Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF DARI WACANA

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR


DIINDONESIA

Dosen Pengampuh :
Dr. Hana Suparti, M.Th., M.Pd.K

Disusun oleh :

Ananta ....
Erlin Mayastuti, S.Pd
Fanni ....
Herawati Patras, S.Pd
Olan ....

Sebagai Tugas Pascasarjana Magister Pendidikan Agama Kristen

STT KADESI YOGYAKARTA


SEKOLAH TINGGI TEOLOGI KADESI
TAHUN 2020
Pada saat upacara bendera peringatan Hari Guru Nasional tahun 2019 tepatnya
tanggal 11 Desember 2019 di Jakarta, Menteri Pendidikan menyampaikan pidato yang
sedikit berbeda dan sangat singkat serta padat. “ ... Satu hal yang pasti, saya akan
berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia ... “. Nadiem Makarim meluncurkan
adanya empat pokok kebijakan pendidikan dengan meluncurkan sebuah program yang
bernama Merdeka Belajar

Seperti sudah dibahas dalam bab-bab sebelumnya bahwa merdeka belajar ini
dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim sebagai
sebuah program yang mana ingin menciptakan adanya sebuah suasana belajar yang
menyenangkan dan membahagiakan. Dimana tujuan dari adanya merdeka belajar itu
sendiri adalah agar peserta didik, orangtua maupun pendidik mengalami hal yang
menyenangkan dan membahagiakan dalam proses belajar maupun mengajar.

. Adapun program dari merdeka belajar adalah meliputi ujian sekolah berstandart
Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), merencanakan pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dan peraturan penerimaan peserta didik baru dengan sistem zonasi. “ Empat pokok
program kebijakan tersebut menjadi arah pembelajaran kedepan yang fokus pada
arahan presiden dan wakil presiden dalam meningkatkan sumber daya manusia,” jelas
Nadiem di Jakarta, Rabu ( 11/12/2019), seperti dilansir dari Antara.

Pada tahun 2020 ini, USBN tidak dilaksanakan karena adanya pandemi corona
yang mana tadinya direncanakan menjadi USBN terakhir, karena pada tahun 2021 akan
diubah menjadi asesmen kompetensi minimum dan survey karakter yang terdiri dari
kemampuan nalar bahasa (literasi), matematika (numerasi) dan pendidikan karakter.
Sedangkan pada RPP akan diberikan sebuah kemerdekaan pada guru untuk
mengembangkan, memilih maupun membuat format dari RPP dimana yang tadinya
terdiri atas tiga belas indikator menjadi tiga komponen inti dari RPP tersebut yakni ,
tujuan pembelajaran, kegiatan dan assesmen itu sendiri.

Banyak pihak yang menyambut baik dengan adanya wacana merdeka belajar ini,
karena beberapa berpendapat bahwa dengan adanya merdeka belajar ini dapat
menjadikan anak akan lebih dapat bersaing dalam era 4.0. Meskipun pada dasarnya ada
ketertinggalan dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan negara lainnya.

Pasti dengan adanya kebijakan merdeka belajar ini ada dampak positif maupun
negatif yang akan menyertai, apalagi ini merupakan hal yang baru dalam dunia
pendidikan. Beberapa dampak negatif yang nantinya kita bisa temui dalam adanya
merdeka belajar.

A. USBN dan Ujian Sekolah ( UN )


Keberadaan ujian Nasional maupun USBN sendiri pada dasarnya sebagian besar
menjadi sebuah ketakutan baik bagi peserta didik maupun dari para orangtua siswa.
Sebab keberadaan Ujian sekolah yang mengedepankan pencapaian nilai akademik yang
bagus dan tinggi membuat mereka menjadi stress dan kecenderungan hanya menghapal
bahan pelajaran tanpa memahami materi yang diujikan dirasa kurang tepat. Untuk itulah
dengan adanya wacana merdeka belajar dengan penghapusan ujian nasional menjadi
sebuah angin segar bagi para peserta didik maupun bagi para orang tua dan pendidik
untuk membuat pembaharuan dalam hal pendidikan dan sejalan dengan adanya survey
yang pernah dilakukan oleh PB Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada tahun
2012.
Meskipun sebagian besar guru dan komisi X DPR RI, mendukung adanya
program penghapusan Ujian Nasioanl ini tetapi menjadi sebuah pertanyaan apakah
sekolah siap untuk membuat penilaian sendiri. Alasannya adalah beberapa sekolah
dianggap belum siap dalam membuat sebuah sistem penilaian sendiri karena adanya
kekurangan fasilitas dan kuantitas dari guru itu sendiri. Hal ini justru akan memperparah
dari ketimpangan dari pendidikan itu sendiri. Selain itu standart penilaian apa yang dapat
digunakan secara Nasional dari akibat penghapusan Ujian Nasional ini juga belum jelas,
sehingga dapat menjadi sebuah masalah baru.
Dalam Ujian ini, sekolah memang dapat menentukan sendiri konsep ujian
disesuaikan dengan keadaan sekolah maupun dapat bekerjasama dengan sekolah yang
hampir sama keadaanya. Melalui merdeka ujian ini, diharapkan kemampuan yang
berbeda dari masing-masing peserta didik dapat diuji dan dapat dinilai dengan maksimal.
Portofolio sebagai salah satu dari komponen penilaian ujian memang dapat menjadi
sebuah penilaian untuk menjelaskan progress atau kemajuan belajar dari siswa itu
sendiri. Tetapi yang menjadi kendalanya adalah tidak semua guru memiliki kemampuan
untuk merancang, membuat, maupun melaksanakan ujian yang “adil” kepada peserta
didiknya.
Tidak sedikit dari sekolah yang masih menunggu soal dari pusat dan pemangku
kepentingan yang tidak segera mensosialisasikan kebijakan ini, sedangkan ujian segera
tinggal dilaksanakan dalam hitungan beberapa hari. Akibatnya dapat dibayangkan yakni
akan dapat menurunkan kualitas dari ujian itu sendiri, karena tidak dipersiapkan dari
sejak awal sehingga seolah membuat soal hanyalah sebuah kewajiban yang harus
dilaksanakan. Padahal harapan dari adanya kebijakan dari merdeka belajar itu sendiri
adalah guru sebagai pendidik mampu untuk menyusun penilaian dari instrumen yang
dapat mengukur kemampuan dari seorang peserta didik dalam segi kognitif, afektif
maupun psikomotorik. Sebab hanya guru yang mengerti dan memahami bagaimana
kemampuan dari siswanya. Guru jugalah yang seharusnya mampu menentukan tingkat
ketercapaian dari kompetensi dari siswa yang ada dikelas dia.
Tetapi mekanisme sistem UN yang diganti dengan sistem asesmen kompetensi
minimum dan survey karakter juga belum dapat mengakomodir hal yang berkaitan
dengan kecerdasan psikomotorik. Sehingga kurang pas jika hanya dinilai secara literasi
dan numerasi

B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan pegangan guru untuk melakukan
suatu panduan bagi guru untuk dapat mengajar sesuai dengan materi yang akan
diajarkan. Penyusunan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dalam progam
merdeka belajar adalah membebaskan guru untuk memilih, membuat maupun
mengembangkan formatnya. Didalam strategi pembelajaran yang memerdekakan ini
lebih menekankan pada pemakaian dari pengetahuan secara bermakna dan lebih
diarahkan untuk meladeni pertanyaan siswa maupun dari pendapat dan pandangan dari
siswa itu sendiri. Sehingga diharapkan peserta didik akan memiliki cara berpiir yang
kritis,analisis, membandingkan, menggeneralisasikan, bahkan menghipotesis.
Adapun pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran ini menekanakan pada
ketrampilan mereka dalam hal mengintegrasikan setiap problem yang dihadapi dalam
konteks yang nyata. Dalam evaluasi ini juga siswa dapat tidak hanya menemukan
sebuah jawaban yang benar tetapi juga pemecahan secara berganda dalam soal artinya
ada sebuah aktivitas belajar yang diintegrasikan dalam sebuah konteks yang nyata.
Peserta didik akan mengalami proses perubahan secara pengetahuan, pemahaman,
sikap/karakter, tingkah laku,ketrampilan dan daya reaksinya agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan amanat dari UU
Sisdiknas Tahun 2003.
Kemerdekaan dalam mengajar bagi guru sangatlah penting terutama dalam hal
pengembangan kompetensinya, karena tanpa guru yang merdeka mereka tidak dapat
secara optimal mengembangkan dirinya dikarenakan harus menyelesaikan tugas-tugas
administrasi yang menyita waktu. Sebab hanya guru yang antusias yang akan dapat
menularkan rasa ingin tahu yang besar pada anak.
Pembuatan RPP dalam merdeka belajar, ini cukup dibuat dalam satu lembar dan
diharapkan terdiri dari komponen inti yang terdiri atas tujuan pembelajaran,langkah-
langkah pembelajaran maupun penilaian dari pembelajaran sehingga diharapkan
dengan adanya merdeka belajar ini guru sebagai seorang pendidik dapat lebih fokus dan
memaksimalkan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Tetapi menurut penulis ada sisi negatif yang perlu dicermati dengan adanya
rencana pelaksanaan pembelajaran dengan konsep merdeka belajar ini dimana dengan
memberikan kebebasan kepada guru dalam penyusunannya akan sangat riskan hal ini
karena guru selama ini sangat tergantung pada petunjuk teknis dan selama ini guru
belum secara mandiri dapat membuat RPP tetapi lebih kepada copy paste. Kompetensi
guru pada daerah yang terpencil, terbelakang banyak terjadi ketimpangan atau
kesenjangan sehingga sangat diperlukan sebuah pelatihan yang terus menerus dalam
menyusun dalam penyusunan RPP. Dana BOS yang diberikan untuk saat ini juga dapat
digunakan untuk pembiayaan pelatihan peningkatan kompetensi guru akan tetapi hal itu
juga sangat rawan dalam penyalahgunaan wewenang dana tersebut dari pemimpin yang
tidak bijak.

C. Zonanisasi
Merdeka belajar juga membahas mengenai PPDB, dimana Kemendikbud
bermaksud tetap menggunakan sistem zonasi dengan kebijakan yang lebih fleksibel dan
mengakomidasi ketimpangan akses dan kualitas diberbagai daerah. Akan tetapi
kenyataannya akan timbul beberapa keluhan yang ditimbulkan dengan adanya sistem
zonasisasi ini. Diantaranya menurut Dr Aswandi seorang pengamat Pendidikan
Universitas Tanjungpura. Menurut dia, didaearah seperti Pontianak bukan lagi berbicara
tentang pemerataan tetapi sebuah mutu pendidikan.
Beberapa hal dampak negatif yang timbul dengan adanya sistem zonasi ini
adalah timbulnya dampak semangat yang menurun dari sianak yang ingin masuk
sekolah di SMP ataupun SMA karena tidak dapat masuk disekolah yang mereka
inginkan karena adanya sistem zonasi ini. Selain itu diharapkan anak seharusnya juga
dapat lebih bersosialisasi dengan lebih luas lagi. Apabila dibatasi dengan ruang gerak
zonasi maka pergaulan mereka dari SD-SMA hanya akan terkungkung pada wilayah itu
saja, maka hal itu kurang baik bagi perkembangan mereka kedepannya.
Orangtuapun melihat bahwa anaknya yang pintar pasi memiliki keinginan untuk
menyekolahkan ke sekolah favorit atau sekolah yang paling bagus. Tetapi karena
dampak dari zonasi ini maka tidak bisa menyekolahkan anaknya disekolah favorit.
Sedangkan saat ini masyarakat memandang adanya sekolah favorit dan sekolah non
favorit.
Menurut Dr Aswandi, ada empat hal yang harusnya tidak boleh dilanggar yakni
prinsip dapat memprediksi anak akan sukses atau lulus dengan baik atau tidak, sehingga
apabila anak tidak suka disekolah tersebut ditakutkan dia akan putus ditengah jalan dan
tidak sukses. Prinsip yang kedua, adalah keadilan dimana anak yang pintar apakah tidak
boleh bersekolah di sekolah yang dia inginkan akibat dari adanya zonasi ini. Prinsip ke
tiga adalah efisiensi, memang dalam hal zonasi prinsip efisiensi sudah masuk. Prinsip
yang keempat adalah memudahkan dalam pembelajaran. Sebanarnya dengan prinsip
keempat ini tidak masuk karena anak yang pintar maupun anak yang kurang mampu
atau kurang pintar akan dapat diterima kalau berdasarkan bukan nilai. Hal ini tentunya
akan membuat adanya keanekaragaman dalam hal pembelajaran. Guru harus sudah
siap mengajar mereka, dengan adanya keragaman dalam kemampuan anak-anak dalam
satu kelas akan menjadi sebuah problem baru, dimana guru harus benar-benar dapat
mempersiapkan dalam mereka mengajar dan memiliki ketrampilan penguasaan.
Kuota sebesar duapuluh persen untuk masyarakat kurang mampu harus
diperketat lagi sehingga kuota yang ada tidak akan disalahgunakan oleh oknum yang
tidak bertanggungjawab.Manipulasi surat miskin dan kuota sebesar 5 persen untuk
orang tua yang pindah juga harus dapat dikontrol oleh beberapa pihak terkait. Tetapi
akankah hal ini mudah dalam penerapannya? Diperlukan sebuah pemikiran yang
panjang agar hal ini dapat juga ditangani dan tidak salah alamat dalam pemberian kuota.
Daftar Pusataka

https://pontianak.tribunnews.com/2019/06/16/pengamat-ungkap-sisi-negatif-sistem-
zonasi-ppdb-bisakah-anak-sukes-pada-sekolah-bukan-pilihannya?page=4–diakses
tanggal 15 Mei jam 00.30

https://www.alinea.id/nasional/merdeka-belajar-nadiem-makarim-melupakan-kompetensi-
guru-b1XrF9qeW - diakses tanggal 15 Mei 2020 –jam 00.24

https://intens.news/menakar-konsep-merdeka-belajar/ -diakses tanggal 15 Mei jam 00-05

https://amp.kompas.com/edukasi/read/2020/02/02/14311001/merdeka-belajar-siapkah-
guru-dan-sekolah-menjalankannya diakses tgl 15 Mei jam 00-10

https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/0k8D8p0k-sistem-zonasi-dianggap-
membawa-dampak-buruk -diakses tanggal 15 Mei 2020 jam 15

Anda mungkin juga menyukai