Di sebuah hutan, hiduplah seekor tikus bernama Cicit. Cicit mempunyai ukuran tubuh
yang sangat kecil. Hal itu membuatnya merasa takut ketika bertemu hewan yang
mempunyai ukuran lebih besar daripada dirinya.
“Kenapa aku berukuran sangat kecil, tapi mereka semua lebih besar daripada aku. Apa
yang harus kulakukan?” batinnya.
Cicit masuk ke dalam rumah kemudian mengambil sebuah pena. Ia lalu sepasang
mata dan bibir pada kain berwarna putih tersebut. Dengan sedemikian rupa, Cicit
menggambarnya menyerupai hantu.
Ia beraksi di jalan dekat rumahnya, karena kebetulan jalan tersebut memang ramai
dilewati oleh hewan-hewan lain. Hewan pertama yang masuk perangkapnya adalah
seekor kelinci. Melihat ada bayangan hantu, kelinci itu pun lari tunggang langgang.
Kemudian, seekor rusa melewati jalan tersebut. Ketika rusa melihat hantu tersebut, ia
juga berlari menjauh sambil berteriak.
Tak hanya kelinci atau rusa, singa yang melintasi jalan tersebut juga ketakutan.
Melihat hal itu, tikus pun merasa puas. Ia merasa kini tak ada yang perlu ia takuti lagi.
Hingga pada suatu hari ada badai yang akan datang. Para hewan mau tak mau harus
melewati jalan tersebut supaya sampai di rumah lebih cepat.
Cicit pun kembali bersiap untuk menakuti mereka lagi. Namun nahas, kain yang
menutupinya terbawa angin dan rahasianya pun terbongkar.
Awalnya, para hewan tersebut marah mengetahui perbuatan Cicit. Namun, Cicit
berjanji untuk tak mengulanginya lagi dan mereka pun memaafkannya.
Jangan merasa rendah diri karena mempunyai fisik yang berbeda dari orang lain
adalah salah satu nilai moral yang bisa Bunda ambil dari cerita lucu untuk anak ini.
Apalagi sampai melakukan suatu hal curang untuk membohongi diri sendiri seperti
apa yang dilakukan oleh tikus.
Karena ia takut terhadap hewan lain, ia pun akhirnya memikirkan cara bagaimana
agar orang lain berbalik menjadi takut padanya. Sebaiknya, ajarkan pada si kecil sifat
hewan lain yang dengan bijak mau menerima permintaan maaf Cicit si tikus.
Dalam perjalanan pulang, lelaki itu bernafas lega karena akhirnya ia tidak akan
bertemu dengan kucing yang menyebalkan itu lagi. Tapi, betapa terkejutnya ia ketika
sampai di halaman rumahnya dan kucing itu ternyata telah kembali.
Dengan perasaan kesal, ia mengambil kucing itu lagi dan membuangnya ke tempat
yang lebih jauh dari sebelumnya. Pria tersebut tertawa mengejek pada kucing dan
berpikir kalau sekarang kucing jelek itu pasti tak akan bisa kembali. Sayang, ia
kembali mendapati kucing tersebut sudah ada di halamannya lagi, bahkan ia saja
belum masuk rumah.
Setiap hari pria itu berusaha untuk menyingkirkan si kucing dengan membuangnya
lebih jauh dari tempat terakhir. Namun, kucing tersebut tetap bisa kembali pulang.
Kemudian di suatu pagi, ia sudah tidak tahan dan benar benar ingin menyingkirkan
kucing itu.
[terkait-cpt-tax-nonfeatured]
Beberapa jam kemudian, pria itu menghubungi istrinya dan menanyakan apakah
kucing mereka sudah sampai di rumah. Sang istri yang merasa heran pun menjawab
jika kucing mereka memang ada di rumah.
Kemudian pria itu berkata “Tolong, tanyakan pada kucing itu arah pulang, karena aku
tidak tahu jalannya!” Ternyata kali ini bukan kucingnya yang tidak biasa kembali,
melainkan dirinya sendiri.
Nah, kalau cerita lucu pendek anak-anak yang kedua ini, menurut Bunda bagaimana?
Pasti lucu kan ceritanya? Kira-kira menurut Bunda nilai moral apa saja yang bisa
diajarkan kepada si kecil?
Ya, benar sekali. Bunda bisa mengajarkan kepada si kecil untuk tidak berbuat jahat
dengan merencanakan hal yang buruk kepada orang lain. Seperti pria dalam cerita
tersebut yang berniat jahat kepada kucing, akhirnya ia malah terkena batunya
sendiri.
Satu lagi, cerita lucu anak-anak ini mengajarkan putra maupun putri Anda untuk
menyayangi hewan peliharannya. Jika sudah memilih untuk memelihara hewan,
pastikan untuk merawatnya dengan baik. Jangan seperti pria tersebut yang tega
ingin membuang kucing hanya karena tidak suka.
Gretel sangat suka sekali memasak, ia tahu masakannya juga enak karena banyak
orang menyukainya. Namun karena kali ini hidangan tersebut diperuntukkan bagi
tamu, ia ingin membuatnya sesempurna mungkin. Saat ayamnya sudah matang, ia
pun memotong sayap ayamnya untuk memastikan apa ayam tersebut sudah matang
dan rasanya enak.
Ketika mencicipinya, ia belum yakin apakah ayam panggang tersebut sudah siap
dihidangkan. Dia kembali mencicipinya lagi dan memotong dua sayap ayam yang
lain.
Sayangnya, dia tidak bisa berhenti makan sehingga habislah delapan sayap ayam itu.
Dia meyakinkan diri sendiri kalau tidak akan ada yang menyadari jika sayap ayam
tersebut menghilang.
Saat menyadari semua sudah habis, barulah ia bingung dan menyesal kenapa ia
memakan semua ayam itu. Tak lama kemudian, ia mendengar ketukan pintu dan
munculah orang asing yang ingin bertanya sesuatu. Lalu, terlintaslah ide di benak
Gretel.
Gretel kemudian bergegas menemui Tuannya dan berkata bahwa ada orang asing
yang mencuri ayamnya. Marahlah sang Tuan dan mengejar orang itu. Tuan tersebut
berteriak “Berikan padaku satu”
Mendengar hal itu orang asing tersebut lari semakin cepat. Di benaknya ia berpikir
bahwa telinganya akan dipotong, padahal sebenarnya sang Tuan hanya ingin
meminta ayamnya kembali meskipun hanya satu.
Melalui cerita lucu anak yang sedikit panjang ini, Bunda bisa mengajarkan anak laki-
lakiatau perempuan Anda untuk belajar bertanggung jawab. Gretel bisa dijadikan
salah satu contoh orang yang kurang bertanggung jawab karena tidak
melaksanakan tugasnya dengan benar. Ia diberi tugas untuk memasak makanan bagi
tamu, akan tetapi malah menghabiskan hidangan tersebut.
Mungkin apa yang dilakukan Gretel memang cerdik, tapi tidak sepantasnya ditiru.
Bukannya mengakui kesalahan, ia malah menuduh orang lain yang tidak tahu apa-
apa dan mengkambinghitamkannya.
Buaya yang Serakah
Dalam seminggu terakhir, musim hujan telah datang. Kawanan kera yang
tinggal di lereng gunung tentu saja merasa bimbang. Mereka kebingungan
akan mencari tempat berteduh yang aman dimana. Mereka tahu persis
bahwa lereng gunung yang mereka tempati sudah gundul dan bisa-bisa
longsor karena terus terguyur hujan.
Di dalam hutan lereng gunung tempat kera berada, hidup juga seekor ular
piton yang cukup besar. Ia adalah seekor pemangsa yang sangat hebat. Ia
pun membuat sebuah sarang di pohon yang suah ditebang. Ia hidup sepi
menyendiri dan menanti sesuatu untuk kemudian dimangsa.
Ketika musim lapar, ular piton yang memiliki warna cokelat tersebut
akhirnya keluar dari sarang. “Hari ini mendung bahkan mulai gerimis. Tentu
saja sebentar lagi akan hujan lebat. Aku sangat suka karena di saat seperti
ini akan banyak makanan yang bisa ku mangsa” Gumam si piton.
Ular piton mengetahui bahwa ketika hujan turun, hewan yang ada di lereng
gunung akan mencari tempat untuk berteduh, kadangkala di bawah pohon,
kadangkala di goa sebagai tempat mereka untuk bersembunyi. Selain
berteduh dan menunggu hujan reda, tidak ada yang bisa mereka lakukan.
Piton pun mulai mengendus aroma daging dari mangsanya. Akhirnya, piton
melihat ada seekor kera yang masih mungil sedang menggigil dan
berteduh di bawah pohon aren. Ia bergumam, “Asik, ini bisa menjadi
santapan siang”. Bahkan ia sudah membayangkan kelezatan tubuh kera
yang pasti renyah itu.
Sesudah itu, ia mencoba mencari strategi untuk menyergap sang kera
supaya bisa tepat sasaran. Ketika sudah dekat dengan sang kera, si piton
mendapati bahwa kera tersebut sedang merintih seolah sedang kesakitan.
Ular piton pun berubah fikiran. Dalam hati ia bertanya, “Ah sakit apa sih
dia?”.
Piton pun kembali mendekati kera yang sedang merintih dan menggigil
sendirian. “Hai kera, kenapa kamu menggigil? Apa kamu sedang sakit
demam?” Tanya piton sembari menampakkan diri di hadapan kera mungil
itu.
“Piton, kau benar-benar membuatku merasa kaget. Hujan-hujan begini kau
mau kemana?” Tanya kera balik. “Aku Cuma mau lewat saja. Aku sangat
suka dengan hujan karena aku bisa bermain air. Kau tadi belum menjawab
pertanyaanku” Tambah piton.
“Kakiku sakit. Tadi aku terkena jebakan di hutan semacam jebakan tikut,
untungnya aku berhasil melepaskan diri” Rintih sang kera.
“Lukamu lumayan parah. Darah di kakimu masih banyak. Jika tidak
dibersihkan bisa membusuk” Tammabh piton.
“Benar sekali. Akan muncul banyak kuman. Dan sepertinya tubuhku
dipenuhi dengan kuman. Sebentar lagi aku akan membusuk. Kenapa kau
tidak memakanku saja. Makan aku saja. Cepat” Ujar kera.
Piton sangat bingung karena di satu sisi dia sedang dalam keadaan lapar
dan di sisi yang lain ia merasa jijik dengan kuman yang ada di tubuh kera.
Ia pun mengaku tidak tega jika harus memakan kera. Padahal sebenarnya
dia tidak mau kuman yang ada di tubuh kera hinggap di tubuhnya.
“Baiklah aku akan membersihkan lukaku dan mencari air sungai terdekat”
pamit kera.
“Baik, kamu teang saja. Sekalipun engkau sudah kembali sehat, aku tetap
saja tidak akan memburumu” Tambah piton.
Akhirnya ular piton pun pergi lebih dulu meninggalkan sang kera yang
mungil yang cerdik akalnya. Di dalam hati, sang kera tertawa berbahak-
bahak karena ia bisa menyelamatkan diri dari ancaman sang ular dengan
sangat mudah. Ia tidak menyangka sekalipun tampang sang ular
menyeramkan, namun masih bisa berbyat baik juga. Pantas saja jenis ular
ini sering diburu manusia dan dijadikan hewan peliaraan.