Anda di halaman 1dari 2

Cerita Si Kancil, Kerbau Dan Si Buaya - Dikisahkan pada suatu hari si kancil sedang berjalan-

jalan dipinggir hutan, karena merasa haus akhirnya si kancil pergi menuju sungai untuk minum.
Ketika si kancil sedang asyik minum, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara rintihan kesakitan. Si
kancil pun mencari arah dari mana suara itu berasal. Ternyata suara itu adalah suara pak kerbau
yang sedang merasa kesakitan. Si kancil melihat kaki pak kerbau sedang di gigit oleh si buaya,
si kancil pun mencoba mendekati untuk mencari tahu masalah apa yang terjadi diantara mereka.
"Selamat pagi pak kerbau! Selamat pagi pak buaya! Kalian sedang bermain apa? Apa aku boleh
ikut!" Sapa si kancil berlagak bodoh. "Selamat pagi juga, cil..." jawab si buaya. "Yah, selamat
pagi juga cil...! Kami sedang tidak bermain, tapi si buaya ingin memakanku, cil ! Padahal aku
telah menolongnya, tapi dia malah ingin memakanku...Malang benar nasib ku, cil !" jawab pak
kerbau dengan lemas menahan sakit. Tungu...tunggu....Aku tidak mengerti. Bisa kalian ceritakan
apa yang sebenarnya terjadi? Siapa tahu aku bisa membantu menyelesaikan masalah kalian
berdua" kata si kancil. Kemudian pak kerbau pun bercerita : "Pada waktu saya ke sungai untuk
minum, saya melihat pak buaya yang sedang kesakitan. Dia tertimpa oleh sebatang pohon yang
tumbang, sehingga dia terjebak dan tidak bisa melepaskan diri. Karena kasihan, saya pun
berusaha menolongnya. Dengan menggunakan tanduk, saya berusaha mendorong kayu itu
sehingga dia dapat terlepas. Namun setelah bebas, dia langsung menggigit kakiku dan berniat
memakanku". Si kancil manggut-manggut mendengar cerita pak kerbau yang malang itu,
otaknya berpikir agar bisa membantu pak kerbau dari gigitan si buaya jahat itu. "Hmm....jadi
cerita begitu. Apakah cerita itu benar pak buaya?" tanya si kancil pada si buaya. "Benar itu, cil...!
Tapi aku juga tidak bisa disalahkan. Aku sudah terjebak selama tiga hari dan tidak makan apa-
apa, aku sangat lapar. Bukankah menolong itu harus tuntas? Tidak boleh setengah-setengah?
Karena aku sangat lapar, makanya dia harus mau aku makan" kata si buaya berusaha
membenarkan tindakannya. "Wah...benar katamu pak buaya! Berarti kamu tidak salah jika ingin
memakan pak kerbau, soalnya menolong itu memang harus sampai tuntas" kata si kancil. Pak
kerbau pun langsung lemas mendengar jawaban si kancil yang membela si buaya, padahal dia
berharap keadilan dan dia berharap si kancil mau membelanya agar bisa terlepas dari gigitan si
buaya. Sedangkan si buaya sangat senang karena merasa dibela, hatinya sangat senang
karena sekarang tidak ada lagi yang akan mencegahnya untuk memakan pak kerbau. "Tapi aku
belum yakin kalau hanya lewat cerita saja. Untuk lebih meyakinkan bahwa pak buaya yang
benar, maka kita harus melakukan reka adegan" kata si kancil memulai strateginya untuk
menolong pak kerbau. "Maksudmu bagaimana, cil...?" tanya si buaya. "Begini pak buaya, kita
harus mengulang kejadian pada saat pak kerbau menolongmu. Semua di ulang dari awal
kejadian ketika kamu tertimpa pohon dan pak kerbau datang untuk menolongmu" kata si kancil
menjelaskan. "Maksudmu...Aku harus melepaskan gigitanku dulu dan aku kembali di timpa
dengan pohon? Wah...aku tidak mau...! Nanti si kerbau malah melarikan diri" kata si buaya
keberatan. "Jangan khawatir pak buaya, aku akan menjaganya! Kan aku ada di pihakmu. Lagi
pula, dengan kaki yang terluka mana mungkin dia bisa lari" kata si kancil berusaha meyakinkan
si buaya. "Hmm....baiklah kalau begitu, aku setuju. Tapi kamu harus benar-benar menjaganya
agar dia tidak melarikan diri" kata si buaya. "Beres....serahkan saja semua padaku. Lari ku kan
lebih cepat daripada pak kerbau. Bagaimana denganmu pak kerbau? Apa kamu juga setuju dan
berjanji tidak akan melarikan diri?" kata si kancil. Pak kerbau hanya mengangguk lemah, dia
sudah pasrah dengan nasib yang akan menimpanya. Dia hanya bisa sabar dan hatinya tidak
henti-hentinya berdoa agar Yang Maha Kuasa memberinya keadilan. Maka, reka adegan pun
dimulai. Si buaya kembali ke tempat dia tertimpa pohon, dan pak kerbau kembali mendorong
pohon itu untuk menindih tubuh si buaya seperti semula. "Nah, pak kerbau...! Sekarang pak
buaya sudah tertindih pohon. Apakah kamu masih mau menolongnya, sedangkan kamu sudah
mengetahui apa yang akan terjadi nanti?" tanya si kancil kepada pak kerbau. Pak kerbau baru
tersadar dengan apa yang dilakukan si kancil, ternyata si kancil telah berusaha untuk
menolongnya dari gigitan si buaya jahat. "Tidak...! Saya tidak akan menolongnya....! Karena
saya tidak mau menjadi santapannya...!" jawab pak kerbau dengan tegas. "Baiklah...! Kalau
begitu, ayo kita tinggalkan tempat ini" ajak si kancil pada pak kerbau. Si buaya pun akhirnya
sadar bahwa ia telah ditipu si kancil, kini ia menyadari bahwa dirinya telah salah. Dia berteriak
meminta maaf dan meminta tolong agar pak kerbau mau menolongnya. Pesan moral : "Kita
harus berterimakasih dan tahu balas budi pada orang yang telah menolong kita, janganlah
kebaikan seseorang kita balas dengan kejahatan".Disalin
dari: http://kumbercer.blogspot.com/2016/07/cerita-si-kancil-kerbau-dan-si-buaya.html
Disalin dari kumbercer.blogspot.com.

Anda mungkin juga menyukai