Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PEDAGOGI KRITIS

SISTEM ZONASI DALAM


PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU

Dosen Pengampu:
Dr. Mulyo Prabowo, M.Pd

Disusun Oleh :
Denggan Septiary (16105241040)
Rofi Istifaroh (16105241013)
Aji Tofa Nashruddin (16105241049)
Syahrul Komaruddin (16105241050)
Bryan Zano Ksawa T (16105424013)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena yang terus terjadi di Indonesia adalah mayoritas orang tua
menginginkan anaknya untuk dapat bersekolah di sekolah unggulan/ favorit. Tetapi
hal ini sebenarnya memunculkan kesenjangan antara keinginan mayoritas dengan
kualifikasi yang ditentukan sekolah. Mayoritas masyarakat di daerah perkotaan tidak
menganggap serius (berpikir baik dan benar) tentang bagaimana kondisi ekonomi,
sosial, ataupun lingkungannya, asalkan bisa masuk dan diterima di sekolah yang
diinginkan. Sehingga memungkinkan masyarakat untuk menghalalkan segala cara
supaya mencapai tujuannya, misalnya berani membayar mahal diluar prosedur
sekolah.
Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan
penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun 2017 yaitu Sistem Zonasi. Hal ini
ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Permendikbud No 17 Tahun 2017 tentang
PPDB pada Taman Kanak-kanak, SD, SMP, SMA, SMK, atau bentuk lain yang
sederajat oleh Kemdikbud.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Zonasi?
2. Bagaimana penerapan Sistem Zonasi dalam pelaksanaan PPDB?
3. Bagaimana pro dan kontra masyarakat tentang adanya Sistem Zonasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui maksud dari Sistem Zonasi.
2. Mengetahui penerapan Sistem Zonasi dalam pelaksanaan PPDB.
3. Mengetahui pro dan kontra masyarakat tentang adanya Sistem Zonasi?
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Sebab dan Pengertian Sistem Zonasi


Kebijakan-kebijakan pada tahun ajaran baru 2017/2018 (Full Day School dan
Zonasi) pada dasarnya diterapkan dalam rangka reformasi pendidikan, yaitu untuk
meningkatkan karakter dan menyiapkan generasi yang dapat menjawab tantangan
zaman. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan “Sistem
Zonasi merupakan implementasi dari arahan Presiden Joko Widodo mengenai
pentingnya pemerataan kualitas pendidikan, semua sekolah harus jadi sekolah favorit,
semoga tidak ada lagi yang mutunya rendah”. (Tempo.co, 2017)
Sistem Zonasi merupakan upaya pemerintah yang lebih diarahkan untuk
mewujudkan pemerataan pendidikan. Bahkan untuk tahun 2017, sistem ini
diprioritaskan pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dari pada berdasar nilai
hasil ujian. Adanya sistem zonasi diharap dapat mempermudah akses pada layanan
pendidikan, juga mendorong pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan.
Dalam sistem ini, calon peserta diwajibkan mendaftarkan diri ke sekolah terdekat
atau satu kawasan dengan tempat tinggal berdasar alamat dalam Kartu Keluarga (KK).
Secara umum alamat yang dimaksud adalah termuat dalam KK yang diterbitkan paling
lambat 6 bulan sebelum PPDB. Sehingga lokasi akan sangat mempengaruhi pemilihan
dan pertimbangan dalam memilih sekolah, karena jarak rumah ke sekolah menjadi
syarat dalam PPDB sistem zonasi (Cantika dan Mudjito).
Adapun radius zona yang dimaksud ditetapkan oleh pemerintah daerah
berdasarkan jumlah ketersediaan daya tampung berdasar ketentuan rombongan belajar
masing-masing sekolah dengan jumlah anak usia sekolah di daerah tersebut.

B. Arahan Penerapan Sistem Zonasi


Berikut adalah beberapa paparan PPDB tentang Sistem Zonasi terkait sekolah
yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah:
1. Wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat
dari sekolah paling sedikit sebesar 90% (sembilan puluh persen) dari total
jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima.
2. Dapat menerima calon peserta didik melalui:
 Jalur prestasi yang berdomisili diluar radius zona terdekat dari sekolah paling
banyak 5% (lima persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang
diterima;
 Jalur bagi calon peserta didik yang berdomisili diluar zona terdekat dari
sekolah dengan alasan khusus meliputi perpindahan domisili orangtua/wali
peserta didik atau terjadi bencana alam/ sosial, paling banyak 5% (lima persen)
dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima.
3. Domisili calon peserta didik berdasarkan alamat pada Kartu Keluarga yang
diterbitkan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum pelaksanaan PPDB.
4. Radius zona terdekat ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kondisi
di daerah tersebut berdasarkan jumlah ketersediaan daya tampung berdasarkan
ketentuan rombongan belajar masing-masing sekolah dengan ketersediaan anak
usia sekolah di daerah tersebut.
5. Bagi sekolah yang berada di daerah perbatasan provinsi/ kabupaten/ kota,
ketentuan persentase dan radius zona terdekat dapat diterapkan melalui
kesepakatan secara tertulis antarpemerintah daerah yang saling berbatasan.
Ketentuan zonasi ini tidak berlaku untuk SMK (minimal 20% untuk keluarga
ekonomi tidak mampu terdekat). Selain itu sistem ini juga dapat dikecualikan untuk:
 sekolah Indonesia di Luar Negeri;
 sekolah berasrama;
 satuan Pendidikan Kerja Sama;
 sekolah di daerah yang jumlah penduduk usia Sekolah tidak dapat
memenuhi ketentuan jumlah peserta didik dalam 1 (satu) rombongan
belajar;
 sekolah di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T);
 sekolah layanan khusus

C. Manfaat Sistem Zonasi


a. Mendorong pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan
Tidak ada lagi sekolah (negeri) favorit atau unggulan yang bebas menyeleksi
peserta didik barunya sehingga muncul istilah sekolah pinggiran yang menerima
buangannya. Semua sekolah diharapkan menjadi sekolah yang unggul, pelayanan
dan kualitas fasilitas yang merata dengan input sesuai dengan zona masing-masing.
b. Mengakomodasi siswa tidak mampu (ekonomi) untuk mendapat sekolah
Dimaksudkan sebagai program afirmasi untuk melindungi anak tak mampu
secara ekonomi dapat tetap terjamin pendidikannya, yaitu sekolah negeri (terdekat)
dengan biaya pemerintah.
c. Tersebarnya siswa berprestasi
Adanya sistem zonasi memungkinkan tidak menumpuknya siswa berprestasi
dalam suatu sekolah saja. Memungkinkan setiap sekolah memiliki siswa
berprestasi berdasar wilayahnya. Tidak dipungkiri juga, tersebarnya peserta didik
dari keluarga berada juga membantu meningkatkan kualitas sekolah, terutama
dalam segi materiil (sumbangan).

D. Kritik Pelaksanaan Sistem Zonasi


a. Menurunnya sikap untuk berkompetisi
Tidak adanya sekolah favorit, didasarkan pada wilayah, bahkan ditambah
berorientasi nilai UN paling rendah membuat siswa kurang termotivasi untuk
menjadi lebih baik dari orang lain. Bahkan memungkinkan siswa yang tidak
mengusai mata pelajaran yang diujikan merasa santai asal domisilinya dekat dengan
suatu sekolah.
b. Inkonsistensi Kebijakan
Pemberlakuan sistem zonasi yang diluncurkan dinodai oleh kebijakan baru
Kemendikbud yang tidak konsisten. Saat PPDB sedang berlangsung, secara
mendadak diluncurkan Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2017 bahwa daerah yang sudah
melakukan PPDB sebelum kebijakan zonasi diluncurkan, boleh melanjutkan
kebijakan sebelumnya yang telah berlangsung.
Tentunya inkonsistensi Permendikbud tersebut justru membuka ladang
kecurangan praktisi pendidikan yang semakin menganga. Dikhawatirkan, sekolah
akan berbondong-bondong memanipulasi PPDB yang seharusnya mengikuti sistem
zonasi dengan kebijakan lama yang dianggap lebih menguntungkan.
c. Memperuncing tindakan kecurangan di kalangan orangtua.
Sejatinya, sekolah favorit selama ini didambakan oleh peserta didik juga turut
meninggikan gengsi orangtua. Jika anaknya dapat diterima di sekolah favorit, maka
orangtua akan terkena citra positif di kalangan masyarakat. Sehingga orangtua yang
selama ini hendak menyekolahkan anaknya di sekolah favorit akan melakukan
tindakan apapun agar anaknya bisa masuk di sekolah favorit. Sehingga besar
kemungkinan untuk melakukan tindakan kecurangan.
Hal tersebut dilakukan dengan menitipkan nama anaknya di Kartu Keluarga
(KK) saudaranya yang tinggal di sekitar sekolah favorit. Ironisnya, banyak juga yang
menempuh jalan pintas dengan menitipkan nama anaknya di KK tukang becak agar
bisa bersekolah di sekolah favorit.
d. Nasib sekolah swasta.
Kebijakan zonasi yang diberlakukan di sekolah negeri turut memperkeruh
nasib sekolah swasta. Pemberlakuan kebijakan ini secara masif akan mengosongkan
peserta didik di bangku sekolah swasta. Terlebih lagi, bagi sekolah yang notabene
memang kesulitan mencari peserta didik. Sekolah negeri favorit dan mudah
dijangkau oleh masyarakat di sekitar inilah yang menjadi ancaman serius bagi
sekolah swasta.
Ini menjadi sebuah ironi bagi sekolah swasta. Ketika belum diberlakukan
sistem zonasi, sekolah swasta sudah kesusahan mencari peserta didik. Apalagi,
ketika sistem zonasi diberlakukan, bukan tidak mungkin sekolah swasta akan gulung
tikar. Maka jangan heran dalam kurun waktu 5-10 tahun mendatang, sekolah swasta
hanya meninggalkan nama saja.

E. Kasus Pelaksanaan Sistem Zonasi


a. Kekecewaan pihak dari luar yang ingin masuk pada sekolah di zona lain
Terdapat kasus anak yang tidak diterima di suatu SMK, karena domisilinya
berbeda. Alasan anak tersebut ingin masuk SMK di luar zonanya adalah karena SMK
terdekat tidak membuka program jurusan yang ia minati. Entah mengapa ini dapat
terjadi, padalah sistem zonasi tidak diterapkan terlalu ketat untuk SMK, yang
mungkin untuk mengantisipasi kejadian seperti ini.
b. Penambahan nilai berdasar zonasi membuat para calon peserta didik baru resah
Berdasar tulisan Purwantini (kompasiana.com), terdapat 4 anak bertetangga
yang mendaftar ke sekolah yang sama melalui jalur zonasi. Ternyata hanya satu
orang yang lolos, yaitu yang nilai UN-nya paling rendah. Ternyata tidak hanya
sebatas zona atau wilayah, terdapat kebijakan tambahan dalam zonasi untuk
menyeleksi calon peserta berdasar urutan nilai terendah asal masih dalam satu zona.
c. Belum tersosialisasi dan terkesan mendadak
Pelaksanaan yang mendadak dan minimnya sosialisasi, membuat sistem ini
mengagetkan masyarakat. Bahkan pihak sekolah pun belum sepenuhnya memahami
sistem ini.
d. Kisruh penerimaan siswa tingkat SMA/SMK di Bali
Kemungkinan hal ini disebabkan kurang tersosialisasikannya, bahkan kurang
matangnya sistem zonasi. Sehingga Gubernur Bali menginstruksikan untuk
mengabaikan sistem ini dan mengarahkan sekolah untuk membuka PPDB gelombag
2 sesuai Pergub.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem Zonasi merupakan usaha pemerintah yang lebih diarahkan untuk
mewujudkan pemerataan kualitas pendidikan. Secara umum, hal ini merupakan tindakan
penolakan terhadap adanya istilah Sekolah Favorit dan Sekolah Buangan. Karena baru
diterapkan mulai tahun ajaran 2017/2018, sistem ini tentu masih banyak kekurangan
dalam rencana maupun eksekusinya. Sehinggga untuk mewujudkan tujuan pemerintah,
sistem ini harus terus menerima masukan dan dievaluasi, baik pelaksanaan atau pun
dalam perencanaannya.
“Penerimaan siswa baru adalah permulaan yang baik untuk berpikir secara
menyeluruh agar kualitas pendidikan kita unggul dan merata.” Edi Subkahan, 2017.

B. Saran
1. Pemerintah perlu untuk terus menerima masukan dan evaluasi sistem ini
2. Alokasi anggaran untuk mengembangkan setiap sekolah supaya dapat
memfasilitasi dan mengoptimalkan input yang ada
3. Mendistribusikan tenaga pendidik dan kependidikan secara merata, baik kualitas
atau pun kesesuaian kuantitasnya
4. Melakukan sosialisasi yang terencana dan sejelas-jelasnya agar semua pihak
terkait memahami tuganya. Baik pihak sekolah atau pun orang tua calon peserta
didik
5. Mempertegas dan memperjelas peraturan yang mendukung kebijakan tersebut
6. Meninjau kembali keefektifan kebijakan ini
DAFTAR PUSTAKA

Permendikbud No 17 Tahun 2017. Penerimaan Peserta Didik Baru


Cantika, N.D dan Mudjito. “Pengaruh Strategi Pemasaran Sekolah terhadap Keputusan
Siswa Memilih Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Surabaya”
Tempo.co. 2017. “Mendikbud: Pengguatan Karakter Jadi Dasar Reformasi Sekolah”.
Diakses melalui https://nasional.tempo.co/ Rabu, 14 Juni 2017 pada 8 April 2018
pukul 21.00
Mahmud, Amirudin. 2017. “Mengevaluasi Sistem Zonasi PPDB”. Diakses melalui
https://www.kompasiana.com/ 19 Juli 2017 pada 8 April 2018 pukul 21.00
Subkhan, Edi. 2017. “Sistem Zonasi dan Keadilan Sosial”. Diakses melalui
https://m.detik.com/ 19 Juli 2017 pada 8 April 2018 pukul 21.00
Pujiati, Tri.2017. “Pro Kontra Kebijakan Zonasi”. Diakses melalui https://news.detik.com/
18 Juli 2017 pada 9 april 2018

Anda mungkin juga menyukai