Anda di halaman 1dari 43

PERSEPSI ORANG TUA MURID TERHADAP PERUBAHAN SISTEM

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU MELALUI JALUR ZONASI

DI SMA N 1 BANJARNEGARA

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi

Oleh:

Rosmila Yanuar Tirana


3401419107

JURUSAN SOSIOLOGI & ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Individu dapat tumbuh menjadi manusia yang mandiri, bertanggung


jawab, cerdas, sehat, dan berakhlak mulia melalui pendidikan yang
merupakan upaya terarah dalam proses pembinaan dan pembelajaran.
Menurut pasal 1 ayat 1 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilann yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan merupakan sarana untuk memajukan bangsa dan negara


agar mampu bersaing dengan bangsa lain. Kualitas pendidikan suatu negara
akan berdampak pada berhasil atau gagalnya suatu negara. Pendidikan sering
dianggap sebagai proses membantu siswa menjadi manusia yang utuh,
sempurna, dan menyenangkan. Pendidikan adalah cara terbaik untuk
mengembangkan kepribadian serta menjadi manusia yang baik.

Indonesia menganut sistem pendidikan nasional. Menurut pasal 3 UU


No. 20 Tahun 2003 pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungawab. Sistem pendidikan ini berlaku untuk semua jenjang
pendidikan. Jika sebelumnya wajib belajar ditetapkan selama 9 tahun, namun,
sekarang ini berubah menjadi 12 tahun. Wajib belajar 9 tahun meliputi 6
tahun untuk sekolah dasar dan 3 tahun untuk sekolah menengah pertama.
Sedangkan wajib belajar 12 tahun meliputi 6 tahun sekolah dasar, 3 tahun
sekolah menengah pertama, dan 3 tahun untuk sekolah menengah atas.
Terdapat beberapa sistem pendidikan Indonesia yang sudah diterapkan. Sitem
pendidikan tersebut meliputi sistem pendidikan Indonesia dengan orientasi
nilai, sistem pendidikan di Indonesia secara beragam, dan sistem pendidikan
di Indonesia dengan sistem terbuka. Pelaksanaan sistem pendidikan di
Indonesia masih belum berjalan secara optimal. Terdapat beberapa
permasalahan pendidikan di Indonesia. Salah satunya yaitu mengenai
pemerataan pendidikan dan perluasan akses pendidikan. Pemerataan dan
perluasan akses pendidikan bertujuan agar semua peserta didik dari berbagai
golongan masyarakat yang berbeda baik dari segi sosial, ekonomi,
kemampuan intelektual dan lokasi tempat tinggal agar mendapatkan
kesempatan yang sama untuk dapat mendapatkan pendidikan yang layak.

Salah satu masalah pendidikan di Indonesia adalah adanya tingkatan


antar sekolah, meskipun sekolah unggulan sudah tidak ada lagi, masyarakat
di Indonesia masih memiliki pandangan adanya sekolah unggulan. Oleh
karena itu, pemerintah menerapkan kebijakan untuk meningkatkan kualitas
dan pemerataan pendidikan di Indonesia agar dapat mengatasi masalah
kastanisasi di sekolah. Dari sisi sistem pendidikan saat ini sudah diterapkan,
salah satunya dengan membuat sistem zonasi pada saat Penerimaan Peserta
Didik Baru (PPDB) (Lestari & Rosdiana, 2018). Sistem zonasi PPDB yang
berlaku sejak tahun 2017 merupakan kebijakan untuk menjamin pemerataan
mutu pendidikan, dengan tujuan menghilangkan istilah “Sekolah Terfavorit”
dan “Sekolah Unggul” (Wahyuni, 2019). Elsa Nida Pangaribuan (2021)
melakukan penelitian mengenai pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah mengembangkan
kebijakan sistem penerimaan siswa baru untuk mengatasi masalah kualitas
pendidikan dengan menerapkan kebijakan zonasi. Kebijakan zonasi ini
diharapkan dapat mempercepat pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia.
Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan ekonomi yang rendah maupun
anak-anak yang memiliki kemampuan akademik yang rendah dapat
memperoleh kesempatan untuk memperoleh akses pendidikan.

Kebijakan sistem zonasi dituang melalui Permendikbud No. 17 Tahun


2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada TK, SD, SMP, SMA,
SMK atau bentuk lain yang sederajat. Pada tahun 2018 diperbaruhi menjadi
Permendikbud No. 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB). Kemudian pada tahun 2019/2020 diperbaruhi kembali yakni
Permendikbud No. 51 Tahun 2018 tentang Kebijakan Sistem Zonasi dalam
Penerimaan Peserta Didik Baru, selanjutnya diperbarui kembali menjadi
Permendikbud No. 44 Tahun 2019. Sistem zonasi menurut Permendikbud
No. 44 Tahun 2019, sekolah yang menerapkan sistem zonasi wajib menerima
calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari sekolah
minimal 50%, jalur afirmasi minimal 15%, jalur perpindahan orangtua/wali
maksimal 5%, kemudian jika ada sisa kuota, jalur prestasi dapat dibuka, bisa
berdasarkan UN ataupun prestasi akademik dan non akademik yakni
maksimal 30%.

Penerimaan Siswa Baru (PPDB) di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi


Jawa Tengah, dilakukan secara online akibat wabah COVID-19. Sistem
zonasi yang digunakan PPDB dalam sistem online ini berdasarkan wilayah
desa/kelurahan atau kelurahan terdekat di Kabupaten Banjarnegara. Sekolah
wajib menerima semua murid baru yang berdomisili di kawasan atau sekitar
sekolah. Nilai Hasil Ujian Nasional (NHUN) Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB) di Banjarnegara tidak dianggap sebagai acuan penerimaan. Rerata
nilai raport semester 1 sampai dengan semester 5 menjadi pertimbangan bila
ada siswa yang mendaftar ada kesamaan jarak, tetapi yang diutamakan
diterima adalah mereka yang mendaftar lebih awal. Domisili calon peserta
didik didasarkan alamat rumah pada Kartu Keluarga yang diterbitkan paling
singkat 1(satu) tahun. Dalam sistem zonasi, calon peserta didik paling sedikit
mencapai setengah (50%) dari total jumlah mahasiswa yang diterima,
termasuk kuota untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) atau penyandang
disabilitas.

SMA Negeri 1 Banjarnegara merupakan sekolah berstatus negeri


yang terletak di Jalan Letjen Jenderal Suprapto, No. 93 A, Kutabanjarnegara,
Kecamatan Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. SMA
Negeri 1 Banjarnegara menerapkan kebijakan sistem zonasi sejak tahun
ajaran 2017/1018. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMA Negeri 1
Banjarnegara tahun ajaran 2022/2023 membuka empat jalur, yaitu jalur
zonasi dengan kuota paling sedikit 55%, jalur afirmasi dengan kuota paling
sedikit 20%, jalur prestasi dengan kuota paling sedikit 20%, dan jalur
perpindahan tugas orang tua dengan kuota paling banyak 5%. Kebijakan
sistem zonasi di SMA Negeri 1 Banjarnegara merupakan suatu bentuk upaya
pemerataan pendidikan dan perluasan akses pendidikan.

Kebijakan sistem zonasi diterapkan Kemendikbud dengan harapan


dapat menghapus pemberian label sekolah yang dianggap favorit. Namun,
fakta yang berkembang di masyarakat, banyak orang tua yang memiliki
persepsi berlebih terhadap sekolah favorit. Terdapat stigma bahwa sekolah
favorit merupakan sekolah yang memberi jaminan mutu dan fasilitas
pendidikan kelas satu hingga kuatnya jaringan alumni menjadi magnet bagi
siswa untuk bisa masuk ke sekolah favorit. Kedua orang tua sangat berharap
melalui pendidikan di sekolah tersebut dapat menciptakan anak-anak yang
berkualitas dan juga orang tua berpandangan layak jika anaknya masuk di
sekolah unggulan tersebut.

Penelitian tentang persepsi orang tua terhadap PPDB jalur zonasi di


tingkat SMA sudah banyak dilakukan, termasuk penelitian Farihah (2010)
yang menemukan bahwa implementasi kebijakan zonasi masih bergejolak di
masyarakat. Keterbatasan waktu sosialisasi, kurangnya pemahaman tentang
mekanisme PPDB dan hubungannya dengan sistem zonasi, serta disparitas
standar pendidikan, menjadi kendala implementasi di lapangan. Mentari, dkk
(2018) melakukan penelitian lebih lanjut tentang sistem zonasi, menemukan
bahwa secara umum orang tua dan masyarakat tidak setuju dengan pedoman
sistem zonasi untuk PPDB karena orang tua tidak bebas menyekolahkan
anaknya ke sekolah yang kualitasnya bagus. Prosedur Penerimaan Peserta
Didik Baru menimbulkan kecemasan orang tua, karena selain kurang paham
mekanismenya, mereka juga semakin tidak ada kepastian apakah
putra/putrinya dapat diterima disekolah yang diinginkan. Selain itu, ada
kekhawatiran bahwa menempatkan anak-anak ke kelas tergantung di mana
mereka tinggal dapat menyebabkan masalah sosial, terutama yang berkaitan
dengan motivasi berprestasi (Andina, 2017).
Dalam bayangan orang tua tentang konstruksi sekolah unggulan itu
masih ada. Mereka mempunyai keinginan-keinginan agar anaknya bisa
masuk ke sekolah unggulan. Kenyataan penerapan sistem zonasi mengubah
konstruksi masyarakat tentang sekolah unggulan. Sekolah dengan predikat
unggulan saat itu telah berubah semenjak adanya sistem zonasi. Harapan-
harapan atau ekspektasi orang tua tidak sama lagi seperti dulu. Berdasarkan
permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melihat kepada persoalan tentang
bagaimana orang tua mempunyai konstruksi tentang sekolah unggulan
sekarang ini. Peneliti ingin mengetahui persepsi orang tua siswa terkait
dengan sekolah unggulan atau sekolah favorit, bagaimana pandangan
orangtua siswa pasca sistem zonasi di SMA N 1 Banjarnegara, dan
bagaimana dengan keputusan orang tua setelah pandanganya berubah tentang
sekolah unggulan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul Persepsi
Orangtua Murid Terhadap Perubahan Penerimaan Peserta Didik Baru Melalui
Jalur Zonasi di SMA N 1 Banjarnegara.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian yang dilakukan, maka penulis
mencoba merumuskan masalah sebagai acuan pengumpulan data penelitian,
yaitu :
1. Bagaimana persepsi orangtua siswa tentang sekolah favorit/sekolah
unggulan di SMA N 1 Banjarnegra?
2. Bagaimana pandangan orang tua siswa pasca sistem zonasi terhadap
sekolah unggulan di SMA N 1 Banjarnegara?
3. Bagaimana dengan keputusan orang tua setelah pandanganya berubah
tentang sekolah unggulan?
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan diadakan penelitian ini adalah


sebagai berikut :
1. Mengetahui persepsi orangtua siswa tentang sekolah favorit/sekolah
unggulan di SMA N 1 Banjarnegara.
2. Mengetahui pandangan orang tua siswa pasca sistem zonasi terhadap
sekolah unggulan di SMA N 1 Banjarnegara.
3. Mengetahui keputusan orang tua setelah pandanganya berubah tentang
sekolah unggulan di SMA N 1 Banjarnegara

1.4 Batasan Penelitian (masih salah)

Judul penelitian yang akan dibahas oleh peneliti ialah Persepsi


Orang Tua Murid Terhadap Perubahan Penerimaan Peserta Didik Baru
melalui Jalur Zonasi di SMA Negeri 1 Banjarnegara. Dalam penelitian ini
akan menjelaskan tentang sistem zonasi. Sistem zonasi memiliki cakupan
yang banyak. Sistem zonasi ini merupakan sistem pendidikan nasional
Indonesia yang mewajibkan sekolah umum menerima semua siswa baru
yang mendaftar sesuai zonasinya, tanpa terkecuali. Hal ini juga
mengarahkan siswa untuk mendaftar di sekolah yang terdekat dengan
domisilinya atau alamat yang tertera pada Kartu Keluarga. Dengan
demikian dapat meminimalisir peserta didik yang memiliki keunggulan di
bidang akademik terkumpul di satu sekolah yang selama ini disebut
sebagai sekolah favorit. Sistem zonasi ini berlaku di tingkat Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas Negeri
yang semuanya berada di bawah pengawasan langsung Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Rosdiana, 2017).

Dalam bayangan orang tua tentang konstruksi sekolah unggulan itu


masih ada. Mereka mempunyai keinginan-keinginan agar anaknya bisa
masuk ke sekolah unggulan. Kenyataan penerapan sistem zonasi
mengubah konstruksi masyarakat tentang sekolah unggulan. Dalam hal ini,
peneliti akan lebih membahas tentang bagaimana orangtua mempunyai
kontruksi sekolah unggulan sekarang ini.

1.5 Manfaat Penelitian


Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat yaitu
sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Menambah pengetahuan baru tentang sistem zonasi sekolah yang


bermanfaat dalam penerapan sistem zonasi di sekolah menengah atas
dan dunia pendidikan pada umumnya.
2. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai sarana
menambahkan referensi dan bahan kajian dalam khasanah ilmu
pengetahuan di Sosiologi, khususnya tentang Sosiologi Pendidikan.

1.5.2 Manfaat Praktis


1. Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam meneliti serta dapat menambah wawasan sebagai
calon pendidik (guru).
2. Manfaat bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
kepada guru tentang mekanisme sistem zonasi sehingga dapat
dijadikan referensi pada saat menerapkan dan menjalankan kebijakan
sistem zonasi.
3. Manfaat bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memudahkan siswa dalm
memahami tentang maksud dari penerapan kebijakan sistem zonasi
sekolah.
4. Manfaat bagi Orangtua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi
orang tua siswa agar agar ketika anaknya sekolah dengan sistem zonasi
tidak bingung dan sudah paham.
1.6 Keaslian Penelitian (masi salah juga)

Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian


terdahulu yang mempunyai karekteristik yang relatif sama dalam hal tema
kajian, meskipun berbeda dalam hal kriteria subjek, jumlah dan posisi variabel
penelitian atau metode analisis yang digunakan. Penelitian yang akan
dilakukan mengenai persepsi orangtua murid terhadap perubahan PPDB
melalui jalur zonasi di SMA N 1 Banjarnegara. Penelitian terkait dan hampir
sama dengan sistem zonasi antara lain Persepsi Masyarakat Terhadap
Implementasi Kebijakan Zonasi Sekolah Dalam Penerimaan Peserta Didik
Baru ( PPDB ) Tingkat SMA Tahun Ajaran 2017/2018 di Kota Samarinda
(Bintarto dan Anggriani, 2018). Temuan menunjukkan bahwa penerapan
kebijakan zonasi sekolah menghasilkan pergolakan. Beberapa kendala
penerapannya di lapangan antara lain kurangnya waktu sosialisasi, kurangnya
pengetahuan mekanisme PPDB dengan sistem zonasi, dan standar pendidikan
yang tidak merata. Kesamaan penelitian yang dilakukan Bintarto dan
Anggraini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama
menjelaskan tentang persepsi orangtua terhadap sistem zoansi. Penelitian lain
yaitu Persepsi Orangtua Murid Terhadap Kebijakan Sistem Zonasi Sekolah.
Di Wilayah Wonogiri, dalam Penerimaan Siswa Baru di SMA Negeri
(Hanifah dan Wahyudi, (2019). Dalam penelitian ini, manfaat sistem zonasi
antara lain sekolah yang langsung diterima, orang tua tidak perlu mencari
kost, biaya transportasi, orang tua bisa mengawasi, anak dilatih untuk mandiri
dan percaya diri, dan anak tidak bisa dengan mudah memilih tempat tinggal.
sekolah yang mereka inginkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka meskipun telah ada penelitian


sebelumnya baik berkaitan dengan sistem zonasi, namun tetap berbeda dengan
penelitian yang peneliti lakukan. Terdapat pembaharuan mengenai
pembahasan yang akan diteliti dalam penelitian ini. Penelitian ini lebih
mengarah pada bagaimana orangtua memiliki kontruksi tentang sekolah
unggulan saat ini. Dengan demikian, maka topik penelitian yang peneliti
lakukan ini benar-benar asli.

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Pustaka
Kajian mengenai persepsi orang tua murid terhadap penerimaan peserta
didik baru melalui jalur zonasi sudah banyak diteliti oleh para penulis terdahulu.
Meskipun penelitian tersebut memiliki kesamaan, akan tetapi topic dan fokus
yang diteliti berbeda. Perbedaan tema yang dimunculkan, disesuaikan dengan
fokus permasalahan yang akan dikaji melalui penelitian. Penelitian-peneltian
terdahulu dipetakan menjadi beberapa kategori untuk dapat mempermudah dalam
menganalisis penelitian. Berikut ini merupakan penelitian yang telah dilakukan
oleh penulis terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, antara
lain dikategorikan sebagai berikut:
1. Kajian tentang Persepsi Orang Tua terhadap PPDB Jalur Zonasi
Persepsi Masyarakat Terhadap Implementasi Kebijakan Zonasi Sekolah
Dalam Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB ) Tingkat SMA Tahun Ajaran
2017/2018 di Kota Samarinda (Bintarto dan Anggriani, 2018). Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana reaksi masyarakat terhadap
pelaksanaan penerimaan siswa baru pada tingkat SMA di Kota Samarinda melalui
sistem zonasi. Temuan menunjukkan bahwa penerapan kebijakan zonasi sekolah
menghasilkan pergolakan. Beberapa kendala penerapannya di lapangan antara lain
kurangnya waktu sosialisasi, kurangnya pengetahuan mekanisme PPDB dengan
sistem zonasi, dan standar pendidikan yang tidak merata.
Persepsi Masyarakat Terhadap Penerimaan Siswa Baru di SMA Dengan
Menggunakan Sistem Zonasi Di Kecamatan Tanjung Raja (ALFARABY, F., dkk
(2021). Penelitina ini menjelaskan tentang bagaimana persepsi masyarakat
mengenai penerimaan peserta didik baru di sekolah tingkat menengah atas di
kecamatan Tanjung Raja.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji
pandangan masyarakat terhadap penerimaan siswa baru SMA di Kabupaten
Tanjung Raja dengan menggunakan sistem zonasi. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif. Penduduk Kecamatan Tanjung Raja, khususnya
Desa Tanjung Raja Barat menjadi subyek dalam penelitian ini. Sampel penelitian
ini berjumlah 135 orang. Purposive sampling adalah strategi pengumpulan data.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemerataan pendidikan, kualitas
pendidikan, keterpaduan layanan pendidikan, dan pembangunan pendidikan
berkelanjutan, yang semuanya merupakan indikator sistem zonasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap penerimaan siswa
baru SMA dengan sistem zonasi di Kecamatan Tanjung Raja adalah positif.
Persepsi Masyarakat dan Dampak Sistem Zonasi untuk Jenjang Sekolah
Menengah Atas di Kecamatan Serengan Kota Surakarta ( Habibie & Fiatun
(2020). Dalam penelitian ini, temuan survei persepsi masyarakat terhadap sistem
zonasi untuk pemerataan akses sekolah di sekolah-sekolah di Kecamatan
Serengan Kota Surakarta, terhadap pemahaman sistem zonasi pada PPDB terbaru
dinilai sedang, dengan tingkat respon baik sebesar 47%. Nilai reaksi negatif dan
nilai respons tidak pasti, di sisi lain, berada di kisaran yang lebih rendah, masing-
masing pada 30% dan 23%. Sementara itu, opini publik terhadap indikator
penerapan sistem zonasi berkisar antara reaksi positif tinggi sebesar 67% hingga
tanggapan positif rendah masing-masing 14% persen dan 19% persen. Pengaruh
yang dirasakan masyarakat cukup besar, dengan tingkat respons positif sebesar 68
% menurut hasil jajak pendapat publik mengenai dampak sistem zonasi.
Persentase jawaban ragu-ragu dan negatif lebih rendah, masing-masing sebesar
17% dan 14%.
Persepsi Orangtua Terhadap Sistem Zonasi Di SDN 76 Bengkulu (Falupi
(2021). Temuan dalam penelitian ini yaitu dengan menghilangkan sekolah
unggulan akan memudahkan orang tua untuk mempermudah dan tentunya
menghemat biaya. Namun, beberapa orang tua dirugikan dengan penerapan sistem
zonasi ini. Orang tua tidak puas dengan penerapan sistem zonasi karena mereka
tidak dapat memilih sekolah yang sesuai untuk anak-anak mereka. Penerapan
sistem zonasi harus lebih ditingkatkan, antara lain perluasan wilayah zonasi,
penambahan guru, dan melengkapi sekolah dengan sarana dan prasarana.
Persepsi Orang Tua Siswa Di Kelurahan Romang Polong Kecamatan
Somba Opu Kabupaten Gowa terhadap Sistem Zonasi (Prasetyo, (2020). Dalam
penelitian ini, terdapat dua pandangan yang bertolak belakang yang diungkapkan
oleh orang tua murid, yaitu mereka yang mendukung kebijakan sistem zonasi dan
yang tidak. Karena pemerataan fasilitas pendidikan, keuangan orang tua,
pengawasan dan keamanan, mengutamakan masyarakat sekitar, dan menjalin
komunikasi antara guru dan orang tua, orang tua siswa di Desa Romang Polong
cenderung mendukung penerapan kebijakan ini. Sementara itu, orang tua dari
anak-anak yang menentang kebijakan sistem zonasi menyebut kurangnya pilihan
di sekolah anak-anak mereka serta menurunnya semangat belajar anak-anak
mereka sebagai alasan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa masyarakat
memiliki dua sudut pandang, yang satu mendukung dan yang lainnya menentang
kebijakan sistem zonasi penerimaan mahasiswa baru PPDB. Pemerintah
seharusnya mampu memperbaiki dan memelihara hal-hal yang dianggap penting.
Persepsi Orangtua Murid Terhadap Kebijakan Sistem Zonasi Sekolah. Di
Wilayah Wonogiri, dalam Penerimaan Siswa Baru di SMA Negeri (Hanifah dan
Wahyudi, (2019). Dalam penelitian ini, manfaat sistem zonasi antara lain sekolah
yang langsung diterima, orang tua tidak perlu mencari kost, biaya transportasi,
orang tua bisa mengawasi, anak dilatih untuk mandiri dan percaya diri, dan anak
tidak bisa dengan mudah memilih tempat tinggal. sekolah yang mereka inginkan.
Persepsi Guru Dan Orang Tua Terhadap Sistem Zonasi Dalam
Penerimaan Peserta Didik Baru Pada SMA Negeri Di Kota Kediri (Khoiria,
(2021). Dalam penelitian ini, penilaian orang tua SMA Negeri Kediri ditentukan
berada dalam kelompok miskin dalam studinya. Penelitian ini menyarankan
perlunya sosialisasi masyarakat yang komprehensif melalui saluran media untuk
zonasi penerimaan mahasiswa baru. Orang tua harus memperoleh informasi
khusus tentang pendaftaran calon murid baru melalui sistem zonasi untuk dapat
menerapkan sistem zonasi PPDB.
Persepsi Masyarakat Terhadap Kebijakan Zonasi Di Desa Bali Agung
Kecamatan Palas Lampung Selatan (Hidayati, (2021). Dalam penelitian ini,
persepsi masyarakat menunjukkan bahwa respon masyarakat terhadap kebijakan
zonasi yang dinilai cukup adalah masyarakat memandang kebijakan zonasi
sebagai aturan baru dalam proses penerimaan siswa baru dalam upaya pemerataan
pendidikan, antara lain (47,61 persen). Respon masyarakat terhadap kebijakan
zonasi disepakati (42,85 persen), dan Indonesia akan mencapai pemerataan dan
prosesnya akan dipercepat sebagai hasil dari kebijakan masyarakat. Masyarakat
menilai dengan diberlakukannya Perda ini dapat memenuhi tuntutan masyarakat.
Persepsi Wali Murid SMPN 18 Padang Terhadap Pelaksanaan Kebijakan
Sistem Zonasi Dalam PPDB (Silpana, (2021). Masyarakat dalam hal ini peneliti
mengkaji wali siswa di SMP N 18 Padang ditinjau dari dua aspek yaitu persepsi
masyarakat terhadap pemahaman pelaksanaan kebijakan sistem zonasi pada
PPDB dan persepsi masyarakat terhadap sosialisasi pelaksanaan kebijakan sistem
zonasi. Pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan kebijakan sistem zonasi
mencapai 65% yang termasuk dalam kategori tidak setuju, dan persepsi
masyarakat terhadap sosialisasi penerapan kebijakan sistem zonasi mencapai 57%
dengan kategori tidak setuju, demikian hasil temuan. dari studi ini. Akibatnya,
masyarakat tidak setuju dengan keberadaan atau penerapan kebijakan sistem
zonasi tersebut.
2. Kajian tentang PPDB melalui Jalur Zonasi
Pengaturan Penerimaan Peserta Didik Baru Melalui Jalur Sistem Zonasi
(Pratama & Suardita, (2019). Penelitian ini menjelaskan tentang Penelitian ini
menggunakan teknik yuridis normatif. Peneliti melihat perbedaan antara
perspektif orang tua dan studi yang ada tentang bagaimana mengatur penerimaan
siswa baru. Penelitian sebelumnya melihat ke dalam sistem zonasi, dan ada
beberapa kesamaan.
Sistem Zonasi Sebagai Solusi Bagi Orang Tua Untuk Mendapatkan
Pendidikan Anak Yang Bermutu Di Kota Kupang (Amirullah, (2020). Pada setiap
awal tahun ajaran baru, penerimaan siswa baru (PPDB) sering menemukan pro
dan kontra dari orang tua mengenai sistem zonasi. Penggunaan sistem zonasi
sebagai solusi bagi masyarakat menengah ke bawah sebagai konsensus dalam
dunia pendidikan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana melihat peran pemerintah
dalam memenuhi hak setiap orang dalam mengakses layanan pendidikan guna
meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Peneliti menggunakan metodologi
penelitian deskriptif dan pendekatan penelitian kualitatif dalam penelitian ini.
Temuan utama studi ini menunjukkan bahwa kebijakan zonasi, baik pemerintah
maupun swasta, masih berlaku. Kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat
dan daerah dalam menyiapkan tenaga pendidik profesional yang tersebar di
seluruh sekolah Kota Kupang, penyediaan fasilitas belajar dan ruang bermain di
sekolah yang kurang memadai, serta penyederhanaan prosedur pelayanan
pendidikan.
Tindakan Demonstrasi Yang Dilakukan Oleh Orangtua Siswa Yang
Menolak Adanya Kebijakan Sistem Zonasi (Nurlaili dan Fauzi, (2021). Penelitian
ini menjeaskan tentang adanya demonstrasi yang dilakukan oleh orang tua siswa
sebagai bentuk protes menolak kebijakan sistem zonasi. Kebijakan pemilihan
zonasi yang dikembangkan untuk fasilitas pendidikan tingkat seharusnya
memungkinkan sekolah untuk maju secara adil dengan menerima siswa baru dari
daerah sekitarnya, terlepas dari apakah mereka diberi label "pintar" atau "tidak
pintar". Orang tua, di sisi lain, turun ke jalan untuk memprotes peraturan tersebut.
Apakah anaknya sudah diterima di sekolah atau belum mendapat kejelasan, orang
tua mengambil tindakan ini. Penelitian dilakukan di kota Surabaya yang memiliki
kebijakan khusus dalam menangani masalah pendidikan; Subjek penelitian adalah
orang tua peserta demo sistem zonasi. Orang tua berpartisipasi dalam kegiatan
untuk mengakhiri sistem zonasi sekolah. Perlu diingat bahwa sistem pemilihan
zonasi juga dipengaruhi oleh pemikiran pelabelan sekolah tradisional.
Implementation Of Ppdb Zoning System Policy In State Junior High
School 3 Krian Sidoarjo Regency (Setiawati dan Rahaju, (2022). Penelitian ini
menggunakan teknik kualitatif dengan pendekatan deskriptif dengan fokus pada
implementasi kebijakan sistem zonasi PPDB untuk mengatasi kesulitan terkait
kebijakan sistem zonasi PPDB. Temuan kajian sistem zonasi PPDB sudah sesuai
dengan aturan, meski masih ada kendala dan persoalan terkait persepsi orang tua
terhadap kebijakan sistem zonasi PPDB. Kurangnya kesadaran orang tua/wali
tentang sistem zonasi yang menyebabkan kesalahan dalam pemilihan sekolah
pada saat pendaftaran Penerimaan Siswa Baru (PPDB) di seluruh Indonesia
merupakan salah satu permasalahan dan hambatan yang sering ditemui di
lapangan.
Analisis Kebijakan Sistem Zonasi Terhadap Perilaku Siswa SMP Di
Yogyakarta (Lailiyah, (2019). Menurut penelitiannya, kebijakan sistem zonasi
yang memiliki aspek positif dan negatif dalam penerapannya, telah menimbulkan
perdebatan tersendiri, kurangnya sosialisasi dari dinas pendidikan, dan perilaku
siswa yang tidak terkendali. Di sisi positifnya, sistem zonasi mengaburkan batas
antara sekolah pilihan dan sekolah biasa, mendorong anak-anak untuk tinggal di
dekat rumah saat bepergian dan menghemat uang. Di lapangan, sistem zonasi
yang mengelompokkan siswa dengan kesulitan yang sama sering terjadi,
menyebabkan kejengkelan bagi guru dan pada akhirnya menurunkan kemajuan
siswa.
Study Of Pros And Cons Of Implementation Of Education Zonation
System In Indonesia Study Of Pros And Cons Of Education Zonation System In
Indonesia (Syakarofath, (2020). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa orangtua
siswa merasa lebih tenang karena mampu mengatur anak-anak mereka dengan
lebih baik, menurut temuan penelitian.Jarak antara rumah dan sekolah tidak lagi
begitu jauh berkat zonasi. Orang tua dapat pergi ke sekolah dalam waktu yang
lebih singkat dari biasanya. Karena jarak rumah dan sekolah yang dekat, orang tua
mungkin lebih mudah berinteraksi langsung dengan sekolah mengenai kemajuan
akademik anak-anak mereka.
Survei Tentang Kebijakan Pemerintah Terhadap Jarak Sekolah dengan
Rumah menurut Perspektif Orang Tua (Rayani, (2020). Dalam penelitian ini
mengungkapkan bahwa berbagai faktor mempengaruhi keputusan orang tua untuk
menyekolahkan anak mereka ke sekolah tertentu, termasuk jarak antara fasilitas
sekolah dan lingkungan sekolah, yang muncul sebagai faktor terpenting dalam
memilih sekolah; lebih banyak orang tua memilih sekolah untuk anak-anak
mereka yang dekat dengan rumah mereka. Orang tua setuju dengan kebijakan
pemerintah mengenai pemilihan sekolah yang dekat dengan tempat tinggal
mereka selain penyetaraan sistem. Hal ini juga menguntungkan orang tua dari
anak berkebutuhan khusus karena anak berkebutuhan khusus dapat bersekolah di
sekolah umum dengan anak reguler pada umumnya, dapat menyelenggarakan
beberapa pendidikan di sekolah yang dekat dengan tempat tinggalnya, dan tidak
perlu menempuh jarak yang jauh untuk bersekolah. sekolah lain.
Implementasi Sistem Zonasi. Analisis Data Menggunakan Teknik Analisis
Deskriptif Berdasarkan Perhitungan Persentase (Naway, (2021). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) kebijakan penerapan sistem zonasi dalam proses
penerimaan siswa baru sudah cukup baik, (2) sistem penerimaan siswa baru sudah
cukup baik, dan (3) tata cara penerimaan siswa baru sudah cukup baik. (4) Kesan
masyarakat terhadap penerimaan siswa baru jalur zonasi cukup positif.
Martiin (2020) melakukan penelitian tentang The Implementation Of New
Student Admission Service Zoning System In Pontianak: Good Policy Or Bad
Policy (Parents Perspective. Karena pendapat dan alasan orang tua yang setuju
dengan sistem zonasi sesuai dengan tujuan pemerintah untuk membawa sekolah
umum yang berkualitas di Indonesia dan bergerak lebih dekat ke sekolah,
membuat transportasi lebih aman dan lebih memakan waktu, temuan penelitian ini
adalah kebijakan yang baik dalam hal sistem Zonasi. Sistem zonasi masih harus
diperbaiki agar pemerintah dapat mencapai tujuannya yaitu pemerataan mutu
sekolah. Orang tua menentang sistem zonasi karena khawatir akan berdampak
buruk pada semangat belajar siswa berkemampuan akademik tinggi karena
persaingan tidak seketat dengan ujian akhir/hasil UN.
Model Implementation Trap of Policy New Student Acceptance Zoning
System in Makassar City (Mustari, dkk (2021). Temuan penelitian
mengungkapkan bahwa fitur sistem zonasi untuk masalah Penerimaan Mahasiswa
Baru meliputi: infrastruktur siap untuk pendaftaran online, Anehnya, ada
kurangnya kesadaran tentang sistem PPDB di kalangan calon siswa dan orang tua.
Jebakan implementasi kebijakan meliputi tujuan kebijakan yang terlalu kabur atau
luas untuk diimplementasikan, spesifikasi target yang tidak jelas karena
kurangnya pemahaman tentang bagaimana tujuan dapat dicapai, dan standar atau
tindakan yang tidak ditentukan bagi masyarakat, baik dalam implementasi. atau
penargetan. Akhirnya, ketika tugas untuk menegakkan kebijakan tidak jelas,
masalah berkembang.
Implementation Of The Zoning System Policy In Bulukumba Regency.
Temuan Penelitian Ini Menunjukkan Bahwa I Kebijakan Sistem Zonasi Di
Kabupaten Bulukumba Belum Dilaksanakan Secara Efektif (Iqbal & Niswati,
(2021). Minimnya sarana dan prasarana ruang kelas menjadi kendala. Orang tua
juga tidak terlibat aktif dalam sosialisasi PPDB online akibat Covid 19 dan
minimnya anggaran PPDB online.
The Implementation Of New Student Admissions For The Zoning System
In Tarakan (Magdalena, dkk., (2020). Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan
penerimaan mahasiswa baru dibagi menjadi dua tahap yaitu persiapan dan
pelaksanaan. Proses sosialisasi NSA digunakan untuk memilih sekolah mana yang
akan menerapkan skema zonasi. Jalur keluarga miskin, jalur prestasi, jalur
rayonisasi, jalur reguler, dan jalur luar kota semuanya digunakan dalam proses
pelaksanaan untuk menentukan besaran kuota.
The Implementation Of Zoning System In Suburban Schools In
Tulungagung Regency, Indonesia (Ariani, (2021). Hasil temuan mengungkapkan
bahwa panitia PPDB di masing-masing sekolah berhasil melaksanakan berbagai
kegiatan PPDB di pedesaan di Kabupaten Tulungagung dengan menggunakan
sistem zonasi. Efektivitas, efisiensi, penilaian, pemerataan, daya tanggap, dan
ketepatan pelaksanaan PPDB dengan sistem zonasi di wilayah pinggiran
Kabupaten Tulungagung semuanya telah terpenuhi, dan telah dilakukan sistem
evaluasi berdasarkan prinsip dampak kebijakan yaitu membandingkan kondisi
sebelum dan sesudah kebijakan diimplementasikan.
Conflict and Overlapping Authorities in the Newly Implemented School
Zoning Policy in Indonesia the Case in the Urban–Rural Regency of Magelang
(Widayati & Sudrajat, (2020). Temuan penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan PPDB di Kota Magelang pada tahun 2019/2020 gagal memenuhi
tujuan kebijakan zonasi untuk mencapai pendidikan yang berkualitas dan
pemerataan pendidikan dalam mencapai keadilan. Zona ditetapkan berdasarkan
wilayah terdekat daripada luas dan kemudahan akses jalur transit, serta harus ada
kerjasama antara Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten dalam pengaturan
zonasi.
Does School Admission by Zoning Affect Educational Inequality? A Study
of Family Background Effect in Estonia, Finland, and Sweden (Veski, (2020).
Temuan menunjukkan bahwa, terlepas dari aturan tingkat negara, pendapat orang
tua tentang penerimaan siswa baru melalui sistem zonasi ini menyiratkan bahwa
kebijakan zonasi memiliki pengaruh yang negatif.
Implementation Of School Zonation System Policy (Study On The
Problematics Of New Student Admission Systems In Blitar City) (Anjarwati,
(2020). Temuan penelitian mengungkapkan bahwa sebagian masyarakat masih
belum sadar dengan perlakuan sistem zonasi terhadap sistem tersebut. Adanya
penerapan pro dan kontrak karena hanya 25% siswa berprestasi yang dapat
melanjutkan ke sekolah pilihannya.
2.2 Landasan Teori
1. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat indra atau juga disebut proses sensoris. Stimulus tersebut
akan diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.
(Walgito, 2010). Persepsi merupakan interpretasi individu terhadap
suatu peristiwa. Persepsi kadang-kadang digambarkan sebagai proses
kognitif yang canggih yang menghasilkan representasi berbeda dari
dunia yang agak berbeda dari kenyataan. Persepsi adalah sesuatu yang
unik bagi individu karena merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam
diri orang tersebut, dan dapat dikomunikasikan melalui perasaan dan
kemampuan mental.
Persepsi didefinisikan sebagai kemampuan organisme untuk
menerima dan menganalisis data. Persepsi adalah proses menerima
informasi sensoris serta mengamati objek. Persepsi adalah dasar dari
komunikasi, karena kita tidak dapat berkomunikasi dengan sukses jika
persepsi kita tidak akurat. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi
individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi,
dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok
budaya atau kelompok identitas.
Dalam penelitian ini, pemahaman yang luas mengenai PPDB jalur
zonasi sangat penting dimiliki oleh orangtua siswa. Penerapan
Penerimaan Peserta Didik Baru melalui sistem zonasi dirancang untuk
menghindari situasi seperti sekolah favorit atau sekolah unggulan.
Namun pada kenyataannya sistem tersebut menimbulkan berbagai pro
dan kontra, salah satunya adalah para orang tua siswa SMA N 1
Banjarnegara. Orang tua masih beranggapan bahwa masih adanya
sekolah unggulan. Pemahaman seseorang terhadap suatu hal perlu
ditinjau kembali tentang pengetahuan seseorang terhadap suatu
masalah. Dalam hal ini perlu diketahui terlebih dahulu pemahaman
orang tua siswa SMA N 1 Banjarnegara tentang tanggapan mengenai
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jalur zonasi.
2. Faktor – faktor yang Berperan dalam Persepsi
Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan
adanya beberapa faktor, yaitu:
a. Objek yang dipersepsi.
Objek atau target yang dipersepsi seperti objek-objek yang
tidak bernyawa yang ada disekitar. Objek akan menimbulkan
stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
b. Alat indera.
Alat indera merupakan alat untuk menerima stimulus.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi,
tetapi juga dapat datang dari luar individu yang bersangkutan
yang langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai
reseptor.
c. Perhatian.
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari
seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau
sekumpulan objek. Untuk menyadari atau untuk mengadakan
persepsi diperlukan adanya perhatian.
3. Orangtua
a. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia orang tua adalah
pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya, karena merekalah
yang memberikan pendidikan pertama mereka. Pendidikan keluarga
adalah jenis pendidikan paling awal. Orang tua memiliki pengaruh
yang signifikan dan krusial dalam pendidikan anak-anaknya.
Pendidikan adalah hal terbesar yang diutamakan oleh orang tua.
Untuk itu, orang tua berperan penting dalam membimbing dan
mendampingi anak dalam kehidupan sehari-hari anak.
Wiliam J Goode dalam Ihromi (1985), mengemukakan
bahwa keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa dalam
pendidikanya sesungguhnya tidak hanya memperlihatkan mutu dari
institusi pendidikan saja. Tapi juga memperlihatkan “keberhasilan”
keluarga dalam memberikan anak-anak mereka persiapan yang baik
untuk keberhasilan pendidikan yang dijalani. John Locke (1985)
mengemukakan bahwa posisi pertama di dalam mendidik seorang
individu terletak pada keluarga.
Orstein & Levin seperti yang dikutip dalam Ihromi (1984),
persiapan yang dilakukan orang tua bagi keberhasilan pendidikan
anaknya antara lain ditunjukan dalam bentuk perhatian terhadap
kegiatan pelajaran anak di sekolah dan menekankan arti penting
pencapaian prestasi oleh sang anak.
Orang tua bertanggung jawab atas pendidikan anak-
anaknya. Pendidikan anak dimulai dari pendidikan orang tua di
rumah dan orang tua bertanggung jawab atas masa depan anak-
anaknya. Orang tua merupakan figur dalam proses pembentukan
kepribadian anak, sehingga diharapkan dapat memberikan arahan,
pengawasan, dan mengarahkan perkembangan ke arah yang lebih
baik. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak terbukti banyak
memberikan dampak positif bagi anak dan bagi perkembangan anak-
anaknya. Anak-anak dapat dididik dengan berbagai cara, baik formal
maupun non formal. Dengan menanamkan pengetahuan dan
keterampilan kepada anak-anak mereka di sekolah, mereka dapat
menerima pendidikan formal tanpa batas. Selanjutnya dengan arahan
orang tua di rumah, pendidikan nonformal menanamkan nilai-nilai
luhur atau akhlak mulia, standar, gagasan, perilaku, dan cita-cita.
Ada beberapa cara dalam meningkatkan peran orang tua terhadap
pendidikan anak-anak mereka, diantaranya adalah memantau
perkembangan kemampuan akademik anak, memantau
perkembangan kepribadian yang mencakup sikap, moral dan tingkah
laku anak-anak, serta memantau efektivitas jam belajar di sekolah.
Orang tua (ibu dan ayah) sebagai pendidik utama di keluarga harus
saling bekerja sama untuk mendidik anaknya.
a) Peran Ibu dalam Pendidikan Keluarga
Peran ibu adalah yang paling menonjol dan krusial di antara
anggota keluarga. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa ibu telah
berada di sisi anak sejak lahir. Pendidikan seorang ibu bagi
anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak boleh diabaikan.
Akibatnya, seorang ibu harus bijaksana dan mampu mendidik
anak-anaknya. Pendidikan seorang ibu sangat berharga sebagai
bentuk modal dalam pendidikan anaknya. Seorang ibu yang baik
akan menanamkan pada anak-anaknya tradisi yang positif dan
bermanfaat. Ketekunan, kesabaran, keuletan, serta segala kebaikan
dan kasih sayang adalah kunci sukses seorang ibu dalam
membesarkan, mengasuh, dan melahirkan kesuksesan anak-
anaknya. Akibatnya, anak-anak dalam banyak hal lebih dekat
dengan ibu mereka daripada dengan ayah mereka. Dalam situasi
ini, seorang ibu harus mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk
pendidikan di rumah dan menjadikannya tanggung jawab
utamanya.
b) Peran Ayah dalam Pendidikan Keluarga
Di samping ibu, seorang ayah juga memegang peranan
yang penting pula dalam ilmu pendidikan, peranan ayah dalam
pendidikan anak-anaknya antara lain sebagai berikut.
1) Sumber kekuasaan di dalam keluarganya
2) Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar
3) Pemberi perasaan aman bagi seluruh abggota keluarganya
4) Pelindung terhadap ancaman luar
5) Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan
6) Pendidik dalam segi-segi rasional
4. PPDB dalam Sistem Zonasi
Peserta didik menurut UUD No 20 Tahun 2003 merupakan
anggota masyarakat yang berusaha untuk mengembangkan
kemampuan dirinya melalui proses kegiatan pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Menurut
Danim (2010) peserta didik merupakan sumber utama dan terpenting
dalam proses pendidikan formal. PPDB tahun ini berbeda dengan
tahun sebelumnya yang awalnya seleksi secara akademik baik
menggunakan NEM maupun tes sekarang ini lebih memprioritaskan
jarak atau zona tempat tinggal peserta didik dengan sekolah. Tahun
2017/2018 Kemendikbud menerapkan sistem PPDB dengan cara
sistem zonasi. Alasan Mendikbud mengeluarkan kebijakan ini antara
lain adalah untuk pemerataan pendidikan serta meminimalkan jarak
tempuh antara sekolah dengan rumah sesuai dengan program yang
dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo. Dengan adanya sistem
zonasi ini diharapkan semua peserta didik baik yang ekonomi
menengah ke bawah maupun atas dapat merasakan pendidikan dengan
layak dan tidak ada diskriminasi dalam menerima siswa pintar dengan
siswa yang kurang pintar. Sistem ini juga diharapkan mampu
menghapuskan kesan yang ada di masyarakat tentang sekolah favorit
dan sekolah yang standar.
Dalam penelitian ini, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di
Kab Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah dilaksanakan melalui jalur
sebagai berikut:
a. Jalur zonasi
Merupakan jalur PPDB dengan seleksi menggunakan
sistem pembagian wilayah menjadi beberapa zona dengan
mempertimbangkan letak geografis, wilayah administratif, dan
letak satuan pendidikan terhadap domisili Calon Peserta Didik.
b. Jalur afirmasi
Merupakan jalur PPDB yang khusus diperuntukkan bagi
peserta didik berasal dari keluarga ekonomi tidak mampu.
c. Jalur perpindahan tugas orang tua/wali
Jalur PPDB perpindahan tugas orang tua merupakan jalur
PPDB yang disediakan bagi Calon Peserta Didik yang
berdomisili mengikuti perpindahan tempat tugas orangtua.
d. Jalur prestasi
Jalur Prestasi adalah jalur PPDB menggunakan seleksi
berdasarkan prestasi yang dicapai peserta didik berupa
perolehan nilai akademik pada rapor atau prestasi yang
diperoleh melalui kejuaraan atau perlombaan
5. Kebijakan Sistem Zonasi
a) Pengertian
Pemisahan atau pembagian suatu kawasan menjadi segmen-
segmen yang berbeda, sesuai dengan peran dan tujuan
pengelolaannya, didefinisikan sebagai zonasi. Kebijakan ini
dituangkan melalui Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang
penerimaan peserta didik baru pada TK, SD, SMP, SMA, SMK
atau bentuk lain yang sederajat. Seiring berjalanya waktu kebijakan
tersebut diperbaharui. Pada tahun 2018 zonasi diatur dalam
Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 tentang penerimaan peserta
didik baru pada TK, SD, SMP, SMA, SMK atau bentuk lain yang
sederajat . Sedangkan untuk tahun ajaran 2019/2020 kebijakan ini
tertuang dalam Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018 tentang
penerimaan peserta didik baru pada TK, SD, SMP, SMA dan SMK
yang diperbaharui kembali menjadi Permendikbud Nomor 20
Tahun 2019 tentang perubahan atas Permendikbud Nomor 51
Tahun 2018. Tujuan Permendikbud yang baru ialah mendorong
peningkatan akses layanan pendidikan (Permendikbud Nomor 51
Tahun 2018 tentang penerimaan peserta didik baru pada TK, SD,
SMP, SMA dan SMK pasal 3 ayat 1). Dengan demikian dapat
dikatakan fokus utama dari kebijakan zonasi adalah pemerataan
akses layanan pendidikan.
b) Ketentuan Sistem Zonasi
Sistem zonasi adalah suatu cara pemisahan suatu wilayah
menjadi beberapa zona berdasarkan letak geografis, wilayah
administrasi, dan kedekatan satuan pendidikan dengan tempat
tinggal calon siswa. Penetapan radius calon siswa yang berdomisili
dalam radius 0–200 meter dari SMP negeri ditetapkan berdasarkan
jarak udara yang dihitung dalam sistem aplikasi PPDB dari
koordinat domisili ke koordinat sekolah (tidak mengakomodir
penghitungan jarak secara manual) atau dari penyedia maps).
Zonasi PPDB minimal 50% dari daya tampung sekolah di tingkat
SMA. Artinya kuota siswa baru sebesar 50% tersedia bagi calon
siswa yang tinggal di zonasi sekolah. Pemerintah daerah
menetapkan batasan radius zona terdekat berdasarkan kondisi
setempat. Selain 50% bagi calon siswa yang berdomisili di zona
terdekat dengan sekolah, sekolah dapat memperoleh 15% untuk
siswa jalur Afirmasi yang berdomisili di dalam atau di luar radius
zona terdekat dari sekolah, dan 5% untuk calon siswa yang tinggal
di luar sekolah. Sesuai pasal 12 dan 13 kebijakan Permendikbud
Nomor 17 Tahun 2017, seleksi PPDB untuk kelas VII SMP dan
kelas X SMA/SMK mengkaji kriteria urutan prioritas sesuai daya
tampung berdasarkan spesifikasi kelompok belajar.
Kebijakan Permendikbud No 17 tahun 2017 pasal 12 dan
13 disebutkan bahwa seleksi PPDB pada kelas VII SMP dan kelas
X SMA/SMK mempertimbangkan kriteria dengan urutan prioritas
sesuai dengan daya tampung berdasarkan ketentuan rombongan
belajar. Urutan prioritas itu adalah: 1. Jarak tempat tinggal ke
sekolah sesuai dengan ketentuan zonasi; 2. Usia; 3. Nilai hasil
ujian sekolah (untuk lulusan SD) dan Surat Hasil Ujian Nasional
atau SHUN (bagi lulusan SMP); dan 4. Prestasi di bidang
akademik dan non-akademik yang diakui sekolah sesuai dengan
kewenangan daerah masing-masing.

c) Tujuan Kebijakan Sistem Zonasi


Sistem zonasi bertujuan untuk:
1. Menjamin penerimaan peserta didik baru yang objektif,
transparan, dan adil dalam rangka mendorong peningkatan
akses layanan pendidikan.
2. Memastikan tersedianya satuan pendidikan (khususnya
sekolah negeri) dan siap memberikan layanan pendidikan
yang bermutu.
3. Memastikan bahwa setiap zona/wilayah yang ditentukan
dekat dengan tempat tinggal siswa memiliki akses dan
kualitas pendidikan yang sama.
d) Kelemahan dan Kelebihan Sistem Zonasi
Berikut ini adalah beberapa kelebihan dari kebijakan
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) melalui sistem zonasi.
1. Memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang sama
terhadap pendidikan. Pemerintah bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa semua hak pendidikan anak Indonesia
dihormati. Sistem zonasi dapat membantu membatasi
produksi yang berlebihan untuk mendapatkan pelayanan
pemerintah, seperti sekolah umum. Siswa dari rumah
tangga berpenghasilan rendah tidak perlu membayar
transportasi jika mereka bersekolah di sekolah yang dekat
dengan rumah mereka.
2. Peningkatan kualitas pemerataan pendidikan di Indonesia.
Kurikulum, sebaran guru besar dan murid, serta kualitas
sarana dan prasarana merupakan indikator kualitas
pendidikan. Masalah-masalah ini ditangani berdasarkan
zonasi. Pemerintah sedang berupaya untuk menghilangkan
sekolah unggulan dan mengurangi jumlah sekolah
unggulan. Dengan begitu, praktik jual beli kursi diyakini
akan terhapus.
Kelemahan adanya kebijakan Penerimaan Peserta Didik
Baru melalui sistem zonasi antara lain adalah sebagai berikut.
1. Munculnya penipuan baru. Karena tidak secara jelas
mengkuantifikasi alasan perpindahan siswa dari satu daerah
ke daerah lain, pendekatan zonasi yang seharusnya
meminimalkan jumlah praktik jual beli kursi, benar-benar
menciptakan perasaan yang berbeda.
2. Penurunan motivasi belajar siswa. Siswa mengembangkan
pola pikir yang salah sebagai akibat dari metode zonasi,
dengan premis bahwa "mengapa saya belajar begitu keras
jika saya hanya diukur dengan jarak, bukan nilai yang
saya perjuangkan?"
6. Teori Pilihan Rasional
Teori pilihan rasional merupakan tindakan rasional dari individu
atau aktor untuk melakukan suatu tindakan berdasarkan tujuan tertentu
dan tujuan itu ditentukan oleh pilihan. Peneliti memilih teori pilihan
rasional dari James Coleman untuk menganalisis fenomena yang
terjadi di lapangan. Menurut Coleman, orang-orang bertindak secara
sengaja ke arah suatu tujuan dan tindakan itu dibentuk oleh nilai atau
pilihan (Ritzer, 2012:759). Jadi, dapat disimpulkan bahwa setiap
individu bertindak sesuai dengan tujuan atau maksud tertentu.
Pada teori pilihan rasional terdapat dua unsur yaitu aktor dan
sumber daya. Aktor merupakan individu yang memiliki maksud atau
tujuan yang ingin dicapai. Ritzer (2012:780) memegang keyakinan
bahwa seorang aktor akan selalu bertindak dengan cara yang
memaksimalkan keuntungan atau kepuasan kebutuhan dan
keinginanya sendiri. Oleh karena itu, aktor akan memiliki tindakan
yang paling menguntungkan. Unsur yang kedua adalah sumber daya.
Menurut Coleman, sumber daya adalah sesuatu yang digunakan aktor
untuk membantu tindakan mereka dalam pencapaian tujuan. Pada
tingkat sistem sosial, Coleman memberikan deskripsi rinci tentang
interaksi antara aktor dan sumber daya.
Coleman dalam Ritzer (2014:480) berpendapat bahwa sistem ini
didasarkan pada dua aktor yang bertanggung jawab satu dengan yang
lainya, dimana kedua aktor memiliki tujuan yang membawa keduanya
terlibat dalam tindakan yang terhubung antara satu dengan yang lainya.
Sistem tindakan yang dimaksud menunjukkan bahwa setiap tujuan
berusaha untuk memaksimalkan realisasinya secara sistematis yang
menjadi ciri perilaku para aktor.
Coleman meyakini teori pilihan rasional, tetapi dia tidak berpikir
teori itu memiliki semua jawaban. Namun, dia tidak berpikir dia bisa
pergi ke arah itu karena, dalam pandangannya, keberhasilan teori sosial
bergantung pada keberhasilan dasar-dasar tindakan sosial, yang tidak
dapat dijelaskan oleh teori itu (Coleman dalam Ritzer,2014:480).
Meskipun Coleman mengakui bahwa orang tidak selalu
berperilaku rasional di dunia nyata, ia percaya bahwa ini tidak secara
signifikan mengubah teorinya. Anggapannya adalah bahwa prediksi
teoretis yang dibuat di sini pada dasarnya tidak membedakan antara
aktor yang bertindak sesuai dengan gagasan yang diterima secara
umum (Coleman dalam Ritzer,2014:480).
Fokus Coleman pada hubungan mikro-makro, atau bagaimana
jumlah aktivitas individu mengarah pada perilaku sistem, didasarkan
pada orientasi tindakan rasional individu ini. Coleman
memprioritaskan masalah ini tetapi juga memperhatikan koneksi
mikro-makro, atau bagaimana sistem ini mengganggu orientasi aktor.
Dia juga tertarik pada bagaimana tindakan seseorang mempengaruhi
tindakan orang lain. Terdapat beberapa kelemahan utama dalam
pendekatan Coleman.Pertama, ia lebih menekankan isu mikro ke
makro, sehingga mengabaikan hubungan lain. Kedua, ia mengabaikan
isu makro-mikro. Akhirnya, panah kausal hanya menembak ke satu
arah, menciptakan hubungan dialektis antara kejadian makro dan
mikro. Menggunakan pendekatan pilihan rasional, Coleman
menggambarkan serangkaian fenomena tingkat makro. Pandangan
dasarnya adalah bahwa peneliti perlu menjaga konsepsi mereka
tentang aktor konstan dan dari konstruk mikro-konstan ini berbagai
gambar fenomena tingkat makro. Dalam hal ini, perbedaan fenomena
makro dapat ditelusuri ke struktur hubungan yang berbeda di tingkat
makro dan bukan variasi di tingkat mikro.
Memberikan kekuasaan dan aset dari satu orang ke orang lain
adalah bagian penting dari proses mikro-ke-makro. Unit akting dua,
dua aktor terpisah, yang merupakan fenomena mikro paling mendasar,
dibuat, yang lebih vital. Akibatnya, struktur berfungsi tanpa aktor.
Dalam skenario ini, aktor berusaha untuk memenuhi kepentingan
pemain lain, atau mengumpulkan kepentingan kolektif, daripada
memaksimalkan kepentingan mereka sendiri. Meskipun "mengandung
cacat khas dan menimbulkan kesulitan", ini bukan realitas sosial yang
berbeda (Coleman dalam Ritzer, 2014:481).
Penggunaan teori pilihan rasional dari Coleman karena teori ini
dapat dijadikan sebagai pisau untuk menganalisis tujuan dair penelitian
ini, yaitu berkaitan dengan persoalan tentang bagaimana orang tua
mempunyai konstruksi tentang sekolah unggulan sekarang ini. Peneliti
ingin mengetahui persepsi orang tua siswa terkait dengan sekolah
unggulan atau sekolah favorit, bagaimana pandangan orangtua siswa
pasca sistem zonasi di SMA N 1 Banjarnegara, dan bagaimana dengan
keputusan orang tua setelah pandanganya berubah tentang sekolah
unggulan.
Berkaitan dengan penelitian ini, berdasarkan teori Pilihan Rasional
dari Coleman, seseorang aktor itu bertindak secara sengaja untuk
mencapai suatu tujuan, dengan tujuan yang dibangun oleh nilai. Nilai
tersebut ada di dalam pengetahuan aktor. Pengetahuan dari aktor
tersebut memengaruhi dan menghasilkan tindakan yang menurut aktor
tersebut rasional. Aktor yang dimaksud oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah orang tua murid SMA Negeri 1 Banjarnegara. Setiap orang
tua memiliki maksud atau tujuan tertentu dalam pengambilan
keputusan di dalam menyekolahkan anaknya berkaitan dengan sistem
zonasi. Selanjutnya, yang dimaksud sumber daya dalam penelitian ini
adalah pandangan atau persepsi orang tua siswa yang menjadi faktor
yang melatarbelakangi mengapa orang tua memilih sekolah tersebut.
Setiap orang tua memiliki pandangan yang berbeda. Hal tersebut
memengaruhi keputusan orang tua yang dipilih dalam menyikapi
kebijakan zonasi.

2.3 Kerangka Berpikir (sebenernya sdh benar cmn posisinya kek sing
dijelaske mbak cincin)

Berdasarkan kajian pustaka dan beberapa definisi konseptual di atas, maka


gambaran penelitian yang akan dilakukan dapat digambarkan dalam suatu
kerangka berpikir. Menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2016:60)
kerangka berpikir adalah modle konseptual tentang bagaiamana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai
masalah yang penting. Secara tidak langsung kerangka berpikir menjelaskna
rumusan masalah dan konsep yang digunakan dalam penelitian. Bagian dari
kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

Pelaksanaan Penerimaan
Peserta Didik Baru Melalui
Jalur Zonasi

Penerapan Sistem Zonasi di


SMA N 1 Banjarnegara

a. Pemerataan akses pendidikan bagi


siswa
b. Menghilangkan ekslusivitas dna
Persepsi Orang Tua Siswa diskriminasi di sekolah, khususnya
Terhadap Sekolah sekolah negeri
Unggulan c. Membantu analisis perhitungan
kebutuhan dan distribusi guru
d. Hilangnya predikat sekolah unggulan
Pandagan Orang Tua Siswa
Pasca Sistem Zonasi di
SMA N 1 Banjarnegara

Keputusan Orang Tua


Setelah Pandanganya
Berubah Tentang Sekolah
Unggulan
Teori Pilihan Rasional
James Coleman

Bagan 1. Kerangka Berpikir

Keterangan :

Salah satu permasalahan yang terdapat di disitem pendidikan Indoneia


adalah permasalahan pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan merupakan
hal yang saat ini sangat diupayakan oleh pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah
membuat kebijakan zonasi sekolah. Kebijakan zonasi ini diharapkan dapat
menghapus istilah sekolah unggulan atau sekolah favorit. Sebelum adanya
kebijakan sistem zonasi, SMA N 1 Banjarnegara merupakan sekolah dengan
predikat unggulan. Sekolah dengan predikat unggulan saat itu telah berubah
semenjak adanya sistem zonasi. Harapan-harapan atau ekspektasi orang tua tidak
sama lagi seperti dulu. Dalam penelitian ini peneliti memiliki permasalahan yang
kemudian dijadikan objek penelitian, dengan teori-teori yang ada. Objek
penelitian ini adalah persepsi orang tua tentang sistem zonasi di SMA N 1
Banjarnegara. Orang tua merupakan seseorang yang pendidik pertama dan utama
dalam kehidupan anak mereka, dalam dunia pendidikan orang tua juga ikut andil
demi tercapainya pendidikan anak yang sesuai harapan. Seperti halnya dalam
pemilihan sekolah, orang tua berhak memiliki persepsi (pendapat) mengenai
peraturan menteri pendidikan pada sistem zonasi sekolah anak. Persepsi itu
merupakan tanggapan atau pendapat seseorang terhadap sesuatu. Dari bagan
penelitian tersebut, peneliti akan meneliti tentang persepsi orangtua siswa
terhadap perubahan penerimaan peserta didik baru melalui sistem zonasi di SMA
N 1 Banjarnegara. Peneliti mengajukan tiga rumusan masalah untuk mendapatkan
data mengenai sistem zonasi di sma n 1 banjarnegara. Rumusan tersebut adalah
untuk menggali bagaimana persepsi orang tua tentang sekolah unggulan di SMA
Negeri 1 Banjarnegara, bagaimana pandangan orang tua pasca sistem zonasi
terhadap sekolah unggulan di SMA Negeri 1 Banjarnegara, dan peneliti ingin
mengkaji bagaimana keputusan orang tua setelah pandanganya berubah tentang
sekolah unggulan di SMA Negeri 1 Banjarnegara yang kemudian dianalisis
dengan menggunakan Teori Pilihan Rasional James Coleman.

BAB 3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu aktivitas ilmiah yang dilaksanakan melalui


tahapan-tahapan dimulai dari menentukan topic, pengumpulan data, dan
analisis data, sehingga diperoleh suatu pemahaman dan pemaknaan dari suatu
topik, gejala atau isu tertentu. Dalam metode penelitian ini mengenal berbagai
macam proses yang harus ditempuh oleh peneliti, tahapan dijalankan secara
sistematis, logis, dan rasional ( Raco, 2010:3).

3.1. Pendekatan dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam proposal penelitian ini adalah


metode kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan deskripsi data
berupa ucapan atau tulisan, serta perilaku yang dapat diamati dari subjek.
Menurut Creswell seperti yang dikutip dalam Raco, (2010:7) penelitian
kualitatif adalah sebuah pendekatan atau telaah untuk mengeksplorasi dan
memahami suatu fenomena atau gejala utama. Penelitian kualitatif adalah
jenis penelitian yang hasilnya dicapai tanpa menggunakan proses statistik
atau metode perhitungan lainnya.Wawancara, observasi, dan penggunaan
dokumen merupakan pendekatan yang umum digunakan dalam penelitian
kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang artinya
menggambarkan data informasi berdasarkan fakta (facts) yang dikumpulkan
di lapangan. Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang paling
mendasar. Penelitian kualitatif digunakan untuk menggambarkan atau
mengkarakterisasi kejadian yang ada, termasuk fenomena ilmiah dan
rekayasa manusia. Studi ini melihat berbagai jenis bentuk, tindakan, kualitas,
perubahan, hubungan, dan persamaan dan kontras antara fenomena. Dalam
penelitian ini, penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk membuat
hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan di lapangan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci tentang
persepsi orang tua terhadap zonasi PPDB di SMA N 1 Banjarnegara.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di SMA N 1 Banjarnegara. Di Desa


Kutabanjarnegara, Kec. Banjarnegara, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah.
SMA N 1 Banjarnegara merupakan salah satu satuan pendidikan sekolah
menengah atas. SMAN 1 Banjarnegara merupakan organisasi non profit yang
beroperasi di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
SMAN 1 Banjarnegara dengan kode POS 53415 berlokasi di JL. Letgen.
SUPRAPTO NO. 93 A, Kota Banjarnegara, Kec. Banjarnegara, Kab.
Banjarnegara, Jawa Tengah. Sebagai bagian dari upaya mengembangkan
kekuatan spiritual, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, dan
kemampuan yang dibutuhkan oleh individu, maka didirikanlah lembaga
pendidikan ini.

3.3. Fokus Penelitian

Menurut Johnson & Christensen seperti yang dikutip dalam Gumilang,


(2015:146) menyebutkan bahwa fokus penelitian kualitatif adalah sebuah
penekanan sudut pandang secara luas dan mendalam daripada pada penelitian
kuantitatif, yang memiliki sudut pandang lebih sempit seperti pengujian
hipotesis. Fokus dalam penelitian ini adalah menjelaskan secara mendalam
tentang persepsi orangtua murid terhadap perubahan penerimaan peserta didik
baru melalui jalur zonasi di SMA N 1 Banjarnegara. Dari fokus penelitian
tersebut, peneliti melakukan pengerucutan fokus yang terbagi menjadi tiga
sub-fokus penelitian, yaitu :

1. Persepsi orang tua tentang sekolah unggulan atau sekolah favorit di


SMA N 1 Banjarnegara
2. Pandangan orang tua siswa pasca sistem zonasi terhadap sekolah
unggulan di SMA N 1 Banjarnegara.
3. Keputusan orang tua setelah pandanganya berubah tentang sekolah
ungulan di SMA N 1 Banjarnegara.

3.4. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari data asli yang diperoleh.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder.

1. Data Primer
Data primer menurut Narimawati seperti yang dikutip dalam
Pratiwi (2017:211) adalah data yang diperoleh dari sumber asli atau
sumber pertama. Untuk mendapatkan data primer peneliti harus
mencari melalui narasumber atau dalam istilah teknis penelitian
kualitatif disebut sebagai informan, yaitu orang yang ditetapkan
sebagai objek penelitian ataupun orang yang dijadikan sebagai tempat
untuk memperoleh informasi dalam pengumpulan data. Data primer
dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
terhadap subek penelitian. Adapun sumber data primer yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
a. Subjek Penelitian
Peneliti menggunakan data primer runtuk mendapatkan informasi
secara langsung dari subjek penelitian mengenai persepsi orang tua
siswa terhadap perubahan penerimaan peserta didik baru melalui jalur
zonasi di SMA N 1 Banjarnegara. Subek dari penelitian ini adalah
kepala sekolah SMA N 1 Banjarnegara, bapak/ibu guru SMA N 1
Banjarnegara, orang tua siswa SMA N 1 Banjarnegara, dan siswa/siswi
SMA N 1 Banjarnegara. Data primer diperoleh melalui wawancara
dengan informan yang dipilih dari subjek penelitian beserta foto.
b. Informan
Informan adalah mereka yang memberikan informasi kepada
peneliti. Ada berbagai kategori informan dalam penelitian. Yakni ;

1. Informan kunci, senantiasa merujuk pada peran seseorang


dalam menunjukan jalan kepada peneliti berkaitan dengan
keperluat data yang akan dicari. Informan kunci dalam
penelitian ini adalah guru dan kepala sekolah SMA N 1
Banjarnegara.
2. Informan Utama, senantiasa merujuk pada peran seseorang
dalam memberikan penjelasan terkait topik penelitian,
memiliki informasi secara menyeluruh, mengetahui secara
teknis dan detail tentang masalah penelitian san mengetahui
informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan
utama daam penelitian ini adalah guru, kepala sekolah SMA N
1 Banjarnegara dan orangtua murid SMA N 1 Banjarnegara
dari kelas sosial atas.
3. Informan Pendukung (Tambahan), biasanya dibutuhkan dalam
proses penelitian untuk tambahan jenis data penelitian yang
diperlukan. Informan pendukung dalam penelitian ini adalah
masyarakat sekitar dan siswa/siswi SMA N 1 Banjarnegara.

2. Data Sekunder
Sumber data primer perlu didukung dan dilengkapi dengan sumber
data sekunder. Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil penelitian,
temuan atau tulisan orang lain (Sugiyono, 2013:332). Data sekunder
adalah informasi yang telah dikumpulkan dan diperoleh orang lain
dalam bentuk akhir, biasanya dalam bentuk publikasi. Data sekunder
dimanfaatkan guna menguatkan data primer yang didapat di lapangan.
Dengan demikian, hasil yang didapatkanyapun dapat memiliki
validitas karena didasarkan atas referensi yang jelas dan akurat.
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Kepustakaan
Sumber data tertulis ini digunakan untuk melengkapi sumber
data informasi. Sumber data ini meliputi artikel jurnal, skripsi, dan
buku yang relevan dengan permasalahan yang terkait. Sumber
kepustakaan tersebut digunakan untuk memperkuat temuan di
lapangan. Dengan demikian, penggunaan temuan sebelumnya
dalam penelitian di kepustakaan membuat hasil yang diperoleh
memiliki keilmiahan yang kuat.
b. Foto
Foto digunakan untuk melengkapi data primer yang sudah
didapat. Foto diperoleh melalui pengamatan secara langsung atau
observasi dan wawancara kepada informan yang dilakukan di
lokasi penelitian. Foto yang terkait dengan penelitian ini misalnya
mulai dari tempat lokasi penelitian, maupun foto kegiatan
wawancara dengan informan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai


berikut:

1. Wawancara.

Peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan


informan. Menurut Moleong (dalam Sidiq, dkk. 2019) wawancara
merupakan perbincangan dengan tujuan maksud tertentu.
Perbincangan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yakni pewawancara
(interviewer) sebagai pihak yang mengajukan pertanyaan kepada
terwawancara (interviewee) sebagai orang yang memberikan
jawaban atas pertanyaan. Menurut Esterberg seperti yang dikutip
dalam Sugiyono, (2015:319) menyatakan bahwa terdapat jenis-jenis
wawancara sebagai berikut :

a. Wawancara terstruktur
Dalam wawancara terstruktur, informan diberi pertanyaan
yang sama, dan peneliti bertugas untuk mencatatnya. Dengan
menggunakan wawancara terstruktur, proses pengumpulan data
dapat menggunakan beberapa orang pewawancara yang akan
melemparkan pertanyaan kepada informan.
b. Wawancara semiterstruktur
Wawancara jenis ini tergolong dalam kategori in-depth
interview, yang artinya dalam mengimplementasikannya akan
lebih bebas apabila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur.
c. Wawancara tidak berstruktur
Wawancara tidak berstruktur adalah sebuah wawancara
bebas, karena dalam hal ini peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang disusun secara terstruktur dan
lengkap untuk mengumpulkan data. Pedoman yang digunakan
oleh peneliti hanya berupa pokok-pokok permasalahan yang
menjadi fokus dalam penelitian.
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik wawancara mendalam untuk memperoleh data
dan informasi mengenai persepsi orangtua siswa mengenai
PPDB jalur zonasi di SMAN 1 Banjarnegara.

2. Observasi.

Strategi atau proses pengumpulan data dengan melakukan


pengamatan langsung terhadap suatu kegiatan yang sedang
berlangsung dikenal dengan istilah observasi. Observasi
memerlukan perhatian yang cermat terhadap kegiatan, mencatat
setiap fenomena yang terjadi, dan mempertimbangkan hubungan
antara banyak karakteristik fenomena. Dari pengamatan, akan
mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh
pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap
informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya (Syaodih, 2013:
220). Pengamatan ini dilakukan oleh peneliti di SMA N 1
Banjarnegara saat penelitian untuk memperoleh data mengenai
persepsi orang tua terhadap penerimaan peserta didik baru dengan
menggunakan sistem zonasi di SMA N 1 Banjarnegara. Metode
observasi dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk,
diantaranya:

a. Observasi partisipasi, adalah metode pengumpulan data yang


digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan penginderaan dimana peneliti terlibat dalam
keseharian informan.
b. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang dilakukan
tanpa menggunakan kriteria observasi, sehingga
memungkinkan peneliti untuk mengembangkan observasi
berdasarkan perkembangan lapangan.
c. Observasi kelompok adalah kumpulan pengamatan yang
dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap suatu topik
yang telah diangkat sebagai topik penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi


partisipan dimana peneliti terlibat langsung dalam kegiatan
informan yang terjadi di lapangan. Peneliti juga menggunakan
pedoman observasi sehingga akan memudahkan peneliti dalam
mengamati dan memperoleh informasi dan data diharapkan dapat
mendeskripsikan mengenai persepsi orangtua siswa mengenai
PPDB jalur zonasi di SMAN 1 Banjarnegara.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dokumentasi adalah metode pengumpulan


informasi melalui pengumpulan dan analisis dokumen, baik yang
tertulis, difoto, atau disimpan secara elektronik. Dalam penelitian
kualitatif studi dokumen melengkapi penggunaan metodologi
observasi dan wawancara. Hasil penelitian dari observasi atau
wawancara, akan lebih kredibel dan dapat dipercaya kalau didukung
oleh dokumen-dokumen dari narasumber (Syaodih, 2013: 221).
Dokumen terdiri atas berbagai jenis, yaitu berbentuk tulisan seperti
catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, dan lain-lain. Dokumen
yang berbentuk gambar misalnya foto, sketsa, gambar hidup, dan
lain-lain. Dan dokumen yang berbentuk karya yaitu seperti patung,
film, dan lain-lain. Dokumentasi menjadi pelengkap dalam
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif (Sugiyono, 2015:329).

Pendekatan dokumentasi yang akan digunakan dalam


penelitian ini menggunakan tulisan atau buku-buku yang berkaitan
dengan informasi seperti identitas. Peneliti juga mengumpulkan data
dengan menggunakan gambar atau rekaman wawancara dengan
informan untuk menganalisis data yang ada, selain dokumentasi
dalam catatan tertulis. Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai
salah satu sumber data/bukti untuk mengetahui persepsi orang tua
terhadap penerimaan peserta didik baru melalui jalur zonasi di SMA
N 1 Banjarnegara.

3.6. Teknik Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data (validitas data) dalam penelitian ini


adalah teknik triangulasi. Menurut Sugiyono (2015:267) validitas adalah
derajat kesamaan antara data yang nyata terjadi dalam objek penelitian,
dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Teknik triangulasi merupakan
teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada. Bila penelitian
melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data. Terdapat tiga jenis triangulasi data yaitu triangulasi sumber,
triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek hasil temuan dari
beberapa sumber. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan cara
menguji data dengan mengecek hasil temuan pada sumber yang sama namun
menggunakan teknik yang berbeda. Triangulasi waktu adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan cara mengecek hasil data temuan di
waktu dan situasi yang berbeda. Dalam penelitian ini menggunakan
triangulasi sumber data yang terdiri dari wawancara mendalam, observasi
lapangan, dan dokumentasi. Peneliti melakukan pengumpulan berbagai data
dengan sumber yang sama yaitu yang telah diperoleh dari melakukan
pengumpulan data dari guru, kepala sekolah, dan orangtua siswa SMA N 1
Banjarnegara yang selanjutnya melakukan teknik data triangulasi sebagai
langkah uji keabsahan data yang telah diperoleh peneliti.

3.7. Teknik Analisis Data

Konsep analisis data menurut Model Miles and Huberman.

Display
Pengumpulan
Data
Penarikan
Kesimpulan dan
Reduksi Verifikasi
Data
Konsep Analisis Data
Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut:

1) Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, penulis mencatat semua


hasil wawancara mengenai persepsi orang tua siswa terhadap
perubahan penerimaan peserta didik baru melalui zonasi. data
observasi ditulis secara objektif sesuai dengan yang didapatkan
melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan informan
penelitian yaitu guru/kepala sekolah SMA N 1 Banjarnegara, orang
tua siswa, serta siswa/siswi SMA N 1 Banjarnegara. Pengumpulan
data disesuaikan dengan fokus penelitian. Data yang dikumpulkan
melalui kegiatan observasi dan wawancara meliputi : 1) Gambaran
umum SMA N 1 Banjarnegara, 2) Persepsi orang tua terhadap
sekolah unggulan, 3) pandangan orang tua pasca sistem zonasi, 4)
Keputusan orang tua setelah pandanganya berubah tentang sekolah
unggulan.

2) Reduksi Data

Reduksi data adalah proses berpikir sensitif yang


membutuhkan suatu kecerdasan serta pengetahuan yang luas dan
mendalam. Dalam proses reduksi data kita hanya mencoba
merangkum data yang bermakna, hal ini disebabkan data yang
ditemui di lapangan cukup banyak sehingga harus disaring agar
lebih terencana. Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan pada
saat peneliti mendapatkan data dari guru dan kepala sekolah SMA
N 1 Banjarnegara dan orangtua siswa SMA N 1 Banjarnegara.
Penulis kemudian menyederhanakan data tersebut dengan
mengambil data-data yang mendukung dalam pembahasan
penelitian ini. Sehingga data-data tersebut mengarah pada
kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

3) Data Display (Penyajian data)

Penyajian data sebagai sekumpulan informasi, yang


tersusun memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Pada tahap penyajian data, data yang sudah
didapat dan dipilah penulis akan disajikan dengan rapi. Penyajian
data dakam penelitian kualitatif berupa deskriptif yang tersusun
rapid dan dianalisis dengan menggunakan kerangka konseptual.
Data yang dihasilkan setelah melalui tahap pengumpulan data dan
reduksi data yaitu : gambaran umum SMA N 1 Banjarnegara,
persepsi orang tua siswa terhadap sekolah unggulan di SMA N 1
Banjarnegara, pandangan orang tua siswa pasca sistem zonasi di
SMA N 1 Banajrnegara, dan keputusan orang tua setelah
pandanganya berubah tentang sekolah unggulan.

4) Penarikan Kesimpulan

Tahap berikutnya dilakukan dengan menarik kesimpulan


yang sifatnya sementara di awal, jika tidak ditemukan bukti yang
kuat untuk mendukung pengumpulan data tahap selanjutnya,
kesimpulan tersebut akan berubah. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Penulis melakukan
kesimpulan dari data yang telah di dapat melalui pengamatan
langsung atau observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Teknik analisis data kulaitatif yang digunakan dalam


penelitian ini adalah analisis interpretatif. Teknik analisis
interpretatif merupakan suatu upaya untuk mencari penjelasan
tentang peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada
perspektif dan pengalaman orang yang diteliti. Secara umum
pendekatan ini merupakan sebuah sistem sosial yang memaknai
perilaku secara detail dan terperinci. Penelitian interpretatif melihat
sebuah fakta sebagai sesuatu yang menarik dalam memahami
makna sosial. Menurut penelitian interpretatif, sebuah fakta
merupakan tindakan yang spesifik dan kontekstual yang
bergantung pada pemaknaan sebagian orang didalam sebuah
lingkup sosial.

Anda mungkin juga menyukai