Anda di halaman 1dari 21

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa


Indonesia Materi Teks TanggapanPeserta didik Kelas IX A SMP BPI 1
Bandung Semester 1 Tahun Pelajaran 2023/2024.

Diajukan untuk memenuhi Komponen Uji Tertulis


Mahapeserta didik PPG Dalam jajabatan 2023

DISUSUN OLEH :
Dedi Junaedi, S.Pd.
NIM PPG : 2313843

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
TAHUN 2023
Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Materi Teks TanggapanPeserta didik Kelas IX A SMP BPI 1
Bandung Semester 1 Tahun Pelajaran 2023/2024.

Dedi Junaedi
NIM PPG : 2313843

ABSTRACT

Bahasa nyaris tidak bisa dilepaskan dari kegiatan sehari-hari. Ketika


berkomunikasi dengan orang lain, bahasa menjadi media penyampaian pesan.
Sejatinya, bahasa memiliki aspek keterampilan khusus yang penting untuk
dikuasai. Keterampilan berbahasa tersebut meliputi empat hal, yakni menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.keterampilan berbahasa mempunyai empat
komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara
(speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan
mengidentifikasi (writing skills) (Tarigan, 2008:1).Empat keterampilan berbahasa
menjadi penentu dalam keberhasilan penerapan fungsi bahasa dalam
keseharian. Mengutip Narabahasa.id, Ivan Lanin menjelaskan bahwa bahasa
terdiri dari tiga fungsi, yakni fungsi ekspresi, komunikasi, dan sosial. Seluruh
fungsi tersebut dapat terlaksana apabila seseorang mampu menguasai empat
keterampilan berbahasa. Mengidentifikasi merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan
memiliki banyak manfaat yang dapat dipetik dalam kehidupan ini, diantaranya
adalah meningkatkan kecerdasan, mengembangkan kreativitas, menumbuhkan
keberanian, dan mendorong kemampuan mengumpulkan informasi. Keterampilan
mengidentifikasi merupakan keterampilan berbahasa yang cukup sulit dan
kompleks Berdasarkan hasil observasi yang terah dilakukan dikelas IX A SMP BPI
1 Bandung diperoleh hasil bahwa keterampilan mengidentifikasi teks tanggapan
masih rendah. Hal ini diperkuat dengan data yang diperoleh peneliti dari para
peserta didik yang menyatakan bahwa mereka masih mengalami kesulitan untuk
mengidentifikasi teks yang sesuai dengan isi, tema yang dipilih. Penelitian ini
merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning materi Teks tanggapan yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan mengidentifikasi, aktivitas, dan motivasi belajar
peserta didik kelas IX A SMP BPI 1 Bandung Tahun Pelajaran 2023/2024.
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dan partispatif yang dilakasanakan
dalam kelas. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan observasi dan tes tertulis.Subjek penelitian ini adalah peserta didik
kelas IX A yang berjumlah 28 peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan keterampilan mengidentifikasi teks tanggapan dan aktivitas dan
motivasi belajar belajar peserta didik pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini
didukung dengan data penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan prosentase
ketuntasan tes keterampilan mengidentifikasi. Sebelum dilakukan penelitian
(prasiklus), persentase keterampilan mengidentifikasi peserta didik hanya 15
peserta didik (53,57%) yang mencapai ketuntasan. Pada siklus I persentase
ketuntasan mengidentifikasi peserta didik meningkat menjadi 20 peserta didik
(71,42%) dan pada siklus II menjadi 24 peserta didik (85,71%) yang mencapai
ketuntasan. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. minat,
motivasi, rasa ingin tahu dan kerjasamaan.
Motivasi Belajar
Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan
sebagai “ daya penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman, 2001: 71) 3 .
Pendapat lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah “ keadaan dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan”
(Soeharto dkk, 2003 : 110)4 . “Motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk
melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar”
(Dalyono, 2005: 55)5 . Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan
yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap
suatu tujuan (goal) atau perangsang. “Tujuan adalah yang membatasi/menentukan
tingkah laku organisme itu” (Ngalim Purwanto, 2007 : 61). Dengan demikian
motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan
dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus. Motivasi
belajar dalam pembelajarn menjadi faktor yang sangat penting karena motivasi
belajar di dalam diri pebelajar akan mempercepat pencapaian tujuan (Surawan,
2020: 90). Guru (peneliti) dalam hal ini, sangat berkewajiban untuk selalu berusaha
membangkitkan motivasi belajar siswa. Dalam teori behaviorisme menyatakan
bahwa motivasi untuk mempertahankan proses belajar yang di dorong oleh insentif
eksternal, sehingga dalam proses pembelajaran guru hendaknya mampu
memberikan apresiasi maupun insentif yang sifatnya sebagai motivasi eksternal
bagi pebelajar. 2 Sadia, I W. 2007. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based
learning) suatu model pembelajaran berorientasi konstruktivisme 3 A.M., Sardiman.
2001. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
4 Soeharto, Motivasi adalah “ keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan” (Soeharto dkk, 2003 : 110)
Menurut Dimyati &Mudjiono (1994:89-92)6 ada beberapa faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar,yaitu:
1) Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat.
Cita-cita siswa untuk ”menjadi seseorang” akan memperkuat semangat belajar dan
mengarahkan pelaku belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik
maupun ektrinsik sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi
diri.
2) Kemampuan Belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.Kemampuan ini meliputi beberapa
aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa. Misalnya pengamatan, perhatian,
ingatan, daya pikir dan fantasi. Di dalam kemampuan belajar ini, sehingga
perkembangan berfikir siswa menjadi ukuran. Siswa yang taraf perkembangan
berfikirnya konkrit (nyata) tidak sama dengan siswa yang berfikir secara
operasional (berdasarkan pengamatan yang dikaitkan dengan kemampuan daya
nalarnya).Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi, biasanya lebih
termotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu lebih sering memperoleh sukses
oleh karena kesuksesan memperkuat motivasinya.
3) Kondisi Jasmani dan Rohani Siswa

Kata kunci : Model Problem Based Learning, Motivasi belajar

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2014 tentang
Implementasi Kurikulum bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses
pendidikan yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengembangkan dan meningkatkan potensi, kemampuan baik dalam sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup, bermasyarakat, dan
bernegara. Lebih lanjut dijelaskan dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan nomor 81A tahun 2013 bahwa beberapa pendekatan dan model
pembelajaran yang mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 selain pendekatan
saintifik dan model terpadu adalah discovery/inquiry learning, problem based
learning, dan problem based learning.
Pendidikan bahasa memiliki peranan yang sentral dalam mengembangkan
intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari materi dalam semua bidang studi. Pembelajaran
bahasa diharapkan membantu peserta didik berkomunikasi dalam kehidupan,
mengemukakan pikiran dan perasaan, serta menggunakan imajinasi dan
kreatifitasnya menghasilkan sebuah karya.
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan
menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan
membaca (reading skills), dan keterampilan mengidentifikasi (writing skills)
(Tarigan, 2008:1). Mengidentifikasi merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan memiliki banyak
manfaat yang dapat dipetik dalam kehidupan ini, diantaranya adalah meningkatkan
kecerdasan, mengembangkan kreativitas, menumbuhkan keberanian, dan
mendorong kemampuan mengumpulkan informasi.
Keterampilan mengidentifikasi merupakan keterampilan berbahasa yang cukup
sulit. Berdasarkan hasil observasi yang terlah dilakukan dikelas IX A SMP BPI 1
Bandung diperoleh hasil bahwa keterampilan mengidentifikasi teks tanggapan
masih rendah. Hal ini diperkuat dengan data yang diperoleh peneliti dari para
peserta didik yang menyatakan bahwa mereka masih mengalami kesulitan untuk
menyusun teks tanggapan yang sesuai dengan isi, tema yang dipilih.
Penyebab rendahnya keterampilan mengidentifikasi peserta didik salah satunya
yaitu oleh faktor guru. guru Bahasa Indonesia belum menerapkan model
pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan aktivitas peserta didik, guru belum
menyajikan materi mengidentifikasi yang menarik, inspiratif, dan kreatif. Peserta
didik lebih banyak mendengarkan penjelasan guru dan melaksanakan tugas jika
guru memberikan tugas/latihan setelah penjelasan dari guru selesai. Peserta didik
bersikap pasif karena hanya menerima informasi dari guru. Guru yang menjadi
pusat pembelajaran. Guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang dapat
membantu peserta didik mencapai tujuan. Peserta didik dapat belajar dari peserta
didik lain dan sumber belajar yang berada di lingkungan peserta didik, di mana pun
dan kapan pun perserta didik tersebut beraktivitas. Solusi yang dapat dilakukan guru
untuk mengatasi kurang berhasilnya pembelajaran mengidentifikasi menurut
peneliti adalah dengan mencoba model pembelajaran yang bervariatif dan yang
membuat peserta didik lebih aktif selama proses pembelajaran. Salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran Problem Based
Learning disertai dengan TPACK.
Model pembelajaran problem based learning mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada proses pemecahan masalah dengan
memperoleh pengetahuan yang diperlukan. Model ini memiliki kelebihan
membuat siswa belajar dengan inspirasi, mengajarkan pemikiran secara kelompok,
dan menggunakan informasi terkait untuk mencoba memecahkan masalah baik
yang nyata maupun hipotetis, selain itu siswa dilatih untuk mensintesis
pengetahuan dan keterampilan sebelum mereka menerapkannya pada masalah,
sehingga materi yang diberikan mudah diingat oleh siswa (Abdurrozak
&Jayadinata, 2016; Christiana et al., 2014; Defiyanti & Sumarni, 2019)

B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini mengacu pada rumusan masalah adalah sebagai
berikut.
1. Meningkatkan keterampilan mengidentifikasi teks tanggapan pada peserta
didik kelas IX A SMP BPI 1 Bandung melalui penerapan model
pembelajaran problem based learning Semester 1 Tahun Pelajaran
2023/2024
2. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas IX A SMP BPI 1
Bandung pada mata pelajaran bahasa Indonesia selama proses pembelajaran
melalui penerapan model pembelajaran problem based learning
3. Meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas IX A SMP BPI 1
Bandung pada mata pelajaran bahasa Indonesia selama proses pembelajaran
melalui penerapan model pembelajaran problem based learning

A, METODE
Setting Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian dilaksanakan di SMP BPI 1 Bandung yang terletak
di Jl. Burangrang no. 8 Kec. Lengkong Kota Bandung Provinsi Jawa Barat
Penelitian dilaksanakan dua bulan dari bulan September 2023 sampai bulan
November 2023. Secara rinci sebagaimana dijelaskan pada bagian lampiran 2
penelitian tindakan kelas ini tentang Jadwal Kegiatan Penelitian. Penelitian
berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi riil sekarang ke arah kondisi yang
diharapkan (improvemen oriented). Penelitian tindakan dilakukan untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik melalui penerapan metode
Problem based learning. Peningkatan pada aspek motivasi belajar berimbas juga
pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Peningkatan motivasi dan hasil belajar
peserta didik diharapkan terjadi setelah guru melakukan penyusunan rancangan
model pembelajaran discovery learning dan melaksanakannya pada proses
pembelajaran.

B. Metode dan Prosedur Penelitian


Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK Penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai
tindakan yang dilakukan oleh guru sebagai peneliti
Dalam pelaksanaannya, diawali dengan kesadaran adanya permasalahan yang
dirasakan mengganggu. Selain itu juga dianggap menghalangi pencapaian tujuan
pendidikan sehingga berdampak kurang baik terhadap proses atau hasil belajar
peserta didik.
Dari kesadaran itulah, kemudian guru menetapkan fokus permasalahan secara lebih
tajam. Bahkan jika perlu dengan mengumpulkan tambahan data lapangan secara
lebih sistematis atau melakukan kajian pustaka yang relevan. Oleh karena itulah,
beberapa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
• Untuk memecahkan permasalahan yang terjadi secara nyata di dalam kelas
yang dipahami langsung dalam interaksi antara guru dan siswa,
meningkatkan profesionalisme guru, serta menumbuhkan budaya akademik
di kalangan guru.
• Meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara berkelanjutan
mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
• Peningkatan relevansi pendidikan yang bisa dicapai melalui peningkatan
proses pembelajaran.
• Sebagai alat training in service yang melengkapi guru dengan skill dan
metode baru, mempertajam kekuatan analisisnya serta mempertinggi
kesadaran dirinya.
• Sebagai alat agar bisa lebih inovatif terhadap pembelajaran.
• Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran
di kelas dengan mengembangkan keterampilan dan meningkatkan motivasi
belajar pada siswa.
• Meningkatkan sifat profesional tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
• Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan akademik.
• Meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan pendidikan, peningkatan dan
perbaikan proses pembelajaran.
Manfaat PTK
Pada proses pelaksanaan penelitian, terdapat 3 komponen yang menjadi sasaran
utama yaitu siswa, guru dan sekolah. 3 komponen tersebut yang akan menerima
manfaat dari PTK. Berikut beberapa manfaatnya, antara lain:

1. Bagi Siswa Dan Pembelajaran


Memberikan kemudahan dalam proses analisis dan diagnosis terhadap kesalahan
maupun kesulitan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut berkaitan dengan
strategi, teknik, konsep, dan lain sebagainya.
Apabila kesalahan yang terjadi bisa segera diperbaiki, maka proses pembelajaran
akan lebih mudah dilaksanakan. Dengan demikian hasil belajar siswa diharapkan
bisa meningkat. Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara
pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. Keduanya akan terwujud apabila
guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan PTK.

2. Bagi Guru
Pelaksanaan PTK bagi guru memberikan beberapa manfaat, antara lain:
• Memiliki kemampuan untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui
suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di kelas. Keberhasilan
dalam proses perbaikan ini tentu akan memberikan rasa puas bagi guru
karena telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya.
• Guru bisa berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara profesional. Hal
ini karena guru mampu menilai, merefleksi diri dan mampu memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya.
• Guru mendapatkan kesempatan untuk turut berperan aktif dalam rangka
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru berperan
sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut sehingga diharapkan bisa
menghasilkan teori-teori dan praktik pembelajaran.
• Guru akan merasa lebih percaya diri karena mampu merefleksi diri,
melakukan evaluasi diri dan menganalisis kinerjanya sendiri dalam kelas.
Guru akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan, dan tantangan
pembelajaran dan pendidikan masa depan dan mengembangkan alternatif
masalah atau kelemahan yang ada pada dirinya dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Sekolah
Sekolah di mana gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau
perbaikan kinerjanya secara profesional, maka bisa berkembang dengan pesat.
Begitu juga sebaliknya. Kaitannya dengan, apabila sekolah dengan guru yang
memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu sekolah tersebut akan
memperoleh manfaat yang besar.
Hal ini karena mampu meningkatkan kualitas pembelajaran yang mencerminkan
kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Seperti yang diketahui bahwa PTK adalah
salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan pendidikan
yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan
kualitas program sekolah secara keseluruhan.
Hal ini bisa dilakukan dengan meningkatkan tujuan PTK guru ialah memperbaiki
dan meningkatkan praktik dan pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.
Dengan demikian maka hasil yang diharapkan oleh pihak sekolah akan lebih mudah
tercapai.
Memberikan kesempatan bagi guru untuk meningkatkan kualitas diri agar mampu
menjadi teladan yang sebaik-baiknya kepada siswa di sekolah. Pelaksanaan program
ini memberikan manfaat tidak hanya pada pihak guru atau pendidik, namun juga
siswa dan sekolah tersebut.

Model pembelajaran problem based learning mengacu pada pendekatan


pembelajaran yang berfokus pada proses pemecahan masalah dengan
memperoleh pengetahuan yang diperlukan. Model ini memiliki kelebihan
membuat siswa belajar dengan inspirasi, mengajarkan pemikiran secara kelompok,
dan menggunakan informasi terkait untuk mencoba memecahkan masalah baik
yang nyata maupun hipotetis, selain itu siswa dilatih untuk mensintesis
pengetahuan dan keterampilan sebelum mereka menerapkannya pada masalah,
sehingga materi yang diberikan mudah diingat oleh siswa (Abdurrozak dan
Jayadinata, 2016; Christiana et al., 2014; Defiyanti & Sumarni, 2019)
menerapkannya pada masalah, sehingga materi yang diberikan mudah diingat oleh
siswa (Abdurrozak &Jayadinata, 2016; Christiana et al., 2014; Defiyanti &
Sumarni, 2019)

1. Perencanaan
Perencanaan ini adalah sebagai berikut: a) Peneliti membuat rencana tindakan untuk
mengetahui keterampilan mengidentifikasi teks tanggapan pada mata pelajaran
bahasa Indonesia bagi peserta didik kelas IX A SMP BPI 1 Bandung Tahun
Pelajaran 2023/2024, b) Membuat instrument yang diperlukan, seperti lembar tes,
lembar tugas kelompok dan lembar observasi.

2. Pelaksanaan tindakan
Secara umum kegiatan yang dilakukan tahap ini adalah: a) Mengindentifikasi
pengalaman konkrit yang telah dimiiki peserta didik, b) Peserta didik menerima
bekal pemahaman dari guru sehubungan dengan keterampilan yang diperlukan, c)
Peserta didik mengggunakan petunjuk yang diberikan guru dan menggunakan
keterampilan yang telah dilatih sebelumnya, d) Peserta didik mengadakan tukar
pengalaman (sharing text priences) yang dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok
(small group discussion, e) Membimbing peserta didik yang mengalami hambatan
/kesulitan belajar, f) Peserta didik menerima pemantapan dari guru sehubungan
dengan hasil proses belajar yang telah ditempuhnya, g) Mengoreksi dan
mengembalikan hasil pekerjaan peserta didik disertai dengan komentar, pujian, dan
sebagainya.
3. Observasi
Guru sebagai peneliti dan observer mengamati situaisi pembelajaran yang
berlansung. Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Guru dan observer
membuat rekomendasi terhadap hasil pengamatan untuk bahan refleksi.

4. Refleksi
Guru dan observer melakukan refleksi terhadap kekuatan dan kelemahan dari
tindakan yang telah berlangsung pada siklus I sesuai dengan data hasil observasi.
Guru dan observer mengindentifikasi kendala atau ancaman dan menentukan
alternatif jalan keluar untuk mengatasinnya. Guru dan observer membuat
perencanaan ulang (replaninng) untuk siklus II dan siklus-siklus berikutnya.
Deskripsi setiap tahapan di atas ditempuh pada siklus-siklus yang direncanakan.
Tindakan dinyatakan berakhir setelah diperoleh optimalisasi hasil yang dicapai.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini terfokus pada peserta didik di kelas IX A SMP BPI 1 Bandung
Semester 1 Tahun Pelajaran 2023/2024 yang berjumlah 28 terdiri dari 14 peserta
didik laki-laki dan 14 peserta didik perempuan.

D. Alat Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan
melalui tes, lembar kerja siswa dan observasi. Tes ini bertujuan untuk mengetahui
keterampilan mengidentifikasi peserta didik pada mata pelajaran bahasa Indonesia
dalam mengidentifikasi teks tanggapan. Penggunaan observasi menurut
Sukmadinata, Nana Syaodih mengatakan “ observasi (observation) maupun
pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terjadap kegiatan yang sedang beralangung” Peneliti
menggunakan lembar observasi untuk mendapatkan data tentang aktivitas belajar
peserta didik yang menggunakan metode Eksplorasi Pustaka Lembar observasi diisi
oleh observer yang mengamati aktivitas belajara peserta didik kelas IX A SMP BPI
1 Bandung selama proses pembelajaran.
Penggunaan metode dokumentasi, Suharsimi Arikunto (2002:206) metode
dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Hadari Nawawi
(2005:133) menyatakan bahwa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data
melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku
mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah satu faktor yang menentukan bermutu atau
tidakanya penulisan yang dilakukan, karena instrument penelitian merupakan alat
ukur yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian. Instrumen pengumpulan
data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yaitu instrumen lembar obsevasi,
lembar kuisioner/ angket, lembar kerja siswa, catatan lapangan, tes dan
dokumentasi. Arikunto, Suharsimi (2013:203) berpendapat “Instrumen penelitian
adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”

F. Tes Keterampilan Mengidentifikasi


Instrumen yang akan digunakan adalah tes tertulis. Instrumen ini disusun
berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran. Tes yang diberikan sesuai dengan materi
yang telah dipelajari yaitu mengenai mengidentifikasi teks tanggapan. Lembar
observasi digunakan untuk membantu observer dalam mengamati aktivitas selama
kegiatan pembelajaran. Observasi aktivitas belajar peserta didik terdiri atas tiga
indikator pengamatan. Indikator yang diamati yaitu minat, rasa ingin tahu dan
kerjasama
G. Teknik Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes atau dengan
menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis deskriptif untuk
menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus
dan untuk menggambarkan peningkatan hasil dan aktivitas peserta didik di kelas IX
A SMP BPI 1 Bandung setelah menggunakan Problem Based Learning dalam
keterampilan mengidentifikasi teks tanggapan Keterampilan mengidentifikasi
bahasa Indonesia Teks tanggapan pada peserta didik kelas IX A SMP BPI 1
Bandung dilhat berdasarkan perolehan nilai rata-rata dari hasil tes peserta didik dan
persentase ketuntasan yang disesuaikan dengan KKM mata pelajaran bahasa
Indonesia di SMP BPI 1 Bandung kelas IX A.
Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan dan prilaku peserta didik secara
langsung. Sebelum dilakukan observasi, penulis bersama observer mendiskusikan
pedoman observasi agar kegaiatan observasi dapat dilakukan secara objektif dan
diperoleh data yang sesuai dengan yang diharapkan. Pengamatan dilakukan sejak
awal kegiatan pembelajaran sampai guru mentup pembelajaran. Analisis lembar
obervasi diperoleh dari skor total atau skor akhir observasi. Skor yang diberikan
menggunakan interval 1 sampai 4 yang mengadopsi dari kriteria yang dinyatakan
oleh Riduwan (2013:IX3) yaitu sebagai berikut. Skor 1 = sangat tidak baik, Skor 2
= kurang, Skor 3 = cukup, Skor 4 = baik. Setiap butir item pernyataan memilki skor
maksimal 4 dan skor minimal 1. Skor maksimal ideal (SMI) diperoleh dengan cara
mengalikan jumlah item pernyataan sebanyak 3 pernyataan yaitu minat, rasa ingin
tahu, komunikatif atau kerjasama dengan skor maksimal aktivitas belajar 4

H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan kelas ini adalah mengalami peningkatan skor rata-rata hasil
belajar bahasa Indonesia peserta didik kelas IX A SMP BPI 1 Bandungdari siklus I
ke siklus II. Berdasarkan ketentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 79,
maka peserta didik dikatakan tuntas belajar jika skor rata-rata yang diperoleh
minimal 79% dari skor ideal dan tuntas secara klasikal bila 85% dari jumlah peserta
didik telah lulus tuntas belajar secara perorangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Perencanaan
Perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II masih sama dengan
pelaksanaan pembelajaran siklus I. Pada tahap ini peneliti: a) Mempersiapkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuiakan dengan Langkah
langkah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning, b) Mempersiapkan lembar tes dan lembar kerja hasil belajar untuk
mengetahui ketuntasan keterampilan mengidentifikasi peserta didik pada mata
pelajaran bahasa Indonesia, c) Mempersiapkan lembar observasi digunakan untuk
mengetahui aktivitas peserta didik selama kegiatan pembelajaran siklus II
berlangsung d) Mempersiapkan sarana prasarana yang digunakan untuk aktivitas
peserta didik selama kegiatan pembelajaran siklus II berlangsung.

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pada siklus II dilaksanakan selama satu pertemuan. Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran siklus II sama dengan kegiatan pembelajaran siklus I.
Namun pada kegiatan pembelajaran siklus II guru melakukan beberapa perbaikan
berdasarkan kekurangan-kekuranan pada kegiatan penelitian siklus I. Pada kegiatan
pembelajaran siklus II: Guru mempersiapkan pembelajaran dengan mengabsen,
mengecek kerapian dan kesiapan alat dan bahan pembelajaran. 1)Guru
menyampaikan materi yang akan dipelajari, tujuan, manfaat, teknik penilaian, dan
alur pembelajaran. 2)Guru melakukan test awal untuk mengukur pemahaman siswa
pada materi yang akan diajarkan. 3)Guru menyampaikan apersepsi dengan
mengaitkan pembelajaran hari ini dengan pelajaran sebelumnya. Peserta didik
mengaitkan pembelajaran hari ini dengan masalah dalam kehidupan sehari- hari.
Tabel 1. Rekapitulasi Keterampilan Mengidentifikasi Peserta didik
Siklus I Siklus II
No Kriteria Ket
Jumlah % Jumlah %
1 Tuntas 20 71,42 24 85,71 79 - 100
2 Belum Tuntas 8 28,57 4 14,28 < 79
Jumlah 28 100,00 28 100,00
Nilai terendah 65,00 70,00
Nilai tertinggi 85,00 95,00
Rata – rata 75 82,50
Ketuntasan 71,42 85,71

Perbandingan nilai rata-rata dan prosentase ketuntasan kegiatan pembelajaran


siklus I dan Siklus II. Pada siklus I sebanyak 12 peserta didik atau 37,50% belum
tuntas dan 20 peserta didik (62,50%) tuntas serta nilai rata-rata 73,75. Pada siklus
II sebanyak 4 peserta didik (12,50%) belum tuntas dan 28 peserta didik (87,50%)
tuntas serta nilai rata-rata 81,56.

3. Observasi
Pada kegiatan pembelajaran siklus II observasi dilakukan terhadap aktivitas peserta
didik selama kegiatan pembelajaran berlansung. Pengamatan dilakukan oleh
observer yang merupakan rekan sesame guru bahasa Indonesia di SMP BPI 1
Bandung. Observasi dilakukan dengan member tanda ceklis (√) pada lembar
observasi yang telah disediakan yang sama dengan lembar observasi yang
digunakan pada kegiatan pembelajaran siklus I. Aktivitas peserta didik yang diamati
meliputi tiga indikator yaitu minat, rasa ingin tahu dan kerjasama. Data rekapitulasi
hasil pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran siklus I dan II disajikan pada
tabel berikut.
B. Pembahasan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan melalui dua siklus ini dilakukan
untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
dapat meningkatkan keterampilan mengidentifikasi peserta didik kelas IX A SMP
BPI 1 Bandung pada pembelajaran bahasa Indonesia materi teks tanggapan.
Peningkatan keterampilan mengidentifikasi menunjukkan bahwa tindakan telah
memberikan dampak. Peningkatan tersebut mendorong peserta didik untuk lebih
produktif dan ekspresif. Hal ini sesuai pendapat bahwa mengidentifikasi merupakan
suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Penulis harus terampil memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan mengidentifikasi tidak
datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak
dan teratur, Tarigan (2008: 22). Penggunaan kosakat dan diksi semakin bervariasi
dan lebih tepat menggambarkan tujuan penulisan. Deskripsi yang dibuat
menunjukkan fenomena yang sesuai dengan kondisi senyatanya. Bahkan struktur
kalimat yang digunakan lebih bervariasi dengan berbagai variasi kalimat majemuk.
Keterampilan mengidentifikasi peserta didik meningkat setelah dilakukan proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dengan ketuntasan pada siklus I sebanyak 20 peserta didik atau 62,50% dan
siklus II sebanyak 28 peserta didik atau 87,50%. Dengan demikian model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keterampilan
mengidentifikasi peserta didik kelas IX A SMP BPI 1 Bandung pada pembelajaran
bahasa Indonesia materi pokok Teks tanggapan.
Selain itu aktivitas peserta didik juga diamati selama proses pembelajaran
berlansgung. Aktivitas peserta didik yang diamati meliputi tiga indikator yaitu:
minat, rasa ingin tahu dan kerjasama. Dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL), aktivitas peserta didik juga mengalami
peningkatan. Pada siklus I aktivitas peserta didik mencapai 63,02% dengan kriteria
baik, sedangkan pada kegiatan siklus II aktivitas peserta didik meningkat menjadi
88,02 dengan kriteria sangat baik
Tabel 2. Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar Peserta didik pada
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan Penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning Siklus I dan Siklus II
Indikator Proentase Siklus I Prosentase Siklus II
Minat 60,93% 87,50%
Rasa Ingin Tahu 62,50% 90,62%
Kerjasama 65,62% 85,93%
Rata-rata 63,02% 88,02%

Pembelajaran yang efektif akan selalu mengarahkan peserta didik pada


aktivitas yang mampu merangsang semua potensi peserta didik untuk berkembang
sampai pada tahap yang optimal. Aktivitas belajar peserta didik dilakukan oleh oleh
dua faktor yaitu psikis dan fisik. Tampak bahwa minat, rasa ingin tahu dan
kerjasama iswa mencapai tingkatan yang lebih tinggi dari siklus ke siklus.
Penggunaan metode pembelajaran mendorong aktivitas mereka semakin baik. Hal
ini sesuai pendapat bahwa,Pada saat peserta didik aktif jasmaninya, dengan
sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu sebaliknya, karena keduanya merupakan
satu kesatuan, dua keping satu mata uang”. Peserta didik memiliki “prinsip aktif” di
dalam dirinya masingmasing yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip
aktif mengendalikan tingkah lakunya, Ramayulis (2008:242).
Serangkaian kegiatan-kegiatan yang dilakukan seseorang dalam proses
usahanya memperoleh suatu bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain yang akan
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku sehingga membuat hasil belajar peserta
didik menjadi lebih baik lagi. Mengacu pada hasil-hasil yang diperoleh dalam
analisis data tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran Problem Base
Learning (PBL) terbukti dapat meningkatkan keterampilan mengidentifikasi teks
tanggapan dan aktivitas belajar pada peserta didik.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam pelaksanaan pembelajaran
bahasa Indonesia materi pokok Teks tanggapan melalui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dlam mneingkatkan keterampilan
mengidentifikasi dan keaktifan peserta didik kelas IX A SMP BPI 1
BandungSemester 1 Tahun Pelajaran 2023/2024 dapat disimpulkan :
1) Sebelum dilakukan penelitian, prosentase ketuntasan keterampilan
mengidentifikasi peserta didik hanya 15 peserta didik (53,57%) yang mencapai
ketuntasan. Pada siklus I persentase ketuntasan mengidentifikasi peserta didik
meningkat menjadi 20 peserta didik (71,42%) dan pada siklus II menjadi 24
peserta didik (85,71%) yang mencapai ketuntasan. Pembelajaran dengan
menggunakan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas
belajar peserta didik pada pembelajaran bahasa Indonesia materi teks
tanggapan . peningkatan aktivitas belajar peserta didik pada siklus I persentase
ketuntasan aktivitas peserta didik mencapai 63,02% dan pada siklus II
mencapai 88,02.

B. Saran
Berdasasarkan hasil penelitian maka dapat disarankan bererapa hal antara lain
sebagai berikut:
1) Model pembelajaran Problem Based Learning sebagai salah satu alternatif
model pembelajaran yang bisa digunakan bagi para guru bahasa Indonesia
yang ingin meningkatkan keterampilan mengidentifikasi peserta didik pada
mata pelajaran bahasa Indonesia.
2) Kelebihan Problem Based Learning,
a) Pembelajaran di kelas berpusat pada peserta didik,
b) Meningkatkan pengendalian diri peserta didik,
c) Peserta didik berpeluang mempelajari/menyelidiki peristiwa
multidimensi dengan perspektif yang lebih dalam,
d) Meningkatkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik,
e) Peserta didik terdorong untuk mempelajari materi dan konsep baru pada
saat memecahkan masalah,
f) Meningkatkan keterampilan sosial dan komunikasi peserta didik
sehingga dapat belajar dan bekerja dalam kelompok,
g) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir ilmiah peserta
didik,
h) Memadukan teori dan praktik sehingga peserta didik berpeluang
memadukan pengetahuan lama dan baru,
i) Mendukung proses pembelajaran,
j) Peserta didik memperoleh keterampilan mengatur waktu, fokus,
mengumpulkan data, menyiapkan laporan dan evaluasi, dan
k) Memberikan peluang kepada peserta didik untuk belajar sepanjang
hayat.

3) Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai data dasar untuk penelitian
selanjutnya dengan variable materi yang berbeda yang lebih inovatif yang
berkaitan dengan model pembelajaran Problem Based Learning, misalnya
berkaitan dengan kerjasama kelompok, motivasi, peningkatan kreativitas
peserta didik atau dalam hal pemecahan masalah .
REFERENSI
eprints.uny.ac.id/13882/4/BAB%20III.pdf
goodnewsfromindonesia.id/2022/09/28/pentingnya-empat-keterampilan-berbahasa
kurikulum.kemdikbud.go.id/service/
Arikunto, Suharsimi. (2002).Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa
Hadari Nawawi.(2005).Penelitian Terapan.Yogyakarta:Gajah Mada University. Press
Nana Syaodih, R. Ibrahim dan, (1IXIX2).Perencanaan Pengajaran, Jakarta; Rineja Cipta
Ramayulis. 2008. MetodologiPsikologiPengajaran, Jakarta: Gramedia. Pustaka Tama
Abdullah, Sani Ridwan. (2014). Pembelajaran saintifik untuk kurikulum 2013. Jakarta:
Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai