Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PSIKOLOGI DASAR : PENDIDIKAN

Oleh;

Nama : Fransisia S.P. Karangora


NIM : 2007020038
Semester/Kelas : 2/B
Prodi : Psikologi

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG


Artikel Pendidikan (Judul) : Mengapa Kuliah Itu Penting di Masa Ini?
Sumber : https://kampusyuk.com/artikel/mengapa-kuliah-itu-penting-di-masa-ini-61

Hal-hal penting dalam artikel :


1. Pola pikir kebanyakan masyarakat yang masih salah mengenai kuliah.
Kebanyakan orang berpikir bahwa kuliah tinggi itu tidak penting, karena telah banyak
workshop motivasi atau seminar yang menampilkan orang-orang sukses tanpa perlu
pendidikan formal yang memadai. Hal inilah yang sering disalah artikan sebagian
besar orang. Bagaimanapun kuliah itu sangat penting untuk menambah keterampilan,
pengetahuan dan juga wawasan Anda yang menunjang karir kedepannya.
2. Orang-orang sukses tanpa kuliah diluar sana hanya segelintir orang itu pun dengan
usaha yang jauh diatas rata-rata orang biasa dan didukung lagi dengan kesesuaian
antara usaha dengan passion yang dia miliki serta lingkungan yang mendukung.
Tanpa semua itu, jika seseorang berpikir untuk tidak kuliah maka ia tidak mempunyai
keterampilan dan wawasan untuk dapat menunjang karirnya.
3. Alasan penting mengapa kuliah itu wajib di jaman sekarang adalah: yang
pertama “Kuliah penting untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan”. Kuliah
adalah proses untuk mengembangkan kemampuan yang sudah didapat di bangku
sekolah menengah. Jika mau fokus orientasi bekerja atau wiraswasta mereka yang
lulusan SMA/MA, perkuliahan jalur akademis (sarjana) adalah pilihan yang paling
tepat, sedangkan bagi mereka yang lulusan SMK/sekolah kejuruan lain, maka pilihan
untuk kuliah di jalur vokasi (diploma) lebih tepat karena berorientasi pada
keterampilan kerja praktis yang sudah mereka dapatkan dari sekolah kejuruan
sebelumnya.
4. Alasan yang kedua adalah : “jangan bangga, kuliah sekarang ini adalah standar
pendidikan terendah”. dulu kuliah dan mendapat gelar sarjana merupakan sesuatu
yang luar biasa di mata masyarakat, tapi sekarang jumlah sarjana sudah membludak.
Semua lowongan di dunia kerja sekarang menggunakan standar minimal ijazah
sarjana atau setidaknya diploma dan itupun sebagian besar dari mereka malah belum
mendapatkan pekerjaan alias masih menganggur.
5. Alasan yang ketiga adalah : “makin tinggi pendidikan, peluang kerja juga
semakin besar”. Pada jaman sekarang ini syarat minimum sebuah pekerjaan bukan
lagi SMK atau SMA tetapi sudah minimal D3 atau S1. Jika hanya sebatas SMA maka
peluang kerja juga semakin terbatas. Jadi, apapun pekerjaan yang diidamkan dimasa
depan nanti, kuliah adalah salah satu jalan untuk mendapatkannya.
6. Alasan yang berikutnya adalah : “kuliah membuka wawasan dan pengetahuan
membuat pola pikir menjadi lebih dewasa”. Di dalam dunia perkuliahan, pergaulan
mahasiswa juga bermanfaat untuk dapat mengembangkan kepribadian dan mengubah
pola pikir terhadap suatu hal ke arah yang lebih baik. Karena seringkali saat masuk
dunia kerja, orang yang kuliah lebih mampu menyelesaikan masalah dengan kepala
dingin, memandang masalah dari berbagai sudut pandang dan juga lebih mampu
memikirkan berbagai jalan untuk menemukan solusi dibandingkan dengan orang yang
tidak kuliah.
7. Alasan yang terakhir adalah : “bagi yang ingin berkarir di dunia akademis, kuliah
bisa menjadi jalan untuk pendidikan yang lebih tinggi lagi”. Bagi mereka yang ingin
menjadi seorang doktor bahkan profesor karena bekerja di bidang akademis, maka
kuliah merupakan jalan satu-satunya untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
TUGAS PSIKOLOGI DASAR : PENDIDIKAN

Oleh;

Nama : Fransisia S.P. Karangora


NIM : 2007020038
Semester/Kelas : 2/B
Prodi : Psikologi

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG


Jurnal Psikologi Pendidikan :
HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP
PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA BARU FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA (M. IrfanVeronika SupraptiFakultas Psikologi,
UniversitasAirlangga)

Ringkasan Jurnal :

Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara self-efficacy
dengan penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga. Subjek penelitian sebanyak 89 orang. Alat pengumpul data yang
digunakan adalah kuisioner berupa skala General Self-Efficacy. Berdasarkan hasil analisis
data penelitian diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,467 dengan taraf signifikansi
0,000.Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self-efficacy
dengan penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga dengan kekuatan hubungan yang berada pada kategori sedang.

Pendahuluan :
Setiap mahasiswa baru mengalami masa transisi dari sekolah menengah atas menuju
perguruan tinggi. Dalam masa transisi sebagai mahasiswa baru, seseorang secara tidak
langsung melakukan penyesuaian diri terhadap berbagai hal baru yang dihadapi di dalam
perguruan tinggi. Menurut Arkoff (1968 dalam Sharma, 2012), penyesuaian diri terhadap
perguruan tinggi merefleksikan bagaimana pencapaian seseorang dalam melewati berbagai
tuntutan di dalam perguruan tinggi dan bagaimana berdampak pada perkembangan diri.
Pada masa transisi menuju perguruan tinggi, mahasiswa baru dituntut untuk memiliki
penguasaan terhadap lingkungan baru yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.Dalam
hal ini keberhasilan mereka, salah satunya tergantung dengan keyakinan diri dalam
menghadapi tuntutan-tuntutan baru tersebut (Bandura, 1997; Smith & Betz, 2002, dalam
King,tt) Keyakinan seorang individu terhadap kemampuandiri dalam mengatur dan
melaksanakan rangkaian tugas untuk mendapatkan hasil yang diinginkan disebut dengan self-
efficacy (Bandura, 1997, dalam Mills,dkk, 2006).Self-efficacy juga berarti bagaimana
seseorang mengontrol lingkungannya yang dapat membantu untuk menghadapi tantangan
dengan cara yang positif (Bandura, 1997; Smith & Betz, 2002, dalam King, tt).
Menurut Trouillet (2009 dalam King, tt), self-efficacy adalah pertimbangan seseorang
yang mempengaruhi bagaimana seseorang menghadapi situasi eksternal (Trouillet, dkk.,
2009, dalam King, tt). Dari penelitian yang dilakukan oleh Crede dan Niehorster (2011),
salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi adalah self-
efficacy. Hal ini terlihat dari hasil penelitian nya yang menunjukkan bahwa penyesuaian diri
terhadap perguruan tinggi mempunyai hubungan yang positif terhadap self-efficacy pada
mahasiswa dan terlihat juga bahwa hubungan tersebut tergolong dalam kategori kuat.
Menurut data Evaluasi Diri Unair tahun 2003, provinsi asal mahasiswa baru tersebar di
berbagai daerah di Indonesia. Terlihat bahwa mahasiswa yang merupakan penduduk asli
Surabaya berjumlah sekitar 56,16% dan sisanya adalah mahasiswa yang berasal dari luar kota
Surabaya. Dalam berbagai literatur dan hasil penelitian dijelaskan bahwa mahasiswa baru
berpisah dari orang tua dan meninggalkan rumah (Al-Qaisy, 2010).
Disini terlihat bahwa tidak semua mahasiswa Indonesia, khususnya Surabaya mengalami
hal tersebut sehingga berbagai permasalahan yang menyangkut tentang keberpisahan dengan
orang tua dan keharusan untuk meninggalkan rumah tidak selalu terjadi pada mahasiswa baru
di Indonesia. Selain itu, dalam berbagai literatur dan hasil penelitian mengenai penyesuaian
diriterhadap perguruan tinggi juga dijelaskan bahwa mahasiswa baru mengalami
permasalahan yang menyangkut tentang konflik antara teman sekamar atau teman asrama
(Ganai, dkk., 2013; Al- Qaisy, 2010). Mahasiswa baru yang memasuki sebuah perguruan
tinggi akan menemui berbagai tuntutan dalam lingkungan dan suasana yang baru. Hal ini
membuat mahasiswa baru, termasuk mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga harus melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan baru ini.
Dari data awal yang telah diambil oleh peneliti di Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga, menunjukkan bahwa persentase indeks prestasi semester 1 yang dibawah kategori
baik (IPS < 3) dari angkatan 2007 sampai 2012 selalu menunjukkan peningkatan. Data IPS
semester 1 yang terakhir yaitu angkatan 2012 menunjukkan bahwa 59,4% mahasiswa tidak
memenuhi kategori baik (IPS < 3). Dari teori yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa IPS
merupakan salah satu hasil dari penyesuaian diri yang baik (Baker & Siryk, dalam Crede &
Niehorster, 2011), maka dapat disimpulkan bahwa adanya kecendrungan permasalahan
mengenai penyesuaian diri mahasiswa baru di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Metode Penelitian :
Variabel dalam penelitian ini adalah self-efficacy dan penyesuaian diri terhadap perguruan
tinggi. Variabel ini diukur dengan menggunakan alat ukur GSE (General Self- Efficacy) yang
disusun oleh Schwarzer dan Jerusalem.GSE adalah alat ukur yang berusaha menggambarkan
bagaimana seorang individu menilai keyakinan dirinya secara general terhadap berbagai
situasi.
Sedangkan variabel penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi adalah bagaimana
kesejahteraan seorang mahasiswa yang berhubungan dalam hal akademik, sosial, stabilitas
emosi, dan komitmen terhadap institusi (perguruan tinggi) (Baker & Siryk, 1984, dalam
Brown, 2008). Penulis membuat alat ukur sendiri yang terdiri dari 24 aitem skala likert
setelah melalui proses ujicoba. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga angkatan tahun 2013.Diperoleh 89 subjek yang digunakan
sebagai sampel dalam penelitian iniTeknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik korelasi, sebab tujuan penelitian ini adalah menguji hipotesis antara dua
variabel.

Hasil Penelitian :
Berdasarkan uji korelasi yang telah dilakukan, diperoleh nilai korelasi sebesar 0,000
yang memiliki artian bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan
penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi.Dalam tabel tersebut juga menunjukkan bahwa
koefisien korelasi pada penelitian ini adalah sebesar 0,467.Koefisien korelasi tersebut
menunjukkan seberapa kuat hubungan yang dimiliki antara kedua variabel yang
diuji.Koefisien korelasi pada penelitian ini adalah sebesar 0,467 maka dapat dinyatakan
bahwa penelitian ini memiliki kekuatan hubungan dalam kategori sedang. Dalam penelitian
ini koefisien korelasi memiliki hubungan yang positif yang berarti jika self-efficacytinggi
maka akan didapatkan penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi yang tinggi pula dan
sebaliknya jika self-efficacy rendah maka akan didapatkan nilai penyesuaian diri terhadap
perguruan tinggi yang rendah.

Pembahasan :
Terdapat hubungan antara variabel self-efficacy dengan variabel penyesuaian diri
terhadap perguruan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,00 yang lebih
kecil dari 0,05 (p < 0,05). Adapun koefisien korelasi dalam penelitian ini sebesar 0,467 dan
bernilai positif yang menunjukkan bahwa adanya hubungan positif dan memiliki kekuatan
hubungan dalam kategori sedang antara kedua variabel tersebut.Hal ini mendukung
terbuktinya hipotesis kerja (Ha) yaitu “ada hubungan antara self-efficacy dengan penyesuaian
diri terhadap perguruan tinggi pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga”.Nilai positif pada skor koefisien korelasi antara dua variabel tersebut memiliki
artian bahwa semakin tinggi self-efficacy maka semakin tinggi penyesuaian diri terhadap
perguruan tinggi.
Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa self-efficacy memiliki hubungan dengan
penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi. Dalam penyesuaian diri yang baik terdapat hal-
hal dasar seperti mengontrol perilaku, lingkungan, pikiran dan perasaan (Korchin, 1976,
dalam Maddux, 1995). Ketika dunia serasa mampu dikontrol , dan ketika perilaku, pikiran
dan emosi serasa mampu untuk dikontrol, seseorang akan lebih baik dalam menghadapi
tantangan hidup, berurusan dengan stres, membangun relasi yang sehat, dan mencapai
kepuasan diri dan pikiran yang damai (Kobasa, 1979; Taylor, 1983; Thompson, 1981, 1991,
dalam Maddux, 1995). Kemampuan untuk mengontrol, kompetensi, atau penguasaan
seseorang, penyesuaian diri yang baik sulit untuk dicapai tanpa adanya keyakinan diri (self-
efficacy) (Maddux, 1995).
Hasil korelasi dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
antara self-efficacy dengan penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi self-efficacy seseorang maka semakin tinggi level penyesuaian diri
terhadap perguruan tinggi. Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Crede
& Niehorster (2011) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara self-efficacy
dengan penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi.
Tingkat korelasi dalam penelitian ini berada dalam kategori sedang.Pallant (2007)
mengemukakan perhitungan manual untuk mengetahui persentase varian antara dua variabel.
Cara yang dikemukakan adalah dengan cara mengkuadratkan koefisien korelasi lalu dikalikan
100%. Setelah dilakukan penghitungan manual berdasarkan koefisien korelasi penelitian ini
yaitu sebesar 0,467 maka didapatkan persentase sebesar 21,8%. Self-efficacy memiliki peran
sebesar 21,8% dalam mempengaruhi penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi dan sisanya
sebesar 78,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Menurut Crede & Niehorster (2011), terdapat
beberapa faktor dalam kategori kuat yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri terhadap
perguruantinggi. Diantaranya adalah conscientiousness, locus of control, dan selfesteem
(Crede & Niehorster, 2011).

Kesimpulan :
Terdapat hubungan antara self-efficacy dengan penyesuaian diri terhadap perguruan
tinggi pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.Hubungan yang
ditemukan dari penelitian ini adalah hubungan positif dan memiliki kekuatan hubungan
dalam kategori sedang yang memiliki arti bahwa semakin tinggi self-efficacy maka semakin
tinggi penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi seorang mahasiswa.

Pustaka Acuan :
Al-Qaisy, L.M. (2010). Adjustment of College Freshmen: the Importance of Gender and the
Place of
Residence. International Journal of Psychology Studies Vol. 2 No. 1.
Brown, N. (2008). Predicting College Adjustment: The Contribution of Generation Status and
Parental
Attachment.Albany State University of New York.
Crede, M., & Niehorster, S. (2011). Adjustment to College as Measured by the Student
Adaptation to College
Questionnaire: A Quantitative Review of its Structure and Relationships with Correlates and
Consequences. Educational Psychology Review 24: 133-165.
Ganai, M.Y. & Mir M.A., (2013).Comparative Study of Adjustment and Academic
Achievement of College
Students. Journal of Educational Research and Essays Vol. 1(1), pp. 5-8.
King, C.A. (____). The Effects of Social Support and Self-Efficacy on Depression in College
Students.Savannah State University.
Maddux, J.E. (1995). Self-Efficacy, Adaptation, and Adjustment: Theory, Research, and
Application. New
York: Plenum Press.
Mills, N., Pajares, F., & Herron, C. (2006). A Reevaluation of the Role of Anxiety: Self-
Efficacy, Anxiety, and
Their Relation to Reading and Listening Proficiency. Foreign Language Annals Vol. 39 No.
2.
Pallant, J. (2007). SPSS Survival Manual A Step by Step Guide to Data Analysis Using SPSS
for Windows
(3rded.). New York: Open University Press.
Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development. Jakarta: Erlangga.
Schwarzer, R. & Jerusalem, M. (1995). The General Self-Efficacy Scale (GSE). [on-line].
Diakses pada
tanggal 30 Maret 2014 dari http://userpage.fu-berlin.de/health/engscal.htm.
Sharma, B. (2012). Adjustment and Emotional Maturity Among First Year College Students.
Pakistan
Journal of Social and Clinical Psychology Vol. 9 No 3, 32-37.
Yoenanto, N.H. (2009). Hubungan antara Self Regulated Learning dengan Self-Efficacy pada
Siswa
Akselerasi Sekolah Menengah Pertama di Jawa Timur. Hasil Penelitian.
JURNAL
10 Hal Pada Jurnal Yang Berkaitan Dengan Psikologi :

1. Self-efficacy :
Menurut Bandura (dalam Ghufron dan Risnawita,2012) mendefinisikan bahwa
efikasi diri adalah kryakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam
melakukan tugasnya atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu.
Dalam jurnal tersebut, Self-efficacy juga berarti bagaimana seseorang mengontrol
lingkungannya yang dapat membantu untuk menghadapi tantangan dengan cara yang
positif. Efikasi1memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari,
seseorang akan mampu menggunakan potensi dirinya secara optimal apabila efikasi
diri mendukungnya. Salah satuaspek kehidupan yang dipengaruhi oleh efikasi diri
adalah prestasi.
2. Ada hubungan antara self-efficacy dengan penyesuaian diri:
Dari penelitian yang dilakukan oleh Crede dan Niehorster (2011), salah satu
faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi adalah self-
efficacy. Hal ini terlihat dari hasil penelitian nya yang menunjukkan bahwa
penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi mempunyai hubungan yang positif
terhadap self-efficacy pada mahasiswa dan terlihat juga bahwa hubungan tersebut
tergolong dalam kategori kuat.
3. Dalam penyesuaian diri yang baik terdapat hal-hal dasar seperti mengontrol perilaku,
lingkungan, pikiran dan perasaan (Korchin,1976,dalamMaddux,1995):
Menurut Schneiders bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis
yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih
sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Namun semua itu mulanya
penyesuaian diri sama dengan adaptasi. Di dalam jurnal dijelaskan bahwa
Kemampuan untuk mengontrol, kompetensi, atau penguasaan seseorang, penyesuaian
diri yang baik sulit untuk dicapai tanpa adanya keyakinan diri (self-efficacy)
(Maddux, 1995).
4. General self-efficacy :
General Self-Efficacy Scale (GSES) merupakan instrumen pengukuran self
efficacy yang menyeluruh dalam berbagai situasi yang dikembangkan oleh Schwarzer
dan Jerusalem (1995). General self-efficacy berfokus pada keyakinan yang luas dan
stabil pada kemampuan individu untuk dapat menghadapi berbagai situasi menekan
secara efektif.
5. Conscientiousness :
Dari jurnal tersebut dijelaskan bahwa, menurut Crede & Niehorster (2011),
terdapat beberapa faktor dalam kategori kuat yang dapat mempengaruhi penyesuaian
diri terhadap perguruantinggi diantaranya adalah conscientiousness.
Conscientiousness. Berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk fokus pada tujuan
dan meraih tujuan tersebut. Orang dengan conscientiousness umumnya berhati-hati,
dapat diandalkan, teratur, dan bertanggung jawab. Seseorang dengan
conscientiousness memiliki nilai kebersihan dan ambisi.
6. Locus of control :
Faktorlainnya yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri terhadap perguruan
tinggi diantaranya adalah Locus of control. Menurut Pendapat Rotter (1966)
Menjelaskan bahwa locus of control adalah Tingkat sejauh mana seseorang
mengharapkan bahwa penguatan atau hasil dari perilaku mereka tergantung pada
penilaian mereka sendiri atau karakteristik pribadi
7. Self-esteem :
Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri terhadap perguruan
tinggi menurut Crede & Niehorster (2011) adalah Self-esteem. Harga diri (Self-
esteem) adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri.
Penghargaan diri juga kadang dinamakan martabat diri atau gambaran diri. Misalnya,
anak dengan penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya memandang dirinya
sebagai seseorang, tetapi juga sebagai seseorang yang baik
8. Mahasiswa baru yang memasuki sebuah perguruan tinggi akan menemui berbagai
tuntutan dalam lingkungan dan suasana yang baru.
Dari jurnal tersebut dijelaskan bahwa, dalam berbagai literatur dan hasil
penelitian mengenai penyesuaian diriterhadap perguruan tinggi dijelaskan bahwa
mahasiswa baru mengalami permasalahan yang menyangkut tentang konflik antara
teman sekamar atau teman asrama . Mahasiswa baru yang memasuki sebuah
perguruan tinggi akan menemui berbagai tuntutan dalam lingkungan dan suasana
yang baru. Hal ini membuat mahasiswa baru, termasuk mahasiswa baru Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga harus melakukan penyesuaian diri terhadap
lingkungan baru ini. Hasil penyelidkan psikologi menunjukan bahwa pertumbuhan
dan perkembangan mencakup keutuhan pribadi dalam keseluruhan lingkungannya.
Dalam belajar peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya yaitu faktor
ekstern atau faktor yang berasal dari luar peserta didik yaitu dari orang tua, dari guru,
dan dari masyarakat.
9. IPS merupakan salah satu hasil dari penyesuaian diri yang baik
(Baker&Siryk,dalamCrede&Niehorster,2011):
Dalam jurnal diatas dijelaskan bahwa Indeks Prestasi Semester (IPS) adalah salah
satu hasil dari penyesuaian diri yang baik dan dari data awal yang telah diambil oleh
peneliti di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, menunjukkan bahwa persentase
indeks prestasi semester 1 yang dibawah kategori baik (IPS < 3) dari angkatan 2007
sampai 2012 selalu menunjukkan peningkatan. Maka dapat disimpulkan bahwa
adanya kecendrungan permasalahan mengenai penyesuaian diri mahasiswa baru di
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
10. Terdapat hubungan yang signifikanan antara self-efficacy dengan penyesuaian diri
terhadap perguruan tinggi:
Dalam jurnal tersebut ditunjukan bahwa korelasi pada penelitian adalah sebesar
0,467.Koefisien korelasi tersebut menunjukkan seberapa kuat hubungan yang dimiliki
antara self-efficacy dan penyesuaian diri yang diuji.Koefisien korelasi pada penelitian
ini adalah sebesar 0,467 maka dapat dinyatakan bahwa penelitian ini memiliki
kekuatan hubungan dalam kategori sedang. Dalam penelitian ini koefisien korelasi
memiliki hubungan yang positif yang berarti jika self-efficacy tinggi maka akan
didapatkan penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi yang tinggi pula dan
sebaliknya jika self-efficacy rendah maka akan didapatkan nilai penyesuaian diri
terhadap perguruan tinggi yang rendah.
HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI
TERHADAP PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA BARU
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

M. Irfan
Veronika Suprapti
Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga

Abstract
This study aimed to determine relationship between self-efficacy and college adjustment among
freshmen college students at Faculty of Psychology Airlangga University. The research was conducted at
Faculty of Psychology Airlangga University. Subjects in this study are 89 freshmen college students. Data
was collected by using General Self-Efficacy scale adaptability scale with 10 items and college adjustment
scale with 24 items that made by researcher. Based on the analysis of research data obtained correlation
cefficient of 0,467 with significance level of 0,000. It can be concluded that there is a correlation between
self-efficacy and college adjustment among freshmen college students at Faculty of Psychology Airlangga
University.
.

Keywords: self efficacy, college adjustment, freshmen college students

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara self-efficacy dengan
penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Airlangga angkatan 2013
dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 89 orang. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuisioner
berupa skala General Self-Efficacy yang terdiri dari 10 aitem dan skala penyesuaian diri terhadap perguruan
tinggi yang terdiri dari 24 aitem. Berdasarkan hasil analisis data penelitian diperoleh koefisien korelasi
sebesar 0,467 dengan taraf signifikansi 0,000.Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara self-efficacy dengan penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi pada mahasiswa baru
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga dengan kekuatan hubungan yang berada pada kategori sedang.
Kata kunci: self efficacy, penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi, mahasiswa baru

Korespondensi: Muhammad Irfan. Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga Surabaya. Jalan Dharmawangsa Jalan Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, Telp. (031) 5032770, (031)
5014460, Fax (031) 5025910. Email: vanz_majestic@yahoo.com

172 JURNAL Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Volume 3, No. 3, Desember 2014
Pendahuluan Arkoff (1968 dalam Sharma, 2012), penyesuaian

diri terhadap perguruan tinggi merefleksikan


Setiap mahasiswa baru mengalami masa
bagaimana pencapaian seseorang dalam melewati
transisi dari sekolah menengah atas menuju
berbagai tuntutan di dalam perguruan tinggi dan
perguruan tinggi.Disini mereka akan menghadapi
bagaimana berdampak pada perkembangan diri.
suasana lingkungan baru, misalnya mendapatkan
D e n g a n k a t a l a i n , b a g a i m a n a m e re k a
struktur sekolah yang lebih besar dan tidak
menyesuaikan diri juga bergantung pada
bersifat pribadi, interaksi dengan kelompok
kemampuan dalam mencapai kelulusan (Arkoff,
sebaya dari daerah yang lebih beragam dan
1968, dalam Sharma, 2012). Baker dan Siryk (1984
terkadang dengan latar belakang etnik yang lebih
dalam Brown, 2008) menyebutkan bahwa
beragam lagi, dan peningkatan perhatian atas
penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi
prestasi akademik dan penilaiannya (Santrock ,
merupakan kesejahteraan seorang mahasiswa
2002). Pascarella dan Terenzini (1991 dalam
yang berhubungan dalam hal akademik, sosial,
Sharma, 2012) mendeskripsikan masa transisi
stabilitas emosi, dan komitmen terhadap institusi
sebagai sebuah “culture shock” yang melibatkan
atau perguruan tinggi (Baker & Siryk, 1984, dalam
pembelajaran kembali terhadap masalah sosial
Brown, 2008).
dan psikologis dalam menghadapi hal baru,
Baker dan Siryk (1984 dalam Crede &
pengajar dan teman baru dengan nilai dan
Niehorster, 2011) mengungkapkan bahwa
berbagai keyakinan, kebebasan dan peluang baru,
penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi dapat
dan tuntutan akademik, personal, dan sosial yang
memprediksi dua hasil penting dalam konteks
baru (Pascarella & Terenzini, 1991, dalam Sharma,
pendidikan, yaitu performa akademik seperti
2012).
indeks prestasi dan kebertahanan mahasiswa
Dalam masa transisi sebagai mahasiswa baru,
untuk melanjutkan perkuliahan (retention)
seseorang secara tidak langsung melakukan
(Baker & Siryk, 1984, dalam Crede & Niehorster,
penyesuaian diri terhadap berbagai hal baru yang
2011).
dihadapi di dalam perguruan tinggi. Menurut

JURNAL Psikologi Pendidikan dan Perkembangan 173


Volume 3, No. 3, Desember 2014
aspek sosial, emosional, dan akademik. Mereka mempengaruhi penyesuaian diri terhadap
menjadi lebih gelisah dengan penampilan dan perguruan tinggi adalah self-efficacy. Hal ini
merasa kesulitan dalam menjalin relasi dengan te rl i h a t d a r i h a s i l p e n e l i t i a n nya ya n g
mahasiswa lain dari latar belakang yang berbeda. menunjukkan bahwa penyesuaian diri terhadap
Gaya mengajar di perguruan tinggi membuat perguruan tinggimempunyai hubungan yang
mereka kesulitan dalam memahami pelajaran di positif terhadap self-efficacy pada mahasiswa dan
dalam kelas dan membuat mereka kesulitan untuk terlihat juga bahwa hubungan tersebut tergolong
berkonsentrasi. Mereka juga takut terhadap pola dalam kategori kuat.Dalam penelitian yang
tugas yang diberikan dan cemas dengan d ilaku kan oleh Elias, d kk (2 010) ju ga
permasalahan yang tidak terduga yang akan menunjukkan bahwa mahasiswa yang mempunyai
muncul. Mereka merasa mengambil keputusan self-efficacy yang kuat cenderung mempunyai
yang salah dalam memilih jurusan dan membuat penyusuaian diri yang bagus di lingkungan
mereka memikirkan untuk meninggalkan perguruan tinggi.
perkuliahan dan memilih jurusan lain. Pada saat Menurut data Evaluasi Diri Unair tahun
itu mereka merasa tidak tahu lagi orang yang bisa 2003, provinsi asal mahasiswa baru tersebar di
dipercaya dan takut dengan masa depan. Banyak berbagai daerah di Indonesia. Untuk provinsi Jawa
dari mahasiswa tersebut dilaporkan mempunyai Timur sebanyak 75,38%, DKI Jakarta 6,5%, DI
ketegangan mental dan menjadi mudah marah, Yogyakarta 4,2%, Jawa Tengah 3,8%, Jawa Barat
cemas, menghindari lingkungan sosial, merasa 2,2% dan Kalimantan Timur 1,4%. Setelah penulis
kesepian dan menjadi pesimis (Sharma, 2012). melihat kondisi mahasiswa kota Surabaya
Pada masa transisi menuju perguruan khususnya mahasiswa baru Fakultas Psikologi
tinggi, mahasiswa baru dituntut untuk memiliki Universitas Airlangga angkatan 2013, terlihat
penguasaan terhadap lingkungan baru yang bahwa mahasiswa yang merupakan penduduk asli
belum pernah mereka rasakan sebelumnya.Dalam Surabaya berjumlah sekitar 56,16% dan sisanya
hal ini keberhasilan mereka, salah satunya adalah mahasiswa yang berasal dari luar kota
tergantung dengan keyakinan diri dalam Surabaya. Jika melihat kembali berbagai literatur
menghadapi tuntutan-tuntutan baru tersebut dan hasil penelitian mengenai penyesuaian diri
(Bandura, 1997; Smith & Betz, 2002, dalam King, terhadap perguruan tinggi pada mahasiswa baru,
tt).Keyakinan seorang individu terhadap ditemukan bahwa adanya berbagai perbedaan
ke m a m p u a n d i r i d a l a m m e n g a t u r d a n karakteristik pada mahasiswa baru di Indonesia,
melaksanakan rangkaian tugas untuk khususnya di Surabaya, dengan mahasiswa baru
mendapatkan hasil yang diinginkan disebut yang telah digambarkan dalam literatur dan hasil
dengan self-efficacy (Bandura, 1997, dalam Mills, penelitian.Dalam berbagai literatur dan hasil
dkk, 2006).Self-efficacy juga berarti bagaimana penelitian dijelaskan bahwa mahasiswa baru
seseorang mengontrol lingkungannya yang dapat berpisah dari orang tua dan meninggalkan rumah
membantu untuk menghadapi tantangan dengan (Al-Qaisy, 2010).Disini terlihat bahwa tidak semua
cara yang positif (Bandura, 1997; Smith & Betz, mahasiswa Indonesia, khususnya Surabaya
2002, dalam King, tt). Menurut Trouillet (2009 mengalami hal tersebut sehingga berbagai
dalam King, tt), self-efficacy adalah pertimbangan permasalahan yang menyangkut tentang
seseorang yang mempengaruhi bagaimana keberpisahan dengan orang tua dan keharusan
seseorang menghadapi situasi eksternal (Trouillet, untuk meninggalkan rumah tidak selalu terjadi
dkk., 2009, dalam King, tt). pada mahasiswa baru di Indonesia.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Crede Selain itu, dalam berbagai literatur dan
dan Niehorster (2011), salah satu faktor yang hasil penelitian mengenai penyesuaian diri

JURNAL Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


174 Volume 3, No. 3, Desember 2014
terhadap perguruan tinggi juga dijelaskan bahwa mengenai hubungan antara self-efficacy dengan
mahasiswa baru mengalami permasalahan yang penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi pada
menyangkut tentang konf lik antara teman mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas
sekamar atau teman asrama (Ganai, dkk., 2013; Al- Airlangga.
Qaisy, 2010). Mahasiswa baru seperti diwajibkan METODE PENELITIAN
oleh pihak perguruan tinggi untuk tinggal di Variabel dalam penelitian ini adalah self-efficacy
asrama bersama teman-temannya. Kondisi ini dan penyesuaian diri terhadap perguruan
tentu saja berbeda dengan kondisi yang dihadapi tinggi.Self-efficacy adalah keyakinan diri
oleh mahasiswa baru di Indonesia, khususnya di seseorang dalam menghadapi berbagai tugas dan
Surabaya. Pihak perguruan tinggi tidak mengatasi berbagai kesulitan (Schwarzer &
mewajibkan mahasiswa baru untuk tinggal di Jerusalem, 1995, diakses pada tanggal 30 maret
asrama. 2014 darihttp://userpage.fu-
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga berlin.de/health/engscal.htm).Variabel ini diukur
merupakan salah satu fakultas di perguruan tinggi dengan menggunakan alat ukur GSE (General Self-
negeri yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur. Efficacy) yang disusun oleh Schwarzer dan
Setiap tahunnya Fakultas Psikologi Universitas Jerusalem.GSE adalah alat ukur yang berusaha
Airlangga menerima kurang lebih sekitar 200 menggambarkan bagaimana seorang individu
mahasiswa baru dari berbagai daerah. Mahasiswa menilai keyakinan dirinya secara general terhadap
baru yang memasuki sebuah perguruan tinggi berbagai situasi. GSE terdiri dari 10 aitem skala
akan menemui berbagai tuntutan dalam likert dan telah diadaptasikan ke bahasa Indonesia
lingkungan dan suasana yang baru. Hal ini oleh Aristi Born (Schwarzer, 1998 dalam Yoenanto,
membuat mahasiswa baru, termasuk mahasiswa 2009).
baru Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Sedangkan variabel penyesuaian diri
harus melakukan penyesuaian diri terhadap terhadap perguruan tinggi adalah bagaimana
lingkungan baru ini. kesejahteraan seorang mahasiswa yang
Dari data awal yang telah diambil oleh peneliti di berhubungan dalam hal akademik, sosial,
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, stabilitas emosi, dan komitmen terhadap institusi
menunjukkan bahwa persentase indeks prestasi (perguruan tinggi) (Baker & Siryk, 1984, dalam
semester 1 yang dibawah kategori baik (IPS < 3) Brown, 2008). Penulis membuat alat ukur sendiri
dari angkatan 2007 sampai 2012 selalu yang terdiri dari 24 aitem skala likert setelah
menunjukkan peningkatan. Data IPS semester 1 melalui proses ujicoba.
yang terakhir yaitu angkatan 2012 menunjukkan Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa
bahwa 59,4% mahasiswa tidak memenuhi kategori baru Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
baik (IPS < 3). Dari teori yang telah dijelaskan angkatan tahun 2013.Diperoleh 89 subjek yang
sebelumnya bahwa IPS merupakan salah satu hasil digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.
dari penyesuaian diri yang baik (Baker & Siryk, Teknik analisis data yang digunakan
dalam Crede & Niehorster, 2011), maka dapat dalam penelitian ini adalah teknik korelasi, sebab
disimpulkan bahwa adanya kecendrungan tujuan penelitian ini adalah menguji hipotesis
permasalahan mengenai penyesuaian diri antara dua variabel.Untuk mengetahui hubungan
mahasiswa baru di Fakultas Psikologi Universitas a n t a ra d u a va r i a b e l d i l a k u k a n d e n g a n
Airlangga. menggunakan koefisien korelasi spearman untuk
Berdasarkan beberapa perbedaan karakteristik pengukuran korelasi statistic non-parametrik
dan kondisi yang telah dijelaskan di atas, penulis dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for
merasa perlu untuk melakukan penelitian windows.

JURNAL Psikologi Pendidikan dan Perkembangan 175


Volume 3, No. 3, Desember 2014
HASIL PENELITIAN bahwa self-efficacy memiliki hubungan dengan
Berdasarkan uji korelasi yang telah penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi.Hasil
dilakukan, diperoleh nilai korelasi sebesar 0,000 tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan
yang memiliki artian bahwa terdapat hubungan oleh Crede & Niehorster (2011) yang menjelaskan
yang signifikan antara self-efficacy dengan bahwa self-efficacy merupakan salah satu faktor
penyesuaian diri terhadap perguruan yang mempengaruhi penyesuaian diri terhadap
tinggi.Dalam tabel tersebut juga menunjukkan perguruan tinggi.Dalam penyesuaian diri yang
bahwa koefisien korelasi pada penelitian ini adalah baik terdapat hal-hal dasar seperti mengontrol
sebesar 0,467.Koefisien korelasi tersebut perilaku, lingkungan, pikiran dan perasaan
menunjukkan seberapa kuat hubungan yang (Korchin, 1976, dalam Maddux, 1995). Ketika dunia
dimiliki antara kedua variabel yang diuji.Koefisien serasa mampu dikontrol , dan ketika perilaku,
korelasi pada penelitian ini adalah sebesar 0,467 pikiran dan emosi serasa mampu untuk dikontrol,
maka dapat dinyatakan bahwa penelitian ini seseorang akan lebih baik dalam menghadapi
memiliki kekuatan hubungan dalam kategori tantangan hidup, berurusan dengan stres,
sedang. Dalam penelitian ini koefisien korelasi membangun relasi yang sehat, dan mencapai
memiliki hubungan yang positif yang berarti jika kepuasan diri dan pikiran yang damai (Kobasa,
self-efficacytinggi maka akan didapatkan 1979; Taylor, 1983; Thompson, 1981, 1991, dalam
penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi yang Maddux, 1995). Kemampuan untuk mengontrol,
tinggi pula dan sebaliknya jika self-efficacy rendah kompetensi, atau penguasaan seseorang,
maka akan didapatkan nilai penyesuaian diri penyesuaian diri yang baik sulit untuk dicapai
terhadap perguruan tinggi yang rendah. tanpa adanya keyakinan diri (self-efficacy)
(Maddux, 1995).
PEMBAHASAN Hasil korelasi dalam penelitian ini juga
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
Berdasarkan hasil analisis data yang telah antara self-efficacy dengan penyesuaian diri
dilakukan oleh penulis, dijelaskan bahwa terdapat terhadap perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan
hubungan antara variabel self-efficacy dengan bahwa semakin tinggi self-efficacy seseorang maka
variabel penyesuaian diri terhadap perguruan semakin tinggi level penyesuaian diri terhadap
tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai perguruan tinggi. Hasil tersebut didukung oleh
signifikansi 0,00 yang lebih kecil dari 0,05 (p < penelitian yang dilakukan oleh Crede & Niehorster
0,05). Adapun koefisien korelasi dalam penelitian (2011) yang menyebutkan bahwa terdapat
ini sebesar 0,467 dan bernilai positif yang hubungan positif antara self-efficacy dengan
menunjukkan bahwa adanya hubungan positif penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi.
dan memiliki kekuatan hubungan dalam kategori Me n u r u t M a d d u x ( 1 9 9 5 ) , s e l f - e f f i c a c y
sedang antara kedua variabel tersebut.Hal ini mempengaruhi penyesuaian diri melalui tiga hal,
mendukung terbuktinya hipotesis kerja (Ha) yaitu yaitu penetapan tujuan dan ketekunan
“ada hubungan antara self-efficacy dengan (goalsetting and persistence), keefektikan kognitif
penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi pada (cognitive efficiency), dan kemampuan adaptasi
mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas emosional (emotional adaptiveness). Self-efficacy
Airlangga”.Nilai positif pada skor koefisien korelasi yang tinggi akan membawa seseorang dalam
antara dua variabel tersebut memiliki artian bahwa menentukan tujuan personal yang menantang dan
semakin tinggi self-efficacy maka semakin tinggi tekun terhadap tujuan ketika menghadapi
penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi. rintangan (Locke & Latham, 1990, dalam Maddux,
Dalam penelitian ini didapatkan hasil 1995). Self-efficacy yang tinggi juga dapat

176 JURNAL Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Volume 3, No. 3, Desember 2014
membuat seseorang menggunakan sumber
kognitifnya dengan lebih efektif ketika
menyelesaikan masalah (Bandura & Wood, 1989;
Wood & Bandura, 1989, dalam Maddux,
1995).Selain itu, orang yang mempunyai self-
efficacy tinggi menghadapi rintangan dan
ancaman tanpa rasa cemas dan kesedihan
(Maddux, 1995).
Tingkat korelasi dalam penelitian ini
berada dalam kategori sedang.Pallant (2007)
mengemukakan perhitungan manual untuk
mengetahui persentase varian antara dua variabel.
Cara yang dikemukakan adalah dengan cara
mengkuadratkan koefisien korelasi lalu dikalikan
100%. Setelah dilakukan penghitungan manual
berdasarkan koefisien korelasi penelitian ini yaitu
sebesar 0,467 maka didapatkan persentase sebesar
21,8%. Hasil ini menggambarkan bahwa dalam
penelitian ini, self-efficacy memiliki peran sebesar
21,8% dalam mempengaruhi penyesuaian diri
terhadap perguruan tinggi dan sisanya sebesar
78,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Menurut
Crede & Niehorster (2011), terdapat beberapa
faktor dalam kategori kuat yang dapat
mempengaruhi penyesuaian diri terhadap
p e r g u r u a n t i n g g i . D i a n t a ra n y a a d a l a h
conscientiousness, locus of control, dan self-
esteem(Crede & Niehorster, 2011).

KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari penelitian
ini adalah terdapat hubungan antara self-efficacy
dengan penyesuaian diri terhadap perguruan
tinggi pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga.Hubungan yang ditemukan
dari penelitian ini adalah hubungan positif dan
memiliki kekuatan hubungan dalam kategori
sedang yang memiliki arti bahwa semakin tinggi
self-efficacy maka semakin tinggi penyesuaian diri
terhadap perguruan tinggi seorang mahasiswa.

JURNAL Psikologi Pendidikan dan Perkembangan 177


Volume 3, No. 3, Desember 2014
PUSTAKA ACUAN

Al-Qaisy, L.M. (2010). Adjustment of College Freshmen: the Importance of Gender and the Place of
Residence. International Journal of Psychology Studies Vol. 2 No. 1.

Brown, N. (2008). Predicting College Adjustment: The Contribution of Generation Status and Parental
Attachment.Albany State University of New York.

Crede, M., & Niehorster, S. (2011). Adjustment to College as Measured by the Student Adaptation to College
Questionnaire: A Quantitative Review of its Structure and Relationships with Correlates and
Consequences. Educational Psychology Review 24: 133-165.

Ganai, M.Y. & Mir M.A., (2013).Comparative Study of Adjustment and Academic Achievement of College
Students. Journal of Educational Research and Essays Vol. 1(1), pp. 5-8.

King, C.A. (____). The Effects of Social Support and Self-Efficacy on Depression in College
Students.Savannah State University.

Maddux, J.E. (1995). Self-Efficacy, Adaptation, and Adjustment: Theory, Research, and Application. New
York: Plenum Press.

Mills, N., Pajares, F., & Herron, C. (2006). A Reevaluation of the Role of Anxiety: Self-Efficacy, Anxiety, and
Their Relation to Reading and Listening Proficiency. Foreign Language Annals Vol. 39 No. 2.

Pallant, J. (2007). SPSS Survival Manual A Step by Step Guide to Data Analysis Using SPSS for Windows
(3rded.). New York: Open University Press.

Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development. Jakarta: Erlangga.

Schwarzer, R. & Jerusalem, M. (1995). The General Self-Efficacy Scale (GSE). [on-line]. Diakses pada
tanggal 30 Maret 2014 dari http://userpage.fu-berlin.de/health/engscal.htm.

Sharma, B. (2012). Adjustment and Emotional Maturity Among First Year College Students. Pakistan
Journal of Social and Clinical Psychology Vol. 9 No 3, 32-37.

Yoenanto, N.H. (2009). Hubungan antara Self Regulated Learning dengan Self-Efficacy pada Siswa
Akselerasi Sekolah Menengah Pertama di Jawa Timur. Hasil Penelitian.

178 JURNAL Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Volume 3, No. 3, Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai