Anda di halaman 1dari 10

http://jurnal.upmk.ac.id/index.

php/lensapendas/article/view/1660/842

jurnal kemampuan membaca teks nonfiksi

Model Pembelajaran Cooperatif Integrated Reading


Composition(CIRC) Meningkatkan Kemampuan
Membaca Pemahaman Siswa
Menurut (Dalman, 2013)membaca pemahaman merupakan
keterampilan membaca yang berada pada urutan yang lebih
tinggi. Dalam membaca pemahaman, pembaca dituntut mampu
memahami isi bacaan. Pada tahap membaca pemahaman
pembaca tidak lagi dituntut bagaimana melafalkan huruf
dengan benar dan merangkaikan setiap bunyi bahasa menjadi
bentuk kata, frase, dan kalimat. Tetapi, disini ia dituntut
untuk memahami isi bacaan yang dibacanya. Adapun indikator
membaca pemahaman menurut (Somadaya, 2011)yaitu
memiliki kemampuan menangkap arti kata dan ungkapan
yang digunakan penulis, memiliki kemampuan menangkap
makna tersurat dan makna tersirat, memiliki kemampuan
menentukan ide pokok, gagasan pokok dan gagasan
pendukung, dan memiliki kemampuan membuat sebuah
simpulan.

Dibia, (2007)menyatakan pembelajaran Bahasa Indonesia tidak


akan terlepas dari empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan bahasa
tersebut sangat penting dan wajib dimiliki oleh peserta didik
sebagai sarana atau modal awal untuk berinteraksi dengan orang
lain. Agar siswa dapat menggunakan bahasa dalam suatu
interaksi, maka ia harus memiliki keterampilan yaitu
keterampilan berbahasa.Menurut Mulyati(dalam(Zulaeha,
2016)keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan
interaksi komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam
kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain
bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang
dimilikinya Keterampilan tersebut digunakan untuk
mengomunikasikan pesan. Pesan ini dapat berupa ide,
keinginan kemauan, perasaan ataupun interaksi. Salah satu
cara yang dapat digunakan untuk berinteraksi adalah
melalui membaca.(Suryaman, 2012)menjelaskan bahwa
permasalahan terbesar dan mendasar di dalam
pembelajaran bahasa Indonesia saat ini adalah permasalah
berkenaan dengan kemampuan dan kebiasaan membaca. Sejalan
dengan pendapat (Olivia, 2008)bahwa kesulitan terletak pada
membaca secara lancar dan membaca untuk memahami (Yunus,
2016)menyatakan membaca juga dapat dikatakan sebagai
proses untuk mendapatkan informasi yang terkandung dalam
teks bacaan untuk memperoleh pemahaman atas bacaan
tersebut atau sering disebut sebagai membaca pemahaman.

Adapun indikator membaca pemahaman menurut (Somadaya,


2011)yaitu memiliki kemampuan menangkap arti kata dan
ungkapan yang digunakan penulis, memiliki kemampuan
menangkap makna tersurat dan makna tersirat, memiliki
kemampuan menentukan ide pokok, gagasan pokok dan
gagasan pendukung, dan memiliki kemampuan membuat
sebuah simpulan.

(Yudasmini, 2015)Rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia


dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yakni metode pembelajaran
yang digunakan dankemampuan membaca. Rendahnya hasil
belajar dan kemampuan membacasiswa kemungkinan salah
satunya disebabkan dari faktor guru, yaitu pembelajaran
bahasa Indonesia yang diterapkan masih cenderung
menggunakan pembelajaran konvensional.
Pembelajaranyangdidominasi metode ceramah, tanya jawab.
Metode ceramah belum dapat mengoptimalkan aktivitas
siswa. Saat guru mengajukan pertanyaan hanya siswa yang pintar
cenderung mendominasi jawaban pertanyaan guru dan siswa yang
kurang pintar terkesan pasif.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, perlu diadakan


pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan senang
belajar membaca.Seorang guru harus dapat menciptakan
suasana yang menyenangkan sehingga siswa aktif
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasannya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD, guru diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan
maupun tertulis. Selain meningkatkan kemampuan membaca
siswa, pembelajaran bahasa juga untuk meningkatkan
kemampuan berpikir, bernalar, dan memperluas wawasan.
Guru dalam pembelajaran seharusnya dapat menciptakan
pembelajaran yang kreatif dan inovatif sesuai dengan
kebutuhan siswa khususnya dalam meningkatkan kemampuan
membaca siswanya. Karena kemampuan memahami bacaan
akan memengaruhi penyerapan siswa selama proses
pembelajaran. Siswa juga akan sulit mengembangkan skil-
skil lainnya yang seringkali hanya bisa diperoleh dengan jalan
membaca. Maka dari itu guru dalam pembelajaran seharusnya
dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif
sesuai dengan kebutuhan siswa khususnya dalam
meningkatkan kemampuan membaca siswanya. “Guru dalam
proses pembelajaran harus memiliki kompetensi tersendiri guna
mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan
pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada
khususnya”(Djam’an, 2008

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru


sebagai variasi dalam proses pembelajaran adalah model
pembelajaran kooperatif. Banyak jenis model pembelajaran
kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, salah satunya adalah
modelpembelajaran Cooperatif Integrated Reading
Composition(CIRC). Cooperatif Integrated Reading Composition
(CIRC) ntuk meningkatkan kemampuan tersebut, maka salah
satu model yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran
bahasa Indonesia adalah model pembelajaran kooperatif CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Composition). Dengan
menerapkan model pembelajaran CIRC dapat memberikan
solusi dan suasana baru yang menarik dalam proses
pembelajaransehingga siswa memperoleh konsep baru.
(Kurniasih & Berlin, 2017)berpendapat bahwa model
pembelajaran CIRC merupakan model pembelajaran yang lebih
cocok dan tepat di aplikasikan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia khusus pada materi membaca, menemukan ide
pokok, pokok pikiran atau, tema sebuah wacana. Terdapat
kelebihan dalam model pembelajaran Cooperatif Integrated
Reading Composition (CIRC) yang mendorong peneliti
menggunakan model pembelajaran ini dalam melakukan
penelitian. Kelebihannya yaitu (a) Model Pembelajaran
CIRCsangat tepat untuk meningkatkan siswa dalam
menyelesaikan soal pemecahan masalah, (b) dominasi guru
dalam pembelajaran berkurang, (c) siswa termotivasi pada
hasil secara teliti karena bekerja dalam kelompok, (d) para
siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek
pekerjaannya, (e) membantu siswa yang lemah, (f)
meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan
soal yang berbentuk pemecahan masalah.

Menurut (Yunus, 2016)pembelajaran yang menggunakan model


CIRC membawa konsep pemahaman inovatif sehingga dapat
mengoptimalkan hasil belajar bahasa Indonesia. Model
pembelajaran CIRC membuat siswa termotivasi pada proses
pembelajaran, karena bekerja dalam kelompok. Siswa tidak
hanya mengharapkan bantuan dari guru saja tetapi juga
mendapat bantuan dari teman sebaya, serta siswa juga dapat
termotivasi untuk belajar cepat, akurat, dan dapat mencapai
ketuntasan belajar dalam seluruh materi. Model CIRC adalah
komposisi terpadu membaca dan menulis secara kooperatif-
kelompok (Suyatno, 2009).
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JP2/article/view/
26465/15595

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JP2/article/view/
26465/15595
2. Model pembelajaran Quantum Learning adalah model yang membiasakan
belajar nyaman dan menyenangkan. Model ini di rancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dengan membangun motivasi dan
memberikan pembelajaran dengan cara yang bervariasi sehingga siswa merasa
selalu penasaran saat mengikuti kegiatan pembelajaran (Deporter, 2015)
Model Pembelajaran “Quantum Learning” ini adalah kiat, petunjuk, strategi
untuk guru dalam melakukan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam
pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang
menyenangkan dan bermanfaat. Model Quantum Learning, yaitu suatu model
pembelajaran yang seluruh proses belajarnya dapat mempertajam pemahaman
dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang
menyenangkan dan bermanfaat, sehingga pembelajaran menjadi lebih
termotivasi. Model Quantum Learning terdiri dari 6 komponen pembelajaran
yaitu : (1) Tumbuhkan, (2) Alami, (3) Namai, (4) Demonstrasikan, (5) Ulangi, (6)
Rayakan (Sultan & Hajerina, 2020).

https://doi.org/10.36277/kompetensi.v15i1.65
https://kompetensi.fkip.uniba-bpn.ac.id/index.php/jurnal-kompetensi/
article/view/65

3. Menurut Wina Sanjaya PBL merupakan salah satu model pembelajaran


yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual, siswa dihadapkan dengan
suatu masalah yang kemudian melalui proses pemecahan masalah siswa akan
belajar kemampuan-kemampuan dasar.8 Mohamad Syarif Sumantri, Strategi
Pembelajaran: Teori dan Praktik Di Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta:
Penerbitan PT RajaGrafindo Persada, 2016), 42.

4. . Teks eksplanasi adalah teks yang menekankan pada proses atau sebab
akibat terjadinya sebuah bencana alam, proses sosial, dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Isi teks eksplanasi mampu menjawab pertanyaan “mengapa‟
dan “bagaimana‟ suatu fenomena terjadi (Priyatni dalam Oktarina, 2015).
Berbagai temuan yang telah diperoleh seperti yang dikemukakan sebelumnya,
baik kesulitan siswa dalam menulis teks eksplanasi maupun motivasi belajar
siswa yang baik sehingga masalah ini perlu dicarikan solusinya. Dengan
mengedepankan kelebihan siswa, yakni memiliki kemauan kuat untuk
menyelesaikan masalah, permasalahan ini diasumsikan dapat diatasi dengan
penerapan suatu model pembelajarn. Model pembelajaran berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar (Sariada, 2014). Model pembelajaran
digunakan guru sebagai acuan untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang aktif, kreatif, edukatif, dan menyenangkan (PAKEM) (Saadah, 2017).
Model pembelajaran ada bermacam-macam jenisnya salah satunya adalah
model pembelajaran berbasis masalah. Dalam kurikulum 2013, pembelajaran
berbasis masalah merupakan salah satu model yang disarankan untuk dapat
diterapkan oleh guru pada saat pembelajaran. Penerapan model pembelajaran
berbasis masalah dalam pembelajaran dapat mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran, dimana siswa terlibat secara langsung dalam proses penemuan
pemahaman materi yang diajarkan, sehingga siswa dapat lebih memahami
materi yang diajarkan guru (Andriani, 2015).
Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning disingkat PBL)
adalah model pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk
memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang
disajikan pada awal pembelajaran dengan tujuan untuk melatih siswa
menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah (Utomo,dkk, 2014).
Pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran yang
didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan
integrasi pengetahuan baru (Primiani, 2012). PBL merupakan model
pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada
siswa. Dimana siswa dapat secara aktif berfikir dalam menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan kehidupan sosial mereka. Model pembelajaran PBL
bermanfaat untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan memberikan
pengalaman dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang mendorong
berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang dalam membelajarkan
dirinya. Selain penerapan model PBL, solusi yang ditawarkan adalah
penerapan media video. Jadi, model PBL akan dipadukan dengan media video
untuk meningkatkan keterampilan menulis teks eksplanasi siswa. Media video
dinyatakan tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis teks eksplansi
berpadu dengan model pembelajaran PBL karena video memiliki keunggulan
dibandingkan media lain. Media video mampu memperjelas sajian ide dan
mengilustrasikannya sehingga siswa tidak cepat lupa. Sajian ide yang jelas
dan terilustrasi dengan baik inilah yang sangat berguna bagi siswa dalam
menuliskan teks eksplanasi. Selain itu, media video dapat menarik minat dan
perhatian siswa. Yang tidak kalah penting adalah video termasuk media yang
relatif murah saat ini, baik harga maupun pengoperasiannya, serta alatnya
tersedia di sekolah.
PBL merupakan model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi
belajar aktif kepada siswa. Dimana siswa dapat secara aktif berfikir dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial mereka.
Model pembelajaran PBL bermanfaat untuk membantu siswa belajar secara
mandiri dan memberikan pengalaman dalam menyelesaikan masalah sehari-
hari yang mendorong berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang
dalam membelajarkan dirinya.
Selain penerapan model PBL, solusi yang ditawarkan adalah penerapan media
video
file:///C:/Users/ADM/Downloads/jearmanager,+5.+Justianus+Tarigan+123-
133.pdf

Guru Bahasa Indonesia hendaknya dapat menerapkan model dan media yang
tepat dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran menyajikan teks
eksplanasi secara tertulis menggunakan model problem based learning dan
model think talk write berbantuan media video animasi bertema fenomena
alam; (2) Guru Bahasa Indonesia hendaknya menerapkan model Think Talk
Write sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran menyajikan teks
eksplanasi karena telah teruji keefektifannya; (3) Guru Bahasa Indonesia
hendaknya menerapkan media pembelajaran, khususnya media video animasi
bertema fenomena alam sebagai alternatif dalam menyajikan teks eksplanasi
secara tulis; (4) Peneliti lain dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai
bahan referensi dan dapat dikaji lebih lanjut untuk mengetahui kebaruan
dalam pembelajaran menyajikan teks eksplanasi.

OPTIMALISASI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “PBL” PADA MATERI AJAR TEKS EKSPLANASI
BAHASA INDONESIA

Menurut Priyatni (2017, hlm. 82) teks eksplanasi adalah teks yang berisi penjelasan
tentang proses yang berhubungan dengan fenomena-fenomena alam, sosial, ilmu
pengetahuan, budaya, dan lainnya. Misalnya, artikel tentang dampak global warming,
peristiwa meletusnya Gunung Merapi, dan lain sebagainya. Materi teks inilah yang
dijadikan bahan pelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia agar siswa mampu
mengidentifikasi dan mengkonstruksi informasi (pengetahuan dan urutan kejadian)
yang tertuang dalam teks eksplanasi secara lisan dan tertulis. Namun tujuan tersebut
tidak akan tercapai apabila pemahaman siswa mengenai teks tersebut masih rendah.
https://i-rpp.com/index.php/dinamika/article/view/1175/371371666

https://www.researchgate.net/publication/
343244373_Penerapan_Model_PJBL_Untuk_Meningkatkan_Keterampilan_Pros
es_dan_Hasil_Belajar_Matematika_Materi_Bangun_Ruang_Sisi_Datar_Kelas_VII
I_C_SMP_Negeri_4_Sumbang_Semester_2_Tahun_Pelajaran_20162017

Model PjBL menurut Trianto (2014:42) adalah pendekatan pembelajaran yang inovatif,
yang
menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.
Menurut Wena
(2014:144) model pembelajaran PjBL adalah model pembelajaran yang
memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan
melibatkan kerja
proyek yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan permasalahan yang
sangat
menantang dan menuntun siswa untuk merancang, memecahkan masalah,
membuat
keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan siswa
untuk
bekerja secara mandiri. Hasil penelitian yang dilakukan Ekaputri (2012) menunjukan
bahwa
pembelajaran dengan metode PjBL dengan strategi team teaching mampu
meningkatkan
motivasi, keaktifan, dan hasil belajar siswa.

Menurut Sadiman (dalam Sukariyasa, 2014) media merupakan


“perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan”.Menurut Sadiman (Riastini, 2016:78) menyatakan bahwa “media
adalah segala sesuatu yang dapat berguna sebagai penyalur pesan
dari guru ke siswa”. Menurut Susanti (2013) bahwa “media pembelajaran
berguna untuk mengatasi keragaman latar belakang siswa sehingga
menimbulkan persepsi yang sama”. Media Pembelajaran merupakan
segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru
Journal for Lesson and Learning Studies, Vol. 1 No. 1, April 2018 P-ISSN:2615-6148 E-ISSN:
2615-7330Journal for Lesson and Learning Studies | 25untuk mendorong siswa
belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya
verbalisme (Hanafiah dan Suhana,2009:59). Adapun manfaat media
pembelajaran menurut Sudjana dan Rifai (dalam Wuryandari, 2011:44)
yaitu, a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, b) Bahan pengajaran
akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh
para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran
dengan baik, c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-
mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru juga tidak kehabisan tenaga, apalagi guru
mengajar tiap jam pelajaran. Hal ini sangat mendukung untuk
digunakan guru di sekolah dasar mengingat keberadaannya sebagai
guru kelas yang mengajar secara terus-menerus, d) Siswa lebih banyak
melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru
tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemostrasikan, dan lain-lain. Oleh karena itu media pengajaran
yang dibuat guru hendaknya membuka kesempatan kepada siswa
untuk ikut serta aktif dalam pemanfaatannya.Rohani (dalam
Musfiqon,2012:73) menyatakan bahwa media gambar adalah media
yang merupakan reproduksi asli dalam dua dimensi, yang berupa foto
atau lukisan. Tujuan utama penampilan beberapa jenis gambar adalah
“untuk menvisualisasikan konsep yang ingin di sampaikan” Arsyad (dalam
Musfiqon,2012:73).Beberapa kelebihan media gambar menurut Musfiqon
(2012) adalah a) sifatnya konkret karena gambar mampu menunjukan
poko permasalahan dibandingkan dengan kata-kata verbal, b) gambar
dapat mengatasi ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau
peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa dibawa ke
objek/peristiwa tersebut.Gambar dapat mengatasi hal tersebut. Peristiwa-
peristiwa yang terjadi di masa lampau, kemarin atau bahkan semenit yang
lalu kadang tidak dapat kita lihat seperti apa adanya. Gambar atau
foto bermanfaat dalam hal ini, c) media gambar atau foto dapat
mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun
yang tiding mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan
dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto, d) foto dapat
memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk
tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan
kesalahpahaman, e) foto harganya lebih murah dan lebih gambar
didapatkan serta digunakan tanpa memelukan peralatan khusus.Selain
kelebihan-kelebihan tersebut, gambar atau foto memiliki kelemahan-
kelemahan seperti: a) gambar foto hanya mampu menekankan persepsi
indera mata, b) gambar atau foto benda terlalu kompleks dan kurang
efektif untuk kegiatan pembelajaran, c) ukurannya yang snagat terbatas
untuk kelompok besar.Dengan media gambar ini, diharapkan siswa
dapat lebihmembuka wawasannya dan mampu memecahkan
permaslahan yang sedang di hadapi dalam pembelajaran, sehingga
siswa juga termotivasi untuk belajar berbagi pengetahuan dengan
temannya. Dengan menggunakan media ini diharapkan siswa dapat
fokus terhadap proses belajar mengajar di dalam kelas.Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui berbedaan yang signifikan
hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran Problem Based Learning(PBL) berbantuan media
gambar dan kelompok siswa yang tidak menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learningpada siswa kelas III SD Gugus
Kecamatan Sawan Tahun Pelajaran 2017/2018.2.METODEPenelitian ini
merupakan jenis penelitian eksperimen semu dengan rancangan non-
equivalent post-test only control group design, rancangan ini dipilih
karena eksperimen tidak mungkin mengubah kelas yang ada. Desain
non-equivalent post-test only control group designadalah sebagai berikut.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JLLS/article/view/14621/8936

https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/view/950

https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/view/950/883

Anda mungkin juga menyukai