Anda di halaman 1dari 7

1

SISTEM INOVASI DAN ORGANISASI


PEMBELAJAR

Dosen: Dr. Kiki Yulianto, S.T.P., M.P.

Oleh:
NAMA ANGGOTA:
1. Nova Novriani (212015031)
2. Mahyudin (212015042)
3. Lalu Satriadi (212015080)
4. Ratna (212015079)
5. Dirga Al Ashar Hadi Susamto. W (212015077)
6. Muhajirin (212015068)
7. Hasiah (212015022)

PASCASARJANA
MEGISTER MANAJEMEN INOVASI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
2021
2

UPAYA SEKOLAH MEMINIMALISIR TINGKAT KETIDAKHADIRAN


SISWA PADA SAAT MUSIM TANAM JAGUNG
DI SMP NEGERI 1 WOJA

Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar dalam upaya meningkatkan


kualitas sumber daya manusia, dengan pendidikan manusia akan mampu
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa. Di
samping itu akan terwujud Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, potensial
dan berkualitas dalam upaya mewujudkan tujuan nasional. Sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003
Pasal. 3 ayat (3) tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa:
Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Adanya Undang-Undang tersebut, maka pendidikan harus tetap menjadi


prioritas utama bagi seluruh komponen bangsa. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Hasbullah (2005: 90) yang menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan
masyarakat. Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam
keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak di dalam
keluarga. Peralihan bentuk pendidikan jalur keluar pendidikan sekolah
(formal) memerlukan “kerja sama” antara tua dan sekolah (pendidikan).

Membahas masalah tentang kualitas pendidikan tidak terlepas dari


pencapaian belajar siswa, karena belajar merupakan suatu indikator dari
perkembangan dan kemajuan siswa atas penguasaan dari pelajaran-pelajaran yang
telah diberikan guru kepada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Tu’u (2004: 75) yang menyatakan bahwa: “Belajar adalah
3

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata


pelajaran dan lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka”. Lebih jelasnya
lagi Tu’u menuturkan bahwa: “Belajar siswa ditunjukkan melalui nilai atau angka
nilai dari evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan tes atau
ujian yang ditempuh”.
Selain kemampuan siswa menyelesaikan soal dalam MID Semester dan
Semester, tingkat kehadiran pun menjadi standar acuan dalam penilaian siswa
untuk bisa mengikuti MID Semerter, Semester dan naik kelas. Standar kehadiran
juga dapat dijadikan tolak ukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas,
soal MID Semester dan Semester. Artinya, semakin rajin siswa mengikuti proses
belajar mengajar maka semakin mudah atau mengerti siswa dalam menjawab soal-
soal dalam tugas, MID Semester dan Semester dan begitupun sebaliknya.
Di sisi lain, pemenuhan kebutuhan orang tua secara ekonomis juga menjadi
salah faktor yang dapat menghambat proses kahadiran siswa di sekolah. Dalam
kegiatannya tidak sedikit orang tua yang melibatkan anak disebabkan terbatasnya
tenaga kerja dan finansial orang tua. Permasalahan yang dihadapi oleh sekolah di
Kabupaten Dompu, terutama sekolah yang dekat dengan pegunungan dan lahan
kering. Hal yang sama juga dialami oleh SMPN 1 Woja saat ini adalah pada saat
musim hujan atau tanam jagung, siswa sering tidak masuk sekolah dengan alasan
membantu orang tua di ladang. Bahkan pra musim hujan pun sudah mulai ada
tanda-tanda menurunnya tingkat kehadiran siswa karena sebelum musim hujan
tiba ladang yang akan ditanami jagung harus dilakukan proses pembersihan, dalam
proses ini pun tidak sedikit anak ikut andil membantu orang tua.
Masalah di atas perlu dicarikan solusi yang inovatif sehingga tidak menjadi
penghambat bagi masa depan siswa dalam karir pendidikannya. Bisa kita
bayangkan apabila masalah ini dibiarkan berlarut-larut, kemampuan siswa menjadi
rendah, terjadi pembiasaan meninggalkan sekolah bahkan berujung pada putusnya
pendidikan siswa.
4

Untuk mengetahui solusi inovatif yang dilakukan oleh sekolah dalam


mengatasi masalah di atas, maka kami dari kelompok 6 melakukan penelitian yang
dituangkan dalam bentuk makalah dengan judul: Upaya Sekolah Meminimalisir
Tingkat Ketidakhadiran Siswa pada Saat Musim Tanam Jagung di SMP
Negeri 1 Woja.
Aturan Mempekerjakan Anak Usia Sekolah, Program PIJAR (Sapi, Jagung
dan Rumput Laut) yang diprogramkan oleh pemerintah selain memberikan
dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat juga memberi dampak
negatif, seperti terjadi perambahan dan penebangan liar yang mengakibatkan rusak
alam dan terjadi bencana. Selain itu, pada musim tanam jagung tingkat kehadiran
siswa di sekolah menjadi menurun disebabkan siswa membantu orang tuanya di
ladang.
Keterlibatan anak membantu orang tua di sawah dan ladang pada jam
sekolah dilakukan oleh orang tua karena keterbatasan tenaga kerja yang akan di
gajih karena kebutuhan tenaga kerja yang serentak dan minimnya keuangan
keluarga untuk memberikan upah pada buruh tani, sehingga untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja para orang tua mempekerjakan anaknya untuk membantu
mereka. Apa pun alasannya, mempekerjakan anak di usia sekolah tidaklah
dibenarkan. Undang-undang Ketenagakerjaan pasal 68 menegaskan bahwa:
Pengusaha dilarang memperkerjakan anak dibawah umur, yang
berdasarkan ketentuan adalah anak yang usianya dibawah 18 tahun.
Ancaman bagi pengusaha atau perusahaan yang masih mempekerjakan
anak yang belum berusia 18 tahun adalah pidana penjara paling singkat 1
tahun dan paling lama 4 tahun dan/atau denda paling sedikit Rp. 100 juta
dan paling banyak Rp. 400 juta. Oleh karenanya mempekerjakan anak di
bawah umur bisa dipidana.

Kemudian bagaimana jika karena keadaan, anak di bawah umur harus tetap
bekerja? Pasal 69 telah memberikan ketentuan pengecualian yang membolehkannya
dengan syarat berusia 13 sampai dengan 15 tahun, waktu kerja tidak boleh lebih dari
3 jam, dilakukan pada siang hari, tidak mengganggu waktu sekolahnya, ada izin
5

tertulis dari orangtua atau walinya, ada perjanjian kerja dengan orangtua atau
walinya, dan diberikan upah sesuai aturan perundang-undangan.
Jika terpaksa harus mempekerjakan anak di bawah umur, maka tempat kerjanya
harus dipisahkan dengan tempat kerja pekerja yang sudah dewasa. Apakah ketentuan
ini berlaku juga bagi pengusaha kecil/petani yang memperkerjakan anak yang
merupakan bagian keluarganya untuk ikut membantu selepas pulang sekolahnya?
Pasal 69 ayat (3) memberikan pengecualian, bahwa anak yang bekerja pada usaha
keluarganya untuk sekedar membantu tidak diberlakukan ketentuan perundang-
udangan tersebut.
Dengan pemahaman ini kiranya para pemilik lahan dan orang untuk dapat lebih
selektif dalam menerima pekerja jika dikemudian hari tidak ingin dipersoalkan karena
telah memperkerjakan anak di bawah umur.
Upaya Sekolah Meminimalisir Tingkat Ketidakhadiran Siswa pada Saat Musim
Tanam Jagung di SMP Negeri 1 Woja, yaitu melakukan rapat koordinasi dengan
Komite sekolah, Dikpora, Kepolisian dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan
Wali Siswa
Upaya preventif dan terobosan baru yang komprehensif dilakukan oleh SMPN
1 Woja untuk memberikan pemahaman kepada orang tua dan siswa tentang
pentingnya memberikan kesempatan pada anak untuk hadir ke sekolah. Dikpora dan
pihak sekolah memberikan pemahaman kepada wali siswa tentang pentingnya
pendidikan dan sanksi administratif ketika orang tua mengabaikannya. Sedangkan
Kepolisian dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi memberikan pemahaman
kepada orang tua bahwa anak di bawah umur atau usia sekolah tidak boleh
dipekerjakan pada jam sekolah dan sanksi hukum yang akan diberikan kepada
masyarakat yang mempekerjakan anak di bawah umur atau usia sekolah.
Upaya ini diharapkan memberikan pemahaman yang komprehensif kepada
orang tua sehingga meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya pendidikan
bagi anaknya.
6

Memberikan bimbingan personal dan kelompok pada siswa ,Memberikan bimbingan


personal dan kelompok oleh semua elemen sekolah (Kepala Sekolah, Guru Mata
Pelajaran, Wali Kelas dan Guru BK). Hal ini dilakukan untuk memberikan
pemahaman sekaligus memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya hadir
ke sekolah, konsekuensi ketidak hadiran, serta pentingnya pendidikan dalam menata
masa depan.
Melakukan Home Visit Home visit dilakukan oleh wali kelas bekerja sama
dengan guru Bimbingan dan Konseling dalam memberikan pemahaman lanjutan
bilamana siswa meninggalkan sekolah selama 3 hari tanpa keterangan. Home Visit
atau kunjungan rumah dilakukan untuk mengetahui kondisi riil siswa dan orang tua
serta lingkungannya. Memberikan solusi yang bisa dilakukan serta penguatan secara
mental.
Memberikan Surat Teguran dan Peringatan kepada siswa dan orang tua Apabila
ketiga upaya tersebut di atas sudah di tempuh oleh pihak sekolah tidak memberikan
perubahan pada tingkat kehadiran siswa, maka sekolah memberikan surat pernyataan
yang bersifat teguran dan peringatan kepada siswa dan wali siswa. Hal ini sekolah
meminta komitmen tertulis kepada siswa dan orang tua untuk tidak mengulangi
pelanggaran tersebut dan siap menerima konsekuensi administratif sesuai aturan yang
berlaku.
Aturan Mempekerjakan Anak Usia Sekolah ,Undang-undang Ketenagakerjaan
pasal 68 menegaskan bahwa Pengusaha dilarang memperkerjakan anak dibawah
umur. Kemudian bagaimana jika karena keadaan, anak di bawah umur harus tetap
bekerja, ketentuan pengecualian yang membolehkannya dengan syarat berusia 13
sampai dengan 15 tahun, waktu kerja tidak boleh lebih dari 3 jam, dilakukan pada
siang hari, tidak mengganggu waktu sekolahnya, ada izin tertulis dari orangtua atau
walinya, ada perjanjian kerja dengan orangtua atau walinya, dan diberikan upah
sesuai aturan perundang-undangan. Jika terpaksa harus mempekerjakan anak di
bawah umur, maka tempat kerjanya harus dipisahkan dengan tempat kerja pekerja
yang sudah dewasa.
7

Upaya Sekolah Meminimalisir Tingkat Ketidakhadiran Siswa pada Saat Musim


Tanam Jagung di SMP Negeri 1 Woja yaitu: a) Melakukan rapat koordinasi dengan
Komite sekolah, Dikpora, Kepolisian dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan
Wali Siswa; b) Memberikan bimbingan personal dan kelompok pada siswa; 3)
Melakukan Home Visit dan 4) Memberikan Surat Teguran dan Peringatan kepada
siswa dan orang tua.
Diharapkan kepada pihak sekolah untuk membuat surat komitmen dan
kesanggupan orang tua dan siswa pada saat penerimaan siswa baru, sehingga
permasalahan tersebut dapat dicegah sedini mungkin.
Diharapkan kepada siswa dan wali siswa memegang teguh komitmen yang
disepakati dan menyadari pentingnya pendidikan bagi anak.

Anda mungkin juga menyukai