Anda di halaman 1dari 6

Nama Anggota:

1. Fauzan Tegar Adi Nugroho (14)


2. Sendi Dwi Fajar Riyanto (30)

Kelas : XI IPS 2
Tugas : Apresiasi Cerpen

“ROBOHNYA SURAU KAMI”


Karya A.A. Navis

1. Tema

Tema/pokok persoalan cerpen Robohnya Surau Kami terlatak pada persoalan batin kakek Garin setelah
mendengar bualan Ajo Sidi.

Dibuktikan pada kutipan : “Tidak, kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan diri mu
sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kaum mu
sendiri, melupakan kehidupan anak istimu sendiri, sehingga mereka itu kucar kacir selamanya

. Inilah kesalahan mu yang terbesar, terlalu egoistis, padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara
semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikitpun."
kesimpulan: seorang kepala keluarga yang lalai menghidupi keluarganya.

1. Penokohan :

a. Tokoh Aku
Tokoh Aku merupakan tokoh paling sentral dalam cerpen ini karena darinya pembaca mengetahui jalan
cerita dari cerpen ini. Tokoh Aku oleh Navis digambarkan sebagai sosok yang memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi.
Hal ini di dukung oleh :

Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatangan Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo Sidi tidak membuat
bualan tentang kakek? Dan bualan itukah yang mendurjakan kakek ? Aku ingin tahu. Lalu aku tanya pada
kakek lagi : “Apa ceritanya, kek ?” ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang memurungkan Kakek ja di
memuncak. Aku tanya lagi kakek : “Bagaimana katanya, kek ?."

b. Kakek Penjaga Surau


Oleh Navis tokoh ini digambarkan sebagai orang yang rajin beribadah tetapi juga mudah dipengaruhi
dan mudah mempercayai omongan orang, pendek akal pikirannya, serta mementingkan diri sendiri,
mudah berputus asa, tidak terbuka pada kritik dan tidak bertanggung jawab.

Data-data yang menunjukan hal tersebut :

Sedari mudaku aku disini, bukan? Tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga seperti
orangorang lain, tahu?”.Menunjukan watak kakek tersebut mementingkan diri sendiri dan tidak
bertanggung jawab.

c. Ajo Sidi
Tokoh Tidak banyak dimunculkan tetapi sangat menentukan keberlangsungan cerita ini. Secara jelas
tokoh ini disebut sebagai si tukang bual. Sebutan ini muncul melalui mulut tokoh Aku.Menurut si tokoh
Aku, Ajo Sidi disebutkan sebagai si tukang bual yang hebat karena siapa pun yang mendengarnya pasti
terpikat. Selain itu bualannya selalu mengena.

Dibuktikan pada bagian:

Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku ingin ketemu dia
lagi.Aku senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan bualannya yang
anehaneh sepanjang hari....

d. Haji Saleh
Haji Saleh merupakan tokoh yang di ciptakan Ajo Sidi untuk diceritakan kepada Kakek Penjaga
Surau.Karakter Haji Saleh digambarkan Navis sebagai orang yang rajin dan taat beribadah namun terlalu
percaya diri, sombong, egois dan mementingkan diri sendiri.
Data yang mendukung hal ini ialah :

O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat
beribadat, yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji
kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain lainya.

Kitab-Mu kami hafal diluar kepala kami. Tak sesat sedikitpun kami membacanya12. Menunjukan kalau
Haji Saleh taat dan rajin beribadah. Sifat sombong Haji Saleh ditunjukan data berikut : Lalu Tuhan
mengajukan pertanyaan pertama. "Engkau?‟ "Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh
namaku. Kemudian sifat egois Haji Saleh ditunjukan data berikut :Kalau ada, kenapa engkau biarkan
dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua.

Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain yang mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau
lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu dan memeras. Aku beri kau negeri yang kaya
raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak berpeluh mengeluarkan
keringat, tidak membanting tulang. Sedang Aku menyuruh engkau beramal kalau engkau miskin. Engkau
kira Aku ini gila pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu hanya memuji-muji dan menyembah-Ku
saja”.
Dan dipertegas data berikut :
"Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena
itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan
anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar,
terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak
memperdulikan mereka sedikit pun

Sedangkan sikap percaya diri Haji Saleh ditunjukan data berikut:

"Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan Dan ketika
ia melihat orang yang masuk surga, ia melambaikan tangannya seolah hendak mengatakan "selamat
ketemu nanti‟. Hal ini dikarenakan karena selama didunia ia menjadi orang yang taat beribadah dan
menyembah kepada Tuhan.

2. Alur :
Alur yang dipakai dalam cerpen Robohnya Surau Kami yaitu alur maju dan mundur, Dikatakan demikian
karena benar-benar bertumpu pada kisah sebelumnya, yang oleh tokoh Aku kisah itu diceritakan, dan
juga menceritakan tentang sebab meninggalkan seorang kakek penjaga surau dan kemudian
menceritakan kembali lanjutan kisah tersebut.

Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis.… Dan di
ujung jalan itu nanti akan Tuan temui sebuah surau tua…. Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan
temui seorang Tua…. Orang-orang memanggilnya kakek… Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia
sudah meninggal…. Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat
disangkal kebenarannya. Beginilah kisahny. Dan besoknya, ketika Aku mau turun rumah pagi-pagi istriku
berkata apa aku tak pergi menjenguk. “Siapa yang meninggal?” Tanyaku kaget.
“Kakek.”

“Kakek?”

3. Latar :
a. Latar tempat

- Di kota

Bukti: Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku... barat.
- Dekat pasar :
Bukti : Tuan akan berhenti di dekat pasar.
-Surau :

Bukti: Dan di ujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua.
-Di rumah Kakek :
Bukti: Sekali hari aku datang pula mengupah kepada Kakek. Di sudut benar ia duduk dengan lututnya
menegak menopang tangan dan dagunya.

- Di neraka (dalam cerita Ajo Sidi) :

Bukti: Alangkah tercengangnya Haji Saleh karena di neraka itu banyak teman.....kesakitan.
- Di rumah aku :

Bukti: Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak pergi
menjenguk. Di rumah Ajo Sidi
- Di rumah Ajo sidi :

Bukti: Aku cari Ajo Sidi ke rumahnya.

b. Latar waktu

-Kalau beberapa tahun yang lalu.


- Sekali hari aku datang pula mengupah kepada Kakek.
- Sedari mudaku aku di sini, bukan?

-"Pada suatu waktu,' kata Ajo Sidi memulai.


-Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi.

c. Latar suasana
Cerpen ini menggambarkan setting suasana/sosial dan menyedihkan sekaligus mengerikan Hal ini dapat
dilihat dalam kutipan berikut: “ya, tadi subuh kakek kedapatan mati disuraunya dalam keadaan
mengerikan sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur."

4. Sudut Pandang :

Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen 'Robohnya Surau Kami" adalah sudut pandang orang
pertama sentral, karena pengarang memposisikan dirinya dalam cerita sebagai tokoh utama.
Bukti: "Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku...

5. Gaya Bahasa :

a. Majas Perbandingan :

Cukup banyak ditemukan kalimat dengan gaya perbandingan dalam Robohnya Surat Kami. Gaya bahasa
perbandingan yang ditemukan dalam cerpen-cerpen ini yang salah satunya adalah
- Majas simile dari kalimat : "Seluruh hidupnya bagai jadi meredup seperti lampu kemerisikan sumbu.
Majas ini merupakan pengungkapan dengan membandingkan secara eksplisit yang dinyatakan dengan
kata depan atau kata penghubung dimana dalam kalimat dinyatakan dengan dengan kata bagai dan
seperti.
- Majas metafora dari kalimat : "Sedangkan bibirnya membariskan senyum, serta matanya
menyinarkan cahaya yang cemerlang". Majas tersebut mengandung mengenai makna kebahagiaan
seseorang terhadap sesuatu yang terjadi pada dirinya, melalui kalimat diatas mengandung arti ada
sebuah kebahagiaan yang ditunggu-tunggu.
- Majas personifikasi dari kalimat : "Kedamaian alam yang memagutnya tadi, serta merta terlempar
jauh,terpelanting remuk. Majas personifikasi terdapat pada kata alam yang seakan - akan hidup seperti
manusia.

b. Majas Pertentangan :
- Majas hiperbola yang merupakan gaya bahasa yang melebih-lebihkan suatu peristiwa. Dalam cerpen
ini" Api neraka tiba tiba menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh Majas hiperbola dalam
kutipan tersebut adalah kata-kata api neraka.
- Majas litotes pada gaya bahasa cerpen ini yang berarti merendahkan diri atau tidak menyebutkan yang
sebenarnya. Gaya bahasa Litotes terdapat pada kalimat "Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang
kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan nanti Tuan temui sebuah surau tua". Kata
surat tua termasuk pada majas litotes pada cerpen, yang artinya adalah sebuah masjid di suatu
perkampungan.
d. Majas Sinisme, majas atau gaya bahasa yang menggunakan kata-kata sebaliknya, mirip dengan ironi
tetapi lebih kasar. Majas sinisme sebagai gaya bahasa dalam cerpen Robohnya Surau Kami terlihat pada
kalimat yang dinyatakan oleh tokoh aku : "...dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia
sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tak dijaga lagi" Pernyataan itu adalah sebuah simbol
untuk menunjukkan keadan masyarakat sekarang, untuk mengingatkan, menasehati atau mengejek
pembaca dan masyarakat secara umum.
6. Amanat :

Amanat yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca yang terdapat dalam cerpen Robohnya
Surau Kami karya A.A. Navis adalah:
a) Jangan cepat marah kalau ada orang yang mengejek atau menasehati kita. Amanat ini dibuktikan
pada kutipan:“Marah ? Ya, kalau aku masih muda, tetapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam.
Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadahku rusak
karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadah bertawakkal kepada Tuhan .…”
b) Jangan cepat bangga akan perbuatan baik yang kita lakukan karena hal ini bisa saja baik di hadapan
manusia tetapi tetap kurang baik di hadapan Tuhan itu. Dibuktikan pada: “Alangkah tercengangnya Haji
Saleh, karena di Neraka itu banyak teman-temannya didunia terpanggang hangus, merintih
kesakitan"

Dan tambah tak mengerti lagi dengan keadaan dirinya, karena semua orangorang yang dilihatnya di
Neraka itu tak kurang ibadahnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai 14 kali ke
Mekkah.
c) Jangan menyia-nyiakan apa yang kamu miliki, dibuktikan pada kutipan: "kenapa engkau biarkan
dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua, sedang harta bendamu kau biarkan orang lain
mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling
menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas, kau lebih suka beribadat
saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membantingtulang.
d) Jangan mementingkan diri sendiri. Dibuktikan pada bagian:” Kesalahan engkau, karena engkau
terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang,
tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri,
sehingga mereka itu kucar kacir selamanya.
Cerpen ini secara tersirat menggambarkan pada kita tentang hubungan manusia dengan Tuhannya. Yang
pada faktanya beginilah keadaan beberapa orang di sekitar kita. Kebanyakan dari mereka hanya berpikir
mengenai Tuhan, beribadat, dsb. Tanpa ingin bekerja atau apapun untuk memperoleh harta dunia yang
pada dasarnya untuk menyejahterakan kehidupan generasi mereka.

Cerpen ini memberitahu kita bahwa kehidupan di dunia harus dengan masalah ibadat pada Tuhan.
Sehingga, saat kita beribadat tak juga memelaratkan keturunan kita.

Struktur Cerpen "Robohnya Surau Kami"


1. Pengenalan Cerita :
Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak temannya di dunia terpanggang
panas,merintih kesakitan.
Penjelasan: kutipan tersebut mengenalkan latar belakang cerita yang letaknya di neraka dan suasana
dari cerpen tersebut.
2. Pengungkapan Peristiwa :

Demikian cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan Kakek.
Penjelasan: peristiwa tersebut menjelaskan tentang kemurungan di Kakek.
3. Konflik :
Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk.
Penjelasan: dari kutipan tersebut dapat diktahui bahwa akan terjadi sebuah konflik.
4. Klimaks :
Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya melangkah secepatnya meninggalkan istriku yang
tercengang-cengang.
Penjelasan: Pada bagian ini Aku marah dan menyalahkan Ajo Sidi.
5. Penyelesaian
"Kerja?” tanyaku mengulangi hampa.
Penjelasan: Pada bagian ini terdapat penyelesaian cerita kalau Ajo Sidi tetap kerja meski telah
mendengar kakek meninggal karena ceritanya

Anda mungkin juga menyukai