BAB I
PENDAHULUAN
ini telah sampai pada usaha peningkatan mutu (kualitas) di samping kuantitas. Salah
satu dari peningkatan mutu tersebut adalah usaha untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang dewasa ini semakin giat dilaksanakan. Untuk
mencapai tujuan ini tidak terlepas dari perbaikan kualitas proses pembelajaran yang
dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran yang dilakukan mampu
dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 (2003: 6)
yang berbunyi:
Pendidikan merupakan unsur yang penting bagi seseorang dan harus dilalui
untuk mendapatkan ijazah dan juga mengembangkan kognitif, afektif dan psikomotor
1
2
dalam meningkatkan taraf hidup. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga
agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Pendidikan nasional
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
Sekolah merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap orang demi
menigkatkan taraf hidup menjadi lebih baik. Keberadaan sekolah sangat menunjang
terjadinya proses belajar mengajar antara pendidik dan siswa. Dalam pembelajaran,
pendidik hendaknya menyajikan materi dengan baik dan menyenangkan agar siswa
dapat aktif dan bersemangat dalam belajar serta menjadikan pembelajaran lebih
bermakna.
baik dari dalam diri siswa itu sendiri dalam belajar, maupun dari faktor luar.
Ruseffendi (Maulana dkk, 2015) mengemukakan bahwa dari sepuluh faktor yang
menyajikan materi yang bersifat inovatif. Sebagaimana dalam PP No. 19 tahun 2005
pembelajaran dengan model yang inovatif. Berdasarkan hasil pra penelitian pada
kelas V SDN 57 Lanca, guru menerapkan model yang kurang cocok dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia karena tidak melibatkan siswa secara aktif sehingga
siswa kurang berpartisipasi dan kurang bersemangat dalam belajar. Melihat keadaan
tersebut, maka guru seharusnya menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan
berkesan bagi siswanya agar mereka dapat memahami apa yang disampaikan guru
dengan baik dan bersemangat serta aktif dalam belajar. Sebagai seorang guru, tentu
penting untuk menerapkan pembelajaran yang bermakna yang ditunjang oleh model
pembelajaran yang tepat. Penerapan model yang inovatif sangat diperlukan, dimana
pembelajaran inovatif ini dapat memberikan peluang kepada siswa untuk merasakan
pembelajaran yang menyenangkan. Untuk menunjang hal tersebut, maka guru harus
yang tepat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah model Student Teams
Achievement Division.
oleh Robert Slavin dkk. Di Universitas John Hopkin dan merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang menekankan pada aktivitas dan
interaksi antara siswa dengan siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam
kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah
digunakan dalam Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia , Teknik, dan banyak
subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Menurut Dian (2011), Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu
model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dengan bantuan lembaran kerja
belajar siswa antara lain dilakukan oleh Utomo (2012) menyimpulkan bahwa terdapat
SMA Negeri 1 Purwosari. Dengan kata lain rata-rata skor hasil belajar siswa yang
yang menggunakan model konvensional. Kelas yang diberi perlakuan model STAD
mempunyai rata-rata sebesar 54,02, sedangkan kelas yang diberi perlakuan metode
konvensional mempunyai rata-rata sebesar 32,15. Wati (2011) pada siswa kelas XI
belajar siswa pada materi jurnal umum. Rata-rata nilai untuk kelas kontrol sebesar
52,68 dan untuk kelas eksperimen sebesar 56,68. Rata-rata nilai siswa kelas
Teams Achievement) pada siswa kelas V khususnya pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Karena itu, topik yang menjadi usulan penelitian adalah Pengaruh Model
Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 26 Watang Palakka Kecamatan
B. Rumusan Masalah
1. Seberapa tinggi rata-rata hasil belajar Menentukan Ide Pokok Paragraf siswa kelas
yang diajar dengan model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division ?
2. Seberapa tinggi rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa kelas
3. Apakah rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan model
daripada rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa yang diajar
Achievement Division terhadap hasil menentukan ide pokok paragraf Siswa Kelas
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa kelas V
SDN 26 Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone yang
2. Mengetahui rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa kelas V
SDN 26 Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone yang
3. Mengetahui rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa mana
yang lebih tinggi antara yang diajar dengan model Kooperatif Student Teams
Achievement Division dengan yang diajar tanpa model Kooperatif Tipe Student
Division terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 26 Watang
D. Manfaat Penelitian
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
kelas V SD.
yang relevan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
b. Bagi Guru
Achievement Division yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran dikelas.
8
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
Division.
pembelajaran kooperatif yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu
satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru.
8
9
Division.
a) Aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi
atau kerjasama.
a) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai
target kurikulum.
b) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya
d) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.
10
d) Tes / kuis atau silang tanya antar kelompok. Skor kuis / tes tersebut
skor kelompok.
pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang
guru dan siswa disebut proses belajar mengajar. Belajar sebagai proses
(Hamzah dan Mohamad, 2012: 138) “Belajar adalah suatu proses yang menghasilkan
kecakapan, dan pengalaman baru ke arah yang lebih baik”. Sedangkan menurut Gage
& Berliner (Hamzah dan Mohamad, 2012: 138) “Belajar adalah suatu proses
makna hasil belajar yaitu perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil dari
kegiatan belajar. Menurut Nawawi (Susanto, 2015: 5) “Hasil belajar dapat diartikan
yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi
dimaksud dengan hasil belajar kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar”. Berdasarkan pendapat mengenai belajar dan hasil belajar, maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diperoleh yang
terdiri dari 2 kegiatan utama, yaitu belajar (learning) dan mengajar (teaching)
kemudian disatukan dalam satu aktivitas, yaitu kegiatan belajar mengajar. Dengan
demikian pembelajaran adalah ketentuan, kaidah, hukum atau norma yang harus
22 Tahun 2006 tentang standar isi pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan
Indonesia di sekolah dasar bertujuan agar siswa mampu dan terampil dalam
indonesia.
berikut:
a.Mendengarkan
serta karya sastra berbentuk dongeng, puisi, cerita, drama, pantun dan cerita
rakyat.
b.Berbicara
pemahaman isi buku dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk
c. Membaca
petunjuk, teks panjang, dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk puisi,
d. Menulis
15
parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan
pantun
mengajar, dan hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
dibutuhkan penilaian sebagai hasil akhir dari hasil belajar. Oleh sebab itu,
proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan
16
kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil
menentukan nilai kepada objek berdasarkan suatu kriteria tertentu serta dapat
diukur atau diamati baik dalam ranah afektif, kognitif maupun psikomotor.
adalah:
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi dua aspek yakni: aspek
a) Aspek Fisiologis
tubuh yang lemah, apalagi jika disertai sakit kepala misalnya dapat
dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola
istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan
b) Aspek Psikologis
persoalan kualitas otak saja, melainkanjuga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan
tetapi, memang harus diakuibahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi
cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama
kepada guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal
yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswaterhadap
guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, sebetulnya setiap orangpasti memiliki bakat dalam arti berpotensi
Jadi, secara umum bakat itumirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak
yang berintelegensisangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior)
modal pembelajaran, dengan adanya bakat seorang siswa akan jauh lebih mudah
Bakat dapat berkembang sebagai kemampuan suatu individu untuk melakukan tugas
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Guru
yaitu: (a) motivasi intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari dalam diri siswa
keadaan yang datang dari luar individu siswa juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar. Anak akan menyadari apa gunanya belajar dan
apa tujuan yang hendak dicapai dengan pelajaran itu.Jadi jika guru dan
orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbullah
dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik.
a) Lingkungan Sosial
Lingkungan sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan dan temanteman
dianggapnya sulit.
okeluarga dan orang tua. Sifat orang tua dan praktik pengelolaan keluarga,
dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh
siswa.
sekolah, dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
siswa.
belajar siswa. Faktor ini merupakan keefektifan segala cara dan efisiensi
proses belajar materi tertentu. Faktor ini dibagi tiga macam, yakni: (1)
untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa karena model tersebut
sekelompoknya.
akan terlibat secara aktif dan langsung dalam proses pembelajaran. Dengan
memecahkan solusi secara berkelompok dalam siswa sekolah dasar akan lebih efektif
kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.
Achievement Division menjadikan siswa dapat memahami materi dengan lebih baik
4. Pembelajaran Konvensional
konvensional sebagai metode pembelajaran tradisional karena sejak dulu metode ini
telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan siswa dalam proses
dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.
Siswa pada metode konvensional juga lebih dipandang sebagai objek pendidikan.
Division, pada metode konvensional semua aktivitas berpusat pada guru, sementara
pada model Kooperatif Student Teams Achievement Division semua aktivitas berpusat
Achievement Division akan bermakna dan nyata bagi siswa. Siswa lebih aktif selama
proses pembelajaran. Selain itu siswa lebih memahami apa yang mereka pelajari.
B. Kerangka Pikir
belajar siswa dapat meningkat dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan
hasil belajar siswa yaitu dengan menerapakan model Kooperatif Student Teams
Achievement Division pada saat proses pembelajaran. Dalam hal ini tugas guru
23
agar dapat dipahami siswa dengan baik. Dengan pembelajaran menggunakan model
Pretest Pretest
Posttest Posttest
Analisis
C. Hipotesis
kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan diatas maka hipotesis pada
Achievement Division terhadap hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa
kelas V SDN 26 Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone”
yang akan dibuktikan dengan uji hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut:
Keterangan:
Ho: µ1 ≤ µ2 : Rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa yang diajar
rendah dari atau sama dengan rata-rata hasil belajar menentukan ide
Ha: µ1> µ2 : Rata-rata hasil belajar ide pokok paragraf siswa yang diajar dengan model
Division.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan
Division.
26
27
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimen (eksperimen semu). Karena tidak
semua variabel yang muncul dan kondisi eksperimental dapat diatur dan dikontrol
secara ketat. Menurut Suryabrata (2016: 92) tujuan penelitian quasi eksperimental
bagi informasi dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
atau diberi perlakuan untuk mengetahui hubungannya terhadap variabel lain atau
yang timbul sebagai akibat dari variabel bebas.Variabel bebas dalam penelitian ini
Sedangkan variabel terikatnya yaitu hasil belajar menentukan ide pokok paragraf
(Y).
28
2. Desain Penelitian
dimana pengukuran dilakukan melibatkan dua kelas, yaitu eksperimen (kelas yang
diberi perlakuan) dan kelas kontrol (yang tidak diberi perlakuan). Adapun desain
O1 X O2
O3 O4
Achievement Division.
29
Bertitik tolak dari variabel penelitian tersebut, maka pada hakikatnya ada dua
istilah yang perlu diberi definisi atau batasan yaitu model Kooperatif Student Teams
materi oleh guru, siswa bergabung dalam kelompok yang terdiri dari
tujuan pembelajaran.
adalah hasil tes yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran baik
1. Populasi
objek. (Sugiyono,2013: 80) bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
Sedangkan menurut (Riduwan, 2016:8) bahwa populasi merupakan objek atau subjek
yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan
dengan masalah penelitian. Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V
SDN 26 Watang Palakka Kec. Tanete Riattang Barat Kab. Bone tahun pelajaran
2019/2020 yang terdiri dari dua kelas dengan jumlah populasi yaitu 54 siswa.
2. Sampel
diteliti. Menurut Riduwan (2016:10) “Sampel adalah bagian dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti”. Sedangkan menurut
Sugiyono (2013: 81) “Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Karena tidak semua data dan
informasi akan diproses dan tidak semua siswa akan diteliti melainkan cukup dengan
sampel yang mewakili. Oleh karena itu, sampel diambil dari populasi harus benar-
digunakan hanya jika kita ingin membatasi penelitian kita pada pernyataan-
metode penarikan sampel ini relative tepat bila digunakan pada kondisi-kondisi
sebagai berikut: tahapan eksplorasi dari suatu penelitian, pengujian awal suatu
dalam bidang statistika dan adanya tuntutan akan kemudahan dari aspek operasional.
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel”. Menurut Sugiyono (2016: 85)
tertentu”. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan dua kelas sebagai sampel yaitu
a. Tes
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-Test dan
b. Dokumentasi
33
digunakan sebagai penyaring data sebaiknya tes instrumen divalidasi terlebih dahulu
ke validator yang telah ditentukan, kemudian tes instrumen yang telah divalidasi
Pertemuan pertama dilakukan pretest. Pertemuan kedua, ketiga, keempat dan kelima
a) Memberikan pretest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tes ini diberikan
Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada kelas eksperimen dan
pertemuan.
c) Pemberian post-test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah diberi
perlakuan kemudian siswa diberi test untuk membandingkan hasil belajar siswa
Pada Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
1. Statistik Deskriptif
a. Analisis Rata-rata
Teknik ini digunakan untuk memperoleh rata-rata hasil belajar. Adapun rumus
untuk meencari rata-rata, seperti yang dikemukakan oleh Riduwan (2016: 147) adalah
sebagai berikut :
͞ x=
∑ Xi
n
Keterangan:
͞x = Mean
∑ Xi = Jumlah tiap data
n = Jumlah data
Standar Deviasi ialah suatu nilai yang menunjukkan tingkat (derajat) variasi
kelompok data atau ukuran standar penyimpangan dari meannya. Menurut Riduwan
(2016: 102) rumus yang digunakan untuk mencari standar deviasi adalah sebagai
berikut:
s = √ ∑ f . X2 −¿ ¿ ¿¿
Keterangan:
s = Standar Deviasi
f = frekuensi data tiap kelompok
X = titik tengah tiap kelompok
35
c. Analisis Persentase
menggunakan tabel distribusi frekuensi. Menurut Arikunto (2006: 273) rumus yang
f
P= ×100
N
Keterangan:
P = persentase
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = nilai yang diharapkan
2. Statistik Inferensial
analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah data dinyatakan
36
berdistribusi normal dan homogen selanjutnya dilakukan uji N-Gain dan Uji
Hipotesis.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa data yang diperoleh dari
populasi berdistribusi normal atau tidak. Menurut Subana dan Sudrajat (2011: 149)
Keterangan:
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi ekspektasi
X2 = Chi-Kuadrat
1) Jika X2hitung ≤X2tabel, maka H1 diterima dan Ho ditolak (data terdistribusi normal)
normal)
b. Uji Homogenitas
yang dilakukan mempunyai variansi yang homogenitas atau tidak untuk taraf
signifikansi. Menurut Subana dan Sudrajat (2011: 161) untuk menguji homogenitas
sebaran dua kelompok data yaitu digunakan rumus uji F sebagai berikut:
c. Uji Hipotesis
Jika data telah dianalisis dan telah diketahui berdistribusi normal atau tidak,
homogen atau tidaknya maka dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan dua
pengujian hipotesis. Oleh karena itu, untuk keperluan pengujian hipotesis digunakan
uji-t untuk data berdistribusi normal. Menurut Sugiyono (2012: 197) untuk uji t dua
kelompok data bila n1 = n2 dan varian homogen maka digunakan rumus uji t sebagai
berikut:
X 1−X 2
t=
√
2 2
( n 1−1 ) s 1+ ( n2−1 ) s2 1
n1 +n2−2 ( n + n1 )
1 2
Keterangan:
X1 = rata-rata skor kelompok eksperimen
X2 = rata-rata skor kelompok kontrol
2
s1 = varians kelompok eksperimen
2
s2 = varians kelompok kontrol
n1 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol
Ho: µ1 ≤ µ2 : Rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan model
Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) lebih rendah dari
atau sama dengan rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar tanpa
Ha: µ1> µ2 :Rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan model
daripada rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar tanpa model
4) Menguji hipotesis
Jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak = tidak terdapat pengaruh
Jika thitung > ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak = terdapat pengaruh
39
BAB IV
A. Hasil Penelitian
yakni mengetahui Seberapa tinggi rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa
Bone yang diajar dengan model Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Kabupaten Bone yang diajar tanpa model Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement), apakah rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar
lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar
Bone.
39
40
a) Analisis statistik deskriptif pre-test atau tes awal hasil belajar siswa pada
mengenai tingkat hasil belajar siswa pada mata pelajaran menentukan ide pokok
paragraf. Data hasil belajar awal yang berupa hasil pre-test yang di peroleh dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk mengetahui kondisi awal hasil belajar
Adapun hasil data yang diperoleh berdasarkan data akhir kelas eksperimen
Tabel 3.3 Data analisis statistik deskriptif tes awal atau pre-test nilai hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pda kelas eksperimen dan
kontrol.
Nilai Statistik
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Statistik
(penerapan model STAD) (Pengajaran secara
konvensional)
Ukuran sampel 27 27
Mean 56.48 54.44
Median 60.00 55.00
Std. Deviasi 11.833 10.222
Varians 140.028 104.487
Rentang 35 30
Minimum 40 40
41
Maximum 75 70
Sum 1525,00 1470,00
Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa rata-rata (mean) kelas eksperimen dan
kontrol sebesar 56,48 dan 54,44, sedangkan nilai tengah (median) sebesar 60,00
(eskperimen) dan 55,00 (kontrol) dan standar deviasi sebesar 11.833 (eksperimen)
sebesar 40 (eksperimen) dan 40 (kontrol) rentang nilai (range) antara nilai tertinggi
dan nilai terendah adalah 35 (eksperimen) dan 30 (kontrol). Distribusi frekuensi hasil
pre-test hasil belajar siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3 Data distribusi frekuensi nilai tes awal atau pre-test hasil belajar siswa
pada mata pelajaran bahasa indonesia pada kelas eksperimen dan
kontrol.
Nilai Kategori Kelas ekperimen Kelas Kontrol
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
85 – 100 Sangat Baik (SB) 0 0 0 0
70 – 84 Baik (B) 6 22,2% 3 11,11%
55 – 69 Cukup (C) 10 37% 13 48,14%
40 – 54 Kurang (K) 11 40,74% 11 40,74%
<39 Sangat Kurang (SK) 0 0 0 0
Jumlah 27 100% 27 100%
Tabel distribusi frekuensi diatas menunjukkan tingkat skor hasil belajar siswa pada
perlakuan berada pada kategori kurang (K) karena sebagian besar siswa berada
rentang nilai 40 sampai 54 yang terlihat pada nilai rata-rata atau mean siswa yang
42
sebesar 56,48. Sedangkan distribusi frekuensi kelas kontrol berada pada kategori
cukup (C) karena sebagian besar berada pada rentang 55 sampai 69 yang terlihat pada
b) Analisis statistik deskriptif post-test atau tes akhir hasil belajar siswa pada
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) setelah tes awal yang
dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Gambaran hasil belajar siswa pada mata
pengajaran secara konvensional pada kelas kontrol dapat dilihat pada tabel analisis
Tabel 4.1 Data analisis statistik deskriptif tes akhir atau post-test nilai hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pda kelas eksperimen dan
kontrol.
Nilai Statistik
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Statistik
Ukuran sampel 27 27
Mean 82.78 68.33
Median 85.00 70.00
Std. Deviasi 7.638 7.338
Varians 58.333 53.846
Rentang 25 30
Minimum 70 50
Maximum 95 80
Sum 2,065 1,845
43
Berdasarkan data pada tabel statistik tes akhir skor atau post-test hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SDN 26 Watang Palakka
Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone yang diterapkan dengan model
kelas eksperimen menunjukkan bahwa ukuran sampel sebanyak 27 siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada
sangat signifikan dan berada pada kategori sangat baik (SB). Hal ini dapat dilihat dari
Teams Achievement Division) siswa mendapatkan nilai rata-rata sebesar 56.48 atau
berada pada kategori kurang (K) karena sebanyak 11 siswa mendapatkan nilai 40
sampai 54. Sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen setelah diterapkan model
sebesar 82.78 atau berada pada kategori sangat baik (SB) karena sebanyak 15 siswa
mempengaruhi nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V
Analisis statistik untuk kelas kontrol yang tidak diterapkan model pembelajaran
ukuran sampel sebanyak 27 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VA atau kelas kontrol yang tidak
Division) juga mengalami peningkatan dan berada pada kategori baik (B). Hal ini
dapat dilihat dari perbandingan nilai rata-rata kelas kontrol pada tes awal (pre-test)
yang mendapatkan nilai rata-rata sebesar 54,44 atau berada pada kategori cukup (C)
karena sebanyak 13 siswa mendapatkan nilai 55 sampai 69. Sedangkan nilai rata-rata
kelas kontrol pada tes akhr (post-test) adalah sebesar 68.33 atau berada pada kategori
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dan kelas
kontrol yang tidak diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu sangat baik (SB), baik (B),
cukup (C) dan sangat kurang (SK) maka disajikan dalam bentuk tabel distribusi
Tabel 4.2 Data distribusi frekuensi nilai tes akhir atau post-test hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas eksperimen dan kontrol
Nilai Kategori Kelas ekperimen Kelas Kontrol
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
85 – 100 Sangat Baik (SB) 15 55,55% 0 0
70 – 84 Baik (B) 12 44,44% 15 55,55%
55 – 69 Cukup (C) 0 0 11 40,74%
40 – 54 Kurang (K) 0 0 1 3,70%
<39 Sangat Kurang (SK) 0 0 0 0
Jumlah 27 100% 27 100%
Tabel distribusi frekuensi pada tes akhir atau post-test menunjukkan tingkat
skor hasil siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa kelas eksperimen
setelah diberikan perlakuan berada pada kategori sangat baik (SB) karena sebagian
besar siswa berada pada rentang nilai 85 sampai 100 yang terlihat pada nilai rata-rata
atau mean siswa sebesar 82.78. Sedangkan distribusi frekuensi kelas kontrol pada tes
akhir atau post-test yang tidak diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) berada pada kategori baik (B) karena
sebagian besar siswa berada pada rentang nilai 70 sampai 84 yang terlihat pada nilai
eksperimen setelah diberikan perlakuan atau nilai post-test dengan nilai rata-rata
82,78 sedangkan rata-rata nilai kelas kontrol 68,33. Dengan selisih 14 dari selisih
rata-rata nilai dari kedua kelas, hal ini membuktikan bahwa ada perbedaan nilai
kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Analisis statistik inferensial dalam hal ini menggunakan uji independen sample
Sebagai prasyarat analisis yaitu uji normalitas untuk mengetahui apakah populasi
berdistribusi normal atau tidak dan uji homogenitas untuk mengetahui apakah
a. Uji Normalitas
untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Seluruh
program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20.0 dengan uji
normal jika signifikansi yang diperoleh >0,05 sebaliknya data dikatakan bahwa
tidak berdistribusi normal jika signifikansi yang diperoleh <0,05, berikut uji
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen dan
Kontrol
Tabel menunjukkan bahwa data hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen
tersebut diperoleh nilai “P-Value (Sig)” ≥ 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
normal. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran hasil Statistical Package for
b. Uji Homogenitas
adalah sama atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji kesamaan variansi
1) Menentukan kedua varians (kelas eksperimen dan kelas kontrol) adalah sama
(homogen) atau kedua varians (kelas eksperimen dan kelas kontrol) adalah
berbeda (heterogen).
3) Menarik kesimpulan
eksperimen P-value >ɑ yaitu 0,213 > 0,05 dan nilai post-test P-value >ɑ yaitu
0,607 > 0,05, hal ini menunjukan bahwa kedua varians sama (homogen) antara
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum dan sesudah
test pada kelas kontrol P-value > a yaitu 0,280 > 0,05 dan nilai post-test P-Value
> ɑ yaitu 0,668 > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa kedua varians sama
(homogen) antara hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada
kelas kontrol setelah dilakukan tes awal dan akhir. Sehingga hasil uji
homogenitas pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dikatakan
c. Uji Hipotesis
Independent Sampel T-Test digunakan untuk menguji dua sampel data yang tidak
saling berhubungan. Analisis ini dilakukan dengan menguji hasil pre-test kelas
Pachage for Sosial Science (SPSS) versi 20,0. Syarat data dikatakan signifikan
apabila Sig. (2-tailed) < 0,05. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan.
Tabel 4.4 Hasil Indepent Sampel T-Test nilai pre-test kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Data t Df Sig.(2-tailed) Keterangan
Pre-test Kelas
Eksperimen
,677 52 0,501 0,501 > 0,05
Pre-Test Kelas Kontrol Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel diatas, terlihat nilai Sig. (2-tailed) > 0,05,diketahui bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan atau Hо Diterima dan Ha Ditolak terhadap hasil
belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan.
Independen Sampel T-Test digunakan untuk menguji dua sampel data yang
tidak saling berhubungan. Analisis ini dilakukan dengan menguji hasil post-test
Statistical Pachage for Social Science (SPSS) versi 20.0, syarat data dikatakan
signifikan apabila Sig. (2-tailed) < 0,05 analisis ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sesudah
50
diberikan perlakuan. Berikut ini adalah hasil Independent Sampel T-Test nilai
Tabel 4.5 Hasil Independent Sampel T-Test nilai post-test kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Data t Df Sig.(2-tailed) Keterangan
Pre-test Kelas
Eksperimen
7,086 52 0,000 0,000 > 0,05
Pre-Test Kelas Kontrol Signifikan
Berdasarkan tabel diatas, terlihat nilai Sig. (2-Tailed) < 0,05 diketahui bahwa
ada perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelas diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kelas yang tidak diterapkan model
terhadap hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa kelas V SDN
Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat. (Diterima Sig (2-tailed) < 0,05.
51
B. Pembahasan
pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol tanpa menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
dan kelas kontrol tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
Indonesia siswa meningkat dan berada pada kategori sangat baik (SB) dengan
cukup (C) dengan persentase 48,14% dan setelah diberikan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berada pada kategori baik (B) 55,55% . Hal ini memberikan
gambaran bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang
Pada analisis statistik inferensial, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu
uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas pre-test dan post-test hasil
belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji
dilakukan uji homogenitas antara pre-test kelas eksperimen dan kontrol, dan post-
test kelas eksperimen dan kontrol menggunakan uji Levene’s dengan hasil kedua
kelompok data dinyatakan homogen dan . Setelah melakukan kedua uji tersebut,
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar bahasa indonesia siswa
pembelajaran.
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia kelas
V, diperoleh nilai Sig. (2-tailed) < 00,5 sehingga menolak Hо dan menerima Ha,
BAB V
A. Kesimpulan
1. Rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa kelas V SDN 26
Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone yang diajar
2. Rata-rata hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa kelas V SDN 26
Watang Palakka Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone yang tidak
3. Hasil belajar menentukan ide pokok paragraf siswa dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada hasil belajar siswa tanpa model
54
55
B. Saran
menyarankan:
pendidik dalam proses belajar mengajar dikelas, agar siswa lebih aktif dan
2. Sebaiknya penelitian ini dikembangkan lebih lanjut pada materi, mata pelajaran,
dan tingkatan kelas yang berbeda serta populasi yang lebih luas.
56
DAFTAR PUSTAKA
Maulana, dkk. 2015. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI
Sumedang Press.
Ni Putu, Dian Tari. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran STM Sains Teknologi
Masyarakat Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD. Jurnal PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4 (1): 1-9.
Riduwan. 2016. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Rofiqoh, Mariya Silfiana, dkk. 2015. Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa
Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan
57