Anda di halaman 1dari 4

Nama : Adellia Ayu Paramitha

NPM : 2223011020
Program Studi : Magister Teknologi Pendidikan
Mata Kuliah : Kawasan Teknologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Karwono, M.Pd

Menanggapi RUU Sisdiknas :


Mengutip dari Kemendikbudristek, RUU Sisdiknas mengintregasikan dan mencabut tiga
undang undang pendidikan yaitu, UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta UU No 12 Tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi.
Pertama, Kemendikbudristek sudah mengusulkan wajib belajar yang tadinya 9 tahun
menjadi 12 tahun. Rencana itu tentu memungkinkan adanya kenaikan pendanaan oleh
pemerintah. Harapannya, pemerintah tetap bertanggung jawab serta komitmen untuk
menjamin akses pendidikan dengan pendanaan di sekolah negeri maupun swasta. Jangan
justru pemerintah mengurangi pendanaan dalam pendidikan atau malah menjadikan
lembaga pendidikan sebagai marketisasi. Karena ternyata RUU Sisdiknas Pasal 12
disebutkan bahwa mewajibkan orang tua untuk membiayai pendidikan tersebut, yang
dimana bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 31 yang menyebutkan bahwa setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. RUU
Sisdiknas pasal 80 menyebutkan bahwa pemerintah hanya membiayai jenis pembiayaan
dasar. Di dalam RUU sendiri tidak dijelaskan mengenai komponen pembiayaan dasar
mana yang dimaksud. Kenapa RUU ini malah menjadi kemunduran, karna sudah
semestinya sebuah pendidikan, yang menjadi salah satu faktor pembangun negara
menjadi tanggung jawab pemerintah.
Kemudian, hal yang saya temukan, hilangnya pasal yang mengatur keberadaan Dewan
Pendidikan (DP) dan Komite Sekolah (KS) yang merupakan representasi dari publik.
Jika memang keberadaannya kurang efektif, lebih baik dirumuskan kembali agar lebih
efektif daripada dibubarkan. Jika KS dan DP dihilangkan, berati hilang wadah untuk
menampung aspirasi publik.
Kedua, sebelumnya pasal Tunjangan Profesi Guru masih tercantum dalam draft RUU
yang dipublikasikan pada April 2022. Tapi, pada RUU Sisdiknas terbaru yang rilis
Agustus 2022, pasal tunjangan profesi guru menghilang. Dalam pasal 105 huruf a-h yang
memuat hak guru atau pendidik, tidak satupun ditemukan kalimat “hak guru
mendapatkan tunjangan profesi guru”. Pasal itu hanya berbunyi “hak
penghasilan/pengupahan dan jaminan sosial”. Berbanding terbalik dengan UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam UU Guru dan Dosen pemerintah secara
jelas mencantumkan pasal mengenai Tunjangan Profesi Guru, yaitu di pasal 16 Ayat 1,2,
dan 3. RUU ini megkhawatirkan kesejahteraan guru di Indonesia. Karna sudah septutnya
tenaga pendidik, yang berjuang mencerdaskan generasi penerus bangsa, mendapatkan
kehidupan yang layak dan sejahtera.

1. Mengapa Produk Lembaga Pendidikan belum bisa memenuhi harapan


masyarakat?
Menanggapi gambar yang disajikan. Menurut pendapat saya hal hal tersebut dapat terjadi
karena beberapa faktor yang pertama, beberapa lembaga pendidikan di Indonesia lebih
mengutamakan dan fokus pada ranah kognitif saja padahal, disamping ranah kognitif ada
pendidikan yang tak kalah penting yaitu pendidikan karakter. Pendidikan karakter
merupakan suatu usaha sadar, terencana, dan terarah melalui lingkungan pembelajaran
untuk mendidik seluruh potensi manusia yang memiliki watak berkepribadian baik,
bermoral-berakhlak, sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri
dan lingkungannya. Tujuan dari pendidikan karakter sendiri yaitu untuk mengembangkan
potensi seseorang agar dapat menjalani kehidupannya dengan bersikap baik serta
membentuk karakter agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia, bermoral, tangguh,
berprilaku baik dan toleran. Pendidikan yang holistik adalah pendidikan yang
menyeluruh, bukan hanya memajukan otak, tetapi juga mental.
Hari ini, di negara kita lebih disilaukan dengan kecerdasan yang diukur dengan angka.
Nilai angka menjadi tolak ukur untuk menentukan bodoh atau pintarnya seseorang.
Seolah olah menjadi satu satunya fokus dan tujuan. Maka tidak jarang seseorang hanya
mengejar nilai angka yang tinggi untuk sebuah pengakuan. Mengesampinkan nilai nilai
baik universal seperti kejujuran, tanggung jawab, menghormati perbedaan, serta
toleransi. Semaju apapun teknologinya, jika karakter bangsa ini tidak sama sama kita
bangun atau perjuangkan untuk diperbaiki, maka di masa yang akan datang kemajuan
yang akan dicapai tidak akan maksmial. Karna karakter dan jiwa bangsa merupakan
aspek yang berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan karakter tidak dapat berubah dalam waktu yang singkat, membutuhkan waktu
yang panjang, oleh karena itu pendidikan karakter harus dilakukan menyeluruh dan
berkelanjutan. Terbentuknya karakter yang baik tidak dapat maksmial apabila hanya
lembaga pendidikan yang berusaha, tentu perlu kerjasama dari keluarga dan lingkungan.
Oleh karena itu penting juga bagi lembaga pendidikan untuk memberi pemahaman
kepada keluarga agar kerjasama dapat terlaksana dengan baik. Dalam kehidupan sehari
hari mereka juga membutuhkan contoh atau role model dari keluarga dan lingkungan
yang sepadan. Begitupun di sekolah, guru harus bisa menjadi role model untuk siswanya.

2. Apakah ada yang salah dengan sistem pendidikan kita?


Sistem adalah komponen untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan sistem pendidikan
merupakan strategi yang digunakan dalam proses belajar mengajar supaya peserta didik
dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.
Berbicara tentang sistem pendidikan ternyata sejauh ini pendidikan belum benar benar
memenuhi harapan masyarakat. Harapan masyarakat melalui pendidikan, negara kita
dapat maju, berkembang dari segala aspek. Kekhawatiran mendasar masyarakat yang
saat ini masih sulit dan akan terus diperjuangkan adalah tentang karakter bangsa, seperti
yang sudah saya cantumkan di atas. Ketika pendidikan di negara ini belum dapat
memenuhi harapan masyarakat, masih menimbulkan banyak kekhawatiran dan masalah,
maka sistem pendidikan di negara ini perlu dipertanyakan.
Beberapa hal yang menurut saya kurang tepat :
Pertama, pendidikan karakter yang belum benar benar dijadikan fokus, sikap hanya
sebuah draft ceklis di dalam rpp tapi pada kenyataannya dalam lembaga pendidikan lebih
mengutamakan ranah kognitif. Semua pencapaian hanya dilihat dari ranah kognitif yang
dinilai dengan angka. Padahal, karakter, sikap tak kalah penting dari pengetahuan
akademis.
Kedua, posisi pengambilan kebijakan yang tidak diisi oleh orang dengan background
pendidikan, membuat kualitas orang orang pendidikan kurang mumpuni menempati
posisi itu. Banyak yang mengelola sistem pendidikan backgroundnya bukan berasal dari
pendidikan, sehingga kebijakan yang diambil tidak sedikit bukan dilihat dari sudut
pandang pendidikan.
Ketiga, gaji guru yang tergolong sangat kecil. Dengan begitu akan banyak orang dengan
kemampuan tinggi dan berbakat menjadikan guru profesi yang diinginkan.
Keempat, pelatihan bagi guru yang kurang. Tidak semua guru dapat mengajar dengan
baik dan benar. Karena itu perlunya pelatihan guru terus menerus agar kualitas guru
semakin meningkat dan terus terupgrade kemampuannya.
Kelima, pendidikan yang baik akan maksimal jika lembaga pendidikan, orang tua, dan
lingkungan dapat bekerjasama. Orang tua harus senantiasa diingatkan bahwa tanggung
jawab atas pendidikan tidak hanya di lingkungan sekolah saja. Orang tua harus juga
dibekli bagaimana cara mendidik yang baik.

3. Upaya apa yang dapat dilakukan agar pendidikan sesuai dengan harapan
masyarakat?
Upaya yang dapat kita lakukan
Pertama, pendidikan tentang karakter diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Di lembaga formal maupun non formal. Sering menanamkan,
mendoktrin, mempraktekkan, dan mendiskusikan bagaimana karakter dan sikap yang
baik di masyarakat melalui lembaga formal mapun non formal. Tenaga pendidik jangan
lupa untuk selalu mengintegrasikan pendidikan karakter di seluruh mata pelajaran. Kita
bisa mencontoh dari Jepang yang memiliki budaya yang sangat baik, dimana pendidikan
dasar hanya diajarkan dan ditanamkan pendidikan karakter saja, tidak ada menulis, tidak
ada berhitung, dan menghafal. Lebih kepada praktek dan diskusi.
Kedua, berhubungan dengan yang pertama, kerjasama yang baik anatara lembaga
pendidikan dengan orang tua. Orang tua harus diberi pemahaman dan selalu diingatkan
untuk membimbing anak anaknya juga di rumah. Karena keluarga juga memegang peran
penting dalam mengajarkan karakter, terutama ibu.
Ketiga, peningkatan gaji guru, membuat orang berkompeten mempunyai kemampuan
yang tinggi banyak yang ingin menjadi guru. Sehingga kualitas pendidikan dapat
menjadi lebih baik. Jika gaji masih sangat kecil, profesi guru bisa menjadi pilihan
terakhir karna dianggap tidak dapat mensejahterakan.
Keempat, pelatihan guru yang terus menurus, dengan tujuan meningkatkan kualitas
tenaga pendidik.
Kelima, sistem pendidikan dibuat dengan orang orang dengan background pendidikan,
sehingga lebih faham dalam pengambilan keputuan terutama menyusun sistem
pendidikan. Menyusun sistem pendidikan dapat dilihat dari sudut pandang pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai