Anda di halaman 1dari 6

Artikel good governance dan kesejahteraan sosial

Oleh : Muhammad Iqbal Tawakkal

Kesejahteraan Masyarakat
Melalui Keadilan dalam Sistem Pendidikan

Keadilan merupakan sesuatu yang tidak mudah untuk didefinisikan, keadilan akan
memiliki artian yang berbeda ketika kita kita menggunakan kaca mata pandang yang berbeda.
Keadilan berasal dari kata Adil yang berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Keadilan
dan kesetaraan adalah hal yang berbeda, banyak orang menyalahkan artikan pengertian kedua
hal ini sehingga kemudian munculan sebuha permasalahan hilangnya rasa keadilan di
kehidupan bermasyarakat. Keadilan sendiri adalah bagaimana kita memperlakukan sesuatu
sesuai dengan porsi dan kebutuhannya, akan tetapi kesetaraan adalah memperlakukan segala
sesuatu sama tanpa ada hal yang membedakan serta tidak memperhatikan masalah kebutuhan
dan porsi yang berbeda-beda pada tiap individu.
Dalam permasalahan keadilan ini sudah menjadi tanggung jawab pihak otoritas
setempat yaitu pemerintah Indonesia untuk selalu memberikan dan menjamin keadilan bagi
rakyat Indonesia, karena hal mengenai keadilan ini sudah menjadi tujuan bangsa yang tertera
dalam pancasila dan pembukaan UUD 1945. Dengan pendidikan ini kemudian akan
tercapaikan tujuan bangsa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyak ketidakadilan ini
terjadi di Indonesia yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang berada di bawah naungan
pemerintah itu sendiri, hal ini terjadi karena lembaga atau instansi ini menggunakan asas
kesetaraan tanpa memperhatikan nilai-nilai keadilan. Dalam penerapan keadilan
diperlukannya sebuah kebijaksanaan dari hati nurani, tidak hanya mereka terpaku pada sistem
yang notabenenya berasas kesetaraan.
Pada dasarnya semua hal ini sudah tersirat dalam nilai-nilai pancasila, pada sila
kelima yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Yang kemudian dari sila ini
diturunkan pada Undang-undang Dasar 1945 sehingga memudahkan masyarakat dan
pemerintah untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari. Tidak dapat dipungkiri
bahwa dasar hukum Indonesia yaitu pancasila merupakan sebuah dasar yang sempurna
karena sudah mengatur segala aspek kehidupan, akan tetapi masih banyak masyarakat atau
bahkan pemerintah yang masih belum mampu mengartikan nilai-nilai sila ini yang kemudian
berujung pada ketidaksesuaian antara sumber hukum dan penerapan yang terjadi di
masyarakat.
Salah satu isu yang kini menjadi polemik di dalam masyarakat adalah mengenai
kebijakan baru yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan kebudayaan yaitu Muhajir
Efendy mengenai kebijakannya tentang penerapan full day school dalam pendidikan dasar
dan menengah. Kebijakan ini banyak diperbincangkan oleh banyak kalangan mulai dari orang
tua murid, siswa dan bahkan para guru serta masyarakat pada umumnya. Mengapa hal ini
terjadi ? karena menurut banyak orang penerapan kebijakan ini masih dianggap tidak tepat
untuk dilaksanakan pada semua sekolah. Pada dasarnya penerapan kebijakan ini bertujuan
untuk pendidikan karakter pada siswa dan memaksimalkan peran sekolah dalam memberikan
pendidikan pada siswa, akan tetapi dalam penerapan masih belum maksimal dan cederung
akan memberatkan banyak pihak seperti siswa, gutu, dan orang tua siswa.

Pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Muhadjir Effendy dengan


resmi mengeluarkan Peraturan Mendikbud Nomor 23 tahun 2017 tentang Hari Sekolah.
Permendikbud tersebut menjelaskan dan menegaskan kebijakan waktu sekolah yang
dilaksanakan selama lima hari dalam sepekan resmi diterapkan pada tahun ajaran 2017-2018.
Dalam aturan ini tidak hanyak sekolah negeri yang diharuskan untuk menggunakan sistem
ini. Sekolah negeri bahkan swasta wajib menggelar kegiatan belajar mengajar 8 jam sehari
atau 40 jam seminggu yang digelar Senin hingga Jumat. Sehingga para guru dan siswa diberi
waktu luang pada hari sabtu untuk melakukan kegiatan diluar sekolah dan berkumpul
bersama keluarga dirumah.

Kebijakan ini sendiri tentunya memiliki beberapa dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positifnya antara lain memberikan kesempatan kepada anak untuk berkumpul
dengan teman sebanyanya dengan baik, kemudian mereka akan saling mengenal satu sama
lain dengan baik yang pada akhirnya akan menimbulkan sebuah kerja sama untuk mengasah
potensi bersama dan mengukir prestasi yang membanggakan. Dalam kebijakan ini juga
menekankan pada kegiatan ekstrakulikuler pada siswa , selama ini kegiatan-kegiatan itu
masih belum maksimal dalam pemanfaatannya sehingga diterapkanlah kebijakan full day
school ini untuk memberikan wadah kepada para siswa untuk menyalurkan bakat dan minat
sejak dini dan juga didukung dengan program bimbingan konseling untuk membantu siswa
lebih mengenal bakat dan minatnya. Yang kemudian menjadi pertanyaan disini yaitu apakah
semua sekolah sudah dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, tentunya fasilitas sekolah
juga harus ditinjau terlebih dahulu, apakah sudah menunjang untuk pelaksanaan sistem full
day school atau tidak. Contohnya seperti fasilitas olahraga, fasilitas tempat mengaji, dan
fasilitas penunjang untuk program full day school lainnya. Memang untuk sekolah-sekolah
negeri di daerah kota sudah dapat dikatakan memenuhi syarat, lalu bagaimana dengan
sekolah-sekolah yang berada di daerah pelosok dan sekolah-sekolah swasta yang masih
kesulitan dalam berbagai aspek. Tentunya hal ini akan menimbulkan sebuah ketidakadilan
dalam dunia pendidikan di Indonesia. Dampak positif dari program ini tidak akan pernah
dirasakan oleh siswa dan guru ketika pemerataan pembangunan dan pendidikan masih tidak
terlaksana dengan baik, mungkin hanya sekolah-sekolah di daerah perkotaan saja yang akan
merasakan dampak positif dari program ini. Realita yang terjadi adalah pemerataan di
Indonesia masih tidak terlaksana dengan baik karena luasnya wilayah indonesia dan peran
pemerintah yang masih kurang.

Dari permasalahan itu maka akan timbul dampak-dampak negatif dari program ini
sendiri yaitu siswa akan lebih cepat merasa stress dan membebani siswa secara fisik ataupun
secara psikis. Dengan adanya kebijakan ini maka siswa akan dipaksa untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran hingga sore hari. Survey mengatakan bahwa siswa memiliki batas
efektif untuk durasi belajarnya, ketika siswa dituntut untuk 8 jam mendengarkan penjelasan
guru maka akan hanya beberapa hal saja yang akan benar-benar mereka resapi dan pahami.
Kita sudah mengetahui bahwa kegiatan belajar tidak hanyak dilakukan ketika kita berada di
sekolah, orang tua juga memiliki peran penting dalam proses perkembangan peserta didik.
Jika kebijakan ini tetap dilaksanakan maka dengan otomatis orang tua tidak akan bisa
maksimal dalam memantau perkembangan anaknya. Terutama bagi peserta didik pada
jenjang sekolah dasar tentu mereka membutuhkan perhatian khusus dari keluarganya. Tidak
hanya itu dampak negatifnya, dalam kasus ini guru pun juga merasa dirugikan karena
beberapa guru juga seorang ibu yang memiliki anak dirumah dan masih banyak hal harus dia
lakukan. Bayangkan jika seorang guru harus pulang ke rumah pada pukul 5 sore kemudian
dia msih harus mengurus anak-anaknya dan kemudian masih ada tugas untuk mengkoreksi
hasil kerja siswanya serta masih harus menyiapkan materi pembelajaran yang akan
disampaikan esok hari. Kita tahu bahwa tidak semua guru berada pada umur yang muda dan
pada kondisi yang baik, disinilah yang menjadi pertanyaan apakah kita perlu menerapkan
konsep keadilan ataukah konsep kesetaraan.

Dari satu kasus diatas bisa kita menjelaskan lebih lanjut mengenai perbedaan konsep
keadilan dan kesetaraan. Kita bisa mengatakan disitu terdapat konsep kesetaraan ketika
pemerintah dengan tidak mempertimbangkan hal apapun dan tetap menerapkan sistem full
day school pada semua sekolah yang ada di Indonesia dan memberikan kurikulum dan cara
ajar yang sama pada setiap jenjang. Akan tetapi hal ini berbeda dengan konsep keadilan, kita
bisa melihat adanya sebuah konsep keadilan ketika pemerintah juga mempertimbangkan
banyak kemungkinan dan kondisi yang ada sehingga pemerintah mengeluarkan aturan
mengenai penerapan kebijakan ini , contohnya dengan cepat melakukan pemerataan atau
dengan cara memberikan pengeculian pada beberapa sekolah dan memberikan hak penuh
kepada daerah ataupun pihak sekolah untuk menentukan sistem seperti apa yang akan
mereka gunakan, karena hanya orang-orang di tempat itu yang lebih mengetahui keadaan
dan kondisi sekolah. Kita juga bisa melihat adanya konsep keadilan ketika pemberian
kurikulum dan cara ajar juga disesuaikan dengan jenjang dan kebutuhan siswa, tidak
mungkin kita menerapkan cara kita mengajar di jenjang sekolah menengah dengan cara kita
megajar di jenjang sekolah dasar, kita juga harus memikirkan pola perkembangan peserta
didik dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu keadilan juga bisa dilihat dari pemberian
tugas kepada guru sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka, seperti yang tadi sudah
saya jelaskan bahwa guru juga seorang manusia yang hak-haknya juga harus diberikan
sesuai dengan keadaan dan kondisinya.

Sebelumnya kita sudah membahas mengenai polemik yang terjadi mengenai


pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. Selain masalah itu juga ada masalah lain yang
terjadi di dalam pendidikan tinggi di Indonesia, mungkin kita masih jarang mendengar
masalah-masalah yang terjadi di lingkungan pendidikan tinggi karena kita baru saja masuk
ke dalam lingkup ini. Pendidikan tinggi di Indonesia dilaksanakan oleh lembaga atau
instansi negeri ataupun swasta, dalam hal ini mungkin pihak swasta diperbolehkan untuk
menentukan kebijakan administrasinya sendiri. Akan tetapi untuk instansi negeri yaitu
perguruan tinggi negeri haruslah segala kebijakan berdasarkan atas aturan-aturan dari
pemerintah. Dalam kasus ini saya akan berbicara mengenai sistem yang diterapkan di
perguruan tinggi negeri.

Setiap universitas negeri memiliki kewenangan untuk membuat sistemnya sendiri


akan tetapi tetap saja sistem ini harus merujuk pada aturan yang tealh dibuat oleh
pemerintah. Salah satu sistem yang dalam penerapannya masih banyak terdapat banyak
permasalahan adalah masalah keuangan dan administrasi mahasiswa. Masih banyak
perguruan tinggi negeri yang memiliki sistem berdasarkan konsep kesetaraan tanpa
memperhatikan konsep keadilan. Memang konsep kesetaraan juga penting karena dengan
adanya hal ini maka setiap mahasiswa harus diperlakukan dengan sama tanpa membedakan
satu sama lain. Akan tetapi konsep keadilan juga sangat penting dalam penerapan sistem itu
sendiri. Kita tahu bahwa setiap mahasiswa tentu memiliki hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan tinggi, dan hal ini juga telah dijamin oleh pemerintah. Akan tetapi banyak
perguruan tinggi yang memilih untuk merampas hak mahasiswa untuk memperoleh
pendidikan tinggi. Tidak dapat terpungkiri bahwa keadaan dan kondisi tiap mahasiswa
berbeda, mungkin ada perbedaan dari sisi intelektual, psikologi dan ekonomi yang kemudian
dengan keadilan ini mereka akan diperlakukan sesuai dengan keadaannya.

Dalam kasus ini saya akan berbicara lebih spesifik tentang kondisi ekonomi
mahasiswa yang berbeda-beda. Setiap mahasiswa berharap mereka diperlakukan dengan
sama , akan tetapi pihak kampus menyalah artikan keinginan para mahasiswa sehingga
diterapkanlah sebuah sistem yang memaksa para mahasiswa untuk mengikuti tanpa ada
toleransi apapun. Tentu yang diharapkan mahasiswa adalah sebuah sistem yang bijaksana,
karena sebuah sistem tanpa adanya kebijaksanaan dari hati nurani maka sistem itu
merupakan sistem yang otoriter. Sistem yang otoriter akan mengekang mahasiswa dan akan
merugikan banyak pihak terutama pada pihak mahasiswa itu sendiri. Ketika mahasiswa tidak
mampu membayar biaya kuliah karena alasan tertentu yang mendesak maka pihak kampus
tidak akan memberikan toleransi apapun kepada mahasiswa dan memilih untuk
menonaktifkan mahasiswa tersebut, padahal dalam aturan pemerintah mengenai pendidikan
tinggi sudah dijelaskan bahwa pemerintah dan pihak perguruan tinggi harus menjamin
mahasiswa untuk menyelesaikan studi dengan biaya yang sudah dianggarkan, dengan cara
pemberian beasiswa ataupun pemberian pinjaman tanpa bunga, akan tetapi masih tidak
banyak mahasiswa mengetahui akan kebijakan ini sehingga mereka hanya akan menerima
keputusan dari pihak kampus tanpa adanya pembelaan apapun, sehingga penerapan aturan
itu masih banyak dilanggar karena pihak kampus tidak mau disibukkan dengan masalah-
masalah seperti ini jadi mereka memilih jalan yang mudah dan menguntungkan bagi mereka
yaitu menonaktifkan mahasiswa.

Dalam Undang-undang yang mengatur masalah penidikan tinggi sudah dijelaskan


dengan rinci mengenai peran dan kewajiban pemerintah untuk menjamin terlaksanakannya
pendidikan tinggi bagi semua kalangan. Dari dasar-dasar itu maka tidak seharusnya tindakan
merugikan itu dilakukan oleh pihak lembaga negara terhadap mahasiswa karena lembaga
negara memiliki kewajiban untuk menjamin pendidikan mahasiswa . setiap perguruan tinggi
negeri juga mendapatkan dana dari pemerintah yang ditujukan untuk beberapa hal salah
satunya mahasiswa. Dengan begitu diharapkan bagi pihak Universitas untuk mampu
memberikan kebijaksanaan yang tidak menyebabkan mahasiswa kehilangan hak untuk
memperoleh pendidikan tinggi. Seharusnya Pihak Universitas lebih melakukan pendekatan
terhadap para mahasiswa yang mengalami kesulitan sehingga tidak terjadi kasus seperti ini
lagi.

Dari kasus-kasus diatas maka kita dapat menyimpulkan apa perebedaan antara
keadilan dalam pendidikan dan kesetaraan dalam pendidikan. Kesetaraan pendidikan yang
dimaksud dalam UUD 1945 adalah setiap warga negara Indonesia berhak untuk memperoleh
pendidikan yang sama tanpa membeda-bedakan status apapun, dan negara juga berkewajiban
untuk menjamin warganya memperoleh pendidikan yang layak dalam pendidikan dasar,
menengah maupun pendidikan tinggi. Akan tetapi dalam penerapannya diperlukan sebuah
keadilan, kemudian muculah sebuah konsep keadilan pendidikan, keadilan pendidikan disini
yang saya maksud adalah pemberlakukan sistem dalam undang-undang yang masih
mempertimbangkan nilai-nilai kebijaksanaan dari hati nurani, yang kemudian akan diberikan
pendidikan sesuai dengan porsi dan kebutuhan tiap jenjang. Tidak hanya mengenai cara
mengajar dan kurikulum, begitu pula mengenai sistem juga harus adil, sistem yang adil
adalah sistem yang sifatnya memaksa tapi fleksibel ketika dihadapkan dengan suatu kondisi
yang mendesak. Memang sistem perlu diterapkan akan tetapi jika sistem itu tidak dijalankan
dengan kebijaksanaan dari hati nurani maka sistem itu bisa dibilang sebagai sistem yang
otoriter yang kemudian akan merampas banyak hak orang lain.

Inti dari pembahasan ini adalah mengenai pentingnya peran pendidikan dalam
menghasilkan sumber daya manusia yang berkulitas tinggi, sehingga dengan sumber daya
manusia yang baik maka sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia bisa dimanfaatkan
semaksimal mungkin dan sebaik mungkin. Dengan tercapainya hal itu maka secara otomatis
maka kesejahteraan di dalam masyarakat akan tercipta dengan sendirinya. Disini lah peran
pemerintah sebagai pihak yang berwenang atas penjaminan kesejahteraan rakyatnya, ketika
pemerintah telah berhasil meningkatkan kualitas masyarakatnya dan memberikan
kesejahteraan sosial, maka pada titik inilah pemerintah dianggap berhasil sebagai
pemerintahan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai