Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai usaha pembaharuan dan perbaikan pendidikan di Indonesia sekarang

ini telah sampai pada usaha peningkatan mutu (kualitas) di samping kuantitas. Salah

satu dari peningkatan mutu tersebut adalah usaha untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia (SDM) yang dewasa ini semakin giat dilaksanakan. Untuk

mencapai tujuan ini tidak terlepas dari perbaikan kualitas proses pembelajaran yang

dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran yang dilakukan mampu

memanfaatkan secara optimal prinsip-prinsip ilmu pembelajaran, sehingga mampu

mengembangkan semua potensi siswa secara lebih baik.Sebagaimana disebutkan

dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 (2003: 6)

yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untukberkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan merupakan unsur yang penting bagi seseorang dan harus dilalui

untuk mendapatkan ijazah dan juga mengembangkan kognitif, afektif dan psikomotor

1
2

dalam meningkatkan taraf hidup. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (2003: 3) dikemukakan bahwa:

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila


dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas

manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga

agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Pendidikan nasional

mempunyai visi terwujudnya sistem warga negara Indonesia berkembang menjadi

manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah.

Sekolah merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap orang demi

menigkatkan taraf hidup menjadi lebih baik. Keberadaan sekolah sangat menunjang

terjadinya proses belajar mengajar antara pendidik dan siswa. Dalam pembelajaran,

pendidik hendaknya menyajikan materi dengan baik dan menyenangkan agar siswa

dapat aktif dan bersemangat dalam belajar serta menjadikan pembelajaran lebih

bermakna.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar,

baik dari dalam diri siswa itu sendiri dalam belajar, maupun dari faktor luar.

Ruseffendi (Maulana dkk, 2015) mengemukakan bahwa dari sepuluh faktor yang

mempengaruhi keberhasilan siswa adalah cara penyajian materi. Penyajian materi

dalam pembelajaran berkaitan dengan model yang digunakan guru dalam


3

menyajikan materi yang bersifat inovatif. Sebagaimana dalam PP No. 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan yang diantaranya mengatur standarisasi proses

pembelajaran sehingga di lembaga pendidikan diharapkan ada pembaharuan

pembelajaran dengan model yang inovatif. Berdasarkan hasil pra penelitian pada

kelas V SDN 57 Lanca, guru menerapkan model yang kurang cocok dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia karena tidak melibatkan siswa secara aktif sehingga

siswa kurang berpartisipasi dan kurang bersemangat dalam belajar. Melihat keadaan

tersebut, maka guru seharusnya menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan

berkesan bagi siswanya agar mereka dapat memahami apa yang disampaikan guru

dengan baik dan bersemangat serta aktif dalam belajar. Sebagai seorang guru, tentu

penting untuk menerapkan pembelajaran yang bermakna yang ditunjang oleh model

pembelajaran yang tepat. Penerapan model yang inovatif sangat diperlukan, dimana

pembelajaran inovatif ini dapat memberikan peluang kepada siswa untuk merasakan

pembelajaran yang menyenangkan. Untuk menunjang hal tersebut, maka guru harus

memahami model-model pembelajaran yang inovatif. Salah satu model pembelajaran

yang tepat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah model Student Teams

Achievement Division.

Pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Division dikembangkan

oleh Robert Slavin dkk. Di Universitas John Hopkin dan merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang menekankan pada aktivitas dan

interaksi antara siswa dengan siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam

memahami suatu materi pelajaran. Menurut Slavin (Rusman, 2012:213), model


4

STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran

kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah

digunakan dalam Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia , Teknik, dan banyak

subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Menurut Dian (2011), Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu

model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dengan bantuan lembaran kerja

sebagai pedoman secara berkelompok, berdiskusi guna memahami konsep-konsep,

menemukan hasil yang benar.

Penelitian tentang model pembelajaran STAD berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa antara lain dilakukan oleh Utomo (2012) menyimpulkan bahwa terdapat

pengaruh penerapan model pembelajaran STAD terhadap hasil belajar geografi di

SMA Negeri 1 Purwosari. Dengan kata lain rata-rata skor hasil belajar siswa yang

pembelajarannya menggunakan model STAD lebih tinggi dibandingkan dengan siswa

yang menggunakan model konvensional. Kelas yang diberi perlakuan model STAD

mempunyai rata-rata sebesar 54,02, sedangkan kelas yang diberi perlakuan metode

konvensional mempunyai rata-rata sebesar 32,15. Wati (2011) pada siswa kelas XI

IPS di SMA Negeri 9 Malang memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran metode

kooperatif dengan menggunakan model STAD berpengaruh signifikan terhadap hasil

belajar siswa pada materi jurnal umum. Rata-rata nilai untuk kelas kontrol sebesar

52,68 dan untuk kelas eksperimen sebesar 56,68. Rata-rata nilai siswa kelas

eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.


5

Mengacu pada pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji

secara mendalam pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

Teams Achievement) pada siswa kelas V khususnya pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia. Karena itu, topik yang menjadi usulan penelitian adalah Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) terhadap

Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 26 Watang Palakka Kecamatan

Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah

penelitian ini sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi rata-rata hasil belajar Menentukan Ide Pokok Paragraf siswa kelas

V SDN 26 Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone

yang diajar dengan model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division ?

2. Seberapa tinggi rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa kelas

V SDN 26 Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone

yang diajar tanpa model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement ?

3. Apakah rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan model

Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) lebih tinggi

daripada rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa yang diajar

tanpa model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division ?


6

4. Apakah terdapat pengaruh signifikan model Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division terhadap hasil menentukan ide pokok paragraf Siswa Kelas

V SDN 26 Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa kelas V

SDN 26 Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone yang

diajar dengan model Kooperatif Student Teams Achievement Division.

2. Mengetahui rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa kelas V

SDN 26 Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone yang

diajar tanpa model Kooperatif Student Teams Achievement Division.

3. Mengetahui rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa mana

yang lebih tinggi antara yang diajar dengan model Kooperatif Student Teams

Achievement Division dengan yang diajar tanpa model Kooperatif Tipe Student

Teams Achievement Division.

4. Mengetahui pengaruh signifikan model Kooperatif Student Teams Achievement

Division terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 26 Watang

Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone.


7

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Memperluas pengetahuan guru tentang pengaruh model Kooperatif Student

Teams Achievement Division terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia siswa

kelas V SD.

b. Bahan pembanding dan tindak lanjut terhadap hasil penelitian sebelumnya

yang relevan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Penelitian ini memberikan pengalaman baru dan pengetahuan baru serta

meningkatkan penguasaan konsep pembelajaran Bahasa Indonesia melalui

model Kooperatif Student Teams Achievement Division.

b. Bagi Guru

Penelitian ini memberikan alternatif model Kooperatif Student Teams

Achievement Division yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran sehingga dapat digunakan oleh guru dalam melaksanakan

pembelajaran dikelas.
8

BAB II

TIJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement

Division.

Trianto (2010: 68) mengemukakan:

Pembelajaran kooperatif STAD merupakan salah satu jenis dari


model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap
kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,
kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Lebih jauh Trianto (2010: 72-73) menyatakan bahwa:

Pembelajaran kooperatif STAD merupakan jenis pembelajaran


kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena
kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya
dengan pembelajaran konvensional, yaitu adanya penyajian
informasi atau materi pelajaran.
Slavin (dalam Rusman, 2012:214), mengemukakan bahwa model

pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan variasi

pembelajaran kooperatif yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu

satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru.

8
9

b. Kelebihan dan Kekurangan Model Kooperatif Student Teams Achevement

Division.

1) Kelebihan Model Kooperatif Student Teams Achievement Division.

Menurut Trianto (2007) Kelebihan dari model Kooperatif Student Teams

Achievement Division adalah sebagai berikut:

a) Aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi

atau kerjasama.

b) Siswa cenderung aktif dalam pembelajaran.

c) Dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep.

d) Kemampuan kerjasama siswa terbangun.

e) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan membantu

siswa menumbuhkan berpikir kritis.

2) Kekurangan Model Kooperatif Student Teams Achievement Division.

Menurut Rusman (2011) Model pembelajaran Student Teams Achievement

Division memiliki kekurangan,yaitu:

a) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai

target kurikulum.

b) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya

guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

c) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat

melakukan pembelajaran kooperatif.

d) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.
10

c. Langkah-langkah Model Kooperatif Student Teams Achievement Division.

Menurut Slavin (2008) langkah-langkah yang harus ditempuh

dalam pembelajaran STAD adalah

a) Sajian materi oleh guru.

b) Siswa bergabung dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.

Sebaiknya kelompok dibagi secara heterogen yang terdiri atas siswa

dengan beragam latar belakang, misalnya dari segi: prestasi, jenis

kelamin, suku dll.

c) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk mengerjakan

latihan / membahas suatu topik lanjutan bersama-sama. Disini

anggota kelompok harus bekerja sama.

d) Tes / kuis atau silang tanya antar kelompok. Skor kuis / tes tersebut

untuk menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan

skor kelompok.

e) Penguatan dari guru.


11

2. Hasil Belajar Bahasa Indonesia

a. Belajar dan Hasil Belajar

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa

jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan

hasil belajar tersebut diperlukan serangkain pengukuran menggunakan alat evaluasi

yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena

pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang

termasuk pendidikan.Interaksi guru dan siswa disebut proses belajar mengajar.

Belajar biasanya dikhususkan pada siswa sedang mengajar ditunjukkan pada

guru dan siswa disebut proses belajar mengajar. Belajar sebagai proses

memungkinkan seseorang untuk mengubah perilakunya. Menurut Suryabrata

(Hamzah dan Mohamad, 2012: 138) “Belajar adalah suatu proses yang menghasilkan

perubahan perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan,

kecakapan, dan pengalaman baru ke arah yang lebih baik”. Sedangkan menurut Gage

& Berliner (Hamzah dan Mohamad, 2012: 138) “Belajar adalah suatu proses

perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman”.

Berdasarkan uraian tentang konsep belajar di atas, dapat dipahami tentang

makna hasil belajar yaitu perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil dari

kegiatan belajar. Menurut Nawawi (Susanto, 2015: 5) “Hasil belajar dapat diartikan

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah

yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi

pelajaran tertentu”. Sedangkan menurut Susanto (2015: 5) “Secara sederhana, yang


12

dimaksud dengan hasil belajar kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan belajar”. Berdasarkan pendapat mengenai belajar dan hasil belajar, maka

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diperoleh yang

dinyatakan dalam skor setelah melalui proses pembelajaran.

b. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa inggris “instruction” yang

terdiri dari 2 kegiatan utama, yaitu belajar (learning) dan mengajar (teaching)

kemudian disatukan dalam satu aktivitas, yaitu kegiatan belajar mengajar. Dengan

demikian pembelajaran adalah ketentuan, kaidah, hukum atau norma yang harus

diperhatikan oleh setiap pelaku pembelajaran, agar pembelajaran yang dilaksanakan

dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) Nomor

22 Tahun 2006 tentang standar isi pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa

Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan

apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

c. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Mata pelajaran Bahasa Indonesia menurut Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional (PERMENDIKNAS) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bertujuan

agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tulis.


13

b) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa negara.

c) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat

dan kreatif untuk berbagai tujuan.

d) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

e) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

f) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa

Indonesia di sekolah dasar bertujuan agar siswa mampu dan terampil dalam

menggunakan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-harinya dan dengan

mempelajari Bahasa Indonesia maka akan menjaga warisan bahasa masyarakat

indonesia.

d. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia


14

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia Menurut Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) Nomor 23 Tahun 2006

Tentang Standar Kompetensi Lulusan mencakup komponen kemampuan

berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai

berikut:

a.Mendengarkan

Memahami wacana lisan berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk,

pesan, pengumuman, berita, deskripsi berbagai peristiwa dan benda di sekitar,

serta karya sastra berbentuk dongeng, puisi, cerita, drama, pantun dan cerita

rakyat.

b.Berbicara

Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan

informasi dalam kegiatan perkenalan, tegur sapa, percakapan sederhana,

wawancara, percakapan telepon, diskusi, pidato, deskripsi peristiwa dan benda

di sekitar, memberi petunjuk, deklamasi, cerita, pelaporan hasil pengamatan,

pemahaman isi buku dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk

dongeng, pantun, drama, dan puisi.

c. Membaca

Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana berupa

petunjuk, teks panjang, dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk puisi,

dongeng, pantun, percakapan, cerita, dan drama.

d. Menulis
15

Melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan

pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, petunjuk,

surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan, ringkasan,

parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan

pantun

e. Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diperoleh yang

dinyatakan dalam skor setelah melalui proses pembelajaran. Hasil belajar

diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar untuk mengetahui apakah

tujuan pembelajaran telah tercapai atau belum.

Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur,

yaitu: tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar-

mengajar, dan hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan

psikomotoris (Sudjana, 2005). Untuk mengetahu hasil belajar siswa,

dibutuhkan penilaian sebagai hasil akhir dari hasil belajar. Oleh sebab itu,

dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku

siswa telah terjadi melalui proses belajarnya.

Penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Inti

penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek

tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian hasil belajar adalah

proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan
16

kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil

belajar siswa (Sudjana, 2005).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar Bahasa Indonesia merupakan tingkat keberhasilan siswa terkait dengan

kemampuan tentang proses menentukan nilai suatu objek memberikan atau

menentukan nilai kepada objek berdasarkan suatu kriteria tertentu serta dapat

diukur atau diamati baik dalam ranah afektif, kognitif maupun psikomotor.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut

Muhibbin Syah (Cholistyana, 2014) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

adalah:

1) Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi dua aspek yakni: aspek

fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifatrohaniah).

a) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai

tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat memengaruhi

semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ

tubuh yang lemah, apalagi jika disertai sakit kepala misalnya dapat

menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang

dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus

jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan


17

dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola

istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan

berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makan-minum dan

istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan

semangat mental siswa itu sendiri.

b) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun, di

antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya diipandang lebih

esensial itu adalah sebagai berikut:

(1) Inteligensi Siswa

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan

lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna,

semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar

peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan

intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh

sukses. Dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan hasil baik

ditentukan/dipengaruhi oleh taraf kecerdasannya.Intelegensi sebenarnya bukan

persoalan kualitas otak saja, melainkanjuga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan

tetapi, memang harus diakuibahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi

manusia lebihmenonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak

merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia.


18

(2) Sikap dan Sifat Pribadi Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan

cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik

secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama

kepada guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal

yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswaterhadap

guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru

atau kepada mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa

tersebut. Demikian juga dengan tiap-tiap siswa mempunyai sifat

kepribadian yang berbeda yang sedikit banyak turut pula mempengaruhi

sampai dimanakah hasil belajarnya dapat dicapai.

(3) Bakat Siswa

Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

Dengan demikian, sebetulnya setiap orangpasti memiliki bakat dalam arti berpotensi

untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu dengan kapasitas masing-masing.

Jadi, secara umum bakat itumirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak

yang berintelegensisangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior)

disebut jugasebagai talented child, yakni anak berbakat.Bakat berfungsi sebagai

modal pembelajaran, dengan adanya bakat seorang siswa akan jauh lebih mudah

memahami materi pembelajaran bahkan tanpa hadirnya seorang pendidik sekalipun.


19

Bakat dapat berkembang sebagai kemampuan suatu individu untuk melakukan tugas

tertentu tanpa banyakbergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan.

(4) Minat Siswa

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Guru

dalam hal ini seharusnya berusaha membangkitkan minat siswa untuk

menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara

yang lebih kurang sama dengan kiat mebangun sikap positif.

(5) Motivasi Sosial

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik

manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam

perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu: (a) motivasi intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari dalam diri siswa

yang mampu mendorong tindakan belajar. (b) motivasi ekstrinsik yaitu

keadaan yang datang dari luar individu siswa juga mendorongnya untuk

melakukan kegiatan belajar. Anak akan menyadari apa gunanya belajar dan

apa tujuan yang hendak dicapai dengan pelajaran itu.Jadi jika guru dan

orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbullah

dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik.

2) Faktor Eksternal Siswa


20

Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yakni: lingkungan

sosial dan lingkungan nonsosial.

a) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial ini termasuk sekolah, masyarakat, dan kelauarga.

Lingkungan sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan dan temanteman

sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

Selanjutnya lingkungan masyarakat termasuk tetangga, terutama teman

sebaya dapat mendukung, paling tidak mendiskusikan pelajaran yang

dianggapnya sulit.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi adalah lingkungan

okeluarga dan orang tua. Sifat orang tua dan praktik pengelolaan keluarga,

ketegangan keluarga, dan demografi keluarga semuanya dapat memberikan

dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh

siswa.

b) Lingkungan Non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung

sekolah, dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,

alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar

siswa.

c) Faktor Pendekatan Belajar


21

Faktor pendekatan belajar mempengaruhi taraf keberhasilan proses

belajar siswa. Faktor ini merupakan keefektifan segala cara dan efisiensi

proses belajar materi tertentu. Faktor ini dibagi tiga macam, yakni: (1)

Pendekatan Tinggi (speculative, achieving), (2) Pendekatan Sedang (analitical,

deep), (3) Pendekatan Rendah (reproduktive, surface).

3. Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dan Hasil

Belajar Bahasa Indonesia

Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia diyakini sebagai model pembelajaran yang tepat

untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa karena model tersebut

menuntut siswa belajar secara aktif dengan mendiskusikannya dengan teman

sekelompoknya.

Melalui model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division siswa

akan terlibat secara aktif dan langsung dalam proses pembelajaran. Dengan

memecahkan solusi secara berkelompok dalam siswa sekolah dasar akan lebih efektif

dalam pembelajaran dalam model tersebut, siswa hendaknya menguasai kompetensi-

kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.

Pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model Kooperatif Student Teams

Achievement Division menjadikan siswa dapat memahami materi dengan lebih baik

yang pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil belajar mereka.


22

4. Pembelajaran Konvensional

Model Kooperatif Student Teams Achievement Division sangat berbeda

dengan pembelajaran konvensional. Djamarah (2006) menyebut pembelajaran

konvensional sebagai metode pembelajaran tradisional karena sejak dulu metode ini

telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan siswa dalam proses

belajar mengajar. Selain itu, dalam metode pembelajaran konvensional ditandai

dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.

Siswa pada metode konvensional juga lebih dipandang sebagai objek pendidikan.

Berdasarkan penjelasan mengenai model Kooperatif Student Teams Achievement

Division, pada metode konvensional semua aktivitas berpusat pada guru, sementara

pada model Kooperatif Student Teams Achievement Division semua aktivitas berpusat

pada siswa. Proses pembelajaran dengan model Kooperatif Student Teams

Achievement Division akan bermakna dan nyata bagi siswa. Siswa lebih aktif selama

proses pembelajaran. Selain itu siswa lebih memahami apa yang mereka pelajari.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dikatakan berkualitas apabila hasil

belajar siswa dapat meningkat dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan

hasil belajar siswa yaitu dengan menerapakan model Kooperatif Student Teams

Achievement Division pada saat proses pembelajaran. Dalam hal ini tugas guru
23

sebagai tenaga pendidik harus mempunyai keterampilan dalam menyajikan materi

agar dapat dipahami siswa dengan baik. Dengan pembelajaran menggunakan model

Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division, siswa akan mampu

meningkatkan pemahaman, lebih aktif dalam belajar, meningkatkan pengetahuannya

yang relevan dengan dunia nyata, mendorong mereka penuh

pemikiran, dan terampil dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

pembelajaran Bahasa Indonesia.

Dalam penelitian ini dilaksanakan pretest pada kedua kelompok yaitu

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan awal

siswa, kemudian kelas eksperimen akan diberi perlakuan pembelajaran menggunakan

model Kooperatif Student Teams Achievement Division sedangkan kelas kontrol

menerapkan pembelajaran metode konvensional. Setelah itu diadakan posttest untuk

mengetahui hasil belajar guna mengukur pengaruh pembelajaran menggunakan

model Kooperatif Student Teams Achievement Division. Berdasarkan uraian tersebut,

maka kerangka pikir digambarkan dalam bagan sebagai berikut:


24

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pretest Pretest

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


Pembelajaran dengan model Pembelajaran konvensional
STAD

Posttest Posttest
Analisis

Pengaruh model STAD terhadap hasil


belajar Bahasa Indonesia

Gambar2.1 Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menentukan hipotesis dan masih perlu

dibuktikan kebenarannya melalui data yang terkumpul dalam penelitian. Berdasarkan

kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan diatas maka hipotesis pada

penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh model Kooperatif Student Teams

Achievement Division terhadap hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa

kelas V SDN 26 Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone”

yang akan dibuktikan dengan uji hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut:

Ho diterima Ha ditolak = tidak terdapat pengaruh

Ho ditolak Ha diterima = terdapat pengaruh


25

Keterangan:

Ho: µ1 ≤ µ2 : Rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa yang diajar

dengan model Kooperatif Student Teams Achievement Division lebih

rendah dari atau sama dengan rata-rata hasil belajar menentukan ide

pokok paragraf siswa yang diajar tanpa model Kooperatif Student

Teams Achievement Division.

Ha: µ1> µ2 : Rata-rata hasil belajar ide pokok paragraf siswa yang diajar dengan model

Kooperatif Student Teams Achievement Division lebih tinggi

daripada rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa

yang diajar tanpa model Kooperatif Student Teams Achievement

Division.
26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Emzir

(2017:28) mengemukanan bahwa:

Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang secara


primer menggunakan paradigma post positivist dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab
akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis, dan pertanyaan spesifik,
menggunakan pengukuran dan observasi, serta pengujian teori),
menggunakan strategi penelitian seperti eksperimen dan survey yang
memerlukan data statistik.
Pendekatan kuantitatif juga merupakan pendekatan yang paling baik untuk pengujian

atau penjelasan teori. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena

pendekatan ini digunakan untuk memperoleh signifikan hubungan antara variabel

yang diteliti yaitu signifikansi perbandingan antara pembelajaran Bahasa Indonesia

yang menggunakan model Kooperatif Student Teams Achievement Division dan

pembelajaran tanpa menggunakan model Kooperatif Student Teams Achievement

Division.

26
27

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimen (eksperimen semu). Karena tidak

semua variabel yang muncul dan kondisi eksperimental dapat diatur dan dikontrol

secara ketat. Menurut Suryabrata (2016: 92) tujuan penelitian quasi eksperimental

(eksperimen semu) adalah “untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan

bagi informasi dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak

memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan”.

B. Variabel Penelitian dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas (Independent Variabel) adalah variabel yang sengaja dimanipulasi

atau diberi perlakuan untuk mengetahui hubungannya terhadap variabel lain atau

variabel terikat. Sedangkan variabel terikat (Dependent Variabel) adalah variabel

yang timbul sebagai akibat dari variabel bebas.Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah model Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)(X).

Sedangkan variabel terikatnya yaitu hasil belajar menentukan ide pokok paragraf

(Y).
28

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu nonequivalent control grup design

dimana pengukuran dilakukan melibatkan dua kelas, yaitu eksperimen (kelas yang

diberi perlakuan) dan kelas kontrol (yang tidak diberi perlakuan). Adapun desain

penelitian dapat digambarkan sebagai berikut (Sugiyono, 2016:79)

O1 X O2
O3 O4

Gambar 2.2 Pretest-Posttest Control Group Design


Keterangan:

O1 = Pre-test pada kelas eksperimen.

O2 = Pre-test pada kelas kontrol.

O3 = Post-test pada kelas eksperimen.

O4 = Post-test pada kelas kontrol.

X =Perlakuan (treatment). Dengan menggunakan model Kooperatif Student Teams

Achievement Division.
29

C. Defenisi Operasional Variabel

Bertitik tolak dari variabel penelitian tersebut, maka pada hakikatnya ada dua

istilah yang perlu diberi definisi atau batasan yaitu model Kooperatif Student Teams

Achievement Division dan hasil belajar menentukan ide pokok paragraf.

1. Model Kooperatif Student Teams Achievement Division merupakan

sebuah model pembelajaran yang menekankan pada proses

pembelajaran yang aktif secara berkelompok melalui 5 tahapan Sajian

materi oleh guru, siswa bergabung dalam kelompok yang terdiri dari

4-5 orang, guru memberikan tugas kepada kelompok untuk

mengerjakan latihan, tes / kuis atau silang tanya antar kelompok,

Penguatan dari guru. Yang dirancang sedemikian rupa dalam mencapai

tujuan pembelajaran.

2. Hasil Belajar Menentukan Ide Pokok Paragraf

Hasil belajar Bahasa Indonesia yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah hasil tes yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran baik

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.


30

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Kata populasi sangat diperlukan dalam penelitian untuk menyebutkan suatu

objek. (Sugiyono,2013: 80) bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan menurut (Riduwan, 2016:8) bahwa populasi merupakan objek atau subjek

yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan

dengan masalah penelitian. Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V

SDN 26 Watang Palakka Kec. Tanete Riattang Barat Kab. Bone tahun pelajaran

2019/2020 yang terdiri dari dua kelas dengan jumlah populasi yaitu 54 siswa.

2. Sampel

Sampel penelitian bertujuan untuk menentukan jumlah siswa yang akan

diteliti. Menurut Riduwan (2016:10) “Sampel adalah bagian dari populasi yang

mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti”. Sedangkan menurut

Sugiyono (2013: 81) “Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Karena tidak semua data dan

informasi akan diproses dan tidak semua siswa akan diteliti melainkan cukup dengan

sampel yang mewakili. Oleh karena itu, sampel diambil dari populasi harus benar-

benar representatif. Untuk mendapatkan sampel yang representatif diperlukan teknik


31

sampling. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonprobability sampling dengan sampling purposive.

Dengan menggunakan nonprobability sampling, peneliti dapat

mengemukakan berbagai macam kemungkinan untuk memilih objek-objek, individu-

individu atau kasus-kasus yang akan dijadikan sampel.Meskipun dalam

terapannya, nonprobability samplingseringkali terbukti efektif bila teknis pelaksanaan

dan konsepnya tepat dan juga memberikan kemudahan-kemudahan yang tidak

dijumpai dalam teknikprobability sampling, Nonprobability samplingharus

digunakan hanya jika kita ingin membatasi penelitian kita pada pernyataan-

pernyataan deskriptif tentang sampel dan tidak membuat pernyataan-pernyataan

inferensia tentang populasi. Dari pengalaman penerapan nonprobability sampling,

metode penarikan sampel ini relative tepat bila digunakan pada kondisi-kondisi

sebagai berikut: tahapan eksplorasi dari suatu penelitian, pengujian awal suatu

angket, berhadapan dengan populasi yang homogeny, minimnya pengetahuan peneliti

dalam bidang statistika dan adanya tuntutan akan kemudahan dari aspek operasional.

Menurut Sugiyono (2016: 84) nonprobability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur

atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel”. Menurut Sugiyono (2016: 85)

“sampling purposive merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu”. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan dua kelas sebagai sampel yaitu

kelas V A dan kelas V B Peneliti menetapkan kelas V A sebanyak 27 orang sebagai

kelas eksperimen dan kelas V B sebanyak 27 orang sebagai kelas kontrol.


32

Tabel 3.1 Sebaran Sampel Penelitian


Kelas Jumlah Siswa
IV A 27
IV B 27
Jumlah 54
Sumber: Wali kelas V A dan V B SDN 26 Watang Palakka

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes

Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-Test dan

pos-test. Jenis tes tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan awal

siswa dan pencapaian siswa setelah diberikan perlakuan sehingga dapat

diketahui perbedaan antara kemampuan awal siswa dengan kemampuan

siswa setelah diberikan perlakuan.

b. Dokumentasi
33

Penyusunan teknik dokumentasi dalam penelitian ini hanya sebagai

pelangkap dalam penelitian. Misalnya berupa foto-foto kegiatan penelitian di

SDN 26 Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes. Sebelum tes

digunakan sebagai penyaring data sebaiknya tes instrumen divalidasi terlebih dahulu

ke validator yang telah ditentukan, kemudian tes instrumen yang telah divalidasi

selanjutnya diuji lapangan kemudian pertemuan dilakukan sebanyak enam kali.

Pertemuan pertama dilakukan pretest. Pertemuan kedua, ketiga, keempat dan kelima

diberikan perlakuan (treatment) dan pertemuan keenam dilakukan posttest. Adapun

rincian dari prosedur tersebut adalah sebagai berikut.

a) Memberikan pretest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tes ini diberikan

sebelum pemberian perlakuan.

b) Memberikan perlakuan berupa pembelajaran menggunakan model Kooperatif

Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada kelas eksperimen dan

memberikan pembelajaran konvensional bagi kelas kontrol dilakukan 3 kali

pertemuan.

c) Pemberian post-test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah diberi

perlakuan kemudian siswa diberi test untuk membandingkan hasil belajar siswa

sebelum dan sesudah perlakuan.


34

F. Teknik Analisi Data

Pada Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik

deskriptif dan statistik inferensial.

1. Statistik Deskriptif

a. Analisis Rata-rata

Teknik ini digunakan untuk memperoleh rata-rata hasil belajar. Adapun rumus

untuk meencari rata-rata, seperti yang dikemukakan oleh Riduwan (2016: 147) adalah

sebagai berikut :

͞ x=
∑ Xi
n

Keterangan:
͞x = Mean
∑ Xi = Jumlah tiap data
n = Jumlah data

b. Analisis Standar Deviasi

Standar Deviasi ialah suatu nilai yang menunjukkan tingkat (derajat) variasi

kelompok data atau ukuran standar penyimpangan dari meannya. Menurut Riduwan

(2016: 102) rumus yang digunakan untuk mencari standar deviasi adalah sebagai

berikut:

s = √ ∑ f . X2 −¿ ¿ ¿¿
Keterangan:
s = Standar Deviasi
f = frekuensi data tiap kelompok
X = titik tengah tiap kelompok
35

c. Analisis Persentase

Analisis persentase bertujuan untuk mendeskripsikan kedua variabel dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi. Menurut Arikunto (2006: 273) rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:

f
P= ×100
N

Keterangan:
P = persentase
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = nilai yang diharapkan

Untuk mengetahui kategorisasi skor hasil belajar, dapat dilihat sebagai


berikut:
Tabel 3.2 Kategori Hasil Belajar
Skor Kategori
85 ≤ x < 100 Sangat Baik
69 ≤ x < 85 Baik
54 ≤ x < 69 Cukup
39 ≤ x < 54 Kurang
0 ≤ x < 39 Sangat Kurang
Sumber: Arikunto dalam Suyadi (2013)

2. Statistik Inferensial

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat

analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah data dinyatakan
36

berdistribusi normal dan homogen selanjutnya dilakukan uji N-Gain dan Uji

Hipotesis.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa data yang diperoleh dari

populasi berdistribusi normal atau tidak. Menurut Subana dan Sudrajat (2011: 149)

pengujian ini menggunakan Chi-Kuadrat, dengan rumus:


2
(Oi−Ei)
X2 = ∑
Ei

Keterangan:
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi ekspektasi
X2 = Chi-Kuadrat

Kriteria pengujian nilai Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:

1) Jika X2hitung ≤X2tabel, maka H1 diterima dan Ho ditolak (data terdistribusi normal)

2) Jika X2hitung>X2tabel, maka H1 ditolak dan Ho diterima (data tidak terdistribusi

normal)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memeriksa apakah skor-skor pada penelitian

yang dilakukan mempunyai variansi yang homogenitas atau tidak untuk taraf

signifikansi. Menurut Subana dan Sudrajat (2011: 161) untuk menguji homogenitas

sebaran dua kelompok data yaitu digunakan rumus uji F sebagai berikut:

s 2 (kelompok yang terbesar nilainya)


F=
s 2(kelompok yang terkecil nilainya)
Kriteria pengujian uji F adalah sebagai berikut:
37

1) Fhitung ≤ Ftabel, maka H1 diterima dan Ho ditolak (homogen)

2) Fhitung > Ftabel, maka H1 ditolak dan Ho diterima (tidak homogen)

c. Uji Hipotesis

Jika data telah dianalisis dan telah diketahui berdistribusi normal atau tidak,

homogen atau tidaknya maka dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan dua

pengujian hipotesis. Oleh karena itu, untuk keperluan pengujian hipotesis digunakan

uji-t untuk data berdistribusi normal. Menurut Sugiyono (2012: 197) untuk uji t dua

kelompok data bila n1 = n2 dan varian homogen maka digunakan rumus uji t sebagai

berikut:

X 1−X 2
t=


2 2
( n 1−1 ) s 1+ ( n2−1 ) s2 1
n1 +n2−2 ( n + n1 )
1 2

Keterangan:
X1 = rata-rata skor kelompok eksperimen
X2 = rata-rata skor kelompok kontrol
2
s1 = varians kelompok eksperimen
2
s2 = varians kelompok kontrol
n1 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol

Langkah-langkah adalah sebagai berikut:

1) Mengajukan hipotesis, yaitu:

Ho: µ1 ≤ µ2 : Rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan model

Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) lebih rendah dari

atau sama dengan rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar tanpa

model Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division).


38

Ha: µ1> µ2 :Rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan model

Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) lebih tinggi

daripada rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar tanpa model

Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division).

1) Menghitung nilai t hitung dengan rumus uji-t

2) Menentukan derajat kebebasan (dk), dengan rumus:dk = n1+ n2 – 2.

3) Menentukan nilai t-tabel dengan α = 0,05

4) Menguji hipotesis

Jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak = tidak terdapat pengaruh

Jika thitung > ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak = terdapat pengaruh
39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini akan mendeskripsikan tujuan penelitian yang dilakukan,

yakni mengetahui Seberapa tinggi rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa

kelas V SDN 26 Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten

Bone yang diajar dengan model Kooperatif Tipe STAD (Student Teams

Achievement Division), seberapa tinggi rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia

siswa kelas V SDN 26 Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat

Kabupaten Bone yang diajar tanpa model Kooperatif Tipe STAD (Student Teams

Achievement), apakah rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar

dengan model Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar

tanpa model Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division),

apakah terdapat pengaruh signifikan model Kooperatif Tipe STAD (Student

Teams Achievement Division) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia Siswa

Kelas V SDN 26 Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten

Bone.

39
40

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

a) Analisis statistik deskriptif pre-test atau tes awal hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas eksperimen dan kontrol

Hasil analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran

mengenai tingkat hasil belajar siswa pada mata pelajaran menentukan ide pokok

paragraf. Data hasil belajar awal yang berupa hasil pre-test yang di peroleh dari kelas

eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk mengetahui kondisi awal hasil belajar

siswa pada masing-masing kelas.

Adapun hasil data yang diperoleh berdasarkan data akhir kelas eksperimen

dan kelas kontrol dengan menggunakan SPSS 200 for windows.

Tabel 3.3 Data analisis statistik deskriptif tes awal atau pre-test nilai hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pda kelas eksperimen dan
kontrol.
Nilai Statistik
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Statistik
(penerapan model STAD) (Pengajaran secara
konvensional)

Ukuran sampel 27 27
Mean 56.48 54.44
Median 60.00 55.00
Std. Deviasi 11.833 10.222
Varians 140.028 104.487
Rentang 35 30
Minimum 40 40
41

Maximum 75 70
Sum 1525,00 1470,00

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa rata-rata (mean) kelas eksperimen dan

kontrol sebesar 56,48 dan 54,44, sedangkan nilai tengah (median) sebesar 60,00

(eskperimen) dan 55,00 (kontrol) dan standar deviasi sebesar 11.833 (eksperimen)

dan 10,222 (kontrol), nilai tertinggi (maksimal) yang diperoleh sebesar 75

(eksperimen) dan 70 (kontrol) sedangkan nilai terendah (minimal) yang diperoleh

sebesar 40 (eksperimen) dan 40 (kontrol) rentang nilai (range) antara nilai tertinggi

dan nilai terendah adalah 35 (eksperimen) dan 30 (kontrol). Distribusi frekuensi hasil

pre-test hasil belajar siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Data distribusi frekuensi nilai tes awal atau pre-test hasil belajar siswa
pada mata pelajaran bahasa indonesia pada kelas eksperimen dan
kontrol.
Nilai Kategori Kelas ekperimen Kelas Kontrol
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
85 – 100 Sangat Baik (SB) 0 0 0 0
70 – 84 Baik (B) 6 22,2% 3 11,11%
55 – 69 Cukup (C) 10 37% 13 48,14%
40 – 54 Kurang (K) 11 40,74% 11 40,74%
<39 Sangat Kurang (SK) 0 0 0 0
Jumlah 27 100% 27 100%

Tabel distribusi frekuensi diatas menunjukkan tingkat skor hasil belajar siswa pada

mata pelajaran bahasa indonesia, siswa kelas eksperimen sebelum diberikan

perlakuan berada pada kategori kurang (K) karena sebagian besar siswa berada

rentang nilai 40 sampai 54 yang terlihat pada nilai rata-rata atau mean siswa yang
42

sebesar 56,48. Sedangkan distribusi frekuensi kelas kontrol berada pada kategori

cukup (C) karena sebagian besar berada pada rentang 55 sampai 69 yang terlihat pada

nilai rata-rata atau mean siswa yang sebesar 54,44.

b) Analisis statistik deskriptif post-test atau tes akhir hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas eksperimen dan kontrol.

Setelah proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) setelah tes awal yang

dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Gambaran hasil belajar siswa pada mata

pelajaran bahasa Indonesia setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Teams Achievement Division) pada kelas eksperimen dan

pengajaran secara konvensional pada kelas kontrol dapat dilihat pada tabel analisis

statistik deskriptif berikut:

Tabel 4.1 Data analisis statistik deskriptif tes akhir atau post-test nilai hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pda kelas eksperimen dan
kontrol.
Nilai Statistik
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Statistik

(penerapan model STAD) (Pengajaran secara


konvensional)

Ukuran sampel 27 27
Mean 82.78 68.33
Median 85.00 70.00
Std. Deviasi 7.638 7.338
Varians 58.333 53.846
Rentang 25 30
Minimum 70 50
Maximum 95 80
Sum 2,065 1,845
43

Berdasarkan data pada tabel statistik tes akhir skor atau post-test hasil belajar

siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SDN 26 Watang Palakka

Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone yang diterapkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada

kelas eksperimen menunjukkan bahwa ukuran sampel sebanyak 27 siswa. Hal ini

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada

kelas V B atau kelas eksperimen setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD (Student Teams Achievement Division) mengalami peningkatan yang

sangat signifikan dan berada pada kategori sangat baik (SB). Hal ini dapat dilihat dari

perbandingan nilai rata-rata kelas eksperimen sebelum diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

Sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

Teams Achievement Division) siswa mendapatkan nilai rata-rata sebesar 56.48 atau

berada pada kategori kurang (K) karena sebanyak 11 siswa mendapatkan nilai 40

sampai 54. Sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) adalah

sebesar 82.78 atau berada pada kategori sangat baik (SB) karena sebanyak 15 siswa

mendapatkan nilai 85 sampai 100. Ini membuktikan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) sangat


44

mempengaruhi nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V

SDN 26 Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone.

Analisis statistik untuk kelas kontrol yang tidak diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) menunjukkan bahwa

ukuran sampel sebanyak 27 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VA atau kelas kontrol yang tidak

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) juga mengalami peningkatan dan berada pada kategori baik (B). Hal ini

dapat dilihat dari perbandingan nilai rata-rata kelas kontrol pada tes awal (pre-test)

yang mendapatkan nilai rata-rata sebesar 54,44 atau berada pada kategori cukup (C)

karena sebanyak 13 siswa mendapatkan nilai 55 sampai 69. Sedangkan nilai rata-rata

kelas kontrol pada tes akhr (post-test) adalah sebesar 68.33 atau berada pada kategori

baik (B) karena sebanyak 15 siswa mendapat nilai 70 sampai 84.

Analisis statistik untuk kelas eksperimen dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dan kelas

kontrol yang tidak diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

Teams Achievement Division) dikelompokkan dalam lima kategori tingkat hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu sangat baik (SB), baik (B),

cukup (C) dan sangat kurang (SK) maka disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan presentase seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.


45

Tabel 4.2 Data distribusi frekuensi nilai tes akhir atau post-test hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas eksperimen dan kontrol
Nilai Kategori Kelas ekperimen Kelas Kontrol
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
85 – 100 Sangat Baik (SB) 15 55,55% 0 0
70 – 84 Baik (B) 12 44,44% 15 55,55%
55 – 69 Cukup (C) 0 0 11 40,74%
40 – 54 Kurang (K) 0 0 1 3,70%
<39 Sangat Kurang (SK) 0 0 0 0
Jumlah 27 100% 27 100%

Tabel distribusi frekuensi pada tes akhir atau post-test menunjukkan tingkat

skor hasil siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa kelas eksperimen

setelah diberikan perlakuan berada pada kategori sangat baik (SB) karena sebagian

besar siswa berada pada rentang nilai 85 sampai 100 yang terlihat pada nilai rata-rata

atau mean siswa sebesar 82.78. Sedangkan distribusi frekuensi kelas kontrol pada tes

akhir atau post-test yang tidak diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Teams Achievement Division) berada pada kategori baik (B) karena

sebagian besar siswa berada pada rentang nilai 70 sampai 84 yang terlihat pada nilai

rata-rata atau mean siswa sebesar 68,33.

Berdasarkan hasil data tersebut dapat dilihat perbandingan rata-rata nilai

eksperimen setelah diberikan perlakuan atau nilai post-test dengan nilai rata-rata

82,78 sedangkan rata-rata nilai kelas kontrol 68,33. Dengan selisih 14 dari selisih

rata-rata nilai dari kedua kelas, hal ini membuktikan bahwa ada perbedaan nilai

signifikan antara kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dengan


46

kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Teams Achievement Division).

2. Hasil Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial dalam hal ini menggunakan uji independen sample

test dimaksudkan untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.

Sebagai prasyarat analisis yaitu uji normalitas untuk mengetahui apakah populasi

berdistribusi normal atau tidak dan uji homogenitas untuk mengetahui apakah

populasi diterima atau ditolak.

a. Uji Normalitas

Normalitas dilakukan terhadap nilai masing-masing kelas dengan tujuan

untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Seluruh

perhitungannya dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer dengan

program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20.0 dengan uji

One Sample Kolmogrov-Smirnov, kriteria pengujian bahwa data berdistribusi

normal jika signifikansi yang diperoleh >0,05 sebaliknya data dikatakan bahwa

tidak berdistribusi normal jika signifikansi yang diperoleh <0,05, berikut uji

normalitas data pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kontrol.


47

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen dan
Kontrol

Data Normality Kolmogrov Smirnov Keterangan

Pre-Test Kelas Eksperimen 0,200 0,200 ≥ 0,05


P-value ≥ ᵅ Normal
Pre-Test Kelas Kontrol 0,163 0,163 ≥ P-value ≥ᵅ
Normal
Post-Test Kelas Eksperimen 0,200 0,200 ≥ 0,05 P-value ≥ ᵅ
Normal
Post-Test Kelas Kontrol 0,149 0,149 ≥ 0,05 P-value ≥ ᵅ
Normal
Sumber: IBM SPSS Statistic version 20.0

Tabel menunjukkan bahwa data hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen

dan kontrol menunjukkan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas

tersebut diperoleh nilai “P-Value (Sig)” ≥ 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa data yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi

normal. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran hasil Statistical Package for

Social Science (SPSS) versi 20.0

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa variansi data

adalah sama atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji kesamaan variansi

(homogenitas) dengan Levene’s Test.


48

Langkah-langkah uji homogenitas sebagai berikut:

1) Menentukan kedua varians (kelas eksperimen dan kelas kontrol) adalah sama

(homogen) atau kedua varians (kelas eksperimen dan kelas kontrol) adalah

berbeda (heterogen).

2) Kriteria pengujian (berdasarkan probabilitas/signifikansi)

a) Jika p-value > 0,05 maka kedua varians adalah sama.

b) Jika p-value < 0,05 maka kedua varians adalah berbeda

3) Menarik kesimpulan

Kriteria pengujian yang dilakukan yaitu nilai pre-test pada kelas

eksperimen P-value >ɑ yaitu 0,213 > 0,05 dan nilai post-test P-value >ɑ yaitu

0,607 > 0,05, hal ini menunjukan bahwa kedua varians sama (homogen) antara

hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum dan sesudah

diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan nilai pre-

test pada kelas kontrol P-value > a yaitu 0,280 > 0,05 dan nilai post-test P-Value

> ɑ yaitu 0,668 > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa kedua varians sama

(homogen) antara hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada

kelas kontrol setelah dilakukan tes awal dan akhir. Sehingga hasil uji

homogenitas pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dikatakan

homogen atau sama karena lebih besar dari 0,05.

c. Uji Hipotesis

1) Independent Sampel T-Test Pre-Test Eksperimen dan Pre-Test Kontrol


49

Independent Sampel T-Test digunakan untuk menguji dua sampel data yang tidak

saling berhubungan. Analisis ini dilakukan dengan menguji hasil pre-test kelas

eksperimen dan pre-test kelas kontrol dengan menggunakan sistem Statistical

Pachage for Sosial Science (SPSS) versi 20,0. Syarat data dikatakan signifikan

apabila Sig. (2-tailed) < 0,05. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan.

Tabel 4.4 Hasil Indepent Sampel T-Test nilai pre-test kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Data t Df Sig.(2-tailed) Keterangan

Pre-test Kelas
Eksperimen
,677 52 0,501 0,501 > 0,05
Pre-Test Kelas Kontrol Tidak Signifikan

Sumber: IMN SPSS Statistical Version 20.0

Berdasarkan tabel diatas, terlihat nilai Sig. (2-tailed) > 0,05,diketahui bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan atau Hо Diterima dan Ha Ditolak terhadap hasil

belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan.

2) Independent Sampel T-Test Post-Test Eksperimen dan Post-Test Kontrol

Independen Sampel T-Test digunakan untuk menguji dua sampel data yang

tidak saling berhubungan. Analisis ini dilakukan dengan menguji hasil post-test

kelas eksperimen dan post-test kelas kontrol dengan menggunakan sistem

Statistical Pachage for Social Science (SPSS) versi 20.0, syarat data dikatakan

signifikan apabila Sig. (2-tailed) < 0,05 analisis ini bertujuan untuk mengetahui

perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sesudah
50

diberikan perlakuan. Berikut ini adalah hasil Independent Sampel T-Test nilai

Post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

Tabel 4.5 Hasil Independent Sampel T-Test nilai post-test kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Data t Df Sig.(2-tailed) Keterangan

Pre-test Kelas
Eksperimen
7,086 52 0,000 0,000 > 0,05
Pre-Test Kelas Kontrol Signifikan

Sumber: IMB SPSS Statistics Version 20.0

Berdasarkan tabel diatas, terlihat nilai Sig. (2-Tailed) < 0,05 diketahui bahwa

ada perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelas diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kelas yang tidak diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran.

Hо : Tidak terdapat perbedaan pembelajaran antara diterapkannya model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran konvensional

terhadap hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa kelas V SDN

26 Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat. (Ditolak karena Sig.

(2-tailed) < 0,05.

Ha : Ada perbedaan pembelajaran antara diterapkannya model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil

belajar menentukan ide pokok paragraf siswa kelas V SDN 26 Watang

Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat. (Diterima Sig (2-tailed) < 0,05.
51

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan perlakuan dalam

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol tanpa menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah

terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikelas eksperimen

dan kelas kontrol tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,

dengan membandingkan hasil post-test kelas eksperimen dan kontrol kemudian

dianalisis menggunakan perhitungan dengan program SPSS 20.0

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif ditemukan bahwa hasil belajar

Bahasa Indonesia siswa pada kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berada pada kategori

kurang (K) dengan persentase 40,74% dan setelah diberikan perlakuan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD hasil belajar Bahasa

Indonesia siswa meningkat dan berada pada kategori sangat baik (SB) dengan

persentase pencapaian 55,55%. Faktor-faktor penyebabnya sehingga hasil belajar

Bahasa Indonesia meningkat karena model pembelajaran kooperatif tipe STAD

lebih menarik, efektif dan meningkatkan kerjasama antara siswa.

Sedangkan pada kelas kontrol sebelum diberikan pembelajaran tanpa

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berada pada kategori


52

cukup (C) dengan persentase 48,14% dan setelah diberikan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD berada pada kategori baik (B) 55,55% . Hal ini memberikan

gambaran bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang

diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Pada analisis statistik inferensial, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu

uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas pre-test dan post-test hasil

belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji

Kolmogorof-Smirnov dengan hasil semua data berdistribusi normal. Setelah itu

dilakukan uji homogenitas antara pre-test kelas eksperimen dan kontrol, dan post-

test kelas eksperimen dan kontrol menggunakan uji Levene’s dengan hasil kedua

kelompok data dinyatakan homogen dan . Setelah melakukan kedua uji tersebut,

dilakukan uji hipotesis.

Berdasarkan uji hipotesis dengan statistik inferensial menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar bahasa indonesia siswa

setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses

pembelajaran.

Hasil Analisis data membuktikan bahwa terdapat pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia kelas

V, diperoleh nilai Sig. (2-tailed) < 00,5 sehingga menolak Hо dan menerima Ha,

yang artinya terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD


53

terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia kelas V SDN 26 Watang Palakka

Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone.


54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa kelas V SDN 26

Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) berada pada kategori sangat baik (SB).

2. Rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa kelas V SDN 26

Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone yang tidak

diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) dengan yang diajar dengan metode konvensional berada

pada kategori baik (B).

3. Hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada hasil belajar siswa tanpa model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki pengaruh signifikan

terhadap hasil belajar kelas V SDN 26 Watang Palakka Kecamatan Tanete

Riattang Barat Kabupaten Bone.

54
55

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan pada penelitian ini, maka penulis

menyarankan:

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Teams Achievement Division) hendaknya dapat diaplikasikan oleh tenaga

pendidik dalam proses belajar mengajar dikelas, agar siswa lebih aktif dan

bersemangat dalam belajar.

2. Sebaiknya penelitian ini dikembangkan lebih lanjut pada materi, mata pelajaran,

dan tingkatan kelas yang berbeda serta populasi yang lebih luas.
56

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus.2013. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung:


PT. Refika Aditama.

Arsyad, azhar.2014. Media Pembelajaran.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Suatu Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Daryanto dan Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Gava Media.
Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Saiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Emzir. 2017. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Depok:


RajaGrafindo Persada.

Ghozali, I. A.Sopyan, dan Sunarno. 2014. Penerapan model pembelajaran Student


Teams Achievment division (STAD) dengan umpan balik kuis untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 11 semarang. Unnes
Physics Education Journal, 3(1): 61-65.

Maulana, dkk. 2015. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI
Sumedang Press.
Ni Putu, Dian Tari. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran STM Sains Teknologi
Masyarakat Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD. Jurnal PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4 (1): 1-9.
Riduwan. 2016. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Rofiqoh, Mariya Silfiana, dkk. 2015. Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa
Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan
57

Learning Cycle 5e Berorientasi Keterampilan Proses di SMA. Jurnal


Pembelajaran Fisika, Vol. 4 (1): 69-74.
Sinring, Abdullah, Abdul Saman, Pattaufi dan Rudi Amir. 2016. Pedoman Penulisan
Skripsi Program S-1 Fakultas Ilmu Pendidikan UNM. Makassar: Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
54
------. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D.
Bandung: Alfabeta.
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Predanamedia Group.
Suyanto dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan
Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta: Esensi.
Tanjung, R. dan Ramadhani. H. 2013. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
stad dengan integrasi karater terhadap pembentukan karakter dan hasil belajar
siswa pada materi pokok listrik dinamis di SMA Negeri 1 Stabat. Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung, 329-344.
Uno, Hamzah B. dan Nurdin Mohamad. 2012. Belajar dengan Pendekatan Paikem.
Jakarta: Bumi Aksara.
Yusuf, Muri. 2017. Metodologi Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana.
Zaidah, M. Pasaribu dan Syamsu. 2013. Pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe Student Teams Achievment Division Berbantuan Media Kartu Alir
Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Tomini. Jurnal
Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 2(2): 17-22.
Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai