Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONCENTRATED LANGUAGE

ENCOUNTER (CLE) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN


BAHASA INGGRIS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
KELAS XI DI SMA NEGERI 2 AMLAPURA

D. Radesi, A.A.I.N. Marhaeni, N. Natajaya

Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja Indonesia

e-mail: {dewi.radesi, agung.marhaeni, nyoman.natajaya}@pasca.undiksha.ac.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Concentrated
Language Encounter (CLE) terhadap kemampuan membaca pemahaman Bahasa Inggris
ditinjau dari motivasi berprestasi siswa. Studi eksperimen ini menggunakan rancangan
penelitian posttest-only control group design dengan faktorial 2x2. Populasi penelitian berjumlah
180 siswa kelas XI di SMAN 2 Amlapura tahun ajaran 2013/2014 dimana 80 siswa dipilih
sebagai sampel dengan Simple Random Sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner motivasi berprestasi serta tes kemampuan membaca pemahaman dan
dianalisis menggunakan Anava dua jalur yang dilanjutkan dengan tes Tukey. Adapun hasil
penelitian ini adalah: 1) siswa yang mengikuti pengajaran CLE meraih kemampuan membaca
pemahaman yang lebih baik daripada siswa yang mengikuti pengajaran konvensional; 2)
terdapat interaksi antara model pengajaran CLE dan konvensional dengan motivasi berprestasi
terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa; 3) siswa dengan motivasi berprestasi
tinggi yang diajar dengan model CLE meraih kemampuan membaca pemahaman yang lebih
baik daripada siswa yang diajar dengan pengajaran konvensional; dan 4) siswa dengan
motivasi berprestasi rendah yang diajar dengan pengajaran konvensional meraih kemampuan
membaca pemahaman yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model CLE.

Kata Kunci: CLE, motivasi berprestasi, kemampuan membaca.

Abstract
This study aimed at investigating whether the implementation of Concentrated Language
Encounter (CLE) and achievement motivation gave significant effects to students’ reading
comprehension. This study was an experimental study using posttest-only control group with 2x2
factorial design. The population was 180 eleventh grade students of SMAN 2 Amlapura
academic year 2013/2014 wherein 80 students were chosen as sample through Simple Random
Sampling. The data were collected through an achievement motivation questionnaire and a
reading comprehension test and were analyzed by using Two-Way Anova and Tukey test. The
findings are: 1) students treated by CLE obtained better reading comprehension than those who
were treated by conventional teaching; 2) there was an interactional effect between teaching
methods and achievement motivation upon students’ reading comprehension; 3) students with
high achievement motivation obtained higher reading comprehension when they were treated by
CLE than by conventional teaching; and 4) students with low achievement motivation attained
higher reading comprehension when they were treated by conventional teaching than by CLE.

Keywords: CLE, achievement motivation, reading comprehension.


PENDAHULUAN umumnya merasa jenuh dalam
Kemampuan membaca merupakan menemukan ide-ide yang terkandung
salah satu aspek penting dalam dalam sebuah wacana. Kejenuhan ini
kemampuan berkomunikasi yang harus muncul dikarenakan membaca Bahasa
dikuasai agar seseorang berhasil dalam Inggris adalah kemampuan yang kompleks
kehidupannya. Roger Farr (2013:4) mengingat proses pembelajaran yang
mengemukakan bahwa ”Reading is the mereka lalui masih sangat konvensional.
heart of Education.” Artinya dengan Kemampuan membaca memerlukan usaha
membaca kita akan belajar dan bernalar keras dan latihan yang berkelanjutan.
untuk mendapatkan informasi-informasi Marhaeni (2003) menyatakan bahwa jika
penting yang dapat menjadi sarana untuk seorang siswa mau membaca banyak buku
memperoleh kehidupan yang lebih baik. maka dia pasti akan semakin lancar
Jadi, tidaklah berlebihan jika pengajaran memahami ide–ide dalam bacaan tersebut
membaca perlu mendapatkan posisi yang dan bagaimana mengkomunikasikan ide–
sangat penting karena dengan membaca ide tersebut dalam dunia nyata.
kita dapat mengakses informasi-informasi Faktor utama yang paling
yang berguna sebai alat untuk memperoleh menimbulkan permasalahan kemampuan
kesejahteraan. membaca pemahaman adalah proses
Pemahaman merupakan salah satu pembelajaran membaca yang belum
aspek yang penting dalam kegiatan efektif. Guru adalah komponen yang sangat
membaca. Kemampuan membaca dapat menentukan dalam implementasi suatu
diartikan sebagai kemampuan dalam strategi dalam mengefektifkan proses
memahami bahan bacaan. Kemampuan pembelajaran. Keberhasilan implementasi
membaca sangat kompleks dan bukan suatu strategi pembelajaran tergantung
hanya kemampuan teknik membaca saja pada kepiawaian guru dalam menggunakan
tetapi juga kemampuan dalam pemahaman metode, teknik dan taktik mengajarnya.
interpretasi isi bacaan. Empat tingkatan (Sanjaya, 2008). Dalam proses
atau kategori pemahaman membaca, yaitu pembelajaran guru berperan sebagai
literal, inferensial, kritis, dan kreatif (Burns pengelola pembelajaran yang artinya
dan Roe, 1996). Di dalam membaca efektifitas proses pembelajaran terletak di
pemahaman, pembaca tidak hanya dituntut pundak guru (Kirby dalam Sanjaya, 2008).
untuk sekedar mengerti dan memahami isi Menurut Dunkin (dalam Sanjaya, 2008),
bacaan, tetapi juga harus mampu dilihat dari komponen/faktor guru, ada
menganalisis, mengevaluasi dan sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi
mengaitkannya dengan pengalaman- kualitas proses pembelajaran, yaitu: (1)
pengalaman dan pengetahuan awal yang teacher formative experience yang meliputi
telah mereka miliki sebelumnya. latar belakang pengalamam dan sosial,
Permasalahan yang dihadapi siswa di jenis kelamin; (2) teacher training
lapangan dalam kegiatan membaca experience yang meliputi pengalaman -
pemahaman masih sangat kompleks mulai pengalaman yang berhubungan dengan
dari pengenalan huruf, pemahaman aktivitas dan latar belakang pendidikan
kosakata, istilah-istilah, pemahaman guru, pengalaman latihan, dan lainnya; (3)
struktur bacaan, dan interpretasi terhadap teacher properties yang meliputi segala
bacaan. Menurut hasil observasi, masalah sesuatu yang berhubungan dengan sifat
yang paling sering muncul adalah ketika yang dimiliki guru, misalnya sikap guru
siswa harus mampu membaca pemahaman terhadap profesinya, sikap guru terhadap
pada aspek analisis. Sesungguhnya siswa, serta kemampuan atau intelegensi
permasalahan–permasalahan akan muncul guru. Berbagai permasalahan dalam
semakin kompleks jika siswa tidak tertarik pembelajaran membaca pemahaman yang
pada kegiatan membaca. Siswa pada muncul perlu diberikan solusi. Salah satu
alternatif solusi tersebut adalah penerapan Dalam model pembelajaran ini, guru
model Concentrated Language Encounter diharapkan sabar membimbing siswa
dalam pembelajaran membaca. mengembangkan kemampuannya untuk
Model Concentrated Language mengungkapkan sesuatu, meningkatkan
Encounter merupakan model pembelajaran kepercayaan dirinya, berpikir kreatif,
konstruktivis yang menekankan pada menerima ide dan pendapat temannya
prinsip pembelajaran scaffolding. Model atau orang lain, serta mampu bekerja
pembelajaran Concentrated Language secara kelompok. Selain itu, guru pun
Encounter pertama kali diterapkan di dituntut kesabarannya menghadapi siswa
tempat-tempat terpencil di Australia yang yang kurang percaya diri, harus
ditujukan untuk pendidikan anak-anak suku memberikan dorongan supaya siswa mau
Aborigin pada tahun 1980. Keberhasilan terlibat, sekalipun pada awalnya, siswa
penerapan model ini di Australia tidak mau bicara (Nusyirwan, 2003).
mendorong Richard Walker dan Rotarian Model pembelajaran Concentrated
Saowalak Rattanavich serta Noraseth Language Encounter memiliki lima langkah
Pathmanand pada tahun 1987 melalui pembelajaran, yaitu: 1) menganalisis jenis
yayasan The Rotary Foundation melakukan bacaan, 2) menghubungkan isi bacaan
sebuah proyek penerapan model dengan pengalaman pribadi, 3)
Concentrated Language Encounter di mendiskusikan isi bacaan, 4)
Negara Thailand. Ternyata penerapan menganalisis dengan kritis sebuah teks, 5)
model Concentrated Language Encounter aktivitas bahasa dan elaborasi.
mendapat respon yang memuaskan, baik a) Tahap pertama, menganalisis jenis
dari pihak guru maupun peserta didik. bacaan.
Keberhasilan yang sangat signifikan yang Pada tahap ini diawali membimbing
telah dicapai dengan penerapan model sisiwauntuk membaca wacana
Concentrated Language Encounter bersama-sama dan kemudian siswa
membuat Kementrian Pendidikan Thailand dibimbing untuk menganalisis jenis
menerapkannya di seluruh negeri. Melihat bacaan secara berkelompok. Tujuan
keberhasilan yang dicapai Thailand dalam akhir dari tahap ini adalah siswa dapat
penerapan model Concentrated Language menentukan jenis bacaan yang
Encounter ini, negara-negara berkembang dibacanya.
lainnya seperti Bangladesh, Nepal, Pasifik b) Tahap kedua, menghubungkan isi
Selatan dan Laos mulai menerapkan model bacaan dengan pengalaman pribadi.
Concentrated Language Encounter ini. Pada tahap ini, siswa diarahkan
Model Pembelajaran Concentrated untuk mengembangkan kemampuan
Language Encounter adalah model belajar membacanya secara kreatif dan
yang membenamkan siswa dalam kegiatan menghubungkan isi teks dengan
berbahasa yang terkait dengan kegiatan- pengalaman pribadinya.
kegiatan baru dalam kegiatan kelompok, c) Tahap ketiga, mendiskusikan isi
mulai dari yang sederhana sampai pada bacaan.
kegiatan yang sulit. (Taroepratjeka, 2002). Pada tahap ini, siswa merundingkan
Hal senada diungkapkan oleh Nusyirwan isi teks secara berkelompok. Dalam
(2003) bahwa CLE merupakan suatu kelompok tersebut siswa diharapkan
model yang melibatkan murid dalam terlibat semuanya untuk dapat
belajar bahasa secara berkelompok mengemukakan pendapatnya. Guru
dengan menggunakan metode berjenjang harus dengan sabar dan cermat
dimana guru memberi contoh dan mengamati jalannya diskusi sehingga
menuntun sambil mendorong siswa untuk siswa yang tidak mempunyai motivasi
mampu mengembangkannya sendiri. untuk terlibat akhirnya mau terlibat
dengan rekan-rekannya.
d) Tahap keempat, menganalisis dengan 2002). Di dalam teori motivasi manusia
kritis sebuah teks baru. memiliki bermacam-macam kebutuhan.
Pada tahap ini siswa menganalisis Berkaitan dengan pembelajaran salah satu
dengan kritis sebuah teks baru secara dari kebutuhan itu adalah kebutuhan untuk
berkelompok kemudian menjawab berprestasi.
soal-soal yang telah dipersiapkan Menurut McClelland (dalam Ifdil,
pada teks. 2009) menyatakan bahwa orang yang
e) Tahap kelima, aktivitas bahasa. mempunyai motivasi berprestasi yang
Siswa melakukan aktivitas berbahasa tinggi, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
dan elaborasi dari hasil kegiatan 1) mempunyai tanggung jawab pribadi; 2)
membacanya. menetapkan nilai yang akan dicapai atau
Dengan model pembelajaran ini menetapkan standar unggulan; 3) berusaha
setiap siswa mempelajari bahasa dengan bekerja kreatif; 4) berusaha mencapi cita-
jalan pikirannya masing-masing, sehingga cita; 5) memiliki tugas yang moderat; 6)
pada saatnya mereka mampu melakukan kegiatan sebaik-baiknya; dan 7)
mengkomunikasikannya baik secara lisan mengadakan antisipasi atau menghindari
maupun tulisan. Mereka dibimbing untuk kegagalan. Dalam penelitian ini instrumen
mengembangkan cara yang efektif untuk motivasi berprestasi dibuat dalam bentuk
mengenali dan menganalisis sebuah teks angket disusun berdasarkan tujuh dimensi
bacaan. Selanjutnya mereka motivasi berprestasi dari Mc Clelland.
mengembangkan kemampuan untuk Mengingat banyaknya faktor yang
menyatakan sesuatu, meningkatkan terkait dengan proses pembelajaran maka
kepercayaan diri, berpikir kreatif, menerima ruang lingkup penelitian ini terbatas pada
ide dan pendapat temannya atau orang faktor penggunaan model CLE dalam
lain, serta mampu bekerja secara pembelajaran membaca pemahaman
kelompok. Selain itu, siswa juga diarahkan Bahasa Inggris yang ditinjau dari motivasi
untuk meningkatkan konsentrasi dan berprestasi siswa terhadap kemampuan
motivasinya. membaca pemahaman siswa. Tujuan
Woodwort (dalam Sanjaya, 2008) penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui
menyatakan motivasi adalah dorongan ada atau tidak perbedaan kemampuan
yang dapat menimbulkan prilaku tertentu membaca pemahaman Bahasa Inggris
yang terarah kepada pencapaian tujuan. antara siswa yang mengikuti pembelajaran
Mc Donald (dalam Hamalik, 2002) dengan model CLE dengan siswa yang
menyatakan timbulnya motivasi diawali oleh mengikuti pembelajaran dengan model
adanya motif dalam diri seseorang. Adanya pembelajaran konvensional; 2) untuk
motivasi mengakibatkan terjadinya suatu mengetahui ada atau tidak pengaruh
perubahan energi di dalam pribadi interaksi antara pembelajaran dengan
seseorang yang ditandai dengan timbulnya model CLE dan motivasi berprestasi
afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. terhadap kemampuan membaca
Timbulnya motivasi dalam diri seseorang pemahaman Bahasa Inggris siswa; 3) untuk
berkaitan dengan timbulnya kebutuhan- mengetahui ada atau tidak perbedaan
kebutuhan yang ingin dipuaskan. Oleh kemampuan membaca pemahaman
sebab itu timbulnya motivasi memiliki Bahasa Inggris antara siswa yang
keterkaitan dengan kebutuhan. Jadi, mengikuti pembelajaran dengan model
timbulnya kebutuhan inilah yang CLE dengan siswa yang mengikuti
menimbulkan motivasi pada kelakuan pembelajaran dengan model pembelajaran
seseorang. Kebutuhan adalah konvensional, pada siswa yang memiliki
kecendrungan-kecendrungan permanen motivasi berprestasi tinggi; dan 4) untuk
dalam diri seseorang yang menimbulkan mengetahui ada atau tidak perbedaan
kelakuan untuk mencapai tujuan (Hamalik, kemampuan membaca pemahaman
Bahasa Inggris antara siswa yang menggunakan t-test. Hasil uji kesetaraan
mengikuti pembelajaran dengan model menunjukkan bahwa kemampuan siswa
CLE dengan siswa yang mengikuti kelas XI dari keempat kelas dinyatakan
pembelajaran dengan model pembelajaran dalam kondisi setara.
konvensional pada siswa yang memiliki Data dalam penelitian ini,
motivasi berprestasi rendah. dikumpulkan dengan menggunakan tes
kemampuan membaca pemahaman Bahasa
METODE PENELITIAN Inggris, sedangkan data motivasi
Penelitian ini merupakan penelitian berprestasi dikumpulkan dengan
eksperimental yang meneliti hubungan menggunakan kuesioner. Sebelum
sebab akibat dengan memanipulasi satu instrumen digunakan untuk mengambil
atau lebih variabel pada satu atau lebih data, terlebih dahulu dilakukan expert
kelompok eksperimental. Hasil yang judgment oleh dua orang pakar guna
diperoleh kemudian dibandingkan dengan mendapatkan kualitas tes yang baik.
kelompok-kelompok kontrol (yang tidak Setelah itu dilakukan uji coba instrumen
dimanipulasi). Pada penelitian ini tidak untuk mengetahui kesahihan (validitas)
semua variabel dan kondisi eksperimen dengan bantuan korelasi product moment
dapat diatur dan dikontrol secara ketat, dan keterandalan (reliabilitas).
dengan kata lain tidak mungkin Data dalam penelitian ini dianalisis
memanipulasikan semua variabel yang secara bertahap meliputi : deskripsi data, uji
relevan, sehingga penelitian ini prasyarat, dan uji hipotesis. Uji prasyarat
dikategorikan penelitian eksperimen semu yang dilakukan adalah uji normalitas
atau quasi experiment (Dantes, 2012). sebaran data dan uji homogenitas varians.
Berdasarkan jenis penelitian tersebut, maka Pengujian normalitas sebaran data
desain yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan terhadap 8 kelompok data. Untuk
adalah posttest only control group design. mengetahui normalitas sebaran data
Penelitian ini melibatkan tiga variabel yaitu : digunakan rumus Kolmogorov Smirnov
model pembelajaran Concentrated dengan bantuan SPSS 16.0 for windows.
language Encounter dan konvensional Sedangkan, pengujian homogenitas varians
sebagai variabel bebas, kemampuan dilakukan dengan menggunakan uji Levene
membaca pemahaman Bahasa Inggris dengan bantuan SPSS 16.0 for windows. Uji
sebagai variabel terikat, dan motivasi hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
berprestasi sebagai variabel moderator ANAVA dua jalur. Apabila diketahui terdapat
yang dibedakan menjadi motivasi interaksi antara model Concentrated
berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi Language Encounter dengan motivasi
rendah. Dengan demikian, desain analisis berprestasi siswa terhadap kemampuan
adalah faktorial 2x2 karena setiap faktor membaca pemahaman Bahasa Inggris,
dalam penelitian ini menggunakan 2 maka dilanjutkan dengan uji tukey untuk
katagori. mengetahui efek interaksi yang lebih baik.
Populasi penelitian meliputi
siswa kelas XI SMA Negeri 2 Amlapura HASIL DAN PEMBAHASAN
tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari Uji normalitas sebaran data
kelas XI IPA1, XI IPA2, XI IPA3, XI IPA4, XI dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa
IPA5, dan XI IPA6. Populasi seluruhnya sampel benar-benar berasal dari populasi
berjumlah 180 orang. Siswa yang yang berdistribusi normal sehingga
dijadikan sampel berjumlah 80 orang. pengujian hipotesis dengan anava dua
Teknik sampling yang digunakan adalah jalur bisa dilakukan. Uji normalitas data
teknik random sampling. Sebelum dalam penelitian ini menggunakan statistik
dilaksanakan pengambilan sampel, Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan pada
dilakukan pengujian kesetaraan kelas kedelapan kelompok data. Penghitungan
dengan statistik Kolmogorov-Smirnov Pertama, nilai Fhitung diperoleh
menunjukkan bahwa angka signifikansi sebesar 4,979 dan Ftabel sebesar 3,96. Jika
lebih besar dari 0,05 untuk semua dibandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel
kelompok. Dengan demikian dapat didapatkan bahwa Fhitung>Ftabel dengan
disimpulkan bahwa data kemampuan taraf signifikansi (p) < 0,05 maka dapat
membaca pemahaman Bahasa Inggris disimpulkan bahwa hipotesis nol yang
untuk masing-masing unit analisis berasal menyatakan “tidak terdapat perbedaan
dari populasi yang berdistribusi normal. Uji kemampuan membaca pemahaman
homogenitas varians dilakukan dengan Bahasa Inggris antara kelompok siswa
menggunakan Levine’s Test of Equality of yang mengikuti pembelajaran dengan
Error Variance. Uji ini bertujuan untuk menggunakan model pembelajaran
mengukur apakah sebuah kelompok data Concentrated Language Encounter (CLE)
memiliki varian yang sama di antara dan kelompok siswa yang mengikuti
anggota kelompok tersebut dan untuk pembelajaran dengan menggunakan
meyakinkan bahwa perbedaan yang terjadi model pembelajaran konvensional”,
pada uji hipotesis benar-benar terjadi ditolak. Sebaliknya hipotesis alternatif (H1)
sebagai akibat perbedaan perlakuan yang yang menyatakan bahwa “terdapat
diberikan dalam kelompok. Uji ini dapat perbedaan kemampuan membaca
dilakukan dengan memanfaatkan bantuan pemahaman Bahasa Inggris antara
SPSS 16.0 for Windows dengan taraf kelompok siswa yang mengikuti
signifikansi 5%. pembelajaran dengan menggunakan
Mengacu pada rata-rata (based on model pembelajaran Concentrated
mean) maka nilai statistik Levene sebesar Language Encounter (CLE) dan kelompok
3,285 dengan nilai signifikansi 0,074. Nilai siswa yang mengikuti pembelajaran
ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dengan menggunakan model
dikatakan bahwa varian data kemampuan pembelajaran konvensional”, diterima.
membaca pemahaman Bahasa Inggris Jadi, simpulannya terdapat perbedaan
antara kelompok model CLE dan model kemampuan membaca pemahaman
pembelajaran konvensional adalah sama Bahasa Inggris antara kelompok siswa
atau homogen. mengacu pada rata-rata yang mengikuti pembelajaran dengan
(based on mean) maka nilai statistik menggunakan model pembelajaran
Levene sebesar 2,979 dengan nilai Concentrated Language Encounter (CLE)
signifikansi 0,088. Nilai ini lebih besar dari dan kelompok siswa yang mengikuti
0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
varian data Kemampuan membaca model pembelajaran konvensional. Rata-
pemahaman Bahasa Inggris antara rata kemampuan membaca pemahaman
kelompok motivasi berprestasi tinggi dan Bahasa Inggris kelompok siswa yang
motivasi berprestasi rendah variansnya belajar menggunakan model model
homogen. pembelajaran Concentrated Language
Bertitik tolak dari hasil uji Encounter ( X = 22,98) dengan kualifikasi
normalitas dan homogenitas data sedang lebih besar jika dibandingkan
kemampuan membaca pemahaman dengan rata-rata kelompok siswa yang
Bahasa Inggris di atas, dapat dikatakan belajar menggunakan model pembelajaran
bahwa persyaratan untuk pengujian
konvensional ( X = 21,43) berada pada
hipotesis dengan analisis varians (anava)
kualifikasi sedang. Hal ini mengindikasikan
dua jalur dapat dipenuhi. Oleh karena itu
bahwa model pembelajaran Concentrated
pengujian hipotesis dapat dilanjutkan
Language Encounter memberikan hasil
dengan menggunakan tehnik analisis
yang lebih optimal dalam pencapaian
varians (anava) dua jalur. Hasil Uji
kemampuan membaca pemahaman
Hipotesis menunjukkan bahwa:
Bahasa Inggris jika dibandingkan dengan penelitian tersebut diperoleh kesimpulan
kelompok yang belajar dengan terdapat pengaruh interaksi yang
pembelajaran konvensional. Temuan signifikans antara model pembelajaran
penelitian ini juga sejalan dengan dengan motivasi berprestasi terhadap
beberapa hasil penelitian yang pemahaman konsep biologi (Fh = 4,954; p
menggunakan model Concentrated < 0,05). Hasil yang sama juga dapat dilihat
Language Encounter (CLE) maupun model pada penelitian Sukartini (2012) yang
pembelajaran lain yang juga menggunakan menganalisis hubungan antara model
prinsip scaffolding dalam proses pembelajaran dan motivasi berprestasi
pembelajaran. Sutarmi (2013) terhadap hasil belajar Sosiologi dimana
menggunakan model pembelajaran didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh
scaffolding untuk meningkatkan interaksi yang signifikan antara model
keterampilan menulis siswa. Hasil pembelajaran dan Motivasi Berprestasi
penelitian tersebut menunjukkan bahwa terhadap hasil belajar siswa.
terdapat perbedaan yang signifikan pada Ketiga, dari pengujian hipotesis
keterampilan menulis teks recount ketiga dengan Tukey-test, kriteria
berbahasa Inggris dan kreativitas antara penolakan Ho apabila nilai Qhitung lebih
siswa yang belajar dengan pembelajaran besar daripada nilai Qtabel (Qh > Qt) pada
scaffolding dan siswa yang belajar taraf signifikansi 5%. nilai Qhitung diperoleh
pembelajaran konvensional (F=610,45; sebesar 8,80 dan Qtabel sebesar 2,95. Jika
p<0,05), dan terdapat perbedaan yang dibandingkan nilai Qhitung dengan Qtabel
signifikan pada keterampilan menulis teks didapatkan bahwa Qhitung>Qtabel dengan
recount berbahasa Inggris antara taraf signifikansi (p) < 0,05 maka dapat
kelompok siswa yang belajar dengan disimpulkan bahwa hipotesis nol yang
pembelajaran scaffolding dan kelompok menyatakan “tidak terdapat perbedaan
siswa yang belajar dengan pembelajaran kemampuan membaca pemahaman
konvensional (F=47,671; p<0,05). Bahasa Inggris antara kelompok siswa
Kedua, nilai Fhitung diperoleh sebesar yang mengikuti pembelajaran dengan
39,212 dan Ftabel sebesar 3,96. Jika menggunakan model pembelajaran
dibandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel Concentrated Language Encounter (CLE)
didapatkan bahwa Fhitung>Ftabel dengan taraf dan kelompok siswa yang mengikuti
signifikansi (p) < 0,05 maka dapat pembelajaran dengan menggunakan
disimpulkan bahwa hipotesis nol yang model pembelajaran konvensional, pada
menyatakan “tidak terdapat pengaruh siswa yang memiliki motivasi berprestasi
interaksi antara model pembelajaran dan tinggi”, ditolak. Sebaliknya hipotesis
motivasi berprestasi terhadap kemampuan alternatif (H1) yang menyatakan bahwa
membaca pemahaman Bahasa Inggris”, “terdapat perbedaan kemampuan
ditolak. Sebaliknya hipotesis alternatif (H1) membaca pemahaman Bahasa Inggris
yang menyatakan bahwa “terdapat antara kelompok siswa yang mengikuti
pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran dan motivasi berprestasi model pembelajaran Concentrated
terhadap kemampuan membaca Language Encounter (CLE) dan kelompok
pemahaman Bahasa Inggris”, diterima. siswa yang mengikuti pembelajaran
Interaksi terjadi karena model pembelajaran dengan menggunakan model
memberikan pengaruh yang berbeda jika pembelajaran konvensional, pada siswa
dilihat dari motivasi berprestasi siswa. yang memiliki motivasi berprestasi tinggi”,
Suarta (2012) dalam penelitiannya diterima. Jadi, simpulannya adalah
menganalisis hubungan antara model terdapat perbedaan kemampuan
pembelajaran dan motivasi berprestasi membaca pemahaman Bahasa Inggris
terhadap pemahaman konsep biologi. Dari antara kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan disimpulkan bahwa hipotesis nol yang
model pembelajaran Concentrated menyatakan “tidak terdapat perbedaan
Language Encounter (CLE) dan kelompok kemampuan membaca pemahaman
siswa yang mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris antara kelompok siswa
dengan menggunakan model yang mengikuti pembelajaran dengan
pembelajaran konvensional, pada siswa menggunakan model pembelajaran
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Concentrated Language Encounter (CLE)
Rata-rata kemampuan membaca dan kelompok siswa yang mengikuti
pemahaman Bahasa Inggris kelompok pembelajaran dengan menggunakan
siswa yang memiliki motivasi berpprestasi model pembelajaran konvensional, pada
tinggi yang belajar menggunakan model siswa yang memiliki motivasi berprestasi
model pembelajaran Concentrated rendah”, ditolak. Sebaliknya hipotesis
Language Encounter ( X = 26,25) dengan alternatif (H1) yang menyatakan bahwa
kualifikasi tinggi dan lebih besar jika “terdapat perbedaan kemampuan
dibandingkan dengan rata-rata kelompok membaca pemahaman Bahasa Inggris
siswa yang memiliki motivasi berpprestasi antara kelompok siswa yang mengikuti
tinggi yang belajar dengan menggunakan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Concentrated
model pembelajaran konvensional ( X =
Language Encounter (CLE) dan kelompok
20,35) yang berada pada kualifikasi
siswa yang mengikuti pembelajaran
sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa
dengan menggunakan model
siswa yang memiliki motivasi berprestasi
pembelajaran konvensional, pada siswa
tinggi akan lebih optimal dalam
yang memiliki motivasi berprestasi
pencapaian kemampuan membaca
rendah”, diterima. Jadi, simpulannya
pemahaman Bahasa Inggris jika dalam
adalah terdapat perbedaan kemampuan
belajar difasilitasi dengan menggunakan
membaca pemahaman Bahasa Inggris
model pembelajaran Concentrated
antara kelompok siswa yang mengikuti
Language Encounter. Hal ini sejalan
pembelajaran dengan menggunakan
dengan temuan penelitian Suppatareeya
model pembelajaran Concentrated
Lopeung (2012) yang menggunakan model
Language Encounter (CLE) dan kelompok
pembelajaran Concentrated Language
siswa yang mengikuti pembelajaran
Encounter untuk mengetahui pengaruhnya
dengan menggunakan model
pada kemampuan menulis siswa. Hasil
pembelajaran konvensional, pada siswa
penelitian menunjukkan bahwa terdapat
yang memiliki motivasi berprestasi rendah.
perbedaan kemampuan menulis antara
Rata-rata kemampuan membaca
siswa yang mengikuti model pembelajaran
pemahaman Bahasa Inggris kelompok
CLE dan siswa yang mengikuti
siswa yang memiliki motivasi berprestasi
pembelajaran konvensional setelah
rendah yang belajar menggunakan model
diadakan pengendalian terhadap motivasi
model pembelajaran Concentrated
belajar. Pada siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi, kemampuan menulis siswa Language Encounter ( X = 19,70) dengan
yang mengikuti pembelajaran CLE lebih kualifikasi sedang dan lebih kecil jika
tinggi daripada kemampuan menulis siswa dibandingkan dengan rata-rata kelompok
yang mengikuti pembelajaran siswa yang memiliki motivasi berprestasi
konvensional. rendah yang belajar menggunakan model
Keempat, nilai qhitung diperoleh pembelajaran konvensional ( X = 22,50)
sebesar 3,173 dan Qtabel sebesar 2,95. Jika berada pada kualifikasi sedang. Hal ini
dibandingkan nilai Qhitung dengan Qtabel mengindikasikan bahwa siswa yang
didapatkan bahwa Qhitung>Qtabel dengan memiliki motivasi berprestasi rendah akan
taraf signifikansi (p) < 0,05 maka dapat lebih optimal dalam pencapaian
kemampuan membaca pemahaman diperoleh sebesar 4,979 dan Ftabel sebesar
bahasa Inggris jika dalam belajar 3,96. Jika dibandingkan nilai Fhitung dengan
difasilitasi dengan menggunakan model Ftabel didapatkan bahwa Fhitung>Ftabel dengan
pembelajaran konvensional. Hal ini juga taraf signifikansi (p) < 0,05.
sejalan dengan temuan penelitian Kedua, Terdapat pengaruh interaksi
Suppatareeya Lopeung (2012) yang antara model pembelajaran dan motivasi
menggunakan model pembelajaran berprestasi terhadap kemampuan
Concentrated Language Encounter untuk membaca pemahaman Bahasa Inggris.
mengetahui pengaruhnya pada Nilai Fhitung diperoleh sebesar 39,212 dan
kemampuan menulis siswa. Hasil Ftabel sebesar 3,96. Jika dibandingkan nilai
penelitian menunjukkan bahwa terdapat Fhitung dengan Ftabel didapatkan bahwa
perbedaan kemampuan menulis antara Fhitung>Ftabel dengan taraf signifikansi (p) <
siswa yang mengikuti model pembelajaran 0,05.
CLE dan siswa yang mengikuti Ketiga, Terdapat perbedaan
pembelajaran konvensional setelah kemampuan membaca pemahaman
diadakan pengendalian terhadap motivasi Bahasa Inggris antara kelompok siswa
belajar. Pada siswa yang memiliki motivasi yang mengikuti pembelajaran dengan
belajar rendah, kemampuan menulis siswa menggunakan model pembelajaran
yang mengikuti pembelajaran Concentrated Language Encounter (CLE)
konvensional lebih tinggi daripada dan kelompok siswa yang mengikuti
kemampuan menulis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran CLE. pembelajaran konvensional, pada siswa
Mengacu pada hasil uji hipotesis yang memiliki motivasi berprestasi tinggi.
diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan Nilai Qhitung diperoleh sebesar 8,80 dan Ftabel
model pembelajaran CLE lebih baik sebesar 2,95. Jika dibandingkan nilai Qhitung
daripada pembelajaran konvensional dengan Qtabel didapatkan bahwa
dalam meningkatkan kemampuan Qhitung>Qtabel dengan taraf signifikansi (p) <
membaca pemahaman Bahasa Inggris. 0,05.
Untuk siswa yang memiliki motivasi Keempat, Terdapat perbedaan
berprestasi tinggi lebih cocok mengikuti kemampuan membaca pemahaman
model pembelajaran CLE, sedangkan Bahasa Inggris antara kelompok siswa
untuk siswa yang mempunyai motivasi yang mengikuti pembelajaran dengan
berprestasi rendah lebih cocok mengikuti menggunakan model pembelajaran
pembelajaran konvensional sebagai upaya Concentrated Language Encounter (CLE)
untuk meningkatkan kemampuan dan kelompok siswa yang mengikuti
membaca pemahaman Bahasa Inggris. pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional, pada siswa
SIMPULAN DAN SARAN yang memiliki motivasi berprestasi rendah.
Berdasarkan hasil pengujian Nilai Qhitung diperoleh sebesar 3,172 dan
hipotesis dan pembahasan maka dapat Qtabel sebesar 2,95. Jika dibandingkan nilai
ditarik suatu simpulan sebagai berikut. Qhitung dengan Qtabel didapatkan bahwa
Pertama, Terdapat perbedaan Qhitung>Qtabel dengan taraf signifikansi (p) <
kemampuan membaca pemahaman 0,05.
Bahasa Inggris antara kelompok siswa Berdasarkan simpulan penelitian
yang mengikuti pembelajaran dengan yang telah dikemukakan, maka dapat
menggunakan model pembelajaran diajukan beberapa saran guna peningkatan
Concentrated Language Encounter (CLE) kualitas pembelajaran menulis dalam mata
dan kelompok siswa yang mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sebagai
pembelajaran dengan menggunakan model berikut: 1) bagi guru, disarankan untuk
pembelajaran konvensional. Nilai Fhitung menggunakan model pembelajaran
Concentrated Language Encounter (CLE) Nusyirwan, L. 2003. Concentrated L.
yang berlandaskan pada prinsip scaffolding Encounter. http://govritje.compdf
sebagai alternatif untuk meningkatkan distric02%20%20CLE%20+%20wac
kemampuan membaca pemahaman ana.pdf
Bahasa Inggris siswa; dan 2) bagi siswa
disarankan dalam pembelajaran, untuk Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan
memotivasi dirinya sendiri untuk belajar Desain Sistem Pembelajaran.
lebih optimal aktif dalam proses Jakarta: Kencana Prenada Media
pembelajaran agar mencapai hasil yang Group.
diharapkan.
Suarta, I N. 2011. Pengaruh Penggunaan
DAFTAR RUJUKAN Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation dan STAD
Burns and Roe. 1996. Teaching Reading I Terhadap Pemahaman Konsep
Elementary Schools. New Jersey: Biologi Ditinjau dari Motivasi
Houghton Mifflin. Berprestasi. Tesis, Pendidikan IPA,
Program Pascasarjana, Universitas
Dantes, N. 2012. Metode Penelitian. Pendidikan Ganesha.
Yogyakarta: Andi Offset
Sukartini, Ni Made. (2012), Pengaruh
Ellis, R. 2003. Understanding Second Penerapan Model Pembelajaran
Language Acquisition. Oxford: Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap
Oxford University Press. Hasil Belajar Sosiologi Ditinjau Dari
Motivasi Berprestasi Siswa Kelas
Farr, R. 2013. What Kids are Reading: The (Studi Eksperimen SMA PGRI 1
Book-Reading Habit of Students in Amlapura). Tesis, Administrasi
American School. Wisconsin: Pendidikan, Program Pascasarjana,
Renaisance Learning. Universitas Pendidikan Ganesha.

Hamalik, O. 2002. Psikologi Belajar Sutarmi, W (2013) “Pengaruh pembelajaran


Mengajar. Bandung: Sinar Baru Scaffolding terhadap Keterampilan
Aglesindo. Menulis Teks Recount Berbahasa
Inggris dan Kreativitas Siswa Kelas
Ifdil. 2009. Motivasi Berprestasi. http:// VIII SMP Negeri 3 Manggis”. Jurnal
konslingindonesia. Com/indek php. Penelitian Pascasarjana Undiksha
Diakses tanggal 21 April 2013. Program Studi Teknologi
Pembelajaran Volume 3 Tahun
Marhaeni, A.A.I.N. 2003. ‘Meta-Analisis 2013
Pengaruh Strategi Pembelajaran
terhadap Kemampuan Berbahasa Taroepratjeka, H. 2002. Pedoman Guru
Inggris’. Jurnal Pendidikan dan untuk CLE: Pengajaran untuk
Pengajaran Undiksha Singaraja. No. Pemula (terjemahan dari Literacy
4 Th. XXXVI, Oktober. Teaching in Developing Countries:
Turning Failure into Success: A
Nisbet, J. 1988. Learning Strategies. New Teacher’s Manual for Teaching of
York: Routledge, Chapman and Hall Beginners)
Inc

Anda mungkin juga menyukai