampuan
peserta didik. Jika dalam pendidikan yang bemutu ini telah mencapai targetnya
maka pendidikan dapat melahirkan gnerasi generasi yang memiliki tenaga yang
potensial. Dengan hal ini dapat kia lihat bahwa pendidikan meningkatkan kualitas
hidup yang bermatabat. (Widodo, 2016). Akan tetapi kembali lagi, apabila kita
menginginkan pendidikan yang bermutu ini dapat mencapai target, ditentuan oleh
seluruh sumber daya manusia yang terlibat. Usaha untuk meningkatkan mutu
pendidikan juga dipengaruhi oleh profesinalismenya para pendidik (Mustika,
n.d.). Kegiatan mendidik yang berupaya untuk memenuhi minat dan kebutuhan
anak harus dilakukan secara terus menerus (Ali, n.d.).
Dalam hal pembelajaran seolah dituntut untuk mengembangan dan
mendidik peserta tentang berbahsa yang santun agar peserta didik dapat
berkomunikasi dengan baik (Sauri, n.d.). Masyarakat yang berpendidikan dan bisa
berkomunikasi dengan baik diharapkan dapa mengatasi dan mengurangi
terjadinya konflik di masyarakat (U.S, 2015).
Menurut Ibu Rini, dari tahun ke tahun terdapat perbedaan yang sangat
singnifikan dari masalah moral dan etika peserta didik. Hal ini disebabkan karena
majunya teknologi dan informasi yang digunakan secara tidak baik oleh peserta
didik. Tidak banyak peserta didik yang secara konsisten melakukan sebuah
pelanggaran di SMAN 2 JEMBER, namun setiap peserta didik yang bermasalah
harus ditangani oleh guru Bimbingan Konseling dengan terarah.
Peran tenaga pendidik pun sangat diperlukan dalam hal pendidikan
karakter peserta didik. Pendidikan karakter saat ini sebenarnya di dukung oleh
perubahan kurikulum yang juga menjadi PR bagi tenaga pendidik. Menurut Ibu
Rini, menjadi tenaga pendidik di era globalisasi memang membutuhkan kesabaran
ekstra. Beliau yakin bahwa kesabaran tersebut akan berbuah emas untuk
berkembangnya proses Pendidikan pada peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai