Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

ANALISIS ISU STRATEGIS


Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Blitar saat ini
dan kemungkinan permasalahan yang terjadi lima tahun ke depan perlu
mendapat perhatian dalam menentukan visi dan misi serta rancangan
Rencana

Perencanaan

Pembangunan

Jangka

Menengah

(RPJM)

pemerintahan berikutnya. Dengan mengetahui permasalahan yang ada


diharapkan

semua

program

dan

kegiatan

mampu

mengatasi

permasalahan tersebut atau paling tidak dapat meminimalisir dampak


semua permasalahan yang ada. Strategi pembangunan daerah sangat
diperlukan

untuk

menghasilkan

langkah-langkah

konkret

dalam

implementasi pembangunan. Strategi yang baik harus menunjukkan


konsistensi dan komitmen yang tinggi untuk mewujudkan visi dan misi
pemerintahan.
4.1 Permasalahan Pembangunan Kabupaten Blitar
a. Bidang Kesehatan.
Kualitas

pelayanan

belum

optimal

karena

belum

semua

sarana

pelayanan kesehatan melaksanakan standar pelayanan yang telah


ditetapkan. Keterjangkauan dan pemerataan pelayanan dapat dilihat
dengan rasio jumlah sarana yang ada. Jenis pelayanan bervariasi sesuai
dengan tenaga dan peralatan yang tersedia. Belum semua peralatan
dan tenaga tersedia sesuai kebutuhan dan standarisasi. Disamping itu
rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan sering terjadi terutama
pada masyarakat miskin karena kendala biaya (cost barrier). Perilaku
yang

kurang

pemberdayaan

mendukung
masyarakat

pola

hidup

terhadap

bersih

dan

kesehatan

sehat

relatif

serta

rendah.

Terjadinya beban ganda penyakit dan rawan bencana sehingga


masalah penyakit menular dan tidak menular ini menjadi beban ganda
RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 1

dan akan mempengaruhi jenis serta jumlah pelayanan kesehatan yang


dibutuhkan masyarakat dimasa datang.
b. Pendidikan.
Kualitas pendidikan relatif rendah dan belum mampu memenuhi
kebutuhan kompetensi peserta didik. Berbagai upaya pembangunan
pendidikan termasuk Wajib Belajar Pendidikan Dasar dua belas tahun
yang dicanangkan untuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk
Kabupaten Blitar. Namun demikian sampai saat ini tingkat pendidikan
penduduk relatif masih rendah. Kondisi tersebut belum memadai untuk
menghadapi persaingan global dan belum mencukupi pula sebagai
landasan pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge
based economy).
Kualitas pendidikan relatif masih rendah dan belum mampu memenuhi
kebutuhan kompetensi peserta didik. Hal tersebut terutama disebabkan
oleh (1) ketersediaan pendidik yang belum memadai baik secara
kuantitas maupun kualitas, (2) kesejahteraan pendidik yang masih rendah,
(3) fasilitas belajar belum tersedia secara mencukupi, dan (4) biaya
operasional pendidikan belum disediakan secara memadai.
Fasilitas pelayanan pendidikan khususnya jenjang pendidikan
menengah pertama dan yang lebih tinggi belum tersedia secara merata.
Adanya

ketimpangan

pemerataan

dan

perluasan

kesempatan

memperoleh pendidikan bukan saja terjadi pada penduduk usia sekolah,


tetapi juga terjadi antar wilayah geografis, gender serta antar kawasan.
Perkembangan pendidikan mengungkapkan bahwa faktor ekonomi
merupakan alasan utama anak putus sekolah atau tidak melanjutkan
pendidikan, baik karena tidak memiliki biaya sekolah maupun karena
harus bekerja. Hal tersebut berdampak pada tingginya kesenjangan
partisipasi pendidikan antara penduduk miskin dengan penduduk kaya.
Sebagian dari masyarakat menilai bahwa pendidikan masih terlalu mahal
RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 2

dan belum memberikan manfaat yang signifikan atau sebanding dengan


sumberdaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu pendidikan belum
menjadi pilihan investasi.
Fasilitas pelayanan pendidikan di daerah pedesaan dan terpencil
masih terbatas sehingga menyebabkan sulitnya anak-anak terutama
anak perempuan untuk mengakses layanan pendidikan. Selain itu, fasilitas
dan layanan pendidikan khusus bagi anak-anak yang mempunyai
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa juga belum tersedia secara memadai.
Pendidikan non formal yang berfungsi sebagai transisi dari dunia
sekolah ke dunia kerja (transition from school to work) maupun sebagai
bentuk pendidikan sepanjang hayat dan diarahkan terutama untuk
meningkatkan kecakapan hidup dan pembinaan profesionalisme serta
kompetensi vokasional belum dapat diakses secara luas oleh masyarakat.
Selain itu, format dan kualitas pendidikan non formal juga belum
memungkinkan untuk digunakan sebagai pengganti pelajaran yang
relevan di satuan pendidikan formal.
Pembangunan

pendidikan

belum

sepenuhnya

dapat

meningkatkan kemampuan kewirausahaan lulusan. Lulusan pendidikan


menengah dan pendidikan tinggi masih cenderung memilih bekerja
pada orang lain dibanding menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri.
Manajemen pendidikan belum berjalan secara efektif dan efisien.
Dengan

dilaksanakannya

desentralisasi

pendidikan,

pemerintah

kabupaten memiliki kewenangan yang lebih luas dalam membangun


pendidikan di masing-masing wilayah sejak penyusunan rencana,
penentuan

prioritas

program

serta

mobilisasi

sumberdaya

untuk

merealisasikan rencana yang telah dirumuskan. Sejalan dengan itu,


otonomi pendidikan telah dilaksanakan melalui penerapan manajemen
berbasis sekolah dan otonomi perguruan tinggi yang memberikan
RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 3

wewenang yang lebih luas pada satuan pendidikan untuk mengelola


sumberdaya yang dimiliki termasuk mengalokasikannya sesuai dengan
prioritas kebutuhan. Dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi
pendidikan diharapkan daerah dan satuan pendidikan lebih tanggap
terhadap

kebutuhan

desentralisasi

dan

dilaksanakan

karena

tanggungjawab

setempat.

Namun

otonomi pendidikan
belum

belum

mantapnya

masing-masing

demikian

tingkat

pelaksanaan

sepenuhnya

pembagian

dapat

peran

pemerintahan

dan

termasuk

kontribusinya dalam penyediaan anggaran pendidikan, serta belum


terlaksananya standar pelayanan minimal yang seharusnya ditetapkan
oleh masing-masing kabupaten dengan acuan umum dari pemerintah
pusat.

Disamping

itu

efektivitas

peran

serta

masyarakat

dalam

pembangunan pendidikan termasuk peran dan fungsi dewan pendidikan


dan komite sekolah/madrasah juga belum optimal.
c. Infrasruktur.
Belum optimalnya pembangunan jalan dan jembatan serta sulitnya
pembebasan lahan, kurangnya aksesbilitas diwilayah tertinggal/terpencil,
Kurang tertibnya pemanfaatan Ruang Manfaat Jalan oleh Pengguna
Jalan yang mengakibatkan Hambatan lalu Lintas. Kerusakan jalan akibat
kondisi alam/tanah ekspansif dan bencana alam yang mengakibatkan
kerusakan sepanjang tahun.
Berkembangnya daerah pemukiman dan industri telah menurunkan
area

resapan

air

dan

mengancam

kapasitas

lingkungan

dalam

menyediakan air. Pada sisi lain, kapasitas infrastruktur penampung air


seperti

waduk

meningkatnya

dan

bendungan

sedimentasi,

makin

sehingga

menurun

sebagai

menurunkan

akibat

keandalan

penyediaan air untuk irigasi maupun air baku.


Terbatasnya kemampuan masyarakat yang berpenghasilan rendah
akan tempat tinggal dan lingkungan hunian yang sehat. Terbatasnya
RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 4

kemampuan pemerintah untuk mendukung penyediaan perumahan


beserta prasarana dan sarananya.
Masih

lemahnya

pemahaman

pengelolaan/pembangunan

ketentuan

gedung

negara.

jasa

kontruksi dan

Masih

rendahnya

pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna dalam bidang


perumahan dan permukiman.
Belum optimalnya cakupan pelayanan air bersih perpipaan di
perkotaan dan pedesaan, Rendahnya kinerja pengelolaan air minum dan
air limbah di perkotaan dan pedesaan. Menurunnya kuantitas dan
kualitas air baku untuk air minum. Masih rendahnya peran serta dan
kemampuan

masyarakat

dalam

pelestarian

sumber

air

serta

pemeliharaan sarana air minum dan air limbah.


Masih terbatasnya akses sarana sanitasi dasar di pedesaan, Belum
optimalnya peran serta swasta dalam pembangunan dan pengelolaan
air nimun dan air limbah, Meningkatnya volume sampah yang tidak
diimbangi kinerja pengelolaan terutama pada tahap pembuangan akhir.
Rendahnya akses jalan dan penyediaan infrastruktur penunjang
pada kawasan-kawasan wisata maupun lokasi yang berpotensi sebagai
tempat wisata menyebabkan pengelolaan disektor pariwisata masih
sangat minim. Hal ini berakibat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Blitar
masih rendah.
d. UMKM dan Ketenagakerjaan
Pertumbuhan UMKM di Blitar yang relatif rendah sebagai akibat
belum bersinerginya potensi pertanian dengan upaya pemanfaatan
maupun peningkatan nilai tambah pada produk-produk pertanian.
Terbatasnya akses Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah terhadap
sumberdaya produktif yang meliputi tiga aspek penting yaitu modal
usaha yang bukan saja mencakup penyediaan kredit modal kerja tetapi

RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 5

juga kredit investasi, informasi dan pasar menjadi salah satu faktor
penghambat tumbuhnya UMKM di Kabupaten Blitar.
Jumlah pengangguran di Kabupaten Blitar disebabkan antara lain
oleh rendahnya pertumbuhan dunia usaha dan pemulangan TKI ilegal. Di
samping itu juga disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM angkatan kerja
sehingga sulit mendapatkan pekerjaan atau bekerja di lapangan kerja
yang kurang produktif dan berakibat pada rendahnya pendapatan yang
diterima.
e. Upaya pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup
dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat belum optimal.
Sektor pertanian yang menjadi penggerak perekonomian daerah
merupakan sektor yang sangat tergantung pada sumber daya alam.
Saat ini efisiensi dan produktivitas pertanian relatif rendah disebabkan
oleh skala usaha yang relatif sempit/kecil. Disamping itu rendahnya
produktivitas

dapat

diilustrasikan

menurut

hasil

penelitian,

bahwa

kecepatan pertumbuhan nilai tambah bruto lebih lambat dari pada


pertumbuhan kesempatan kerja yang diciptakan. Dan juga, keterbatasan
terhadap penyediaan sarana produksi termasuk upaya pengendalian
hama dan penyakit, disamping kejadian bencana alam banjir dan
kekeringan yang setiap tahun terjadi juga mengganggu sistem produksi.
Khusus untuk padi, panen terbesar terletak dimusim hujan, sehingga
kualitas rendah, dan harga jatuh. Selanjutnya untuk komoditi lain, seperti
tembakau, tebu/gula juga terjadi dan hal ini disebabkan oleh perilaku
petani yang ikut-ikutan menanam komoditi yang pada awal mulanya
mempunyai

prospek

baik. Kondisi

demikian

mengakibatkan

tidak

stabilnya harga produk pertanian.


Minimnya akses terhadap informasi dan sumber permodalan,
menyebabkan masyarakat petani/nelayan, dan masyarakat pesisir tidak
dapat mengembangkan usahanya secara layak ekonomi. Akses petani
RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 6

dan

nelayan

terhadap

prasarana

dan

sarana

transportasi

juga

menghambat pemasaran produk pertanian, perkebunan, peternakan


dan perikanan sehingga menekan harga produk.
Belum optimalnya pengelolaan sumber daya kelautan disebabkan
oleh keterbatasan infrastruktur termasuk armada penangkapan, sehingga
belum mampu menjangkau Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), konflik nelayan
yang dapat menurunkan produktivitas, pengawasan dan keamanan laut
yang belum optimal.
Pola penganekaragaman pangan dan gizi yang masih rendah.
Masih tingginya ketergantungan masyarakat terhadap beras sebagai
bahan pangan pokok, dan kurangnya pemanfaatan pangan lokal
sebagai

bahan

pangan

alternatif.

Seiring

dengan

pertumbuhan

penduduk, maka kebutuhan akan beras akan semakin meningkat,


sedangkan kenaikan produksi beras / padi tidak seimbang dengan
kenaikan konsumsi. Disamping itu kondisi tersebut ditunjang oleh tingkat
kosumsi protein hewani masyarat dan kurangnya pemenuhan dan
aksesibilitas masyarakat miskin terhadap ketersediaan pangan yang
memadai dan bermutu yang berakibat pada terbatasnya kecukupan
dan mutu pangan ditingkat rumah tangga.
Pada umumnya angkatan kerja di pedeasan bertambah akan
tetapi lahan pertanian telah berkurang dan terjadi alih fungsi sawah
menjadi non sawah. Selain itu, sebagian besar kegiatan ekonomi di
pedesaan masih mengandalkan produksi komoditas primer sehingga nilai
tambah yang dihasilkan kecil.
Tingginya risiko kerentanan yang dihadapi petani dan pelaku usaha
di pedesaan. Petani dan pelaku usaha di kawasan pedesaan sebagian
besar

sangat bergantung

pada

alam. Kondisi alam

yang

tidak

bersahabat akan meningkatkan risiko kerugian usaha seperti gagal panen


karena banjir, kekeringan, maupun serangan hama penyakit. Pada
RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 7

kondisi demikian, pelaku

industri kecil

yang

bergerak

di bidang

pengolahan produk-produk pertanian otomatis akan terkena dampak


sulitnya memperoleh bahan baku produksi. Risiko ini masih ditambah lagi
dengan fluktuasi harga dan struktur pasar yang merugikan.
Lemahnya kegiatan ekonomi diluar sektor pertanian. Kegiatan
ekonomi diluar sektor pertanian termasuk didalamnya industri kecil yang
mengolah hasil pertanian maupun industri kerajinan serta industri lainnya
sangat terbatas.
Belum

berkembangnya

wilayah-wilayah

strategis

dan

cepat

tumbuh. Beberapa wilayah di Kabupaten Blitar mempunyai potensi yang


apabila dikembangkan secara optimal akan menjadikan wilayah tersebut
sebagai wilayah yang strategis dan dengan dukungan sarana prasarana
yang memadai dapat membuat wilayah atau kawasan dimaksud cepat
tumbuh dan berkembang.
Namun demikian sampai dengan saat ini pengembangan wilayahwilayah tersebut masih mengalami beberapa kendala, antara lain: (1)
adanya

keterbatasan

informasi

pasar

dan

teknologi

untuk

pengembangan produk unggulan; (2) keterbatasan jaringan prasarana


dan sarana fisik dan ekonomi dalam mendukung pengembangan
kawasan dan produk unggulan daerah; (3) masih lemahnya koordinasi,
sinergi, dan kerjasama diantara pelaku-pelaku pengembangan kawasan,
baik pemerintah, swasta, lembaga non pemerintah, dan masyarakat,
serta antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten, dalam upaya
meningkatkan daya saing produk unggulan; (4) masih terbatasnya akses
petani dan pelaku usaha skala kecil terhadap modal pengembangan
usaha, input produksi, dukungan teknologi, dan jaringan pemasaran,
dalam upaya mengembangkan peluang usaha dan kerjasama investasi;
(5) belum optimalnya dukungan kebijakan nasional dan daerah yang
berpihak

pada

petani

dan

pelaku

usaha

RPJMD 2011-2106

swasta;

(6)

| Kabupaten Blitar

belum
IV- 8

berkembangnya infrastruktur kelembagaan yang berorientasi pada


pengelolaan

pengembangan

usaha

yang

berkelanjutan

dalam

perekonomian daerah; (7) belum optimalnya pemanfaatan kerangka


kerjasama antar wilayah untuk mendukung peningkatan daya saing
kawasan dan produk unggulan, serta (8) masih rendahnya sikap
profesionalisme

dan

kewirausahaan

dari

pelaku

pengembangan

kawasan di daerah. Wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh bila


sudah

berkembang

diharapkan

akan

dapat

berperan

sebagai

penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah sekitarnya


yang miskin sumber daya dan masih terbelakang.
Permasalahan lingkungan hidup yang terjadi adalah adanya lahan
kritis baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan.
Terjadinya kerusakan fisik pada ekosistem pesisir dan laut serta degradasi
terumbu karang akibat illegal fishing.
Belum memadainya data potensi dan konservasi mengenai air
tanah, belum memadainya data daerah rawan bencana dan geologi
lingkungan,
lingkungan

lemahnya koordinasi antar instansi dalam pengelolaan


hidup,

belum

konsistennya

peraturan

perundangan

pengelolaan lingkungan hidup mulai dari pusat sampai ke daerah


dikaitkan dengan otonomi daerah; dan rendahnya tingkat kesadaran
masyarakat di segala strata kehidupan dalam upaya pelestarian
lingkungan hidup; lemahnya pengawasan dan pengendalian kerusakan
kualitas lingkungan yang ditandai dengan tinggi tingkat pelanggaran dan
perusakan lingkungan.
Lemahnya penegakan hukum lingkungan hidup. Belum tersedianya
sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan hidup yang memadai,
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Belum adanya koordinasi antar daerah dalam pengelolaan
sampah secara terpadu, pencemaran air, sungai, pencemaran udara,
RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 9

kualitas udara disebabkan pencemaran dari sumber bergerak (sektor


transportasi) dan sumber tidak bergerak (industri); Pencemaran tanah,
pencemaran tanah diakibatkan oleh pengelolaan sampah (padat)
parsial, terutama pada wilayah-wilayah lokasi TPA.
f. Belum optimalnya Pelaksanaan Tata Kelola Kepemerintahan Yang Baik
(good governance).
Reformasi

birokrasi

belum

berjalan

sesuai

dengan

tuntutan

masyarakat. Hal tersebut terlihat dengan masih rendahnya pelaksanaan


prinsip-prinsip good govermance seperti transparansi, akuntanbilitas dan
partisipasi di lingkungan eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Belum

optimalnya

koordinasi

perencanaan

pembangunan,

perencanaan pembangunan yang dilaksanakan selama ini masih


dirasakan belum optimal khususnya dalam koordinasi dan sinkronisasi.
Masih

terbatasnya

profesionalisme

di

kalangan

aparatur.

Masih

terbatasnya jumlah tenaga profesional, terampil khususnya tenaga


perencanaan di samping itu pula partisipasi masyarakat dalam proses
perencanaan sangat terbatas, serta masih belum meratanya distribusi
tenaga yang memenuhi kompetensi di Dinas/Instansi.
Belum

optimalnya

penguasaan

dan

pemanfaatan

teknologi

informasi di kalangan aparatur pemerintahan. Perkembangan yang


cepat dari teknologi informasi dan komunikasi belum ditangkap sebagai
peluang

dan

kekuatan

dalam

pelaksanaaan

pemerintahan

dan

pembangunan, khususnya dalam sosialisasi dan pencarian alternatifalternatif

kebijakan

dalam

pelaksanaan

pemerintahan

dan

pembangunan maupun pengawasan.


Belum optimalnya tingkat pelayan publik. Terbatasnya tenaga yang
profesional dan terampil berpengaruh pada rendahnya efisiensi dan
efektifitas kerja, serta rendahnya kualitas pelayanan umum. Belum optimal
pelayan publik juga disebabkan oleh terbatasnya sarana dan prasarana.
RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 10

Pola hubungan pemerintah dan masyarakat yang belum sesuai


dengan

kebutuhan

masyarakat

yang

demokratisasi.

konstruktif dalam

Hubungan

pemerintah

dan

mendorong

proses konsolidasi

demokrasi belum berjalan dengan optimal yang disebabkan masih


adanya aparat yang belum memahami perubahan paradigma birokrasi
yang lebih mengedepankan pelaksanaan good govermance. Hal ini
ditandai dengan belum terbukanya ruang publik dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan yang berada di dalam domain kemasyarakatan.

4.1.1. Identifikasi Permasalahan.


Berdasarkan
diperlukan

permasalahan

identifikasi

pembangunan

permasalahan

Kabupaten

Blitar

kekuatan

dan

berdasarkan

kelemahan guna mengetahui dinamika permasalahan internal serta


peluang dan tantangan untuk mengetahui dinamika permasalahan yang
berasal dari luar.
1. Kekuatan
a. Tersedianya sarana prasarana penyelenggaraan pemerintahan
b. Karakteristik Masyarakat Kab. Blitar yang terbuka, dinamis dan
agamis
c. Potensi Budaya lokal yang beraneka ragam
d. Tersedianya sarana prasarana transportasi yang memadai (jalan,
angkutan umum, terminal)
e. Tingginya

asprasi

dan

partisipasi

masyarakat

dalam

pembangunan infrastruktur
f. Tersedianya sumber daya manusia yang cukup banyak
g. Letak wilayah yang strategis untuk mendukung pengembangan
sektor pertanian, pariwisata dan perdagangan.
h. Jumlah

UMKM

yang

cukup

besar

berpotensi

dalam

pengembangan perekonomian
RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 11

i. Potensi Sumber daya alam yang cukup banyak


2. Kelemahan
a. Kinerja

aparatur

pemerintah

dalam

pelayanan

dan

penyelenggaraan urusan publik belum optimal


b. Penyediaan lapangan kerja belum sesuai dengan jumlah
penduduk usia produktif
c. Produktifitas

dan

pemasaran

hasil

pertanian,

peternakan,

perikanan dan perkebunan belum optimal


d. Belum adanya standardisasi produk dan rendahnya kualitas
produk UMKM untuk dapat bersaing dengan produk daerah lain.
e. Infrastruktur yang mendukung distribusi barang dan jasa belum
tersedia merata
f. Pengelolaan potensi sumber daya alam belum optimal
g. Terdapat kawasan yang berpotensi mengalami bencana alam
(banjir, tanah longsor, letusan gunung berapi, tsunami).
3. Peluang
a. Meningkatnya solidaritas,keseimbangan, keharmonisan dan
kerukunan umat beragama di Kab. Blitar
b. Terbukanya peluang usaha dibidang agrobisnis dan agroindustri
c. Adanya kerjasama / kemitraan (CSR) antara pemerintah dan
swasta maupun dengan perguruan tinggi, LSM.
d. Berkembangnya teknologi infomasi di lingkungan instansi
pemerintah, swasta dan masyarakat.
e. Adanya kebijakan pemerintah untuk menigkatkan pelayanan
dibindang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.
f. Adanya program pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat
dan pengentasan kemiskinan

RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 12

g. Belum optimalnya penggalian potensi daerah sebagai sumber


PAD
h. Terbukanya pasar tenaga kerja di Luar Negeri
i.

Meningkatnya kepedulian terhadap pengelolaan dan


pelestarian lingkungan hidup

4. Tantangan
a. Masuknya budaya asing yang bersifat negatif (pornografi,
narkoba) sebagai akibat globalisasi dan perdagangan bebas.
b. Disparitas

antar

wilayah

yang

dapat

berakibat

pada

disharmonisasi masyarakat.
c. Perekonomian regional, nasional bahkan internasional yang
dapat mempengaruhi investasi dan pengembangan usaha
berbasis

lokal,

ketahanan

pangan

dan

peningkatan

kesejahteraan.
d. Laju

Pertumbuhan

penduduk

yang terus meningkat

yang

berpengaruh pada kualitas keluarga, kesehatan masyarakat,


penyediaan fasilitas pendidikan, lapangan pekerjaan dan fasilitas
lainnya.
e. Angka kriminalitas, gangguan keamanan dan ketertiban yang
tidak segera teratasi berpengaruh pada stabilitas wilayah dan
ketenteraman masyarakat.
f. Lingkungan hidup yang tidak dikelola dengan baik, perubahan
iklim dan bencana alam yang belum diantisipasi berpengaruh
pada berbagai aktivitas masyarakat.
4.2. Isu Strategis
Dari proses identifikasi berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan dirumuskan sebanyak 10 isu strategis yang dalam rangka

RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 13

merencanakan pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Blitar


tahun 2011-2016 sebagai berikut :
1. Peningkatan peran kehidupan umat beragama dan kearifan budaya
lokal dalam pembangunan
2. Pembangunan kehidupan politik dan penegakan hukum
3. Perbaikan birokrasi dan tata pemerintahan
4. Peningkatan produktivitas tenaga kerja dan daya saing daerah
5. Pengentasan kemiskinan dan pengangguran
6. Keterjangkauan pendidikan yang berkualitas bagi seluruh masyarakat
7. Kemudahan layanan kesehatan masyarakat
8. Pertumbuhan

ekonomi

melalui

revitalisasi

sektor

pertanian,

agroindustri,UMKM dan industri kreatif


9. Infrastruktur penunjang ekonomi dan investasi
10. Pembangunan ekonomi berkelanjutan

4.3. Fokus Pembangunan Sektoral


Fokus

pembangunan

sektoral

merupakan

arahan

perencanaan

pembangunan dalam lima tahun kedepan dengan tetap memperhatikan


perencanaan sebelumnya dan perencanaan strategis lainnya baik yang
sedang dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu
yang akan datang.
Hubungan antara fokus pembangunan sektoral dengan isu strategis
adalah sebagai berikut ;
Tabel 4.1.
Hubungan Isu Strategis dan Fokus Pembangunan Sektoral

RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 14

No

ISU STRATEGIS

Peningkatan peran kehidupan Keagamaan dan kehidupan budaya


umat beragama dan kearifan
a. Forum Kerukunan Umat
lokal dalam pembangunan
beragama
b. Festival budaya dan kesenian
daerah
c. Larangan kegiatan prostitusi di
Kabupaten Blitar

Penegakan Hukum

Penyusunan Peraturan Daerah

Perbaikan birokrasi dan tata


pemerintahan

Reformasi Birokrasi Kab. Blitar


a. Penataan Kelembagaan
b. Ketata laksanaan
c. Pengembangan SDM

a. Pertumbuhan ekonomi
melalui revitalisasi sektor
pertanian, agroindustri dan
UMKM
b. Pengentasan Kemiskinan
dan Pengangguran

Pertanian, perkebunan, kehutanan,


peternakan, perikanan dan kelautan
serta ketahanan pangan
a. Pengembangan Agribisnis dan
Agroindustri yang meliputi :
Pengadaan sarana dan
prasarana produksi pertanian,
Sarana Budidaya, Pasca Panen
dan Pemasaran hasil pertanian.
b. Komoditas pangan andalan
c. Budidaya kelapa sawit dan
pengolahannya
d. Lumbung desa dan lumbung
pangan desa
e. Pasar Agrobisnis
f. Pelabuhan Pendaratan Ikan
(PPI) di Tambakrejo
g. Kawasan Minapolitan di
Nglegok
h. Kawasan Agropolitan di
Kanigoro
i. Kawasan pengembangan
minyak Atsiri

c. Peningkatan produktivitas
tenaga kerja dan daya
saing

FOKUS PEMBANGUNAN SEKTORAL

RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 15

j.

Pengembangan Kawasan
budidaya peternakan dan
perikanan

Pertumbuhan ekonomi melalui Industri, Perdagangan, Koperasi dan


revitalisasi sektor pertanian,
Penanaman Modal
agroindustri, koperasi dan
a. Putri Kencana
UMKM.
b. Revitalisasi pasar tradisional
c. Koperasi
d. Usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM)
e. Pabrik gula

Infrastruktur penunjang
ekonomi dan investasi
Pembangunan ekonomi
berkelanjutan

Infrastruktur
a. Jalan Lintas Selatan
b. Pelurusan jalan Blitar Malang
c. Perencanaan awal Bandara di
Kabupaten Blitar
d. Stadion Olah Raga di Nglegok
e. Pembangunan gedung dan
fasilitas pemerintahan ibu kota
kabupaten di Kanigoro
f. Sanitasi masyarakat
g. Penyediaan Air Bersih
h. Pembangunan perumahan
rakyat
i. Rehabilitasi infrastruktur
pertanian
j. Infrastruktur kawasan wisata

Pengentasan kemiskinan dan


pengangguran

Penanggulangan Kemiskinan
a. Bantuan modal usaha produktif
b. Penganggulangan kemiskinan
berbasis kluster
c. Pemanfaatan CSR
d. Optimalisasi peran TKPKD Kab.
Blitar

Pengentasan kemiskinan dan


pengangguran

Ketenagakerjaan
a. Informasi dan Pelatihan
RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 16

ketenagakerjaan
b. Fasilitasi TKI
c. Transmigrasi
9

Infrastruktur penunjang
ekonomi dan investasi
Pembangunan ekonomi
berkelanjutan

Pariwisata
Pengembangan wisata alam,
wisata Sejarah, Wisata Budaya dan
Agrowisata

10

Keterjangkauan pendidikan
yang berkualitas bagi seluruh
masyarakat

Pendidikan
a. Pengembangan SDM
b. Peningkatan Sarana dan
prasarana pendidikan
c. Peningkatan mutu dan
manajeman pendidikan

11

Kemudahan layanan
kesehatan masyarakat

Kesehatan
a. Jamkesda
b. Peningkatan Sarara dan
prasarana
c. Puskesmas/Pustu
d. Badan Layanan Umum Daerah
e. Penyuluhan kesehatan
f. Posyandu
g. Posyandu lansia

12

Perbaikan birokrasi dan tata


kelola pemerintahan

Penegasan Batas-batas wilayah


Fasilitasi Permasalahan Tanah
Perkebunan
Revitalisasi Aset-aset daerah
Pelayanan publik :
a. SOP (Standart operration
prosedur )
b. TAP (transparansi, akuntabilitas,
partisipasi)
c. Pelayanan Perijinan Satu Pintu
d. e KTP
e. e - Goverment

RPJMD 2011-2106

| Kabupaten Blitar

IV- 17

Anda mungkin juga menyukai