Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322571926

PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK SD/MI MELALUI


PEMBELAJARAN TEMATIK-TERPADU

Article  in  JURNAL JPSD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar) · August 2014


DOI: 10.26555/jpsd.v1i1.a538

CITATIONS READS

8 7,430

1 author:

Andi Prastowo
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
6 PUBLICATIONS   14 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

I will do a research on hoax news preventive action trought the education of digital literation integrated with curriculum on higher education: case study in State
Islamic University, Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Andi Prastowo on 20 March 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 1

PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK SD/MI


MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK-TERPADU

Andi Prastowo
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
E-mail:anditarbiyah @gmail.com

Abstrak: Salah satu problematika pendidikan di Indonesia yang terbesar adalah rendahnya mutu
pendidikan dasar di SD/MIyang sangat menentukan bagi kelanjutan pendidikan berikutnya. Pemerintah
sesungguhnya telah mengupayakan berbagai kebijakan untuk mengatasi hal tersebut, namun terbukti be-
lum menghasilkan perbaikan yang signifikan. Dilihat dari pengamatan di lapangan, problematika rendah-
nya mutu pendidikan ini tampaknya lebih karena faktor mutu proses pembelajaran yang masih jauh dari
kebutuhanpsikologispeserta didik. Namun, dengan ditetapkannya Kurikulum 2013 yang mengamanatkan
kepada setiap guru di di SD/MI agar menggunakan pendekatan pembelajaran tematik-terpadu adalah tero-
bosan cerdas karena selaras dengan karakteristik berpikir peserta didik yang masih operasional konkret
dan holistik.
Kata kunci: Mutu pendidikan, kebijakan, pembelajaran tematik-terpadu, berpikir holistik.

Abstract: One of thebiggest education problematika in Indonesia is lowering of quality of education


of base in elementary school which is very determine to next education continuation. Real government have
strived various policy to overcome the mentioned, proven but not yet yielded repair which is significant.
Seen from perception in field, the problem of low quality of this education seems more because factor
quality of study process which a long way off from psychological requirement of student. But, specified
of Curriculum 2013 commending to every teacher in elementary school to be using approach of integrated
learning is smart breakthrough because in harmony with characteristic think student which still operational
of concrete and holistik.
Keywords: quality of education, policy, integrated learning, thinking, holistic.

PENDAHULUAN
dan sampai sekarang, mutu pendidikan masih
Meskipun selama ini pemerintah di Indone- tetap dirasakan sebagai tantangan yang cukup
sia telah melakukan berbagai upaya dalam men- berat, mungkin tidak berbeda jauh dengan tan-
ingkatkan mutu pendidikan namun ternyata hal tangan yang dirasakan masyarakat Indonesia
ini masih menjadi problem utama yang hingga 40 tahun yang lalu (Suryadi dan Budimansyah,
saat ini belum bisa dituntaskan. Sebagaimana 2009:127).
diungkapkan Suryadi dan Budimansyahbahwa Keberadaan kualitas pendidikan dapat dii-
upaya peningkatan mutu pendidikan yang di- dentifikasi antara lain dari peringkat kualitas
lakukan oleh Pemerintah Indonesia pada semua SDM yang diukur berdasarkan IPM, prestasi
jenis dan jenjang pendidikan, paling tidal sejak belajar yang dicapai berdasarkan nilai hasil uji-
awal periode pembangunan nasional jangka an nasional, dan hasil-hasil studi internasional
panjang pertama, telahmengeluarkan biaya yang seperti yang dilakukan oleh TIMS dan PISA.
besar,tenagayang banyak, dan waktu yang cu- Berdasarkan hasil-hasil pengukuran ini Indo-
kup panjang. Namun demikian, selama itu pula nesia masih tergolong belum termasuk kategori
2 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014

tinggi. Peringkat IPM masih tertinggal dari se- level di atasnya tidak jauh berbeda. Logika ini
jumlah negara-negara di kawasan ASEANhasil mempertimbangkan sejumlah pendapat berikut
ujian nasional juga angka kelulusannya masih ini. Pertama, Andi Prastowo(2013:13) yang
di bawah angka enam, di bawah batas lulus di menyatakan bahwa pendidikan dasar merupa-
Malaysia dan Singapura, dan hasil studi inter- kan fondasi dasar dari semua jenjang sekolah
nasional pun peringkatnya masih di bawah se- selanjutnya. Kedua, Mohammad Ali, mantan
jumlah negara ASEAN lain. Adapun masalah Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemen-
relevansi pendidikan dapat diidentifikasi dari terian Agama, mengungkapkan bahwa tujuan
masih tingginya angka pengangguran. Kualitas penyelenggaraan pendidikan dasar (SD/MI dan
dan relevansi pendidikan ini berdampak pada SMP/MTs) adalah menyiapkan siswa agar men-
kurangnya daya saing yang dapat diidentifikasi jadi manusia yang bermoral, menjadi warga
dari kemampuan SDM dalam memenangkan negara yang mampu melaksanakan kewajiban-
persaingan merebut pasar tenaga kerja (Ali, kewajibannya, dan menjadi orang dewasa yang
2009:250-251). mampu memperoleh pekerjaan. Dan, secara op-
Ada kemungkinan banyak faktor yang erasional, tujuan pokok pendidikan dasar ada-
menyebabkan rendahnya mutu pendidikan lah membantu siswa dalam mengembangkan
suatu bangsa. Seperti di antaranya belum op- kemampuan intelektual dan mentalnya, proses
timalnya upaya yang dilakukan pemerintah da- perkembangan sebagai individu yang mandiri,
lam melakukan peningkatan mutu pendidikan, proses perkembangan sebagai makhluk sosial,
mungkin juga karena upaya-upaya yang telah belajar hidup menyesuaikan diri dengan ber-
dilakukan telah berjalan relatif lebih lambat bagai perubahan, dan meningkatkan kreativitas
ketimbang aspirasi masyarakat tentang mutu (Ali, 2009:290-291). Dan, terakhir atau yang
pendidikan yang berubah dan berkembang den- ketiga, pendapat A. Malik Fadjar (1999:34)
gan cepat. Di samping itu, mungkin juga kita yang menyatakan bahwa sekolah dasar atau ma-
telah memecahkan permasalahan yang keliru. drasah ibtidaiyah (Ml) adalah pendidikandasar
Secara konseptual, mutu pendidikan dapat di- awal sebeium memasuki pendidikan dasar me-
artikan sebagai berikut: Kemampuan lembaga nengah, yaitu SMP/MTs. Pendidikan di sekolah
pendidikan dalam mendayagunakan sumber- dasar ataupun madrasah ibtidaiyah memegang
sumber pendidikan untuk meningkatkan kemam- peran penting dalam proses pembentukan ke-
puan belajar seoptimal mungkin (Ace Suryadi, pribadian siswa, baik yang bersifat internal
1992). Dengan demikian, menurut Suryadi dan (bagaimana mempersepsi dirinya), eksternal
Budimansyah (2009:197)mutu pendidikan akan (bagaimana mempersepsi lingkungannya), dan
dapat diukur dengan pertanyaan sebagai berikut: suprainternal (bagaimana mempersepsi dan me-
“apakah anak didik atau lulusan pendidikan su- nyikapi Tuhannya sebagai ciptaan-Nya.
dah memiliki kemampuan belajar seperti yang Hal tersebut diperkuat oleh sejumlah in-
dimaksudkan”. Jika jawabannya ‘tidak’, maka dikasi di lapangan yang diungkap oleh Moham-
upaya yang telah dilakukan dalam peningkatan mad Ali (2009:252-259) sebagai berikut: perta-
mutu pendidikan cenderung telah membidik ma, masih rendahnya kualitas hasil belajar yang
sasaran masalah yang keliru. Ini dalam pandan- ditandai oleh standar kelulusan yang ditetapkan,
gan William Dunn adalah jenis kesalahan ketiga yaitu 4,25 dari skala 10 dan 4,50 pada tahun
(type three error), yaitusolving the wrong prob- 2008. Seorang siswa dinyatakan lulus meskipun
lem with the sophisticated methods of solution. hanya mampu menyerap mata pelajaran sebesar
Di samping itu, sangat besar pula kemung- 4,25%, Dengan standar kelulusan yang rendah
kinan justru rendahnya mutu pendidikan nasion- pun masih banyak siswa yang tidak lulus pada
al tersebut berakar dari rendahnya mutu pendidi- Ujian Nasional 2007. Nilai kelulusan Ujian
kan pada level Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Nasional ini ternyata masih di bawah negara
Ibtidaiyah(MI), sebagai pendidikan dasar yang tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Kon-
menjadi landasan bagi pendidikan pada jenjang disi ini menunjukkan peserta didik kurang da-
berikutnya. Jika pada level SD/MI ini saja mutu pat bersaing dengan negara-negara tetangga.
pendidikannya sudah buruk maka sangat besar Walaupun angka kelulusan ujian nasional set-
kemungkinan bahwa mutu pendidikan pada iap tahun mengalami kenaikan, tetapi masih di
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 3

bawah negara-negara Asia lain yang telah me- didikan nasional. Untuk itu, perlu dikembang-
matok angka di atas enam. kankan solusi kebijakan terbaik untuk menga-
Indikasi kedua yakni angka ketidaklulusan tasi problem rendahnya mutu pendidikan pada
ujian nasional (UN) tahun 2004/2005 lebih tinggi Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah agar benar-
bila dibandingkan dengan tahun 2003/2004. Na- benar sesuai dengan masalah yang semestinya
mun,.bila dilihat dari nilai rata-rata yang dicapai di atasi sehingga tepat sesuai sasaran, efektif
terdapat peningkatan yang cukup berarti yakni dan efisien.
dari 5,55 tahun 2003/2004 menjadi 6,76 pada Menurut Karwati dan Triansa (2013:51),
tahun 2004/2005. Angka mengulang kelas pada upaya peningkatan mutu bidang pendidikan di-
SD kelas awal juga cukup tinggi, yaitu I 7,92%. fokuskan kepada mutu proses pendidikan. Inti
Kondisi ini menunjukkan bahwa kesiapan me- dari proses pendidikan adalah pembelajaran pe-
masuki SD masih rendah. Dilihat kecenderun- serta didik. Proses pembelajaran ini mencakup
gan angka mengulang kelas menurut tingkat, sejumlah unsur utama yang mendasar yang
makin tinggi tingkat kelas makin rendah angka membentuk mutu pembelajaran. Unsur-unsur
mengulang kelas di I SD. Walaupun menunjuk- tersebut adalah tujuan pembelajaran, isis kuri-
kan kecenderungan yang makin menurun setiap kulum, guru, sarana dan prasarana, dana, mana-
tiga tahun terakhir ini sekitar 700.000 siswa SD/ jemen dan evaluasi. Tujuan penting yang diper-
Ml putus sekolah setiap tahun. lukan dalam peningkatan mutu adalah ketepatan
Indikasi ketiga yakni dilihat dari kualifika- dan kejelasan.
si guru yang mengajar di SD/MI maka pendidik Hal tersebut juga ditegaskan Zamroni
pada jenjang SD dengan kualifikasi sarjana (S1) (2011:136-137), bahwa peningkatan mutu
persentasenya masih sangat kecil. Sebagian be- sekolah, dapat disebut sebagai suatu perpaduan
sar pendidik SD mayoritas pendidikan berlatar antara knowledge-skill, art, dan entrepreneur-
belakang D1 dan D2. Seperti diungkap Balit- ship. Suatu perpaduan yang diperlukan untuk
bang Depdiknas RI tahun 2005/2006 bahwa membangun keseimbangan antara berbagai te-
dari sejumlah 1.346.846 orang guru SD yang kanan, tuntutan, keinginan, gagasan, pendeka-
berpendidikan Sarjana hanya 15.18%, S2/S3 tan dan praktek. Perpaduan tersebut di atas
berjumlah 0,12 %, D3 sebanyak 2,97%, D2 berujung pada bagaimana proses pembelajaran
berjumlah 48,95%, dan D1 atau dibawahnya se- dilaksanakan sehingga terwujud proses pembe-
banyak 32,78%. Indikasi keempat, yaitu menu- lajaran yang berkualitas. Semua upaya pening-
rut kelayakan mengajar guru, data Balitbang ta- katan mutu sekolah harus melewati variabel ini.
hun 2006 menyebutkan bahwa persentase guru Proses pembelajaran merupakan faktor yang
yang tidak layak mengajar terutama di jenjang langsung menentukan kualitas sekolah. Oleh
SD mencapai sekitar 1.140.836 orang (84,70%) karena iu, peningkatan mutu pembelajaran mer-
baik pada sekolah negeri maupun swasta. Rin- upakan inti dari reformasi pendidikan di negara
ciannya sebagai berikut: untuk SD Negeri manapun.
guru yang layak sejumlah 14,37% dan 85,63% Dalam upaya peningkatan mutu proses
tidak layak; sedangkan untuk SD Swasta guru pembelajaran tersebut, ada banyak variabel yang
yang layak 25,89% dan guru yang tidak layak saling berinteraksi secara kompleks dan rumit.
74,11%. Variabel-variabel dalam banyak proses interaksi
Dari empat indikasi yang disebutkan oleh antara guru dan peserta didik berkaitan dengan
Mohammad Ali tersebut sudah dapat dilihat suatu materi tertentu yang tidak dapat dikenda-
bahwa besar kemungkinan bahwa mutu pen- likan secara pasti.Terdapat keterkaitan berbagai
didikan pada jenjang Sekolah Dasar/Madrasah materi yang sulit untuk diindentifikasi mana
Ibtidaiyah yang masih begitu rendah ditambah yang mempengaruhi dan mana yang dipengar-
dengan peranannya yang sangat penting bagi uhi. Hasil pembelajaran tidak bisa diestimasi
pendidikan pada jenjang berikutnya sebagaima- secara matematis, pasti (Zamroni, 2011:136-
na dikemukakan Prastowo, Mohammad Ali, dan 137).Namun, menurut La Iru dan La Ode Safi-
A. Malik Fadjar maka buruknya mutu pendidi- un Arihi (2012:1), kompetensi dan tujuan pem-
kan dasar di SD/MI memiliki kontribusi yang belajaran akan tercapai secara optimalapabila
besar dalam menentukan rendahnya mutu pen- pemilihan pendekatan, metode, strategi, dan
4 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014

model-model pembelajaran tepat dan disesuai- sekelilingnya secara utuh (Susanto, 2013:94).
kan dengan materi, tingkat kemampuan siswa, Berdasarkan uraian di atas, penulis melihat
karakteristik siswa. Dengan kata lain, ketepa- bahwa kebijakan pemerintah berkaitan dengan
tan dalam menentukan pendekatan pembelaja- penggunaan pendekatan pembelajaran tematik-
ran menjadi faktor yang penting dalam upaya terpadu di SD/MI tampaknya merupakan upaya
penngkata mutu proses pembelajaran. yang akan memenuhi kebutuhan psikologis pe-
Mulai tahun 2013, pemerintah menetapkan serta didik di SD/MI. Jika kebutuhan perkem-
kebijakan baru seiring dengan implementasi bangan peserta didik terpenuhi dan terlayani
Kurikulum 2013, yaitu penggunaan pendeka- dengan efektif dan efisien maka sangat besar
tan pembelajaran ematik-terpadu untuk SD/MI. kemungkinan bahwa mutu proses pembela-
Seperti disebutkan dalamlampiran Peraturan jaran di SD/MI kedepannya akan meningkat.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Berangkat dari sinilah penulis memandang
Indonesia No. 65 Tahun 2013 tentang Standar penting kajian secara lebih mendalam tentang
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah bah- kebijakan pendidikan penerapan pembelaja-
wa kegiatan pembelajaran untuk SD/MI/SDLB/ ran tematik-terpadu di SD/MI dari perspektif
Paket A menggunakan pendekatan pembelaja- psikologi pendidikan. Adapun beberapa rumu-
ran tematik-terpadu. Hal serupa juga dijelaskan san masalah yang dikaji di antaranya, pertama,
dalam Lampiran Permendikbud RI No. 67 Ta- bagaimanakah karakteristik perkembangan pe-
hun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur serta didik di SD/MI?, kedua, bagaimanakah
Kurikulum Sekolah Dasa / Madrasah Ibtdaiyah kebijakan pembelajaran tematik-terpadu di SD/
bahwa untuk proses pembelajaran pada jenjang MI?, dan ketiga, sejauhmana relevansi kebijakan
SD/MI dari kelas 1 hingga kelas VI menggu- pembelajaran tematik-terpadu bagi pemenuhan
nakan pembelajaran tematik-terpadu. Pembe- kebutuhan perkembangan peserta didik di SD/
lajaran tematik-terpadu merupakan pendekatan MI? Kajian dalam artikel ini dilakukan dengan
pembelajaran yang memadukan bebagai kom- menggunakan library research (studi kepusta-
petensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam kaan) dengan menggunakan metode analisis
berbagai tema (Madjid, 2014:49). konten kebijakan. Adapun untuk melihat sejauh
Keputusan pemerintah untuk menggunakan mana kebijakan penerapan pembelajaran tema-
pendekatan pembelajaran tematik-terpadu ini tik-terpadu di SD/MI relevan dengan kebutu-
tampaknya relevan dengan upaya peningkatan han perkembangan peserta didik menggunakan
mutu proses pembelajaran di SD/MI. Karena, pendekatan psikologi pendidikan.
menurut Ridwan Abdullah Sani (2013:vii-viii)
perbaikan mutu seharusnya dilakukan dalam Karakteristik Perkembangan Siswa SD/MI
upaya memenuhi kebutuhan peserta didik un- Kajian pada segmen pertama ini berangkat
tuk hidup di masyarakat pada era persaingan dari sebuah asumsi bahwa pemahaman yang baik
dengan bangsa asing yang mulai merambah ke terhadap karakteristik kebutuhan perkembangan
Indonesia. Adapun pemaduan melalui pembela- peserta didik di SD/MI merupakan kunci bagi
jaran tematik terpadu tersebut yang dilakukan keberhasilan proses pembelajaran. Sebagaima-
melalui dua hal yaitu integrasi sikap, keterampi- na diungkapkan Hamzah B. Uno dan Nurdin
lan, dan pengetahuan dalam proses pembelaja- Mohamad (2011:261) bahwa dengan mema-
ran dan terpadunya berbagai konsep dasar yang hami siswa dengan baik, diharapkan kita dapat
berkaitan menjadikan peserta didik tidak bela- memberikan layanan pendidikan yang tepat dan
jar konsep dasar secara parsial akan tetapi justru bermanfaat bagi masing-masing anak. Selain
memberikan makna yang utuh. Di samping itu, itu, pentingnya memahami dan memenuhi ke-
pemaduan ini secara psikologis memberikan ke- butuhan perkembangan peserta didik di SD/MI
untungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya bagi guru menurut Sumantri dalam Ahmad Su-
(Madjid, 2014:50). Hal ini tampaknya juga ses- santo (2013:71), yaitu sebagai berikut:pertama,
uai dengan karakteristik dunia anak yang dalam kita akan memperoleh ekspektasi yang nyata
tahap perkembangan mentalnya selalu dimulai tentang anak dan remaja; kedua, pengetahuan
dari tahap berpikir nyata dalam kehidupan se- tentang psikologi perkembangan anak mem-
hari-hari yang memandang obyek yang ada di
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 5

bantu kita untuk merespons sebagaimana mes- dan perkembangan seorang anak menuju kede-
tinya pada perilaku tertentu pada seorang anak; wasaan, terjadi perubahan-perubahan kebutu-
ketiga, pengetahuan tentang perkembangan han seperti di atas menjadi lebih besar. Dan,
anak akan membantu mengenali berbagai pe- kebutuhan sosial psikologis seseorang akan
nyimpangan dari perkembangan yang normal; lebih banyak dibandingkan kebutuhan fisiknya
keempat, dengan mempelajari perkembangan sejalan dengan usianya.
anak akan membantu memahami diri sendiri. Ada dua teori kebutuhan yang perlu di-
Karakteristik perkembangan anak pada usia ungkapkan untuk memahami kebutuhan peserta
SDbiasanyapertumbuhan fisiknya telah menca- didik SD/MI, yaitu teori kebutuhan yang dikem-
pai kematangan. Mereka telah mampu mengon- bangkan oleh Maslow dan teori kebutuhan yang
trol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dikembangkan oleh Lindgren. Menurut teori
dapat melompat dengan kaki secara bergantian, kebutuhan Maslow, kebutuhan yang rendah
dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat me- dalam hierakhi kebutuhan individu paling tidak
nangkap bola dan telah berkembang koordinasi harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan
tangan dan matanya untuk dapat memegang yang lebih tinggi pada hierarkhi tersebut men-
pensil maupun memegang gunting. Selain itu, jadi sumber motivasi yang penting. Kebutuhan
perkembangan sosial anak yang berada pada mendasar seorang individu adalah kebutuhan
usia kelas awal SD, antara lain mereka telah da- fisiologis, lalu kebutuhan individu berkembang
pat menunjukkan keakuannya tentang jenis ke- dengan kebutuhan ingin dilindungi, kebutuhan
laminnya, telah mulai berkompetisi dengan te- akan cinta dan rasa memiliki, dan seterusnya
man sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu sehingga kebutuhan tersebut mencapai kli-
berbagi, dan mandiri (Madjid, 2014:7). maks pada kebutuhan mengaktualisasikan diri.
Untuk perkembangan bahasa, bagi anak Tahapan tersebut tidak bersifat statis. Setiap ke-
usia sekolah dasar minimal dapat menguasai butuhan bisa semakin meningkat atau melemah
tiga kategori, yaitu:pertama, dapat membuat ka- tergantung dari perkembangan masing-masing
limat yang lebih sempurna; kedua, dapat mem- individu. Sedangkan menurut Lindgren kebu-
buat kalimat majemuk; dan ketiga, dapat meny- tuhan dasar individu dikelompokkan menjadi
usun dan mengajukan pertanyaan. Di samping 4 (empat) aspek, yaitu untuk kebutuhan paling
itu, menurut Syamsu Yusuf dalam Ahmad Su- dasar (pertama), yaitu kebutuhan jasmaniah,
santo (2013:74-76), pada usia sekolah dasar ini termasuk keamanan dan pertahanan diri; tingkat
anak mulai belajar mengendalikan dan mengon- kedua, kebutuhan perhatian dan kasih sayang;
trol ekspresi emosinya. Syamsu juga mengata- tingkat ketiga, kebutuhan untuk memiliki; dan
kan bahwa karakteristik emosi yang stabil (se- tingkat keempat, kebutuhan aktualisasi diri
hat) ditandai dengan menunjukkan wafah yang (Uno dan Mohamad, 2011:282-285).
ceria, bergaul dengan teman secara baik, dapat Pada masa kanak-kanak akhir dan anak
berkonsentrasi dalam belajar, bersifat respek sekolah, yaitu usia enam hingga dua belas ta-
(menghargai) terhadap diri sendiri dan orang hun, mereka memiliki sejumlah tugas perkem-
lain. Adapun perkembangan moral pada anak bangan, yaitu sebagai berikut: pertama, belajar
usia SD/MIyaitumereka sudah dapat mengikuti keterampilan fisik untuk pertandingan biasa se-
peraturan atau tuntutan dari orangtua atau ling- hari- hari; kedua, membentuk sikap yang sehat
kungan sosialnya. Pada akhir usia ini (usia 11 terhadap dirinya sebagai organisme yang se-
atau 12 tahun), anak bahkan sudah dapat me- dang tumbuh kembang; ketiga, belajar bergaul
mahami alasan yang mendasari suatu peraturan. dengan teman-teman sebayanya; keempat, bela-
Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasi- jar peranan sosial yang sesuai sebagai pria atau
kan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar wanita; kelima, mengembangkan konsep-konsep
salah atau baik buruk. yang perlu bagi kehidupan sehari-hari; keenam,
Menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin Mo- mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu
hamad (2011:282), sebagai makhluk psiko-fisik, skala nilai-nilai; ketujuh, mencapai kebebasan
anak-anak sejak bayi sudah memiliki kebutu- pribadi; dan kedelapan, mengembangkan sikap-
han-kebutuhan dasar, yaitu seperti kebutuhan sikap terhadap kelompok-kelompok dan institu-
fisik dan psikis. Dalam proses pertumbuhan si-institusi sosial. Menurut Havighurst tugas-
6 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014

tugas perkembangan ini merupakan tugas yang kat-tingkat. Tingkatan perkembangan intelektu-
muncul pada saat atau di sekitar suatu periode al peserta didik SD/MI merujuk pada pendapat
tertentu dari kehidupan individu yang jika ber- Piaget memiliki ciri-ciri yaitu: tahap pra-opera-
hasil akan menimbulkan rasa bangga dan mem- sional (2-7 tahun), tahap berpikir pra-konseptu-
bawake arah keberhasilan dalam melaksanakan al (2—4 tahun) yang ditandai dengan mulainya
tugas-tugas berikutnya (Susanto, 2013:72). adaptasi terhadap simbol, mulai dan tingkah
Sementara itu, tahap perkembangan ting- laku berbahasa, aktivitas imitasi dan permainan.
kah laku belajar anak Sekolah Dasar atau Ma- Kemudian pada tahap berpikir intuitif (4-7 ta-
drasah Ibtidaiyah sangat dipengaruhi oleh ber- hun) ditandai oleh berpikir pralogis yaitu antara
bagai aspek dari dalam diri dan lingkungan operasional konkret dengan prakonseptual. Pada
yang ada di sekitarnya. Kedua hal tersebut tidak tahap ini perkembangan ingatan peserta didik
mungkin dipisahkan karena memang proses be- sudah mulai mantap, tetapi kemampuan ber-
lajar terjadi dalam interaksi diri siswa dengan pikir deduktif dan induktif masih lemah/belum
lingkungannya (Prastowo, 2013:33-34). Seperti mantap.Perkembangan intelektual siswa seko-
diungkapkan oleh Piaget,setiap anak memiliki lah dasar berada pada tahap operasional konkret
cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan (7-11 tahun) yang ditandai oleh kemampuan ber-
beradaptasi dengan lingkungannya (Rusman, pikir konkret dan mendalam, mampu mengklas-
2010:250). ifikasi dan mengontrol persepsinya. Pada tahap
Dikatakan pula oleh Piaget bahwa pada ini, perkembangan kemampuan berpikir siswa
diri anak terdapat struktur kognitif yang disebut sudah mantap, kemampuan skema asimilas-
skema. Dalam memahami dunia mereka secara inya sudah lebih tinggi dalam melakukan suatu
aktif, anak-anak menggunakan skema (schema). koordinasi yang konsisten antar skema (Madjid,
Skema bisa merentang mulai dari skema seder- 2014:8). Kemudian, pada usia 11 tahun hingga
hana (contohnya, seperti skema seekor gajah) dewasa, peserta didik memiliki karakteristik
sampai skema kompleks (seperti skema tentang perkembangan intelektual yang disebut tahap
bagaimana terjadinya alam semesta). Ditegas- operasional formal. Pada tahap ini peserta didik
kan Piaget bahwa ada dua proses yang bertang- sudah mapu berpikir secara lebih abstrak, ide-
gungjawab atas cara anak menggunakan dan alistik, dan logis (Santrock, 2007:47-48). Ber-
mengadaptasi skema mereka, yaitu asimilasi dasarkan tahapan tersebut, siswa sekolah dasar
dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika seorang kelas I-VI memiliki tingkatan intelektual opera-
anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam sional konkret dan siswa kelas enam memiliki
pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi terjadi tingkatan operasional formal (Madjid, 2014:8).
ketika anak menyesuaikan diri pada informasi Di samping itu, kecenderungan peserta
baru, yaitu anak menyesuaikan skema mereka didik di SD/MI ketika belajar memunyai tiga
dengan lingkungannya (Santrock, 2007:46). karakteristik yang menonjol yaitu: konkret, in-
Kedua proses tersebut apabila berlangsung se- tegratif, dan hierakhis. Dijelaskan secara detail
cara terus-menerus akan membuat pengetahuan oleh Rusman (2010:251-252) ketiga hal tersebut
lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. sebagai berikut: pertama, konkret maksudnya
Dengan cara seperti itu anak secara bertahap proses belajar beranjak dari hal-hal yang konk-
dapat membangun pengetahuan melalui inter- ret dengan titik penekanan pada pemanfaatan
aksi dengan lingkungan sekitarnya (Rusman, lingkungan sebagai sumber belajar yang dapat
2010:250).Dengan kata lain, proses belajar da- dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil
pat berlangsung jika terjadi proses pengolahan pembelajaran yang berkualitas bagi anak usia
data yang aktif di pihak pembelajar. Pengolah- SD/MI. Penggunaan lingkungan akan meng-
an data yang aktif merupakan aktivitas lanjutan hasilkan proses dan hasil belajar yang lebih ber-
dari kegiatan mencari informasi dan dilanjutkan makna dan bernilai, karenasiswa dihadapkan
dengan kegiatan penemuan (Madjid, 2014:7). dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya,
Selaras dengan pendapat Piaget bahwa keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih
kematangan biopsikologis seseorang memiliki faktual, lebih bermakna, dan kebenaranya lebih
tingkatan-tingkatan, maka kematangan biop- dapat dipertanggungjawabkan.
sikologis peserta didik di SD/MI juga berting- Kedua, integratif maksudnya adalah me-
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 7

mandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu bekerjasama. Mereka secara emosi juga telah
keutuhan dan terpadu. Anak usia SD/MI belum mulai belajar mengendalikan dan mengon-
mampu memilah-milah konsep dari berbagai trol ekspresi emosinya. Sedangkan pada aspek
disiplin ilmu, hal ini menggambarkan cara ber- moral, peserta didik SD/MI sudah dapat mengi-
pikir deduktif. Dengan demikian, keterpaduan kuti peraturan atau tuntuntan dari orangtua atau
konsep tidak dipilah-pilah dalam berbagai di- lingkungannya , bahkan di akhir jenjang SD/MI
siplin ilmu, tetapi dikait-kaitkan menjadi pen- juga mampu memahami alasan yang mendasari
galaman belajar yang bermakna (meaningful suatu peraturan.
learning). Ketiga, hierakhis maksudnya adalah
berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal KEBIJAKAN PEMBELAJARAN
yang sederhana ke hal-hal yang lebih kom- TEMATIK-TERPADU UNTUK SD/MI
pleks. Oleh karena itu, dalam hal ini persoalan- DALAM KURIKULUM 2013
persoalan seperti urutan logis, keterkaitan antar Kebijakan tentang penggunaan pendekatan
materi pelajaran, dan cakupan keluasan materi pembelajaran tematik-terpadu untuk SD/MI ter-
pelajaran menjadi penting dan sangat perlu un- lahir seiring dengan kebijakan Kurikulum 2013
tuk diperhatikan. untuk pendidikan dasar dan menengah. Menurut
Kemampuan berpikir yang dimiliki oleh Ridwan Abdullah Sani, pengembangan Kuriku-
siswa sekolah dasar tersebut akan memengaruhi lum 2013 merupakan upaya peningkatan mutu
seluruh kegiatan pembelajaran yang diseleng- pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang
garakan guru. Oleh karena itu, kegiatan pem- kreatif dan mampu menghadapi kehidupan di
belajaran pendidikan Sains, Bahasa Indonesia, masa yang akan datang (Sani, 2013:vii-viii).
dan Budi Pekerti, serta mata pelajaran lainnya Hal serupa juga diungkapkan Abdul Madjid,
diarahkan pada pendekatan “meaningfullearn- pengembangan Kurikulum 2013 adalah bagian
ing” yang didasarkan kepada pengembangan dari strategi meningkatkan capaian pendidikan.
kemampuan berpikir disesuaikan dengan biop- Di samping kurikulum, terdapat sejumlah fak-
sikologis siswa yang hendaknya dijadikan tolok tor di antaranya lama siswa bersekolah; lama
ukur guru, baik dalam pengembangan materi, siswa tinggal di sekolah; pembelajaran siswa
strategi mengajar, pendekatan, media, maupun aktif berbasis kompetensi; buku pegangan dan
dalam melakukan evaluasi hasil belajar (Mad- peranan guru sebagai ujung tombak pelaksan-
jid, 2014:8). aan pendidikan (Madjid, 2014:27-28).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan Orientasi Kurikulum 2013 adalah ter-
bahwa karakteristik perkembangan peserta didik jadinya peningkatan dan keseimbangan antara
di SD/MI dapat dipilah menjadi dua macam kompetensi sikap(attitude),keterampilan(skil
yaitu perkembangan pada aspek jasmaniah dan l) dan pengetahuan(knowledge).Hal ini sejalan
perkembangan pada aspek mental. Pada aspek dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 seba-
jasmaniah, peserta didik SD/MI telah memi- gaimana tersurat dalam penjelasan Pasal 35,
liki kematangan sehingga mampu mengon- yaitu kompetensi lulusan merupakan kualifika-
trol tubuh dan keseimbangannya. Pada aspek si kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
mental yang meliputi perkembangan inteletual, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan
bahasa, sosial, emosi, dan moral keagamaan , standar nasional yang telah disepakati. Hal ini
peserta didik SD/MI secara intelektual berada sejalan pula dengan pengembangan kurikulum
pada tahap perkembangan operasional konkret berbasis kompetensi yang telah dirintis pada ta-
(kelas I-V) dan operasional formal (kelas VI), hun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,
yang memiliki kecenderungan belajar bersifat pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu
konkret, integratif, dan hierarkhis. Dari aspek (Madjid, 2014:28).
bahasa, mereka telah mampu membuat kalimat Pengembangan kurikulum 2013 tidak ter-
sempurna, bahkan kalimat majemuk, dan juga lepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi
dapat mengajukan pertanyaan. Dari aspek so- oleh Kurikulum 2006 atau biasa dikenal dengan
sial, peserta didik di SD/MI mulai membentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu
ikatan baru dengan teman sebaya dan mulai sebagai berikut: pertama,konten kurikulum
mampu menyesuaikan diri sendiri kepada sikap masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan
8 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014

banyaknya mata pelajaran dan banyak materi Tahun 2013 ini disebutkan:
vang keluasan dan kesukarannya melampaui Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Sekolah
tingkat perkembangan usia anak; kedua, kuri- Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dilakukan melalui
kulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi pembelajaran dengan pendekatan tematik-ter-
sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pen- padu dari Kelas I sampai Kelas VI. Matapelaja-
didikan nasional; ketiga, kompetensi belum ran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dikec-
menggambarkan secara holistik domain sikap, ualikan untuk tidak menggunakan pembelajaran
keterampilan, dan pengetahuan; keempat, be- tematik-terpadu.
berapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai Dalam penjelasan Poin E Bab III lampiran
dengan perkembangan kebutuhan (misalnya Permendikbud RI No.67 Tahun 2013 diung-
pendidikan karakter, metodologi pembelajaran kapkan pula bahwa maksud dari pendekatan
aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, tematik-terpadu yaitu pendekatan pembelajaran
kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam yang mengintegrasikan berbagai kompetensi
kurikulum; kelima, kurikulum belum peka dan dari berbagai matapelajaran ke dalam ber-
tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi bagai tema.Pendekatan yang digunakan untuk
pada tingkat lokal, nasional, maupun global; mengintegrasikan kompetensi dasar dari ber-
keenam, standar proses pembelajaran belum bagai matapelajaran yaitu intra-disipliner, inter-
menggambarkan urutan pembelajaran yang rin- disipliner, multi-disipliner, dan trans-disipliner.
ci sehingga membuka peluang penafsiran yang Integrasi intra-disipliner dilakukan dengan cara
beranekaragam dan berujung pada pembelaja- mengintegrasikan dimensi sikap, pengetahuan,
ran yang berpusat pada guru; ketujuh, standar dan keterampilan menjadi satu kesatuan yang
penilaian belum mengarahkan kepada penilaian utuh di setiap matapelajaran. Integrasi inter-dis-
berbasis kompetensi (sikap, ketrampilan, dan ipliner dilakukan dengan menggabungkan kom-
pengetahuan) dan belum tegas menuntut adanya petensi-kompetensi dasar beberapa matapela-
remediasi secara berkala; dan kedelapan, den- jaran agar terkait satu dengan yang lainnya,
gan KTSP memerlukan dokumen kurikulum sehingga dapat saling memperkuat, menghindari
yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi- terjadinya tumpang tindih, dan menjaga kese-
tafsir (Madjid, 2014:28-29). larasan pembelajaran. Integrasi multi-disipliner
Sementara itu,kebijakan bahwa kegiatan dilakukan tanpa menggabungkan kompetensi
pembelajaran di SD/MI harus menggunakan dasar tiap matapelajaran sehingga tiap mat-
pendekatan pembelajaran tematik-terpadu ini apelajaran masih memiliki kompetensi dasarnya
didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 32 sendiri. Integrasi trans-disipliner dilakukan den-
Tahun 2013 Pasal 19 Ayat (1) yang menyebut- gan mengaitkan berbagai matapelajaran yang
kan, “Proses Pembelajaran pada satuan pendidi- ada dengan permasalahan-permasalahan yang
kan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, dijumpai di sekitarnya sehingga pembelajaran
menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta menjadi kontekstual.
Didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi- Lebih lanjut menurut lampiran Permendik-
kan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, bud RI No.67 Tahun 2013 tersebut juga ditegas-
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, kan bahwa tema merajut makna berbagai kon-
dan perkembangan fisik serta psikologis Peserta sep dasar sehingga peserta didik tidak belajar
Didik”.Kemudian secara lebih spesifik diatur konsep dasar secara parsial. Dengan demikian,
dalam Permendikbud RI No.67 Tahun 2013 ten- pembelajarannya memberikan makna yang utuh
tang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum kepada peserta didik seperti tercermin pada
Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah pada lam- berbagai tema yang tersedia. Tematik terpadu
pirannya menyebutkan bahwa kurikulum 2013 disusun berdasarkan gabungan proses integrasi
dikembangkan dengan penyempurnaan pola seperti dijelaskan di atas sehingga berbeda den-
salah satunya sebagai berikut,“Pola pembelaja- gan pengertian tematik seperti yang diperkenal-
ran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) kan pada kurikulum sebelumnya.
menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak Selain itu, pembelajaran tematik-terpadu
(multidisciplines)”. Sedangkan pada Bab III ini juga diperkaya dengan penempatan mat-
Poin E dalam lampiran Permendikbud RI No.67 apelajaran Bahasa Indonesia di Kelas I, II, dan
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 9

III sebagai penghela matapelajaran lain. Melalui grasikan ke dalam matapelajaran Pendidikan
perumusan Kompetensi Inti sebagai pengikat Jasmani, Olahraga dan Kesehatan(Lampiran
berbagai matapelajaran dalam satu kelas dan Permendikbud RI No.67 Tahun 2013).
tema sebagai pokok bahasannya, sehingga pen- Selain itu acuan tentang pelaksanaan
empatan matapelajaran Bahasa Indonesia seba- pendekatan pembelajaran tematik-terpadu un-
gai penghela matapelajaran lain menjadi sangat tuk SD/MI juga disebutkan dalam Lampiran
memungkinkan. Penguatan peran matapelajaran Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013 tentang
Bahasa Indonesia dilakukan secara utuh melalui Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menen-
penggabungan kompetensi dasar matapelajaran gah yang menyebutkan yakni:
Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Pembelajaran tematik-terpadu di SD/MI/
Alam ke dalam matapelajaran Bahasa Indo- SDLB/Paket Adisesuaikan dengan tingkat
nesia. Kedua ilmu pengetahuan tersebut me- perkembangan peserta didik....Proses pembe-
nyebabkan pelajaran Bahasa Indonesia menjadi lajaran sepenuhnya diarahkan pada pengem-
kontekstual, sehingga pembelajaran Bahasa In- bangan ketiga ranahtersebut (sikap, keterampi-
donesia menjadi lebih menarik (Lampiran Per- lan, pengetahuan) secara utuh/holistik, artinya
mendikbud RI No.67 Tahun 2013). pengembangan ranah yang satu tidakbisa dipi-
Pendekatan sains seperti itu terutama di sahkan dengan ranah lainnya.Dengan demikian
Kelas I, II, dan III menyebabkan semua mat- proses pembelajaransecara utuh melahirkan
apelajaran yang diajarkan akan diwarnai oleh kualitas pribadi yang mencerminkan keutu-
matapelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan hanpenguasaan sikap, pengetahuan, dan keter-
Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk kemudahan ampilan.
pengorganisasiannya, kompetensi-kompetensi Dalam lampiran Permendikbud RI No.67
dasar kedua matapelajaran ini diintegrasikan ke Tahun 2013 diungkapkan yaitu ada lima fak-
matapelajaran lain (integrasi inter-disipliner). tor yang menjadi dasar pemerintah melakukan
Kompetensi dasar matapelajaran Ilmu Pengeta- pengembangan Kurikulum 2013 yang disertai,
huan Alam diintegrasikan ke kompetensi dasar salah satunya, dengan penetapan pendekatan
matapelajaran Bahasa Indonesia dan kompetensi pembelajaran tematik-terpadu untuk SD/MI,
dasar matapelajaran MatematikaKompetensi sebagai berikut : pertama, tantangan internal.
dasar matapelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Tantangan internal antara lain terkait dengan
diintegrasikan ke kompetensi dasar matapela- kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan
jaran Bahasa Indonesia, ke kompetensi dasar pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan)
matapelajaran Pendidikan Pancasila dan Ke- Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
warganegaraan, dan ke kompetensi dasar mat- standar isi, standar proses, standar kompetensi
apelajaran Matematika. Sedangkan untuk kelas lulusan, standar pendidik dan tenaga kepen-
IV, V, dan VI, kompetensi dasar matapelajaran didikan, standar sarana dan prasarana, standar
Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
Alam masing-masing berdiri sendiri, sehingga penilaian pendidikan. Tantangan internal lain-
pendekatan integrasinya adalah multi-disiplin- nya terkait dengan perkembangan penduduk In-
er, walaupun pembelajarannya tetap mengguna- donesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia
kan tematik terpadu (Lampiran Permendikbud produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia
RI No.67 Tahun 2013). usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari
Prinsip pengintegrasian inter-disipliner un- usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14
tuk matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas).
Ilmu Pengetahuan Sosial seperti diuraikan di Jumlah penduduk usia produktif ini akan men-
atas dapat juga diterapkan dalam pengintegra- capai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada
sian muatan lokal. Kompetensi Dasar muatan saat angkanya mencapai 70%. Olehsebab itu
lokal yang berkenaan dengan seni, budaya, ket- tantangan besar yang dihadapi adalah bagaima-
erampilan, dan bahasa daerah diintegrasikan ke na mengupayakan agar sumberdaya manusia
dalam matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya. usia produktif yang melimpah ini dapat ditrans-
Kompetensi Dasar muatan lokal yang berkenaan formasikan menjadi sumberdaya manusia yang
dengan olahraga serta permainan daerah diinte- memiliki kompetensi dan keterampilan melalui
10 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014

pendidikan agar tidak menjadi beban. pembelajaran pendekatan sains).


Kedua, tantangan eksternal. Tantangan e. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelom-
eksternal antara lain terkait dengan arus glo- pok (berbasis tim).
balisasi dan berbagai isu yang terkait dengan f. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi
masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi pembelajaran berbasis alat multimedia.
dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan g. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi
budaya, dan perkembangan pendidikan di ting- kebutuhan pelanggan (users) dengan mem-
kat internasional. Arus globalisasi akan meng- perkuat pengembangan potensi khusus yang
geser pola hidup masyarakat dari agraris dan dimiliki setiap peserta didik
perniagaan tradisional menjadi masyarakat in- h. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tung-
dustri dan perdagangan modern seperti dapat gal (monodiscipline) menjadi pembelajaran
terlihat di World Trade Organization (WTO), ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines);
Association of Southeast Asian Nations (ASE- dan
AN) Community, Asia-Pacific Economic Co- i. Pola pembelajaran pasif menjadi pembela-
operation (APEC), dan ASEAN Free Trade jaran kritis.
Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait Keempat, penguatan tata kelola kurikulum.
dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, Pelaksanaan kurikulum selama ini telah men-
pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, in- empatkan kurikulum sebagai daftar matapelaja-
vestasi, dan transformasi bidang pendidikan. ran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah
Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Inter- Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai den-
national Trends in International Mathematics gan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena
and Science Study (TIMSS) dan Program for itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan
International Student Assessment (PISA) sejak tata kelola sebagai berikut: tata kerja guru yang
tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian bersifat individual diubah menjadi tata kerja
anak-anak Indonesia tidak menggembirakan yang bersifat kolaboratif; penguatan manaje-
dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan man sekolah melalui penguatan kemampuan
TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan
lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di kependidikan (educational leader); dan pen-
TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kuriku- guatan sarana dan prasarana untuk kepentingan
lum Indonesia. manajemen dan proses pembelajaran. Sedang-
Ketiga, Kurikulum 2013 dikembangkan kan faktor kelima, penguatan materi. Pengua-
dengan penyempurnaan pola pikir sebagai beri- tan materi dilakukan dengan cara pendalaman
kut: dan perluasan materi yang relevan bagi peserta
a. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru didik.
menjadi pembelajaran berpusat pada peserta Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa
didik. Peserta didik harus memiliki pilihan- kebijakan pemerintah tentang pendekatan pem-
pilihan terhadap materi yang dipelajari un- belajaran tematik-terpadu di SD/MI yakni di-
tuk memiliki kompetensi yang sama. lakukan dari kelas I hingga kelas VI yang dise-
b. Pola pembelajaran satu arah (interaksi gu- suaikan dengan tingkat perkembangan peserta
ru-peserta didik) menjadi pembelajaran didik.Pembelajaran tematik terpadu untuk SD/
interaktif (interaktif guru-peserta didik- MI merupakan pendekatan pembelajaran yang
masyarakat-lingkungan alam, sumber/ me- mengintegrasikan berbagai kompetensi dari
dia lainnya). berbagai matapelajaran, terkecuali Pendidikan
c. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pem- Agama dan Budi Pekerti, ke dalam berbagai
belajaran secara jejaring (peserta didik da- tema dengan menggunakan empat pendekatan,
pat menimba ilmu dari siapa saja dan dari yaitu intra-disipliner, inter-disipliner, multi-di-
mana saja yang dapat dihubungi serta diper- sipliner, dan trans-disipliner sehingga mampu
oleh melalui internet). memberikan makna yang utuh kepada peserta
d. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelaja- didik.
ran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif
mencari semakin diperkuat dengan model
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 11

Relevansi Kebijakan Pembelajaran hidup, dan juga perubahan pengalaman hidup


Tematik-Terpadu Terhadap Pemenuhan (Madjid, 2014:8).
Kebutuhan Perkembangan Peserta Didik Dalam pendekatan tematik-terpadu, tema
SD/MI merajut makna berbagai konsep dasar sehingga
Dari sisi konten kebijakan, penetapan peserta didik tidak belajar konsep dasar secara
penggunaan pendekatan pembelajaran tematik- parsial. Kegiatan pembelajaran justru member-
terpadu adalah sebuah langkah yang positif ikan makna yang utuh kepada peserta didik sep-
yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya erti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
perbaikan mutu pendidikan dasar di Indonesia, Kegiatan pembelajaran seperti ini sejalan den-
terutama pada jenjang Sekolah Dasar/Madra- gan kecenderungan peserta didik SD/MI yang
sah Ibtidaiyah. Sebagaimana disebutkan dalam mempunyai tiga karakteristik utama dalam be-
lampiran Permendikbud RI No. 67 Tahun 2013 lajar yaitu: konkret, integratif, dan hierakhis
maupun Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013 (Rusman, 201:251-252).Selain itu, dunia anak
bahwa pembelajaran di SD/MI menggunakan adalah dunia nyata dan tingkat perkembangan
pendekatan tematik-terpadu untuk semua mata mental anak selalu dimulai dari tahap berpikir
pelajaran dari kelas I hingga kelas VI, terkec- nyata dalam kehidupan sehari-hari yang me-
uali Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Hal mandang objek yang ada di sekelilingnya se-
ini menjadi sebuah kebijakan yang positif kar- cara utuh. Untuk itu, pembelajaran hendaknya-
ena selaras dengan kebutuhan, karakteristik, dari lingkungan terdekat, yaitu mulai dari diri
dan tugas perkembangan peserta didik SD/MI. sendiri kemudian dikembangkan kepada kelu-
Atau dalam istilah Hamzah B. Uno dan Nurdin arga dan sekolah (Susanto, 2013:72).
Mohammad yakni jika proses pembelajaran di- Penggunaan pendekatan pembelajaran
dasari oleh pemahaman dan pemenuhan kebu- tematik-terpadu bagi peserta didik SD/MI juga
tuhan perkembangan peserta didik maka proses sesuai dengan pendapat Kolb dalam Malcolm
tersebut akan memberikan layanan yang tepat Tight, bahwa belajar adalah proses pengetahuan
dan bermanfaat bagi masing-masing siswa (Uno dikreasi melalui transformasi pengalaman. Be-
dan Mohamad, 2011:261). lajar adalah kebutuhan dalam kehidupan manu-
Pendekatan pembelajaran tematik-terpadu sia sama pentingnya seperti bekerja dan berte-
untuk SD/MI dalam Kurikulum 2013 yang man (Trianto, 2012:20).
menggunakan pendekatan pengintegrasian Sementara itu, jika mencermati tentang
yaituintra-disipliner, inter-disipliner, multi-dis- prinsip pembelajaran tematik-terpaduyaitu: per-
ipliner, dan trans-disiplinerinimenjadikan pen- tama, pembelajaran tematik-terpadu memiliki
galaman yang diberikan kepada peserta didik satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa
utuh dan lebih bermakna. Ditambah lagi peserta dan ada dalam kehidupan sehari-hari; kedua,
didik akan memahami konsep-konsep yang pembelajaran tematik-terpadu perlu memilih
mereka pelajari itu melalui pengamatan lang- materi beberapa mata pelajaran yang mungkin
sung dan menghubungkannya dengan konsep saling terkait; ketiga, pembelajaran tematik-
lain yang sudah mereka pahami. Hal ini selaras terpadu tidak boleh bertentangan dengan tujuan
dengan pendapat Piaget bahwa proses belajar kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya harus
dapat berlangsung jika terjadi proses pengolah- mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan
an data yang aktif di pihak pembelajar. Pengola- pembelajaran yang termuat dalam kurikulum;
han data yang aktif merupakan aktivitas lanjutan keempat, matei pembelajaran dapat dipadukan
dari kegiatan mencari informasi dan dilanjutkan dalam satu tema selalu mempertimbangkan
dengan kegiatan penemuan (Madjid, 2014:7). karakteristik siswa; dan kelima, materi pelaja-
Dewey juga mengungkapkan bahwa “Ed- ran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan,
ucation is growth, development, life”. Hal ini maka sangat jelas terlihat bahwa pendekatan ini
berarti bahwa proses pendidikantidak mempu- relevan dengan kecenderungan perilaku peserta
nyai tujuan di luar dirinya, tetapi terdapat dalam didik SD/MI sebagaimana diungkapkan Rus-
pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan juga man yakni: pertama, anak mulai memandang
bersifat kontinu yang merupakan reorganisasi, dunia secara obyektif, bergeser dari satu aspek
rekonstruksi, dan pengubahan pengalaman ke aspek lain secara reflektif dan memandang
12 JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014

unsur-unsur secara serentak. Kedua, anak mu- dua macam yaitu perkembangan pada aspek
lai berpikir secara operasional; keempat, anak jasmaniah dan perkembangan pada aspek men-
mampu megunaka cara berpikir operasional tal. Pada aspek jasmaniah, peserta didik SD/MI
untuk mengklasifikasikan benda-benda; dan ke- telah memiliki kematangan sehingga mampu
lima, anak dapat memahami konep substansi, mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Pada
panjang, lbar, luas, tingi, rendah, ringan, dan aspek mental yang meliputi perkembangan in-
berat (Rusman, 2010:251). teletual, bahasa, sosial, emosi, dan moral kea-
Hal yang sama juga dikemukakan oleh gamaan, peserta didik SD/MI secara intelektual
Rudy Gunwan bahwa proses pembelajaran di berada pada tahap perkembangan operasional
SD bergerak dari hal-hal yang konkrit ke hal- konkret (kelas I-V) dan operasional formal
hal yang abstrak. Ia mencontohkan dalam pem- (kelas VI), yang memiliki kecenderungan be-
belajaran IPS SD, salah satu pola yang dapat lajar bersifat konkret, integratif, dan hierarkhis.
digunakan yaitu dengan pola pendekatan ling- Dari aspek bahasa, mereka telah mampu mem-
kungan yang meluas (expanding environment buat kalimat sempurna, bahkan kalimat maje-
approach) dan pendekatan spiral yaitu dari mu- muk, dan juga dapat mengajukan pertanyaan.
lai yang mudah kepada yang sukar, dari yang Dari aspek sosial, peserta didik di SD/MI mulai
sempit ke yang luas, dan seterusnya (Gunawan, membentuk ikatan baru dengan teman sebaya
2013:82-83). dan mulai mampu menyesuaikan diri sendiri
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa kepada sikap bekerjasama. Mereka secara emo-
kebijakan penetapan pendekatan pembelaja- si juga telah mulai belajar mengendalikan dan
ran tematik-terpadu dengan segala prinsip dan mengontrol ekspresi emosinya. Sedangkan pada
karakteristiknya ternyata relevan dengan kebu- aspek moral, peserta didik SD/MI sudah dapat
tuhan dan karakteristik perkembangan peserta mengikuti peraturan atau tuntuntan dari orang-
didik SD/MI. Relevansi tersebut tampak dari tua atau lingkungannya , bahkan di akhir jenjang
pemaduan berbagai matapelajaran dengan suatu SD/MI juga mampu memahami alasan yang
tema yang aktual dan dekat dengan kehidupan mendasari suatu peraturan. Kedua, kebijakan
peserta didik. Kemudian, model pembelajaran pemerintah tentang pendekatan pembelajaran
melalui pengalaman langsung yang dikembang- tematik-terpadu di SD/MI yakni dilakukan dari
kan dalam pendekatan pembelajaran tematik- kelas I hingga kelas VI yang disesuaikan dengan
terpadu menjadikan embelajaran lebih efektif tingkat perkembangan peserta didik. Pembela-
dan lebih bermakna bagi peserta didik. Selain jaran tematik terpadu untuk SD/MI merupakan
itu, pengintegrasian ketiga ranah pembelajaran pendekatan pembelajaran yang mengintegrasi-
yang meliputi aspek sikap, ketrampilan, dan kan berbagai kompetensi dari berbagai mat-
pengetahuan dalam semua mata pelajaran men- apelajaran, terkecuali Pendidikan Agama dan
jadikan pendekatan tematik-terpadu menjadi Budi Pekerti, ke dalam berbagai tema dengan
semakin relevan dengan kebutuhan perkemban- menggunakan empat pendekatan, yaitu intra-
gan peserta didik SD/MI yang juga mencakup disipliner, inter-disipliner, multi-disipliner, dan
kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan trans-disipliner sehingga mampu memberikan
kemampuan psikomotor. Dengan demikian, se- makna yang utuh kepada peserta didik. Ketiga,
cara konten kebijakan penetapan penggunaan kebijakan penetapan pendekatan pembelaja-
pendekatan pembelajaran tematik-terpadu di ran tematik-terpadu dengan segala prinsip dan
SD/MI adalah tepat karena sudah sesuai dengan karakteristiknya ternyata relevan dengan kebu-
karakteristik perkembangan peserta didik. tuhan dan karakteristik perkembangan peserta
didik SD/MI. Relevansi tersebut tampak dari
PENUTUP pemaduan berbagai matapelajaran dengan suatu
tema yang aktual dan dekat dengan kehidupan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat di-
peserta didik. Kemudian, model pembelajaran
tarik kesimpulan sebagai jawaban dari tiga ru-
melalui pengalaman langsung yang dikembang-
musan masalah di awal artikel ini yaitu sebagai
kan dalam pendekatan pembelajaran tematik-
berikut: pertama, karakteristik perkembangan
terpadu menjadikan pembelajaran lebih efektif
peserta didik di SD/MI dapat dipilah menjadi
dan lebih bermakna bagi peserta didik. Selain
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta DidiK SD/MI Melalui Pembelajaran ... 13

itu, pengintegrasian ketiga ranah pembelajaran Prastowo, Andi (2013). Pengembangan Bahan
yang meliputi aspek sikap, ketrampilan, dan Ajar Tematik. Yogyakarta: Diva Press.
pengetahuan dalam semua mata pelajaran men- Rusman, (2010). Model-Model Pembelajaran:
jadikan pendekatan tematik-terpadu menjadi Mengembangkan Profesionalisme Guru,
semakin relevan dengan kebutuhan perkemban- Jakarta: Rajawali Pers.
gan peserta didik SD/MI yang juga mencakup Sani, Ridwan Abdullah (2013). Inovasi Pembe-
kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan lajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
kemampuan psikomotor. Dengan demikian, se-
cara konten kebijakan penetapan penggunaan Santrock, John W. (2007). Psikologi Pendidi-
pendekatan pembelajaran tematik-terpadu di kan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Pre-
SD/MI adalah tepat karena sudah sesuai dengan nada Media Group.
karakteristik perkembangan peserta didik. Suryadi, Ace, dan Dasim Budimansyah. (2009).
Paraigma Pembangunan Pendidikan Na-
sional: Konsep, Teori dan Aplikasi da-
--000-- lam Analisis Kebijakan Publik. Bandung:
Widya Aksara Press.
Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar dan
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Ali, Mohammad. (2009).Pendidikan untuk Trianto. (2012)Mengembangkan Model Pembe-
Pembangunan Nasional. Bandung: Impe- lajaran Tematik, Cet. III. Jakarta: Prestasi
rial Bhakti Utama. Pustakaraya.
Fadjar, A. Malik. (1999).Madrasah dan Tantan- Uno, Hamzah B., dan Mohamad, Nurdin (2011).
gan Modernitas, Cet. II, Bandung: YAS- Belajar dengan Pendekatan Pembela-
MIN Bekerjasama dengan Mizan. jaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif
Efektif, Menarik , Cet. II. Jakarta: Bumi
Gunawan, Rudy. (2013).Pendidikan IPS: Filo-
Aksara.
sofi, Konsep dan Aplikasi, Cet. II. Band-
ung: Alfabeta. Zamroni (2011).Dinamika Peningkatan Mutu.
Yogyakarta: Gavin Kalam Utama.
Karwati, Euis, dan Donni Juni Priansa. (2013).
Kinerja dan Profesionalisme Kepala
Sekolah: Membangun Sekolah yang Ber-
mutu. Bandung: Alfabeta.
La Iru dan La Ode Safiun Arihi. (2012). Analisis
Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi,
dan Model-Model Pembelajaran.. Yogya-
karta: Multi Presindo.
Madjid, Abdul (2014).Pembelajaran Tematik-
Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer-
intah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Stan-
dar Nasional Pendidikan
Permendikbud RI Nomor 65 Tahun 2013 ten-
tang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah
Permendikbud RI Nomor 67 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai