Anda di halaman 1dari 3

LCN Bebas

Nama : Reviandy Azhar Ramdhani, Ah. Ksh


No. WA : 081357236347
Jenis Lomba : Cerpen Bebas
Judul : Kisah Kucing Jelek
Dibuat Di : Pasuruan, 18 November 2016
Direvisi Di : Pasuruan, 20 Desember 2021

KISAH KUCING JELEK


Karya : Reviandy Azhar Ramdhani, Ah. Ksh

Kisah ini adalah kisah nyata tentang aku dan kucing jelek yang hidup di tanah ini. Aku
memang suka kucing, bagaimanapun kucing itu punya fisik gak normal, aku tetap
menyayangi seekor kucing. Saat aku pertama merantau ke sini, kucing itu sudah ada di depan
kontrakan sedang tertidur di atas keset. Kucing itu benar-benar jelek, mempunyai fisik yang
kurang normal seperti hal layak seekor kucing pada umumnya. Kucing itu adalah kucing
jantan, yang saya tau kucing itu mungkin hanya memiliki tiga hal dalam hidupnya, berjuang,
makan dalam sampah, dan mungkin cinta. Kalian tau, bagaimana keadaan si kucing tersebut ?
Dia hanya memiliki satu mata, dan satu matanya lagi hanya sebuah lubang saja, kaki
depannya satu terpincang-pincang mungkin karena di pukul orang atau apakah aku kurang
tau, dan sepertinya lukanya cukup parah. Si kucing jelek memiliki bulu berwarna putih
dengan corak-corak hitam.
Setiap anak kecil yang melihat kucing itu hanya ada satu reaksi yang akan di katakan
"Kucing itu sangat JELEK sekali, ayo lemparkan batu". Aku hanya melihat dari atas
kontrakan kucing itu berlari sambil terpincang di lempari kerikil oleh anak-anak kecil. Kalian
tau, kucing tersebut rupanya sudah dikenali banyak warga disini dengan memanggilnya si
JELEK. Anak-anak di larang mendekatinya, dan orang dewasa selalu melemparinya dengan
batu. Apa yang dapat aku lakukan, aku disini hanya seorang perantauan baru yang belum
mengenal semua warga di tempat ini, aku ingin bilang pada semua untuk tidak menyakiti
kucing itu, namun aku hanya terdiam melihat kucing itu terus di sakiti warga sekitar. Yup
dalam hati aku memang menangis, sambil kuhisap sebatang Permen di atas kontrakan, aku
gelengkan kepala atas perbuatan semua warga disini pada si jelek. Suatu malam, saat aku
mau membeli makan ke warteg. Aku melihat si jelek sedang mencari makan di tong sampah,
yaa mungkin itu memang sudah takdir kucing, tapi aku benar-benar tidak tega melihatnya.
Lalu setelah aku sampai di warteg, aku coba pesan dua nasi bungkus, yang satu aku berniat
untuk diberikan pada si jelek. Malam itu pada pukul sepuluh memang sudah agak sepi warga,
lalu aku hampiri si jelek dan memberikannya makan, tak lupa aku usap-usap kepalanya, dan
tanpa sadar rupanya air mataku menetes karena membayangkan bagaimana jika aku yang
berada di posisi si jelek.
Pagi hari ketika aku berangkat kerja dan memakai sepatu di depan pintu kontrakan,
aku lihat kebawah rupanya bapak muda yang berteriak "Pergi sana Kucing JELEK!" sambil
menyiramkan air pada si jelek. Aneh disana si jelek tidak lari terpingkal, ntah tak bisa karena
kakinya yang pincang atau apalah aku baru melihat kucing yang berani sama air, disana si
jelek pergi dengan berjalan terpincang beralih kerumah lainnya, yang lain pun hanya
membanting pintu melihat kedatangan si jelek. Yang saya harukan dari perjuangan si jelek
adalah mungkin si jelek memang mau meminta makan sedikit saja, saat warga menyiramnya,
dia akan tetap berdiri disana, basah kuyup, sampai warga menyerah dan memberi sedikit
makanan sisa. Namun tak banyak yang seperti itu, kadang ada yang pukul si jelek dengan
batang sapu, namun si jelek tetap berdiam. Sumpah aku gakuat menyaksikan ini, hatiku terasa
sakit, aku ingin menangis.
Setiap kali si jelek bertemu anak-anak, dia akan berlari, mengeong, menyundulkan
kepalanya pada tangan atau kaki seakan mengemis cinta dari mereka. Namun anak-anak tak
ada yang suka. Mungkin karena kucing itu memang sangat jelek. Suatu hari pada hari minggu
lalu. Aku lihat si jelek membawa satu ekor ikan tongkol, mungkinkah dia mencuri, aku
takutkan hal itu karena pasti jika ketauan, pemilik ikan tersebut akan menyiksa si jelek lebih
parah lagi. Lalu aku terus melihatnya, dia berlari-lari kecil menghampiri dua ekor anak
anjing, mungkin si jelek bermaksud membagi kasih sayangnya, namun dua ekor anak anjing
itu tidak merespon pemberian si jelek. Si jelek hanya tidur di samping para anak anjing
tersebut, mungkin juga maksudnya adalah dia ingin tidur di tempat itu, dan memberikan satu
ekor ikan tongkol sebagai bayarannya. Ya disana aku ingin sekali menangis meratapi
perjuangan hidup kucing itu.
Tak lama waktu berselang, aku mendengar jeritan si jelek dan teriakan "pergi kau
kucing bodoh, jangan dekati anjing-anjing ku". Lalu aku keluar dan melihat apa yang telah
terjadi. Rupanya si jelek hanya berdiam di tempat tadi dia tidur sambil di pukuli batang sapu.
Tak tinggal diam disana aku berteriak "Cukup Pak, kasian kucing itu!". Lalu si jelek di
lempar sangat jauh sekali. Aku mencoba bergegas membantunya. Aku pun berlari dengan
cepat menuju tempat si jelek terbaring. Tampak jelas kehidupan si jelek yang menyedihkan
hampir berakhir. Si kucing jelek itu tergeletak di genangan air bekas hujan, kaki belakang dan
tulang punggungnya memutar jelas keluar dari bentuk normalnya. Saat aku mengangkatnya,
terdengar jelas si jelek mendesah dan terengah-engah, dan bisa merasakan dia tengah
berjuang. "Aku pasti telah menyakitinya dengan sangat, aku biarkan dia di siksa warga tanpa
aku membantunya" pikirku. Lalu aku merasakan tarikan yang ku kenal, sensasi hisapan di
telingaku. Jelek, merasakan kesakitan yang teramat sangat, menderita dan sekarat, namun dia
berusaha mengisap telingaku. Aku menariknya lebih dekat, dan dia menabrak telapak
tanganku dengan kepalanya, lalu dia berbalik dan memandang dengan satu mata emasnya ke
arahku, dan aku bisa mendengar suara dengkurannya dengan jelas. Bahkan dalam rasa sakit
terbesar, si kucing jelek dengan bekas luka itu berjuang untuk meminta sedikit saja kasih
sayang, sedikit saja! Mungkin hanya sedetik belas kasihan dari makhluk hidup.
Pada saat itu,aku pikir Jelek adalah makhluk yang paling indah yang pernah kulihat.
Tak pernah sekali,dia mencoba untuk menggigit atau mencakarku, atau bahkan mencoba
melarikan diri dariku, atau meronta-ronta dengan cara apapun. Jelek hanya menatapku dan
benar-benar percaya aku dapat menghilangkan rasa sakitnya. Namun Jelek meninggal dalam
pelukanku sebelum aku sampai di kontrakan, lalu aku duduk dan menggendongnya untuk
waktu yang lama. Aku sunguh-sungguh terisak disana, aku menangis, dan sangat-sangat
pedih. Setelah itu, berpikir tentang bagaimana satu bekas luka, sedikit cacat bisa mengubah
pendapatku tentang apa arti dari kemurnian semangat, untuk mencintai dengan penuh dan
sungguh-sungguh.
Jelek mengajarkanku banyak hal, tentang memberi dan tentang kasih sayang. Dan itu
lebih berarti daripada ajaran seribu buku, kuliah, atau talk show special di TV, dan untuk itu
saya akan selalu bersyukur. Jelek telah terluka di luar, tapi aku terluka di dalam, dan sudah
waktunya bagiku untuk maju dan belajar untuk mencintai sungguh- sungguh dan mendalam.

Anda mungkin juga menyukai