Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Matakuliah Metode dan Teknik Psikologi
Sosial
Semester Genap Tahun Akademik 2017 – 2018
Dosen: Stephani Raihana Hamdan, M. Psi
Oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018
1.1 Fenomena
Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda agar menjadi
sumber daya (SDM) yang mampu bersaing dalam era persaingan bebas. Pendidikan
sangat terkait dengan adanya sistem pendidikan yang diterapkan, karena sistem
pendidikan memainkan peranan penting dalam menciptakan peserta didik yang
berkualitas, tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional. Hal tersebut dapat dimaknai
bahwa pendidikan merupakan sarana untuk melahirkan generasi muda yang
berkualitas sebagai usaha untuk memajukan bangsa. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan tujuan dari sistem pendidikan, evaluasi memegang peranan yang amat
penting. Dari evaluasi itu, para pengambil keputusan pendidikan mendasari diri
dalam memutuskan apakah seseorang siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak serta
layak diberikans sertifikat atau tidak.
Menurut Hermino (Permana, 2016) evaluasi adalah suatu tindakan atau proses
untuk menentukan nilai dari sesuatu. Senada dengan pendapat Hermino, Sunal dalam
Susanto (Permana, 2016) mengemukakan bahwa “evaluasi merupakan proses
penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program
telah memenuhi kebutuhan siswa”. Evaluasi hasil belajar dilakukan secara
menyeluruh pada ranah belajar.Tanpa evaluasi tidak dapat diketahui sejauh mana
keluaran pendidikan telah selesai atau bahkan menyimpang dari tujuan awal yang
telah dicanangkan.
Ujian memang hal biasa yang biasa dihadapi oleh siswa, namun ujian nasional
merupakan hal yang sering menjadi beban siswa karena ujian nasional adalah salah
satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan seperti diamanatkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 72 ayat (1) bahwa :
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan
menengah setelah :
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan ;
c. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi; dan
d. lulus Ujian Nasional
1
Terkait dengan tujuan adanya evaluasi, belum lama ini telah banyak terdapat
perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem evaluasi belajar di Indonesia. Sejak
tahun 2002/2003, pemerintah mengganti Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional
(Ebtanas) menjadi Ujian Akhir Nasional (UAN) sebagain tolak ukur atau parameter
akhir dari proses pendidikan. Selanjurnya pada tahun 2005/2006, UAN berganti
istilah menjadi Ujian Nasional (UN). Kebijakan yang berlaku juga berbeda dari
tahun ke tahun sebelumnya. Nilai minimal standar kelulusan yang semual 4,25
dinaikan menjadi 4,26 untuk nilai setiap mata pelajaran dan rata-rata nilai ujian
nasional harus lebih dari 4,5. Standar kelulusan UN ini bertambah dari tahun ke
tahun ()
Untuk standar kelulusan UN tahun 2013 sendiri, Kemendikbud akan menaikan
untuk jenjang SMP, SMA/MA/SMK/sederajat. Yaitu menaikan nilai rata-rata dari
5,5 menjadi 6 atau tetap 5,5 tetapi tingkat kesulitan ditingkatkan. Sejak tahun 2015-
saat ini Kemendikbud memutuskan untuk melaksanakan UN dengan sistem
computer-based atau yang disebut juga dengan Ujian Nasional Berbasis Komputer
(UNBK). Pada awalnya tidak semua sekolah di Indonesia langsung menerapkan
sistem tersebut. Hanya SMA-SMA unggulan dengan standar khusus yang dipilih
Kemendikbud saja yang menempuh jalur UNBK. Namun, sejak tahun 2018
pelaksanaan UNBK sudah diterapkan 100% di seluruh SMA/SMK/sederajat
(www.news.idntimes.com).
Pelaksanaan UNBK tahun 2018 menjadi masalah yang paling banyak
dibicarakan. Seperti yang diberitakan dalam news.idntimes.com bahwa pada
beberapa sekolah di daerah tertentu terpaksa harus terhambat dalam pelaksanaan
UNBK. Koneksi internet yang terputus akibat server bermasalah menjadi kendala
utama pelaksanaan UNBK. Selain server down, kendala lain pelaksanaan UNBK
adalah pemadaman listrik seperti yang terjadi di Kulon Progo, Yogyakarta. Kasus
lain juga terjadi di SMP Negeri 18 Palu, Sulawesi Tengah, Ujian Nasional terpaksa
dilaksanakan tanpa menggunakan komputer. Tak hanya masalah jaringan atau
koneksi internet yang menjadi kendala, sulitnya soal Matematika juga menjadi
kendala UNKB. April lalu, media sosial dipenuhi curahan hati millennial terkait
masalah tersebut.Di beberapa sekolah di Jawa Tengah, soal yang diterima siswa juga
menjadi masalah. Sebab, soal-soal tersebut ternyata tidak utuh, sehingga pelaksanaan
UNBK jenjang SMA di wilayah tersebut terhambat.
2
Berbagai peristiwa yang ditemui selama pelaksanaan UNBK tentunya
mempengaruhi sikap para peserta ujian. Sikap adalah kondisi kesiapan mental
emosional untuk melakukan suatu tindakan tertentu bila suatu situasi dihadapi.Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yang ada pada diri individu masing-masing seperti
adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas,
perasaan, dan juga situasi lingkungan. Sarwono (1993) mengatakan bahwa sikap
adalah kecenderungan untuk merespon terhadap suatu objek, orang ataupun situasi
tertentu secara positif atau negatif. Sikap mengandung suatu penilaian emosional
atau afektif, komponen kognitif atau pengetahuan tentang objek itu serta aspek
konatif atau kecenderungan untuk bertindak. Sikap negatif yang ditunjukan para
siswa terhadap suatu mata pelajaran dapat mengakibatkan kurangnya pemahaman
pada mata pelajaran yang bersangkutan, demikian sebaliknya, sehingga berpengaruh
terhadap hasil belajarnya.
Kepala Pusat Teknologi dan Komunikasi Kemendikbud, Ari Santoso
menyatakan, permasalahan di provinsi Jawa Barat merupakan yang paling banyak,
yakni 85 masalah (www.pikiran-rakyat.com). Di Bandung sendiri hal serupa sempat
terjadi di beberapa sekolah dan menghambat siswa dalam menempuh UNBK yang
dilaksanakan sejak 9-12 April lalu. Dilansari dari jabar.tribunnews.com berdasarkan
wawancara dengan beberapa siswa SMA di Bandung bahwa soal-soal yang disajikan
memiliki tingkat kesulitan yang tinggi serta sangat berbeda dengan kisi-kisi yang
selama ini diberikan kepada para siswa. Tidak heran para siswa tersebut
mengeluhkan perihal soal-soal ujian terutama matematika, fisika, kimia untuk
jurusan IPA dan mata pelajaran akuntansi untuk jurusan IPS di akun instagram
kemendikbud. Selanjutnya adalah hambatan datang dari komputer yang digunakan.
Komputer para siswa sering sekali log out dan tiba-tiba mati saat tengah
mengerjakan soal ujian. Hal tersebut lantas memakan waktu kembali karena
komputer tersebut harus diperbaiki dulu oleh teknisi sebelum dapat digunakan
kembali. Hal-hal tersebut tentunya menimbulkan kecemasan bagi para siswa. Mereka
menyatakan bahwa walaupun UNBK tidak menjadi faktor penentu kelulusan, namun
hal tersebut menjadi faktor utama bagi siswa-siswa yang akan melanjutkan ke
sekolah kedinasan.
3
Berdasarkan fenomena yang diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Sikap Terhadap Penyelenggaraan Ujian Nasional
Berbasis Komputer Pada Siswa Kelas XII SMA di Jawa Barat.
4
pengembalian aksi, pusat kendali berada di tangan user, serta pengurangan ingatan
jangka pendek pada user. Hasil UNBK 2017 di Kabupaten Pati jenjang SMA
khususnya mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan hasil UN non UNBK
tahun sebelumnya (kemdikbud, 2017). Banyak persepsi dari masyarakat Pati yang
mengemukakan bahwa hasil UN yang menurun lantaran aplikasi UNBK.
1.2.2 Jurnal 2
Jurnal kedua dari Harmiyuni dengan judul Persepsi Siswa Tentang
Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer Di SMK Komputer Mutiara Ilmu
Makassar.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesipan siswa dalam
mengahadapi ujian nasional berbasis komputer, pandangan siswa mengenai
pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer, keunggulan dan kendala yang
dihadapi oleh siswa dalam ujian nasional berbasis computer. Dalam penelitian ini
jumlah informan 3 orang, yaitu guru di SMK Komputer Mutiara Ilmu yang bertindak
sebagai proctor dalam ujian nasional berbasis komputer.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SMK Komputer Mutiara Ilmu
berpendapat dengan ujian nasional berbasis komputer dapat mengurangi kecurangan-
kecurangan dalam ujian. Ujian nasional berbasis komputer memiliki keunggulan
yaitu:
1. Lebih efektif
2. Pengehematan anggaran negara
3. Mengurangi terjadinya kecurangan-kecurang yang dilakukan berbagai
pihak baik itu pihak sekolah maupun siswa itu sendiri serta pihak-pihak
yang ingin mengambil keuntugan dari pelaksanaan ujian nasional dengan
menjual kunci jawaban
4. Pengiriman hasil ujian siswa lebih cepat.
Kendala yang ada dalam Ujian nasional berbasis komputer diantaranya adalah
file soal yang berkapasitas 35 GB sedangkan kecepatan akses jaringan yang lambat
sehingga memerlukan waktu yang lama untuk mendownload file. Selain itu, sering
terjadi gangguan jaringan saat cuaca buruk seperti hujan. Pernah terjadi pula
pemadaman listrik saat simulasi yang mengakibatkan konsentrasi siswa terganggu
dan akan menyebabkan waktu ujian bertambah, server pusat yang kadang bermasalah
dan dengan pemberitahuan yang lambat sehingga pihak sekolah menjadi khawatir
5
dengan masalah yang terjadi. Serial number yang berubah ketika windows komputer
server lokal terupdate dan dengan waktu reset serial number yang cukup lama yaitu
membutuhkan waktu 1 X 24 jam untuk mendapat respon dari server pusat. Kendala-
kendala tersebut tentunya akan menggaggu pelaksanaan Ujian nasional berbasis
komputer apabila tidak ditangani dengan cepat, sehingga akan menimbul
kekhawatiran siswa yang akan berakibat pada konsentrasi siswa dalam mengerjakan
soal ujian.
6
kerusakan LJUN atau tidak terbaca oleh scanner. Pelaksanaan UNBK tidak
membutuhkan kertas dan ramah lingkungan serta mencegah kecurangan dan
kebocoran soal. Oleh karena itu, peserta didik sangat diuntungkan dengan adanya
UNBK ini.
Demikian tujuan diterapkannya UNBK supaya para peserta ujian dari tingkah
sekolah dasar hingga menengah dapat merasakan manfaatnya dan merasakan situasi
ujian yang lebih efisian dan menguntungkan.
Realita
UNBK sudah mulai diterapkan sejak tahun 2014 di Sekolah Indonesia Singapura
dan SMP Indonesia Kuala Lumpur. Di Indonesia sendiri UNBK pertama kali
diperkenalkan pada tahun 2015 dengan mengikutsertakan sebanyak 555 sekolah yang
terdiri dari 42 SMP/MTs, 135 SMA/MA, dan 378 SMK di 29 Provinsi dan Luar
Negeri. Tercatat di tahun UNBK sudah dilaksanakan 100% di seluruh Indonesia.
Banyak hal yang harus dipersiapkan guna terealisasikan penyelenggaraan UNBK.
Berdasarkan Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Ujian Nasioanl
Tahun Pelajaran 2017/2018, persiapa yang dilakukan dalam penyelenggaraan UNBK
antara lain penyiapan sistem UNBK, penetapan tim teknis UNBK, penetapan
sekolah/madrasah pelaksana UNBK, penerapan resource sharing (berbagi
sumberdaya) UNBK, penetapam tim help desk (tim layanan bantuan), kriteria dan
penetapan protokor, pelatihan teknis pelaksanaan UNBK, penyiapan sistem UNBK
di sekolah/madrasah pelaksana UNBK, prosedur pelaksanaan UNBK, dan jadwal
pelaksanaan UNBK.
Persiapan yang matang nyatanya tetap tidak mampu mengatasi hambatan yang
terjadi selama pelaksanaan seperti gangguan teknis hingga keluhan yang datang dari
para peserta akan kualitas soal yang dianggap menyulitkan dengan menggunakan
sistem HOTS (Higher Order Thinking Skills). Seperti yang terjadi pada SMA dan
MA di daerah Nusa Tenggara Barat. Dari data yang dihimpun Federasi Serikat Guru
Indonesia (FSGI), ada sepuluh SMA/MA yang mengalami gangguan teknis di
antaranya kendala koneksi server PC sekolah dengan server UNBK pusat, server
rusak, dan mati listrik. Sekolah pun terpaksa memulai ujian pada siang hari bahkan
ada siswa yang harus mengulang ujian di hari tersebut (www.liputan6.com). Hal yang
sama terjadi di banyak daerah. Menurut sekjen FSGI Heru Purnomo masih banyak
sekolah yang tidak memiliki cukup komputer sehingga harus meminjam, jaringan
7
internet yang tidak memadai, sumber daya manusia yang masih belum siap
mengoperasikan dan kualitas protokor yang minim yang membuat ujian baru selesai
pukul 19.45. FSGI juga melaporkan terdapat satu sekolah yaitu SMAN 1 Lunyuk
yang harus menggunakan paket internet dari Axis ke XL (3G) guna memperlancar
jaringan internet (www.tribunnews.com ). Heru Purnomo mengatakan pada beberapa
daerah khususnya di luar Pulau Jawa, kendala teknis seperti itu dapat berdampat pada
psikologi siswa dan kelelahan menunggu.
Pihak-pihak tidak bertanggung jawab turut mencari kesempatan dalam
penyelenggaraan UNBK ini. Tercatat kasus pencurian laptop dan server di SMA
swasta sehingga mengakibatkan sekolah tersebut harus menumpang di sekolah lain
yang membuat sekolah yang ditumpangi harus meliburkan kegiatan belajar. Selama
penyelenggaraan, Kemendikbub menerima 383 pengaduan dengan jumlah
pengaduan terbanyak datang dari Jawa Barat. Siswa harus menyiapkan baik kondisi
fisik dan psikis mengingat situasi ujian yang bergantian terlebih apabila terdapat
kendala maka akan mengulur waktu ujian. Perihal masalah soal ujian yang
menggunakan sistem HOTS juga menambah deretan keluhan dari para peserta ujian
ke akun instagram kemendikbud. Banyak yang mengeluhkan soal yang tidak sesuai
dengan kisi-kisi yang diberikan. Bahkan para siswa menganggap dirinya hanya
dijadikan sebagai kelinci percobaan saja. Tidak sedikit yang mengaku cemas dengan
hasil UNBK karena walau tidak menentukan kelulusan namun bagi mereka yang
akan melanjutkan ke sekolah kedinasan akan sangat berpengaruh (www.pikiran-
rakyat.com).
Dibalik tujuan dan manfaat yang menjadi asalan diterapkannya UNBK, ternyata
selama pelaksanaannya masih saja banyak kendala yang menguras fisik dan psikis
para peserta ujian. Maasalah teknis dan soal-soal yang disajikan menjadi beban
tersendiri bagi para peserta ujian. Terlepas bukan sebagai syarat kelulusan namun
hasil ujian menjadi faktor utama bagi siswa-siswa yang akan melanjutkan ke
lembaga pendidikan tertentu.
8
Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak/favorable maupun perasaan tidak mendukung
atau tidak memihak/unfavorable pada objek tersebut.
Kedua, kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chave, Bogardus,
LaPierre, Mead dan Gordon Allport (tokoh terkenal di bidang Psikologi Sosial dan
Psikologi Kepribadian) dimana konsepsi mengenai sikap lebih kompleks. Menurut
kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap
suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan
kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. La Pierre (dalam
Azwar, 2016) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau
secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah
terkondisikan.
Ketiga, kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada
skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan
konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam
memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Secord & Backman
(dalam Azwar, 2016), mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal
perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang
terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Ketiga komponen tersebut secara
bersamaan mengorganisasikan sikap individu. Pendekan dengan skema triadik
disebut juga dengan pendekatan tricomponent.
Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara antara
responnya dan objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam tiga macam,
yaitu respon kognitif yaitu respon perseptual dan pernyataan tentang apa yang
diyakini, respon afektif ialah respon syaraf dimpatetik dan pernyataan afeksi, dan
respon konatif adalah respon berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku.
Masing-masing klasifikasi respon ini berhubungan dengan ketiga komponen
sikapnya. Dengan hanya melihat salah satu responnya saja, sikap seseorang dapat
diketahui. Akan tetapi, deskripsi lengkap mengenai sikap individu harus diperoleh
dengan melihat ketiga macam respon secara lengkap.
9
Komponen Sikap
Azwar (2016) menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen yaitu :
a. Komponen kognitif
Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan
datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan
apa yang telah kita lihat itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai
sifat atau karakteristik umum suatu objek.
Sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar
pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu.
Dengan demikian, interaksi kita dengan pengalaman di masa datang serta prediksi
kita mengenai pengalaman tersebut akan lebih mempunyai arti dan keteraturan.
Tanpa adanya sesuatu yang kita percayai, maka fenomena dunia di sekitar kita
pasti menjadi terlalu kompleks untuk dihayati dan sulitlah untuk ditafsirkan
artinya. Kepercayaanlah yang menyederhanakan dan mengatur apa yang kita lihat
dan temui.
Kepercayaan dapat terus berkembang. Pengalaman pribadi, apa yang
diceritakan orang lain, dan kebutuhan emosional merupakan determinan utama
dalam terbentuknya kepercayaan. Pengalaman pribadi yang digeneralisasikan
akan menjadi stereotipe. Apabila stereotipe ini sudah berakar sejak lama, maka
orang kemudian akan mempunyai sikap yang lebih didasari pada predikat yang
dilekatkan oleh pola stereotipenya dan bukan didasarkan pada objek sikap
tertentu. Sikap yang didasari pola stereotipe semacam ini biasanya sangat sulit
untuk menerima perubahan.
Tentu saja kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat.
Kadang-kadang kepercayaan terbentuk justru dikarenakan kurang atau tiadanya
informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi.
b. Komponen afektif
Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah emosional
subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini
disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian
perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan
sikap.
10
Pada umunya, reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak
dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan
berlaku bagi objek termaksud.
c. Komponen konatif
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari
oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.
Maksudnya, bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap
stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan
perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku secara
konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap
individual. Karena itu, adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang
akan dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek.
Konsistensi antara keprcayaan sebagai komponen kognitif, perasaan sebagai
komponen afektif, dengan tendensi perilaku sebagai komponen konatif seperti
itulah yang menjadi landasan dalam usaha penyimpulan sikap yang dicerminkan
oleh jawaban terhadap skala sikap. Namun, adalah keliru apabila mengharapkan
adanya hubungan sistematis yang langsung antara sikap dan perilaku nyata
dikarenakan sikap tidaklah merupakan determinan satu-satunya bagi perilaku.
Oleh karena itu, tidak tepat pula anggapa yang mengira bahwa komponen tendensi
perilaku dalam struktur sikap merupakan komponen yang paling mudah untuk
diukur atau diungkap.
Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukan bahwa komponen konatif
meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung saja, akan
tetapi meliputi pula bentuk-bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau
perkataan yang diucapkan oleh seseorang. Memang kemudian, masalahnya adalah
tidak adanya jaminan bahwa kecenderungan berperilaku itu akan benar-benar
ditampakan dalam bentuk perilaku yang sesuai apabila individu dalam situasi.
11
Akan tetapi ketika terjadi ketidakselarasan sehingga menimbulkan mekanisme
perubahan sikap sedemikian rupa maka konsistensi itu tercapai kembali. Konsistensi
dapat tercapai kembali dengan perubahan sikap, sikap yang semula negatif menjadi
positif atau pun sebaliknya. Prinsip ini banyak dimanfaatkan dalam manipulasi sikap
guna mengalihkan bentuk sikap tertentu menjadi bentuk yang lain, yaitu dengan
memberikan informasi berbeda mengenai objek sikap yang dapat menimbulkan
inkonsistensi di antara komponen-komponen sikap.
Semakin ekstrim intensitas sikap seseorang maka akan semakin terasa apabila
ada semacam serangan terhadap salah satu komponen sikapnya. Menurut Krosnick
(dalam Meinarno dan Sarwono, 2018) ekstreminitas karena adanya vested interested,
yaitu sejauh mana kepedulian orang terhadap suatu hal khususnya konsekuensi dari
hal tersebut yang menyangkut dirinya. Semakin besar vested intesrested, maka
semakin besar sikap terhadap perilakunya. Sikap ekstrim biasanya tidak mudah untuk
diubah. Perilaku kompensatif tersebut dapat berbentuk reaksi yang berlebihan yang
searah dengan sikap semula dan secara tidak sadar diperlihatkan individu untuk
mempertahankan ego. Walaupun secara komponen afektif bersifat negatif sedangkan
komponen kognitifnya bersifat positif, reaksi pertahanan ego akan bereaksi
berlebihan terhadap kenegatifannya.
Dalam ketiga komponen sikap terdapat perbedaan tingkat atau kadar serta
terdapat perbedaan kompleksitasnya. Pada suatu tingkatan sederhana, komponen
afektif seseorang dapat hanya berupa suka atau tidak sedangkan pada tingkat
kompleksitas akan terdapat kesemasan atau kekhawatiran. Dalam proporsinya, suatu
sikap yang didominasi oleh komponen afektif yang kuat dan kompleks yang lebih
sukar untuk berubah walaupun dimasukkan informasi baru yang berlawanan
mengenai objek sikapnya.
12
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-
kebutuhan. Selama di SMA, seluruh aspek perkembangan manusia yaitu psikomotor,
kognitif, dan afektif mengalami perubahan yang luar biasa. Siswa SMA mengalami
masa remaja, satu periode perkembangan sebagai transisi dari masa anak-anak
menuju masa dewasa.
Anak dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan
dijadikan bahan pelajaran. Anak bukanlah hanya sekedar versi yang lebih kecil dari
orang dewasa. Anak memiliki kemampuan dan kebutuhan yang sangat khusus.
Untuk itu perlu dipelajari bagaimana anak tumbuh, berkembang dan belajar, apa
kebutuhan dan apa minatnya. Proses berkembang ini dibagi atas fase-fase tertentu.
1. Perkembangan Aspek Psikomotorik
Wuest dan Lombardo (Abdullah dalam Sutamto, 2016) menyatakan bahwa
perkembangan aspek psikomotor seusia siswa SMA ditandai dengan perubahan
jasmani dan fisiologis secara luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut
adalah pertumbuhan tinggi badan dan berat badan. Pada usia 15-17 tahun atau lebih
cepat dan lebih lambat dari itu, siswa mengalami pertumbuhan cepat. Tulang rangka
mengalami perubahan semakin keras. Bagian tubuh mengalami pertumbuhan dan
pematangan pada kecepatan yang berbeda, sehingga proporsi antaranggota tubuh
kelihatan tidak sempurna. Kondisi ini menyebabkan remaja mengeluh bahwa
tubuhnya terlalu gemuk, sehingga terkadang menjadi kendala partisipasinya dalam
aktivitas jasmani.
2. Perkembangan Aspek Kognitif
Wuest dan Lombardo (Abdullah dalam Sutamto, 2016) menyatakan
perkembangan kognitif pada siswa SMA meliputi peningkatan fungsi intelektual,
kapasitas memori dan bahasa, dan pemikiran konseptual. Siswa mengalami
peningkatan kemampuan mengekspresikan diri, kemampuan memecahkan masalah
dan membuat keputusan akan meningkat.
3. Perkembangan Aspek Afektif
Wuest dan Lombardo (Abdullah dalam Sutamto, 2016) menyatakan
perkembangan afektif siswa SMA mencakup proses belajar perilaku. Pihak yang
berpengaruh dalam proses sosialisasi remaja adalah keluarga, sekolah dan teman
sebaya. Dari ketiganya pihak yang sangat berpengaruh adalah teman sebaya. Siswa
juga mengalami kondisi egosentris, yaitu kondisi yang hanya mementingkan
13
pendapatnya sendiri dan mengabaikan pandangan orang lain. Remaja menghabiskan
waktu memikirkan penampilan, tindakan, perasaan dan perhatian. Siswa mengalami
perubahan persepsi atas kemampuan dan keyakinan yang kuat bahwa ia mampu
mengerjakan sesuatu, sehingga timbul rasa percaya diri.
14
(client) terhubung dengan sistem tes berbasis komputer melalui komputer server.
Untuk itulah dibutuhkan sistem tes berbasis komputer yang layak pakai.
Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) adalah sebuah sistem Ujian
Nasional dimana dalam pelaksanaannya menggunakan media komputer. Sistem ini
dalam Bahasa Inggris disebut juga dengan CBT atau Computer Based Test. Ujian
Nasional Berbasis Komputer ini berbeda dengan Paper Based Test atau sistem Ujian
Nasional berbasis kertas. Pelaksanaan UNBK sendiri dimulai pada tahun 2014,
dimana pada tahun tersebut terdapat sekolah yang melaksanakan UNBK hanya dua
yaitu SMP Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) dan SMP Indonesia Singapura. Dengan
suksesnya pelaksanaan ujian di kedua sekolah tersebut, mendorong Kementerian
Pendidikan Budaya untuk menerapkan UNBK diseluruh sekolah di Indonesia.
Ujian Nasional Berbasis Komputersendiri menggunakan sistem model
Computer Based Test semi-online. Artinya, penggunaan komputer dalam ujian ini
tidak sepenuhnya dikatakan online, karena model ini hanya menggunakan koneksi
internet pada saat:
1. Proses sinkronisasi beberapa waktu sebelum hari ujian.
2. Rilis token ketika hari ujian.
3. Upload data jawaban peserta ujian setelah tes selesai. Sedangkan akses tes
oleh peserta ketika pelaksanaan ujian tidak memerlukan jaringan internet.
Dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Sekolah penyelenggara UNBK harus menyediakan server lokal.
2. Beberapa hari sebelum hari ujian, server lokal melakukan sinkronisasi
dengan server pusat (sinkronisasi informasi soal ujian dan informasi
peserta). Jadwal sinkronisasi diatur dalam petunjuk pelaksanaan UNBK.
3. Peserta ujian mengakses tes secara offline dari server lokal.
4. Hasil ujian diupload ke server pusat dengan menggunakan akses internet.
15
terperinci. Dengan menggunakan metode tersebut, peneliti dapat mengetahui
bagaimana sikap terhadap penyelenggaraan UNBK pada siswa di Jawa Barat.
16
1.6.6 Aturan Focus Group Discussion
Aturan dalam Focus Group Discussion adalah:
1. Setiap partisipan harus mengemukakan pendapat dalam dua putaran pertama
(bergilir secara berurutan)
2. Dalam 2 putaran pertama tidak boleh mengomentari pendapat orang lain
3. Putaran ketiga untuk bertanya dengan tujuan mengklarifikasi pendapat orang
lain
4. Tahap berikutnya mendiskusikan argumentasi dari pendapat-pendapat yang
muncul
5. Terbuka kemungkinan ada perbedaan pendapat tetapi tidak ada keharusan
mencapai kesepakatan
6. Terbuka kemungkinan adanya gagasan baru berdasarkan gagaan-gagasan yang
telah ada, inipun tidak harus disepakati.
1.6.7 Perekaman
Terdapat 4 alat elektronika yang dipakai dalam FGD ini ada 4 camera didalam
setiap kelompok ditempatkan 1 camera untuk merekam video dan untuk merekam
suara menggunakan Tape Recorder yang berjumlah 4, yang dimana setiap kelompok
menggunakan 1 Tape Recorder
17
- Bagaimana sikap saudara terhadap penyelenggaraan ujian nasional yang
dilaksanakan dengan berbasis komputer?
Pada putaran pertama partisipan diminta untuk memberikan pendapatnya tentang
apa yang diketahui tentang UNBK, persiapan dalam menghadapi UNBK dan sikap
partisipan terhadap UNBK. Setiap orang harus mengemukakan pendapatnya secara
bergantian dan tidak boleh mengomentari pendapat orang lain. setelah itu, pada
putaran kedua partisipan diberi kesempatan untuk melengkapi atau menambahkan
pendapatnya.
Di tahap selanjutnya partisipan dapat berdiskusi. Setiap partisipan dapat
menanggapi pernyataan dari partisipan yang lain boleh berupa persetujuan atau
sanggahan. Kemungkinan perbedaan pendapat dapat terjadi namun tidak
diperkenankan untuk mencari kesimpulan atau kesepakatan.
Pada putaran terakhir setiap partisipan diminta untuk memberikan kesan
mengenai topik yang telah dibahas yaitu UNBK.
1.7 Intervensi
Dari pembahasan diatas dapat dilakukan intervensi dengan cara memberikan
seminar tentang motivasi kepada siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian.
Tujuannya adalah agar siswa dapat mempersiapkan diri dan yakin terhadap diri
sendiri saat melaksanakan ujian. Selain itu juga dapat dilakukan penyuluhan atau
sosialisasi tentang sistem dan kisi-kisi untuk UNBK yang akan dilaksanakan agar
lebih siap dalam menghadapi UNBK. Sosialisasi dapat dilaksanakan sedai kelas XII
agar saat sudah mendekati waktu ujian siswa lebih fokus kepada materi dan dapat
melaksanakan ujian dengan baik. Sekolah juga diharapkan dapat memperbaiki sistem
yang sudah berjalan saat ini. Dari mulai sarana hingga prasarana untuk menunjang
pelaksanaan UNBK. Setiap sekolah diharapkan lebih siap dalam pelaksanaan UNBK
para siswa sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. Sekolah juga dapat
memperbaiki dan mengevaluasi rencana strategi dan prosedur pelaksanaan UNBK
sehingga dapat memberikan kelancaran dalam pelaksanaan UNBK dan siswa merasa
lebih aman dan lebih nyaman.
18
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, Margith Juita. 23 April 2018. Ini 5 Masalah UNBK 2018: Pohon Tumbang
Hingga Soal Tidak Utuh. Tersedia [Online]:
https://news.idntimes.com/indonesia/margith-juita-damanik/ini-5-
masalah-unbk-2018-pohon-tumbang-hingga-soal-tidak-utuh/full
Harmiyuni. 2016. Persepsi Siswa Tentang Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis
Komputer Di Smk Komputer Mutiara Ilmu Makassar. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.
Harsono, Fitri Haryanti. 10 April 2018. 3 Kendala Utama Pelaksanaan UNBK 2018
SMA/MA. Tersedia [Online]:
https://www.liputan6.com/health/read/3441449/3-kendala-utama-
pelaksanaan-unbk-2018-smama
Pertiwi, Nirwana Gita. 2015. Pengaruh Self Efficacy Terhadap Hasil Belajar Pada
Siswa Kelas V Sekolah Dasar Daerah Binaan Iv Kecamatan Cilacap
Selatan Kabupaten Cilacap. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Saifuddin, Azwar. 2016. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Sarwono, Sarlito dan Meinarno, Eko. 2018. Psikologi Sosial: Edisi 2. Jakarta:
Salemba Humanika.
Seftiawan, Dhita. 3 April 2017. UNBK Masih Bermasalah, Jabar Paling Banyak
Aduan. Tersedia [Online]: http://www.pikiran-
rakyat.com/pendidikan/2017/04/03/unbk-masih-bermasalah-jabar-paling-
banyak-aduan-397916
Solikin, Mokhamad. 2017. Evaluasi Interface Aplikasi Ujian Nasional Berbasis
Komputer. Yogyakarta: Universitas Amikom Yogyakarta.
Suryanto. 2015. Computer-Based Test (Cbt) Sarana Ujian Nasional. Malang: Pusat
Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Bidang Otomotif & Elektronika.
Sutamto. 2016. Strategi Kedisiplinan Guru Dan Tenaga Administrasi Dalam
Meningkatkan Prestasi Peserta Didik. Bandar Lampung: Universitas
Bandar Lampung.
19