Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi Tugas Besar Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran


Dosen Pengampu : Dody Riswanto, M.Pd.

Disusun oleh :
Nur Rosyidah Istiqomah
202001500011

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
A. PENDAHULUAN
Studi perbandingan sistem pendidikan yang ada akan mengakibatkan tumbuh dan
berkembangnya kemampuan untuk membandingkan berbagai sistem pendidikan dari
berbagai negara dan kawasan dunia tersebut. Kemudian selain hal tersebut dengan studi
perbandingan ini pula, seseorang akan lebih mudah untuk menganalisa dan
menyimpulkan sumber-sumber kekuatan dan kelemahan dari sistem pendidikan yang
berorentasi pada tujuan-tujuan pendidikan Internasional dan Universal. Dari berbagai
hal tersebut kita sebagai penerus bangsa yang juga cinta akan terciptanya sistem
pendidikan yang dapat menumbuhkan sifat positif dan terbuka terhadap berbagai usaha
inovasi dan pembaharuan pendidikan di Indonesia. Dalam rangka pengembangan
pendidikan nasional. Dan pembaharuan ini bisa saja dilakukan dengan cara adanya
studi perbandingan sistem pendidikan antara beberapa negara sehingga dapat
menegetahui kelemahan dan kelebihan dari masing-masing sistem yang permah
dilakukan dalam suatu negara tersebut.

B. PEMBAHASAN
1. Perbandingan Sistem Pembelajaran Antara di Indonesia dan di Amerika
Serikat
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Di indonesia kita selalu diajarkan
lebih banyak menggunakan materi, materi tersebut juga terkadang melebihi
kapasitas otak kita untuk mencernanya. Di Indonesia masih membedakan antara
jurusan IPA dan IPS yang membuat para siswanya hanya dapat memilih satu di
antara keduanya. Di Indonesia Ujian Nasional (UN) menjadi patokan untuk
kelulusannya. Di Indonesia juga melihat nilai rapor sebagai Patokan apakah anak
tersebut pintar atau tidak yang memuat para siswa stres dan depresi karena harus
mencapai nilai minimal setara dengan standarisasi yang sesuai dengan yang
ditentukan pemerintah. Selain hasil akhir, banyaknya jam pelajaran yang diikuti
membuat seorang siswa tidak dapat mencerna dengan baik materi pelajaran yang
disampaikan atau segala informasi yang di berikan karena otak sudah panas dan
susah untuk mengingatnya dengan detail. Di Indonesia lebih banyak jam yang habis
untuk menjelaskan sebuah materi. Di indonesia kita mengenal wajib belajar SD dan
SMP.
Sedangkan sistem pembelajaran di Amerika Serikat mereka menggunakan teknik
belajar dengan praktik. Karena pada dasarnya belajar dengan praktik langsung itu
memudahkan kita untuk mengingatnya dan itu lebih efektif dibandingkan dengan
menghafal teori saja. Di Amerika Serikat mereka bebas memilih mata pelajaran apa
saja yang ia minati. Cara yang dipakai oleh Negara Amerika Serikat dapat membuat
seorang siswa mengenali di mana skill nya tersebut. Di Amerika Serikat tidak
terpaku dengan nilai yang ada pada rapor.
Indonesia dan Amerika Serikat memiliki perbedaan sistem pendidikan yang cukup
mencolok. Perbedaan di antara keduanya yaitu jika di Amerika Serikat mereka lebih
menekankan untuk belajar langsung praktik di lapangan berbeda dengan Indonesia
yang lebih banyak menggunakan materi dalam setiap pembelajarannya. Tidak
dipungkiri bahwa pendidikan yang ada di Amerika Serikat jauh lebih baik dari pada
di Indonesia.

2. Evaluasi Sistem Pembelajaran di Indonesia Setelah Meninjau Sistem


Pembelajaran di Amerika Serikat
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan
penafsiran informasi dalam menilai keputusan yang dibuat untuk merancang suatu
sistem pembelajaran. Evaluasi yang komprehensif bermakna untuk menilai
berbagai kemampuan seperti dimensi ketekunan, ketelitian, disiplin dalam belajar,
disiplin waktu, disiplin diri, kemandirian, sikap demokratis, rasa tanggung jawab,
dan kejujuran, bukan seperti yang selama ini hanya menilai kemampuan kognitif
saja. Terus menerus bermakna evaluasi yang sasarannya meliputi segala dimensi
pembelajaran sebagai proses pembudayaan bila dilakukan secara terus menerus
tanpa dirasakan sebagai beban melainkan sebagai sarana untuk meningkatkan
motivasi dan tanpa sikap yang diharapkan terbentuk sebagai bagian dari upaya
tercapainya tujuan pendidikan nasional. Objektif bermakna bahwa evaluasi itu tidak
ada bias dan tidak ada negosiasi dalam memberikan penilaian.
Di Indonesia sendiri, sistem pendidikan yang masih membutuhkan banyak
pembenahan di berbagai aspek. Meski pemerintah telah berusaha sekuat tenaga
untuk menyempurnakan sistem pendidikan, tak bisa dipungkiri jika masih terdapat
beberapa kelemahan di beberapa sisi. Agar revisi sistem pendidikan dalam negeri
dapat berjalan dengan optimal, dibutuhkan contoh referensi sistemnya dari negara
yang lebih maju. Kegiatan membandingkan sistem pendidikan Indonesia dengan
negara maju hendaknya dilakukan agar menjadi bahan introspeksi bagian mana
yang perlu diperbaiki.
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 menganut model pembelajaran active
learning dan student center learning untuk mewujutkan sekolah sebagai pusat
pembudayaan kemampuan, nilai dan sikap. Atas dasar tujuan evaluasi tersebut
maka ujian nasional tidak dapat menunjang tujuan tersebut. Ujian nasional yang
dilakukan sekali pada akhir jenjang pendidikan dalam beberapa mata pelajaran
dalam bentuk tes objektif sukar diharapkan dapat membudayakan berbagai dimensi
pembelajaran. Ekses dari ujian nasional adalah terjadinya proses belajardi sekolah
sebagai proses menghafal dan latihan menjawab soal.
Ujian nasional (UN) hakekatnya memperkuat model pembelajaran yang
mengutamakan kegiatan mendengar, mencatat, dan menghafal suatu proses
pembelajaran yang sejak tahun 1971 ingin ditinggalkan, tetapi karena alasan
ketersediaan dana model ini terus berjalan. Melalui Undang-Undang tahun 2003
model semacam ini sesungguhnya ingin ditinggalkan tetapi malah diperkuat dengan
ditetapkannya UN sebagai penentu kelulusan. Jika UN disebut hanya untuk menguji
dimensi kognitif itupun masih dirasa kurang karena kemampuan kognitif dalam
artian yang luas meliputi kemampuan meneliti, kemampuan menganalisis,
kemampuan menilai, kemampuan mengidentifikasi masalah, dan kemampuan
memecahkan masalahyang kesemuanya memerlukan kemampuan membaca,
kemampuan menuliskan pemikiran dan laporan, kemampuan kalkulasi, yang
kesemuanya perlu dibudayakan sehingga segala kemampuan yang berkembang
menjadi bagian dari sistem kepribadian peserta didik yang meliputi watak dan
moralnya. Oleh karena itu diperlukan peninjauan ujian nasional kecuali untuk
kepentingan pemetaan dan seleksi dan bukan kelulusan.
Sementara itu, masih ditemukan sejumlah persoalan di sektor tenaga pendidik,
seperti penempatan guru yang belum merata, kualitas guru yang belum ideal,
tingkat kesejahteraan guru yang masih rendah, dan jenjang karier yang belum jelas.
Pendidikan semestinya dapat diakses seluruh penduduk Indonesia tanpa
membedakan jenis kelamin, status sosial, dan kelompok ekonomi. Pendidikan juga
merupakan hak dasar bagi semua warga negara, dan bukan hak istimewa bagi
sekelompok masyarakat. Oleh sebab itu, pelayanan pendidikan harus dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat, bahkan yang tinggal di daerah tertinggal
atau perbatasan sekalipun. Selain itu, layanan pendidikan juga harus berkualitas dan
mampu mewujudkan sumber daya manusia unggul serta meningkatkan daya saing
Indonesia di tingkat global.

Anda mungkin juga menyukai