Anda di halaman 1dari 10

PROKONTRA SISTEM ZONASI DALAM PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU

(PPDB) BAIK DI LINGKUNGAN SEKOLAH MAUPUN DI UNIVERSITAS


Reviandy Azhar Ramdhani, Moch. Chusni Mubarok
20187205033, 20187205021
Jurusan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (PPKn)
Fakultas Pedagogi Dan Psikologi (FPP)
Universitas PGRI Wiranegara
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29, Kec. Purworejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur
reviandyramdhani@gmail.com
rizkyns12@gmail.com

ABSTRAK
Tulisan ini dibuat dan memiliki tujuam yaitu untuk menganalisa politik hukum yang
melatarbelakangi Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Penerimaan Peserta Didik
Baru (PPDB) Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Atau Bentuk Lain Yang Sederajat.
Yang didalamnya mengatur mengenai sistem zonasi yang harus diterapkan sekolah dalam
penerimaan calon peserta didik baru.Sistem zonasi menjadi rancu ketika dihadapkan dengan
kondisi masyarakat saat ini.Ketimpangan fasilitas, kualitas pendidikan serta standart suatu
lembaga pendidikan (sekolah) menjadi salah satu hambatan dalam penerapan sistem ini.
Tulisan ini didasarkan pada metode penelitian hukum normative, dimana spirit yang dibawa
oleh pemerintah ketika memasukkan unsur zonasi dalam sistem PPDB di Indonesia
didasarkan kepada otonomi daerah yang bersifat sentralistik dengan tetap berdasarkan aman
dan cita yang ada di dalam Pancasila serta Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Kata kunci : Hukum, Pancasila, Undang-Undang, Pendidikan, Otonomi Daerah,
Kemendikbud
A. Pendahuluan
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah harus bersifat tegas dan memihak kepada
rakyat.Karena sejatinya segala tindakan yang dilakukan pemerintah haruslah berorientasi
untuk kesejahteraan rakyat. Maka, sangat penting bagi pemerintah untuk menerapkan politik
hukum secara tepat dan bijak sebelum mengeluarkan suatu kebijakan yang akan berlaku
sebagai hukum bagi masyarakat. Politik hukum ini nantinya yang akan berfungsi sebagai
penerang atas kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Penerang dalam hal ini
maksudnya adalah sebagai penunjuk sebenarnya “kebutuhan” apa yang ada dalam
masyarakat yang dibaca oleh pembuat kebijakan, sehingga memunculkan “keinginan” bagi
pemerintah untuk mengaturnya dalam sebuah kebijakan, yang kemudian akan menjadi jelas
“tujuan dan sasaran” apa yang ingin dicapai oleh pemerintah atas dibuatnya kebijakan
tersebut.
Salah satu kebijakan pemerintah yang terbilang kontrovesial adalah Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru
Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah
Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Atau Bentuk Lain Yang Sederajat (Selanjutnya disebut
Peremendikbud Nomor 17 Tahun 2017). Yang didalamnya turut mengatur mengenai sistem
zonasi yang harus diterapkan sekolah dalam menerima calon peserta didik baru. Dengan
menerapkan sistem zonasi, sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib
menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari sekolah paling
sedikit sebesar 90 persen dari total jumlah peserta didik yang diterima. Domisili calon peserta
didik tersebut berdasarkan alamat pada kartu keluarga yang diterbitkan paling lambat enam
bulan sebelum pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (Selanjutnya disebut PPDB).
Penerapan sistem zonasi di lapangan, senyatanya mengalami banyak
hambatan.Masyarakat justru dibuat bingung mengenai penerapan sistem ini.Berbagai
permasalahan pun muncul, diantaranya faktor wilayah dengan presentasi 90% dari kuota
siswa yang diterima dianggap mengesampingkan faktor prestasi. Sehingga banyak anak yang
memiliki kemampuan diatas rata-rata tidak dapat bersekolah di sekolah yang ia impikan. Hal
tersebut coba disiasati oleh wali murid dengan mendaftar melalui jalur kurang mampu,
Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 menyebutkan bahwa 20% kuota penerimaan siswa di
suatu sekolah harus dialokasikan bagi anak tidak mampu. Terdapat pula calon siswa dan
orang tua yang justru masih bingung dan tidak tahu bagaimana sistem ini diberlakukan,
sehingga mereka tetap mendaftar sekolah dengan cara yang sama dari tahun sebelumnya yang
berakibat pada tidak diterimanya calon siswa tersebut karena faktor wilayah.
B. Metode Penelitian
Artikel penelitian yang memiliki judul ProKontra Sistem Zonasi Dalam Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB) atau PPMB (Penerimaan Peserta Mahasiswa Baru) Baik Di
Lingkungan Sekolah Maupun Di Universitas ini merupakan artikel kajian/penelitian ilmu
sosial. Penelitianm ilmu hukum, serta penelitian ilmu kepemerintahan, yang dikutip, diteliti,
hingga ditulis dengan menerapkan sekaligus menggunakan metode penelitian hukum
normative, dimana spirit yang dibawa oleh pemerintah ketika memasukkan unsur zonasi
dalam sistem PPDB di Indonesia didasarkan kepada otonomi daerah yang bersifat sentralistik
dengan tetap berdasarkan aman dan cita yang ada di dalam Pancasila serta Undang-Undang
Dasar Tahun 1945.

C. Pembahasan/Isi
Kerangka Teoritik dan Konseptual
Sistem zonasi adalah sebuah sistem pengaturan proses penerimaan siswa baru sesuai
dengan wilayah tempat tinggal,sistem tersebut diatur dalam kermendikbud nomor 14 tahun
2018 dan di tujukan agar tak ada sekolah-sekolah yang dianggap favorit dan non-favorit. Dan
itu banyak menimbulkan pro dan kontra karena sistem atau peraturan baru yang di tetapkan
pemerintah . Pro dan kontranya seimbang. Banyak yang suka dengan sistem zonasi karena
semua akan sekolah mempunyai nilai atau rating yang sama ,tanpa adanya ejekan seperti
“kamu sekolah di sekolah buangan “ . Dan yang tidak suka (kontra) dengan sistem zonasi
sama jumlahnya dengan yang suka ,seperti anak –anak yang cerdas dan berkelas yang tempat
tinggalnya bedekatan dengan sekolah yang non-favorit tentunya mereka dengan berat hati
menerima untuk menempuh pendidikan disana. Juga banyak juga siswa yang karena sangat
tidak mau masuk sekolah yang berdekatan dengan rumahnya maka dia akan memilih sekolah
swasta .
Jika banyak siswa yang tidak suka dengan sistem zonasi ,ada juga pihak sekolah yang
tidak suka sistem zonasi , para murid sebelumnya yang masuk menggunakan jalur PPDB
tentunya mengunakan nilai akhir yang tinggi dan membuat mereka di cap sebagai siswa dari
sekolah favorit. Tentunya hal itu membuat mereka bangga . Tetapi karena adanya sistem
zonasi merek siswa dari sekolah favorit mereka hilang . Dilain hal ,para siswa yang dulunya
berjuang belajar dengan rajin untuk mendapatkan sekolahan favorit, sekarang sudah tidak
segiat yang dulu karena sudah tahu dia bakal bersekolah dimana karena sistem zonasi ,dan itu
membuat turunnya ambisi mereka untuk belajar.
Tidak hanya itu,tentunya lingkungan ada pengaruh untuk sekolah seperti yang dulunya
letak sekolah favorit di daerah yang tidak baik maksudnya daerah yang lingkungan atau sifat
daerah tersebut seperti daerah pasar yang notabennya bersuara besar dan hidupnya keras ,para
guru yang mengajar seolah terkejut dengan sifat anak-anak murid yang mereka ajar. Biasanya
,misalkan mereka dulu nya adalah sekolah favorit yang dimana anak-anak peraih nilai akhir
yang tinggi yang mempunyai perilaku lembut,teratur tetapi sekarang para guru menghadapi
perilaku baru dan mereka agak kesulitan dari biasanya.
Sistem zonasi ini butuh waktu yang agak lama agar semua sekolahan bernilai seimbang
atau sama rata . Adanya sistem zonasi ,timbulah sistem baru untuk siswa yaitu fullday
.Fullday adalah dimana siswa bersekolah dari jam 07.00 pagi sampai jam 16.00 sore . Fullday
menjaga para siswa untuk tetap melakukan kegiatan disekolah dan tidak keluyuran di luar
sekolah. Adanya sistem zonasi ,para siswa yang pulang sore tidak perlu takut untuk pulang
karena takut tak ada kendaraan umum lagi karena letak sekolah mereka yang berdekatan
dengan rumah mereka bisa jalan kaki dan tidak membuat para orang tua cemas karena
sekolah nya dekat. Adanya sekolah yang dulunya di anggap sekolah non-favorit tetapi
lingkungan tempat sekolahnya berada di tempat yang baik , maka anak-anak yang masuk
kesana cenderung anak yang displin dan mempunyai sifat yang lembut .Dan gelar sekolah
non-favorit nya kan hilang, juga para guru juga senang karena mereka mengajari murid yang
berbeda dari sifat biasanya .
a. Definisi dan Ruang Lingkup Politik Hukum
Politik hukum merupakan suatu bagian dalam kajian ilmu hukum yangterdiri atas dua
disiplin ilmu, yaitu ilmu politik dan ilmu hukum.Moh. Mahfud M.D.,menganggap politik
hukum masuk dalam disiplin ilmu hukum. Beliau berpendapatbahwa politik hukum diartikan
sebagai legal policy (kebijakan hukum) yang akanatau telah dilaksanakan oleh
pemerintah.Politik hukum ini mencakup pembuatanhukum yang berintikan pembuatan dan
pembaharuan terhadap materi-materihukum agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan, dan
pelaksanaan ketentuanhukum yang sudah ada, termasuk penegakan fungsi lembaga dan
pembinaan parapenegak hukum.
Pengertian politik hukum sebagaimana yang dikemukakan oleh Moh. Mahfud M.D.
tersebut sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Abdul Hakim Garuda Nusantara
yang juga bermakna legal policy . Perbedaannya, Abdul Hakim lebih mengedepankan kajian
politik hukum pada pembangunan hukum, yaitu tentang perlunya mengikutsertakan peran
kelompok kelompok sosial dalam masyarakat dalam hal bagaimana hukum itu dibentuk,
dikonseptualisasikan, diterapkan dan dilembagakan dalam suatu proses politik yang sesuai
dengan citacita awal suatu negara.
Padmo Wahjono berpandangan, politik hukum adalah kebijakan dasaryang menentukan
arah, bentuk, maupun isi hukum yang akan dibentuk. MenurutSatjipto Rahardjo, politik
hukum merupakan aktivitas memilih dan mekanismeyang digunakan dalam rangka mencapai
tujuan sosial dan hukum tertentu dalammasyarakat. Sedangkan Soedarto menjelaskan bahwa
politik hukum merupakankebijakan negara melalui badan-badan negara yang berwenang
untuk menetapkanperaturan-peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan dan yang
digunakanuntuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan
untukmencapai tujuan yang menjadi cita-cita.
Politik hukum memerlukan sebuah mekanisme yang melibatkan banyakfaktor. Hal
inilah yang disebut sebagai sebuah proses politik hukum. Daripengertian tersebut, politik
hukum mempunyai dua ruang lingkup yang saling terkait,yaitu dimensi filosofis-teoritis dan
dimensi normatif-operasional. Sebagai dimensifilosofis - teoritis, politik hukum merupakan
parameter nilai bagi implementasipembangunan dan pembinaan hukum di lapangan. Sebagai
dimensi normatifoperasional,politik hukum lebih terfokus pada pencerminan kehendak
penguasaterhadap tatanan masyarakat yang diinginkan.
Pada tataran empiris, Moh.Mahfud M.D. berusaha menjelaskan hakekat politikhukum
dengan langsung menggunakan pendekatan politik hukum dalampenelitiannya.Moh.Mahfud
M.D. melihat hukum dari sisi yuridis-sosio-politis, yaitumenghadirkan sistem politik sebagai
variabel yang mempengaruhi rumusan danpelaksanaan hukum. Menurut Moh. Mahfud M.D.,
hukum tidak bisa dijelaskan melaluipendekatan hukum semata, tetapi juga harus memakai
pendekatan politis. Indonesia merupakan negara yang menganut faham Rechtstaat (negara
berdasarkan hukum) yang mempunyai agenda utama dalam mengarahkan kebijakanhukum,
yaitu untuk mewujudkan keadilan sosial dan menegakkan negara yangberkedaulatan rakyat
sebagaimana tertera dalam pembukaan UUD Tahun 1945. Namundemikian, menurut Abdul
Hakim, dalam proses pembangunan di Indonesia yaknipada masa orde baru, teryata banyak
birokrat dan militer yang mendominasi,sedangkan organisasi-organisasi sosial di luar itu
terpinggirkan dan kebijakanhukum terkesan hanya mewakili kelompok-kelompok yang
berkuasa. Oleh karenaitu keadilan sosial dan demokrasi yang dicita-citakan tidak
terwujud.Maka perluadanya pembangunan hukum yang menyertakan kelompok-kelompok
sosial dalammasyarakat agar kepentingan mereka dapat terakomodasi.
Dari pengertian politik hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa padadasarnya politik
hukum merupakan suatu kajian yang tidak hanya berbicara padatataran proses dari hukum-
hukum yang akan dan sedang diberlakukan tetapi jugamencakup pula hukum-hukum yang
telah berlaku. Politik hukum ini mempunyaitujuan praktis untuk memungkinkan peraturan
hukum positif dirumuskan secaralebih baik dan untuk memberi pedoman, tidak hanya kepada
pembuat Undang-Undang, tetapijuga pengadilan yang menetapkan Undang-Undang dan juga
kepada para penyelenggarapelaksana putusan pengadilan.Pembentukan kebijakan hukum
didasarkan pada citahukum, cita-cita dan tujuan negara yang termaktub di dalam konstitusi.

b. Kajian Umum Penerimaan Peserta Didik Baru


Tujuan PPDB
Penerimaan Peserta Didik Baru (Selanjutnya disebut PPDB) meliputi penerimaan
peserta didik baru pada TK, SD, SMP dan SMA/SMK. Terkait tujuan PPDB diatur dalam
BAB II Pasal 2, yang mengamanatkan sebagai berikut :
“PPDB bertujuan untuk menjamin penerimaan peserta didik baru berjalan secara
objektif, akuntabel, transparan, dan tanpa diskriminasi sehingga mendorong
peningkatan akses layanan pendidikan.”
Mekanisme PPDB
Terkait mekanisme PPDB diatur pada BAB III, Pasal 3 yang mengamanatkan sebagai
berikut:
1) PPDB dilaksanakan melalui mekanisme dalam jejaring (daring/online) maupun
dengan mekanisme luar jejaring (luring/offline) dengan memperhatikan kalender
pendidikan.
2) Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah melaksanakan PPDB
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli
setiap tahun.
3) Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib mengumumkan
secara terbuka proses pelaksanaan dan informasi PPDB antara lain terkait
persyaratan, seleksi, daya tampung berdasarkan ketentuan rombongan belajar,
biaya, serta hasil penerimaan peserta didik baru melalui papan pengumuman
sekolah maupun media lainnya.
Sistem Zonasi dalam PPDB
Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 mengatur tentang ketentuan seleksi yang memasukkan
unsur jarak tempat tinggal ke sekolah sesuai dengan ketentuan zonasi pada ketentuan
penerimaan peserta didik baru. Ketentuan tersebut berlaku pada penerimaan peserta didik
baru tingkat SD, SMP dan SMA sederajat.Adapun dalam Pasal 15 menjelaskan bahwa sistem
tersebut berlaku pada sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Sehingga
sekolah wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari
sekolah dengan presentasi paling sedikit sebesar 90% (sembilan puluh persen) dari total
jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima. Lebih lanjut, terdapat pengecualian tidak
berlakunya sistem zonasi di dalam Pasal 13 Ayat (2) bagi calon peserta didik baru pada SMK
atau bentuk lain yang sederajat.

c. Teori Utilitarianisme
Pada masa Bentham, dunia feodal telah lenyap. Namun masyarakat terbagimenjadi 3
lapisan : kelas atas, kelas menengah dan kelas buruh. Keadaan masyarakat kelas bawah
dalam hirarki sosial sangat memilukan. Hak-hak di bidang Peradilan dapat dibeli.Dalam arti,
orangyang tidak memiliki sarana untuk membelinya, maka tidak akan mendapatkanhak-hak
tersebut. Tidak ada peraturan yang mengatur buruh anak sehinggaeksploitasi terhadap mereka
terjadi di tempat kerja. Hal itu tumbuh subur padamasa Bentham. Ia melihat hal itu sebagai
ketidakadilan yang memilukan sehinggamendorongnya menemukan cara terbaik untuk
merancang kembali (redesign)sistem yang tidak adil ini dalam bentuk aturan moral yang
sederhana yang bisadipahami semua orang baik kaya maupun miskin.Bentham mengatakan
bahwayang baik (good) adalah yang menyenangkan (pleasurable), dan yang buruk
(bad)adalah yang menyakitkan (pain). Dengan kata lain, hedonism (pencariankesenangan)
adalah basis teori moralnya, yang biasa disebut Hedonisticutilitarianism. Nilai utama adalah
kebahagiaan atau kesenangan yang merupakannilai intrinsik. Sementara apa pun yang
membantu pencapaian kebahagiaan ataumenghindari penderitaan adalah nilai instrumental.
Oleh karena boleh jadi kitamelakukan sesuatu yang menyenangkan dalam rangka
mendapatkan sesuatu lainyang menyenangkan juga, maka kesenangan memiliki dua nilai
yaitu intrinsik dan instrumental. Menurut Bentham, prinsip utilitarianisme ini harus
diterapkan secara kuantitatif. Karena kualitas kesenangan selalu sama, maka satu-satunya
aspekyang bisa berbeda adalah kuantitasnya. Dengan demikian, bukan hanya thegreatest
number yang dapat diperhitungkan, akan tetapi the greatest happinessjuga dapat
diperhitungkan. Untuk itu, Bentham mengembangkan KalkulusKepuasan (the hedonic
calculus). Menurut Bentham ada faktor-faktor yangmenentukan berapa banyak kepuasan dan
kepedihan yang timbul dari sebuahtindakan. Faktor-faktor tersebut adalah:
1) menurut intensitas (intensity) dan lamanya (duration) rasa puas atausedih yang
timbul darinya. Keduanya merupakan sifat dasar dari semua kepuasandan
kepedihan; sejumlah kekuatan tertentu (intensitas) dirasakan dalam
rentangwaktu tertentu.
2) menurut kepastian (certainty) dan kedekatan (propinquity) rasa puasatau sedih
itu. Contoh semakin pasti anda dipromosikan, semakin banyakkepuasan yang
anda dapatkan ketika memikirkannya, dan semakin dekat waktukenaikan
pangkat, semakin banyak kepuasan yang dirasakan.
3) menurut kesuburan (fecundity), dalam arti kepuasan akan
memprodukkepuasan-kepuasan lainnya, dan kemurnian (purity).

D. Penutup
Kesimpulan Dan Saran
Tentunya peraturan-peraturan baru pasti mempunyai hal yang pro dan kontra, tetapi
peraturan yang ditetapkan pemerintah haruslah masuk akal dan sesuai dengan hal sekitar
yang ada di masyarakat agar lebih banyak masyarakat yang mendukung peraturan tersebut.
Dan tidak hanya itu pemerintah harus mensurvei masyarakat terlebih dahulu baik lingkungan
ataupun aspek lain nya agar dapat membuat peraturan yang sesuai . Menurut saya sistem
zonasi ini cukup buruk untukdi terapkan di semua sekolah yang terdapat di Indonesia , dan
juga adanya sistem fullday yang membuat para murid/para siswa semakin rentan mengalami
depresi karena jenuh dengan waktu belajar dan kebijakan yang pemerintah berikan. Menurut
saya sampai disini dulu artikel yang saya buat semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan
jika ada kesalahan kata saya mohon maaf .Tentunya artikel yang saya ciptakan ini masih jauh
dari kata sempurna,saya siap tidak siap dan mau tidak mau dan harus siap sekaligus mau
menerima kritik dan saran agar membuat tulisan-tulisan saya selanjutnya menjadi lebih baik
dan bagus . Saya ucapkan terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

INTERNET
http://www.harian.analisa daily.com
http://regional.kompas.com/read/2017/07/13/06485631/terima-keluhan-sistem-zonasi-
menteri-muhadjir-minta-semua-pihak-bersabar
https://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/314/2019/07/Makalah-Pro-
Kontra-Sistem-Zonasi-Mau-Kemana-Ujung-Kebijakan-Ini-Puthut-Indroyono-UIN.pdf
http://repository.unj.ac.id/3457/8/BAB%201.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/20075/4/4_bab1.pdf
http://eprints.ums.ac.id/86118/3/BAB%20I.pdf
https://tirto.id/pro-kontra-sistem-zonasi-dalam-penerimaan-siswa-baru-csEh
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4563732/kisruh-zonasi-penerimaan-siswa-baru-
dprd-malang-protes-kemendikbud, 261–286
http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/jurnal_buana_pendidikan/article/view/2264/1979

PERUNDANG-UNDANGAN dan BUKU PANDUAN :


Danim, S. (2010). Otonomi manajemen sekolah. Bandung: Alfabeta.
Haryati, S., 2012. Penelitian dan Pengembangan (R&D) sebagai salah satu model penelitian
dalam bidang pendidikan. Majalah Ilmiah Dinamika , 37 (1), p.15
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2017). Pedoman
penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA. Jakarta.
Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character. New York: Bantam Books.
Nabaiho. (2018). Implementasi kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online
tingkat sekolah menengah atas di Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara. Skripsi
Universitas Sumatera Utara.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 Tahun 2017 tentang Penerimaan
Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, atau Bentuk Lain
Yang Sederajat.
Radcliffe-Brown, A. R. (1952). Structure and function in primitive society. London:
Routledge and Kegan Paul.
Rohiat, R. (2012). Manajemen sekolah: Teori dasar dan praktik. Bandung: PT Refika
Aditama
Taufiqurokhman. (2014). Kebijakan publik, pendelegasian tanggungjawab negara kepada
Presiden selaku penyelenggara pemerintahan. Jakarta Pusat: Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Moestopo Beragama (Pers).
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Vito, B., Krisnani, H., & Risna, R. (2015). Kesenjangan pendidikan desa dan kota. Prosiding
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2 (2), 247–251.
https://doi.org/10.24198/ jppm.v2i2.13533.
Wahyuni, D. (2018). Pro kontra sistem zonasi penerimaan peserta didik tahun ajaran
2018/2017. Info Singkat, 10(14), 13–18.
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andy.
Wells, Amy Stuart. 2015. “Diverse Housing, Diverse Schooling: How Policy Can Stabilizae
Racial Demographic Change in Cities and Suburbs”, Boulder: National Education
Policy Center (NEPC) University of Colorado Boulder

Anda mungkin juga menyukai