Anda di halaman 1dari 2

Aku juga kelinci, Tapi kenapa aku berbeda?

oleh Flanella Radhisty [IX-C]

Aku adalah anak dari kedua kelinci yang sangat cakap. Bulu putih orang tua kelinci ku
sangat bersih seperti mawar putih dan juga selembut kain sutra jika disentuh, begitu juga
dengan adikku dan para kelinci kelinci lainnya yang memiliki bulu putih halus yang indah.
Dahulu kala saat aku masih usia dini, aku tidak menyadarinya sama sekali. Bahkan aku berpikir
bahwa aku adalah kelinci yang sangat unik karena memiliki telinga panjang yang indah dan
motif bercak bercak hitam seperti hewan bernama zebra di bulu putih ku. Aku adalah kelinci
yang berbeda dengan kelinci yang lain, aku sangat unik dan memiliki ciri khas tersendiri.

Sampai suatu saat terdapat kelinci lain yang membuat lelucon kepada teman teman kelinci
lain mengenai ku "motif di bulu mu sangat aneh, dan membuat mu terlihat kotor dengan tanah"
ucapnya diikuti dengan ketawa para kelinci lain yang menganggapnya lucu. Aku pun ikut
tertawa-tawa dan tersenyum lebar, itu hanya sebuah lelucon kan?.

"Itu hanya sebuah lelucon" tapi mengapa aku terus memikirkannya sampai saat ini. Sedikit dikit
telinga ku yang besar dan unik itu hanya mendengar hal hal negatif mengenai diri ku. Seperti,
"Hidung mu sangat besar" , "lompatan mu sangat pendek, tidak seperti kelinci yang 'normal'
sama sekali" , "telinga mu lebih besar daripada kaki ku" , "apakah kamu belum mandi? kenapa
bulu mu sangat kotor?" , dan seterusnya. Aku tidak tahu mengapa aku sulit sekali menerima
pujian dan sangat mudah menerima ejekan negatif mengenai ku.

Aku juga kelinci, tapi aku tidak mau memiliki telinga besar yang bisa mendengar semuanya.

Aku juga kelinci yang cakap, tapi aku berpikir lain ketika ada orang yang menunjukkan ke
cacat-an ku.

Aku juga kelinci yang memiliki telinga besar!, tapi kenapa aku hanya mendengar hal negatif?.

Aku juga kelinci berkaki dua, tapi kenapa aku tidak bisa meloncat tinggi?.

Aku juga kelinci berbulu putih, tapi kenapa aku memiliki motif bercak bercak yang aneh?

Mungkin aku bukanlah seekor kelinci.

Aku duduk sendirian di kamar ku, menangis terseguk seguk karena semua kekurangan ku
yang membuat ku bertanya tanya "apakah aku memang seorang kelinci? jika iya, mengapa aku
berbeda dari kelinci yang lain?" aku berbicara kepada diri ku sendiri. Sampai aku mendengar
pintu kamar ku terbuka dan itu dia kakak sepupu kelinci ku, Ia terlihat khawatir dengan ku dan ia
mendekati ku. "Maaf, aku tidak sengaja mendengar perkataan mu barusan." ia meminta maaf
dan duduk di kasur sebelah ku, tangannya meraih punggungku dan membelaiku, menenangkan
ku.
Aku masih menangis sesenggukan dan mencoba untuk menenangkan diriku. "Aku rasa aku
punya jawaban untuk pertanyaan mu, tapi kau harus melihatnya sendiri esok." ia berkata
dengan senyum tipis nya. Aku mengangguk dan berderham "memangnya, kau akan
menunjukan ku apa?" aku bertanya kepadanya, suara ku serak dan basah. Ia menepuk
punggung ku dan turun dari tempat tidurku "Lihat sendiri esok.".

Dengan begitu, esok hari aku bangun pagi dan berjalan pagi dengan
kakak sepupu kelinci ku, dan ia bilang kita akan pergi keluar desa dan menghampiri kota. Aku
tidak pernah keluar desa sejak kecil dan aku sangat bersemangat untuk melihat apa yang ada
di luar desa ku.

Saat berjalan, aku dan kakak sepupu kelinci ku sampai di kota. Mata ku membesar saat aku
melihat semua jenis kelinci yang sibuk dengan diri mereka masing masing. Mereka sangat unik
dan berbeda dari kelinci lainnya, bahkan ada yang mirip seperti ku.

Mulai dari warna bulu mereka yang beraneka ragam, motif bulu mereka yang sangat unik dan
keren, telinga mereka ada yang kecil dan besar, dan bahkan ada yang di kursi roda.

Akhirnya aku mengerti, menjadi seekor kelinci tidak ditentukan oleh bagaimana warna bulu
mu, motif bulu mu, dan intinya fisik mu. Melainkan menjadi kelinci sebenarnya adalah keyakinan
diri mu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai