Anda di halaman 1dari 6

IJGC 5 (1) (2016)

Indonesian Journal of Guidance and Counseling:


Theory and Application
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk

FAKTOR PENGHAMBAT PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN SISWA KELAS IX


SMP NEGERI 1 CLUWAK

Ayu Isworo Widiawati , Ninik Setyowani

Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Negeri Semarang, Indo-
nesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Temuan fenomena di lapangan melalui observasi dengan DCM dan wawancara
Diterima Januari 2016 dengan Guru BK adalah adanya hambatan dalam pemilihan sekolah lanjutan pada
Disetujui Februari 2016 siswa dari dalam diri maupun luar. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor
Dipublikasikan Maret 2016
internal dan faktor eksternal yang menghambat pemilihan sekolah lanjutan pada
Keywords: siswa kelas IX SMP Negeri 1 Cluwak Pati tahun ajaran 2015/2016. Jenis penelitian
inhibiting factors, adalah penelitian survey. Untuk populasi pada penelitian ini adalah semua siswa
the selection of secondary kelas IX yaitu sejumlah 288 siswa. Sampel 25% yaitu 72 siswa, dan instrumen pen-
school, gumpulan data merupakan skala psikologis pemilihan sekolah lanjutan. Analisis
junior high school class IX data yang digunakan adalah deskriptif presentase. Hasil yang ditemukan bahwa
faktor internal yang menghambat pemilihan sekolah lanjutan pada siswa kelas IX
sebesar 65,35%, sedangkan faktor eksternal yang menghambat pemilihan sekolah
lanjutan pada siswa kelas IX sebesar 64,58%. Simpulannya adalah siswa memiliki
hambatan paling tinggi pada kedua faktor kondisi fisik dan kondisi teman. Saran
yang diajukan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan layanan
terkait dengan bidang karier kepada siswa.

Abstract
Findings phenomena through field observations with DCM and interviews with
Counselor is the existence of barriers in the selection of secondary school students
of the inside and outside. The aim of research to determine the internal and ex-
ternal factors that inhibit the selection of secondary school students of class IX in
Junior High School 1 Cluwak Pati academic year 2015/2016. This type of research
is a survey research. For the population in this study were all students of class IX,
namely a number of 288 students. Samples of 25% which is 72 students, and the
data collection instruments constitute the psychological scale election of school.
Analysis of the data used is descriptive percentage. Results found that the internal
factors that inhibit the selection of secondary school students of class IX amounted
to 65.35%, while external factors that inhibit the selection of secondary school stu-
dents of class IX amounted to 64.58%. The conclusion is that students have the
highest barriers on both factors of physical condition and the condition of a friend.
Suggestions put forward can be taken into consideration in providing services re-
lated to the field of career to students.
© 2016 Universitas Negeri Semarang

ISSN 2252-6374

Alamat korespondensi:
Gedung A2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229
E-mail: ayuiswaraw@gmail.com.
40 Ayu Isworo Widiawati dan Ninik Setyowani/ Indonesian Journal of Guidance and Counseling 5 (1) (2016)

PENDAHULUAN siswa masih dalam masa perkembangan. Hal ini


sejalan dengan dengan pendapat Winkel (2004)
Sekolah menengah atas dan sekolah yaitu “Individu harus melewati tahap perkem-
menengah kejuruan merupakan sekolah me- bangan yang meliputi jangka waktu yang lama
nengah lanjutan yang akan ditempuh siswa untuk menetap pada satu karier tertentu”. Per-
setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama kembangan diri dan pengetahuan tentang karier
(SMP). Dalam hal memilih sekolah lanjutan sangat dibutuhkan siswa dalam pemilihan karier,
setelah lulus dari SMP tidak lantas mudah, karena informasi dunia kerja sangat mendukung
karena beberapa hal dari salah memilih sekolah dalam pemilihan karier siswa ini. Hal tersebut
lanjutan dapat berakibat tidak baik pada proses didukung oleh Super dalam Purwandari (2009)
belajar siswa dan dapat menghambat karier anak yang menjelaskan bahwa “individu dikatakan
di masa depan. Dengan mengetahui pentingnya matang atau siap untuk membuat keputusan
peran sekolah bagi perkembangan kepribadian, karier jika pengetahuan yang dimilikinya untuk
intelektual, sosial dan karier, maka siswa harus membuat keputusan karier didukung oleh infor-
memilih sekolah yang tepat dan sesuai dengan masi yang kuat mengenai pekerjaan berdasarkan
cita-cita. eksplorasi yang telah dilakukan”. Siswa perlu
Dalam tahap perkembangan karier me- mengerti dan memahami tugas perkembangan
nurut Super dalam Winkel (2004) ialah “remaja remaja, serta pemilihan karier bagi siswa didu-
mengalami fase eksplorasi (exploration) di mana kung oleh pengetahuan serta informasi mengenai
individu memikirkan berbagai alternatif jabatan, jenis karier yang diperoleh dari sekolah, karena
tetapi belum mengambil keputusan yang men- sekolah memberikan peran penting bagi perkem-
gikat”. Dari pendapat tersebut dapat menjadi bangan diri serta prestasi siswa. Informasi yang
penguat bahwa sesungguhnya siswa mulai me- cukup dalam memutuskan pilihan agar apa yang
mikirkan tentang pemilihan sekolah lanjutan, te- menjadi harapan siswa dapat tercapai.
tapi belum memikirkan sekolah mana yang akan Menurut Ginzberg dkk dalam Santrock
menjadi pilihannya. (2002) perkembangan individu dalam proses pi-
Dalam tahap pemilihan kariernya siswa lihan karier mencakup tiga fase, yaitu: (1) Tahap
mendapat pengaruh dan bisa mendapatkan ham- Fantasi: 0 – 11 tahun (masa Sekolah Dasar), (2)
batan oleh beberapa faktor. Menurut Super dalam Tahap Tentatif: 12-18 tahun (masa Sekolah Me-
Winkel (2004) bahwa “perkembangan jabatan itu nengah), (3) Tahap Realistik: 19-25 tahun (masa
dipandang sebagai suatu proses yang mencakup Perguruan Tinggi). Ginzberg dalam Winkel
banyak faktor, faktor tersebut untuk sebagian (2004) mengatakan tugas perkembangan siswa
terdapat pada individu sendiri dan sebagian ter- usia sekolah menengah meliputi “tahap tentatif,
dapat dalam lingkungan hidupnya”. Agar tidak yaitu dibagi menjadi empat sub tahap, yakni: (1)
mengalami banyak kesulitan dalam proses pemi- sub tahap minat (interest); (2) sub tahap kapasitas
lihan sekolah lanjutan baik itu di Sekolah Menen- (capacity); (3) sub tahap nilai (values) dan (4) sub
gah Atas dan Kejuruan serta pertimbangan lain- tahap transisi (transition)”.
nya, maka perlu memperhatikan berbagai faktor Jadi pada tahap tentatif anak mulai meny-
yang menjadi penghambatnya diantaranya faktor adari bahwa mereka memiliki minat dan kemam-
internal dan faktor eksternal. puan yang berbeda satu sama lain. Sedangkan
Sekolah memberikan suasana untuk men- pada sub kapasitas dan kemampuan anak mulai
gembangkan diri sehubungan prestasi dan karier, melakukan kegiatan didasarkan pada kemampu-
hal ini didukung oleh pendapat Santrock (2003) an masing-masing, disamping minat dan kesu-
bahwa “sekolah memberikan pengaruh yang kaannya. Selanjutnya pada sub tahap nilai anak
kuat dalam pemilihan karier individu”. Dengan sudah bisa membedakan mana kegiatan atau pe-
adanya pengaruh dari sekolah, siswa mendapat kerjaan yang dihargai oleh masyarakat, dan mana
pembelajaran tentang karier yang tepat sesu- yang kurang dihargai. Pada masa remaja pilihan
ai dengan prestasi yang dicapai. Pada dasarnya karier orang mengalami perkembangan. Awal-
prestasi dan perkembangan diri erat kaitannya nya pertimbangan karier itu hanya berdasarkan
dengan tujuan siswa di masa depan. Sekolah me- kesenangan, ketertarikan atau minat, sedangkan
rupakan tempat di mana siswa mengalami per- faktor-faktor lain tidak dipertimbangkan. Meny-
kembangan diri. adari bahwa minat saja tidaklah cukup, sehingga
Namun siswa tidak lantas mudah menen- anak mulai menanyakan kepada diri sendiri apa-
tukan tujuan kariernya, hal tersebut dikarenakan kah dia memiliki kemampuan melakukan suatu
41 Ayu Isworo Widiawati dan Ninik Setyowani/ Indonesian Journal of Guidance and Counseling 5 (1) (2016)

pekerjaan, dan apakah kemmpuannya itu cocok merupakan salah satu hal yang sangat penting di-
dengan minatnya. karenakan pilihan sekolah akan mempengaruhi
Menurut Havigurst dalam Yusuf (2009) pendidikan dan masa depan.
tugas-tugas perkembangan adalah “A developmen- Setiap remaja khususnya siswa SMP Ne-
tal task is a task which arises at or about a certain peri- geri 1 Cluwak Pati seharusnya memiliki kemam-
od in the life of the individual, successful achievement puan diri dalam mengetahui bakat dan minat me-
of which leads to his happiness and to success with later reka yang positif, dan pada kondisi yang terdapat
task, while failure leads to unhappiness in the indivi- di lapangan dijumpai secara keseluruhan siswa
dual, disapproval by society, and difficulty with later sudah memiliki minat pada suatu bidang. Feno-
task.” (Tugas perkembangan merupakan suatu mena yang diperoleh oleh peneliti selama obser-
tugas yang muncul pada periode tertentu dalam vasi melalui DCM pada siswa kelas VIII dipe-
rentang kehidupan individu, yang apabila tugas roleh hasil bahwa 33% siswa ingin melanjutkan
itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa ke- sekolah tetapi tidak punya biaya, 36% siswa sulit
bahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan menetapkan pilihan sekolah lanjutan, 15% siswa
tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka merasa takut di masa depan tidak dapat berdiri
akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri sendiri, dan 16% siswa mengalami kekhawatiran
individu yang bersangkutan, menimbulkan peno- tidak dapat diterima di sekolah lanjutan yang ber-
lakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam kualitas baik.
tugas-tugas berikutnya). Dari hasil observasi melalui DCM tersebut
Siswa sekolah menengah merupakan masa dapat diketahui bahwa secara keseluruhan siswa
remaja di mana dalam masa ini terjadi pening- mengalami permasalahan dalam pemilihan seko-
katan dalam suatu pemilihan. Hal tersebut diwu- lah lanjut dari aspek biaya, tentu saja biaya me-
judkan dalam proses pembentukan orientasi, rupakan aspek penting dalam menempuh studi.
minat, dan rencana masa depan individu. Dalam Jika tidak memiliki biaya, hal ini dapat menjadi
hal ini, “siswa mulai merencanakan keputusan- permasalahan yang dapat mengganggu kehidu-
keputusan tentang masa depan” (Desmita, 2009). pan sehari-hari siswa. Selain itu siswa juga men-
Oleh sebab itu, untuk mempersiapkan diri dalam galami kesulitan dalam menentukan pilihan se-
menghadapi pemilihan karier menjadi hal pen- kolah lanjut serta mengalami kekhawatiran tidak
ting, terutama bagi siswa SMP di mana akan di- diterima di sekolah lanjut yang memiliki kualitas
hadapkan pada pilihan sekolah lanjutan.Namun baik. Sekolah lanjutan sangat penting, jadi apabi-
pada kenyataannya di lapangan, memilih seko- la kualitasnya kurang baik maka siswa menjadi
lah lanjutan yang tepat setelah lulus dari jenjang khawatir karena hal ini menyangkut masa depan.
SMP merupakan keadaan yang tidak mudah bagi Siswa merasa takut tidak bisa berdiri sendiri, hal
para siswa yang masih dalam kategori remaja. ini dapat diakibatkan karena ketakutan siswa ti-
Keadaan tersebut dipengaruhi oleh pemahaman dak mendapat dukungan dari pihak-pihak terkait
siswa tentang sekolah lanjutan belum terarah dan dan orang terdekat.
sangat bergantung pada pihak luar, yaitu teman, Selain itu peneliti selama melakukan wa-
konselor, dan harapan orang tua. “Ada tiga faktor wancara dengan Guru BK di sekolah pada semes-
penghambat dalam pemilihan karir yaitu keluar- ter gasal tahun 2014, secara keseluruhan siswa
ga, kelompok sebaya, dan masyarakat” (Supriyo, kelas VIII SMP Negeri 1 Cluwak ingin melanjut-
2008). kan sekolah setelah lulus dari SMP. Siswa meni-
Dalam penelitian Purwandari (2009) yang lai diri mereka sudah mengetahui minat mereka
berfokus pada faktor internal yang mempengaru- pada sekolah lanjutan, namun sebenarnya faktor
hi kematangan vokasional siswa kelas XII SMA minat saja tidak cukup dalam mengambil kepu-
menyatakan bahwa masih banyak siswa yang tusan untuk memilih studi lanjut dan kariernya.
mengalami kesulitan untuk menentukan studi Penentuan dan pemilihan karier untuk anak usia
lanjut berdasarkan pemahaman yang tepat ten- pubertas ini tentunya masih memiliki beberapa
tang kualitas diri dan informasi sekolah lanjutan. kesulitan karena emosi yang masih labil. Untuk
Fenomena yang terjadi pada siswa yang pemiki- menentukan pemilihan sekolah lanjutan, siswa ti-
rannya masih labil dan mudah dipengaruhi oleh dak hanya mengandalkan minat saja, hal ini juga
lingkungan sehingga tanpa sadar mereka tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tentunya
memperhatikan kemampuan diri mereka sen- ada di lingkungan sekitar siswa.
diri. Madikhatun dalam Jurnal Informatika Vol Munandir (1996) menyebutkan teori pen-
5 No. 1 Januari 2011 mengungkapkan pengam- gambilan keputusan karir oleh Krumboltz meli-
bilan keputusan dalam bidang pendidikan yaitu puti empat kategori faktor yang mempengaruhi
memilih sekolah yang tepat. Pemilihan sekolah keputusan karir seseorang, yaitu faktor genetik,
42 Ayu Isworo Widiawati dan Ninik Setyowani/ Indonesian Journal of Guidance and Counseling 5 (1) (2016)

kondisi lingkungan, belajar dan keterampilan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


menghadapi tugas. Karier bagi siswa sekolah me-
nengah adalah menentukan pilihan sekolah lanju- Berdasarkan hasil yang didapat oleh pene-
tan. Dalam memilih sekolah lanjutan, siswa perlu liti di lapangan, berikut akan dipaparkan dengan
mengetahui dan memahami potensi yang dimi- tabel hasil analisis deskriptif secara keseluruhan
liki serta pengetahuan tentang jurusan pada stu- mengenai faktor-faktor penghambat dalam pemi-
di lanjut yang akan mempengaruhi siswa dalam lihan sekolah lanjutan yang mengacu pada tujuan
mengambil keputusan tersebut. penelitian yaitu untuk mengetahui faktor internal
Apabila siswa tidak mengetahui pemilihan dan eksternal yang menghambat pemilihan seko-
kariernya dengan baik, mereka tidak mempuny- lah lanjutan pada siswa kelas IX SMP Negeri 1
ai gambaran tentang karier apa yang akan me- Cluwak Pati.(lihat tabel 1)
reka pilih di masa depan, sehingga hal ini akan Setelah memperoleh hasil penelitian, maka
menimbulkan kecemasan dalam diri yang dapat peneliti akan membahas dengan lebih dalam ha-
menghambat keberhasilannya. Dengan men- sil penelitian dengan teori yang telah menjadi
genal faktor-faktor tersebut nantinya bisa men- rujukan tentang faktor-faktor penghambat dalam
getahui aspek-aspek hambatan yang terjadi pada pemilihan sekolah lanjutan pada siswa kelas IX
siswa dalam perkembangan karier, selain itu sis- . Dari data diatas dapat diketahui bahwa faktor
wa dapat mengetahui penyelesaian dari masalah kondisi fisik yang menghambat pemilihan seko-
tersebut yang menyangkut pemilihan sekolah lan- lah lanjutan yaitu aspek penampilan dan jenis
jutan.Tujuan dari penelitian ini adalah mengeta- kelamin. Siswa merasa bahwa penampilan dan
hui faktor internal dan eksternal yang mengham- postur tubuhnya tersebut menghambat dalam
bat pemilihan sekolah lanjutan pada siswa kelas pemilihan karier utamanya sekolah lanjutan. Se-
IX SMP Negeri 1 Cluwak Pati. kolah lanjutan merupakan salah satu pemilihan
karier, dan pada beberapa jurusan di sekolah lan-
METODE PENELITIAN jutan terdapat syarat tinggi dan berat badan. Oleh
sebab itulah beberapa siswa terhambat dalam me-
Dalam penelitian ini, digunakan jenis milih sekolah lanjut karena faktor ini.
penelitian survey. Dan skala psikologis digunakan Selain penampilan dan postur tubuh, as-
guna mengumpulkan data, sedangkan desain pek jenis kelamin dengan butir pernyataan jenis
penelitian adalah penelitian kuantitatif. Di dalam kelamin tidak sesuai dengan bakat minat. Ar-
penelitian ini, terdapat 1 variabel yakni faktor tinya siswa mengalami hambatan dalam menen-
penghambat pemilihan sekolah lanjutan. Untuk tukan pemilihan sekolah lanjutan dikarenakan
populasi, seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 1 jenis kelamin laki-laki atau perempuan yang ti-
Cluwak yaitu sebanyak 288 siswa, dan sampelnya dak sesuai dengan bakat dan minat.. Jadi yang
siswa kelas IX sebanyak 72 siswa. Teknik pen- menjadi hambatan dari jenis kelamin pada siswa
gambilan sampel yang digunakan adalah simple adalah kekhawatirannya sendiri tentang faktor
random sampling. Uji validitas serta reliabilitas di- tersebut. Oleh sebab itulah beberapa siswa men-
lakukan guna mengetahui apakah skala psikolo- galami hambatan dalam menentukan pilihan se-
gis yang akan digunakan dalam penelitian sudah kolah lanjutan karena faktor ini.
memenuhi kriteria valid atau reliabel. Di dalam Kondisi psikis yang dapat menjadi ham-
penelitian ini digunakan Rumus Product Moment batan dalam pemilihan sekolah lanjutan adalah
dan Rumus Alpha untuk mengetahui validitas dan taraf inteligensi, bakat, pengetahuan, serta mo-
reliablitas skala psikologis. Untuk teknik analisis tivasi diri. Dalam aspek taraf inteligensi siswa
data, digunakan teknik analisis deskriptif. mengalami hambatan dalam menentukan pemi-

Tabel 1. faktor-faktor penghambat dalam pemilihan sekolah lanjutan


No. Indikator Presentase Kriteria Rata-rata
1 Kondisi Fisik 66,55% Sedang
65,35%
2 Kondisi Psikis 64,16% Sedang
3 Kondisi Keluarga 64,91% Sedang
4 Kondisi Sekolah 63,65% Sedang
64,58%
5 Kondisi Teman 65,72% Sedang
6 Kondisi Masyarakat 64,06% Sedang
43 Ayu Isworo Widiawati dan Ninik Setyowani/ Indonesian Journal of Guidance and Counseling 5 (1) (2016)

lihan sekolah lanjutan dikarenakan siswa belum kan pemilihan karier siswa terhambat. Hal ini
mengetahui mata pelajaran yang penting untuk dipengaruhi oleh orang tua siswa yang tinggal
dipelajari, yang tentunya berkaitan dengan studi jauh dari siswa karena mayoritas orang tua siswa
lanjut yang nantinya akan dipilih. Hal tersebut merantau untuk bekerja. Oleh sebab itulah hara-
yang menjadi hambatan bagi siswa hingga sam- pan orang tua kepada anak dan harapan anak ke-
pai saat ini masih mengalami kebingungan dalam pada orang tua belum tersampaikan dengan baik
menentukan pilihan sekolah lanjutan. melihat mereka tidak tinggal bersama.
Selain itu bakat merupakan faktor yang Kondisi sekolah yang menjadi hambatan
berperan besar dalam pemilihan sekolah lanjutan dalam pemilihan sekolah lanjutan adalah pendi-
pada siswa. Apabila siswa sudah mempunyai pe- dikan di sekolah dan peran konselor sekolah. Dari
milihan karier yang sejalan dengan bakat dan mi- faktor penghambat dalam pemilihan sekolah lan-
nat, maka siswa akan mempunyai keyakinan da- jutan pada siswa dalam aspek pendidikan sekolah
lam diri. Sebaliknya, apabila siswa belum dapat siswa mengalami hambatan dalam menentukan
menentukan pilihan pekerjaan atau karier yang pemilihan sekolah lanjutan dikarenakan siswa
sejalan dengan bakat dan minat, siswa akan men- tidak memiliki kemajuan nilai mata pelajaran da-
galami kebingungan sehingga muncul keraguan. lam proses pendidikannya di sekolah. Mengingat
Selanjutnya aspek pengetahuan ditemukan pelajaran merupakan aspek penting dalam pendi-
siswa mengalami hambatan dalam menentukan dikan dan sangat mempengaruhi yang akan dite-
pemilihan sekolah lanjutan dikarenakan minim- kuni nantinya.
nya pengetahuan tentang diri sendiri dan hal-hal Jika siswa tidak mempelajari mata pe-
yang penting bagi diri sendiri. Hal tersebut juga lajaran dengan baik, hal ini merupakan faktor
dapat disebabkan karena kurangnya keyakinan penghambat yang akan mempersulit siswa dalam
dalam diri sehingga muncul keraguan dalam diri. memilih sekolah lanjutan yang berkaitan dengan
Namun memang mengetahui diri sendiri meru- mata pelajaran tertentu. Dalam perannya, kon-
pakan hal yang tidak mudah, diperlukan waktu selor sudah sesuai dengan apa yang seharusnya,
yang cukup lama. Terakhir adalah aspek motivasi namun siswa memiliki hambatan dari dirinya
diri, jika siswa tidak dapat memotivasi diri sendi- sendiri yang masih belum bisa menentukan pili-
ri, bagaimana bisa siswa mencapai tujuan dalam han sekolah lanjutan meskipun sudah mendapat-
hidupnya. kan bimbingan karier. Hal ini dapat menjadi ma-
Hal ini yang menjadi salah satu faktor sukan untuk konselor utamanya di SMP Negeri
penghambat dalam menentukan pilihan sekolah 1 Cluwak untuk memaksimalkan layanan bim-
lanjutan, karena siswa tidak mampu mendorong bingan karier agar siswa tidak banyak mengalami
dirinya sendiri untuk mencapai tujuannya. Dari hambatan dalam menentukan kariernya.
hasil penelitian diperoleh faktor penghambat in- Faktor penghambat dalam pemilihan seko-
ternal dengan kondisi fisik yang menghambat lah lanjutan pada siswa kelas IX deskriptor teman
pemilihan sekolah lanjutan yaitu aspek penampi- yaitu pada butir pernyataan pemilihan sekolah
lan dan jenis kelamin. Sedangkan kondisi psikis lanjutan yang siswa inginkan karena pengaruh
adalah taraf inteligensi, bakat, pengetahuan, dan dari teman peran teman juga memiliki pengaruh
motivasi diri yang menjadi aspek-aspek peng- besar terhadap pemilihan sekolah lanjutan. Siswa
hambat dalam pemilihan sekolah lanjutan pada yang dikategorikan remaja masih labil dalam me-
siswa kelas IX SMP Negeri 1 Cluwak. nentukan pemilihan sekolah lanjutan karena se-
Kondisi keluarga yang menjadi hambatan ring mengikuti pilihan teman-teman mereka, dan
dalam pemilihan sekolah lanjutan adalah status cenderung ragu terhadap pilihannya sendiri. Dari
sosial ekonomi, pendapatan orang tua, dan eks- aspek masyarakat tidak mengalami banyak ham-
pektasi keluarga. Siswa mengalami hambatan batan karena di lingkungan masyarakat siswa ti-
dalam menentukan pemilihan sekolah lanjutan dak banyak bergaul dengan masyarakat sekitar.
dikarenakan kondisi ekonomi keluarga yang Hal demikian dikarenakan siswa yang ter-
menjadi pertimbangan dan pesimis karena orang golong masih remaja lebih memilih untuk menu-
tua tidak mampu. Selain itu siswa mengalami tup diri dari masyarakat, karena tidak setiap sifat-
hambatan dalam menentukan pemilihan sekolah sifat dan nilai-nilai di masyarakat cocok dengan
lanjutan dikarenakan siswa tidak mendapatkan masing-masing individu. Selain itu, siswa juga
dukungan dari orang tua dan keluarganya untuk merasa malu dan tidak mampu bergaul di ma-
memilih sekolah lanjutan yang diinginkan. syarakat luas, karena mereka takut salah dalam
Hasil yang diperoleh di lapangan menun- bertutur kata atau bersikap. Bagi remaja bersosi-
jukkan bahwa orang tua tidak memberikan du- alisasi pada masyarakat dengan macam-macam
kungan kepada anaknya sehingga mengakibat- golongan bukanlah hal yang mudah, apalagi
44 Ayu Isworo Widiawati dan Ninik Setyowani/ Indonesian Journal of Guidance and Counseling 5 (1) (2016)

berdiskusi mengenai dunia pekerjaan. Oleh se- DAFTAR PUSTAKA


bab itulah aspek masyarakat tidak menghambat
dalam pemilihan sekolah lanjutan. Berdasarkan Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
hasil penelitian tentang faktor internal dan eks- Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Madikhatun Y, Uyun S. 2011. Model Rekomendasi Ber-
ternal, dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua
basis Fuzzy Untuk Pemilihan Sekolah Lanjutan
faktor tersebut sama-sama menghambat pemili- Tingkat Atas Vol. 5 No. 1. Yogyakarta: Fakultas
han sekolah lanjutan pada siswa kelas IX SMP Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Negeri1 Cluwak Pati. Sunan Kalijaga.
Seharusnya siswa kelas IX sudah memiliki Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah.
kemampuan untuk menentukan sekolah lanjutan Jakarta: Depdiknas.
mana yang akan dimasuki setelah lulus dari SMP, Purwandari, Ari. 2009. Kematangan Vokasional Pada
akan tetapi pada kenyataannya siswa menghada- Siswa Kelas XII di SMA Negeri 1 Klaten Ditinjau
pi permasalahan yaitu kesulitan dalam memilih Dari Keyakinan Diri Akademik dan Jenis Kelas.
Artikelpdf. Semarang: Universitas Diponegoro.
sekolah lanjutan. Masalah tersebut dipengaruhi
Santrock, John. W. 2002. Life-Span Development :
oleh kebingungan siswa dalam menentukan pe- Perkembangan Masa Hidup. Edisi kelima. Diter-
milihan sekolah, selain itu beberapa faktor juga jemahkan oleh: Juda Damanik, Achmad Chu-
menghambat pemilihan sekolah lanjutan mere- sairi. Jakarta: Erlangga.
ka. Oleh karena itu dengan survei deskriptif ini Santrock, J. W. 2003. Adolescence: Perkembangan Rema-
peneliti ingin mengetahui tentang faktor-faktor ja. Alih bahasa Shinto B Adelar dan Sherly
penghambat dalam pemilihan sekolah lanjutan Saragih. Jakarta: Erlangga.
siswa kelas IX SMP Negeri 1 Cluwak sehingga Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan dan Konseling.
dapat diperoleh gambaran sesungguhnya tentang Semarang: CV. Nieuw Setapak.
Winkel, WS dan MM. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan
faktor-faktor yang menghambat dalam pemilihan
Konseling di Institutusi Pendidikan. Yogyakarta:
sekolah lanjutan siswa. Media Abadi.
Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan
SIMPULAN Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Faktor internal yang menjadi penghambat


dalam pemilihan sekolah lanjutan siswa adalah
faktor kondisi fisik dan kondisi psikis, dengan
kondisi fisik lebih tinggi dalam menghambat pe-
milihan sekolah lanjutan. Faktor eksternal yang
menjadi penghambat dalam pemilihan sekolah
lanjutan pada siswa adalah faktor kondisi keluar-
ga, kondisi sekolah, dan kondisi teman, dan kon-
disi masyarakat. Apabila melihat pada indikator,
kondisi teman merupakan faktor eksternal yang
paling tinggi menghambat pemilihan sekolah lan-
jutan siswa.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat


Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesai-
kan artikel ini. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada: (1) Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum,
Rektor Universitas Negeri Semarang, (2) Prof.
Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan FIP UNNES, (3)
Dr. Awalya, M. Pd., Kons., Dosen Penguji Skrip-
si dan Manuskrip, (4) Kepala SMP Negeri 1 Clu-
wak, (5) Guru BK SMP Negeri 1 Cluwak, dan (6)
Pihak-pihak yang telah memberi masukan untuk
kesempurnaan artikel ini.

Anda mungkin juga menyukai