Anda di halaman 1dari 13

TEKNIK PENILAIAN PAI PADA ASPEK KETERAMPILAN

(MERDEKA BELAJAR)

Akhmad Fadil Kurniawan


Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagaung
Kurniafadil10@gmail.com

ABSTRAK

Kebijakan Merdeka Belajar merupakan usaha Kemendikbud untuk


mengembangkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kebijakan ini diharapkan
dapat meningkatkan daya saing lulusan lembaga pendidikan pada skala nasional
maupun global. Diawal perkenalan kebijakan ini, berbagai kalangan meragukan
penerapan Merdeka Belajar. Ranah psikomotorik merupakan ruang yang berkaitan
dengan keahlian atau kapasitas untuk bertindak setelah individu mendapatkan
pengelaman belajar. Psikomotorik dihubungkan dengan hasil belajar yang dicapai
dari kemampuan yang merupakan ketercapaian hasil dari sebuah kompetensi
pengetahuan. Artinya kompetensi keterampilan merupakan konsekuensi dari
pencapaian kompetensi pengetahuan. Keterampilan ini menunjukan tingkat bakat
individu dalam penyelesaian tugas atau tahap tertentu.
Hasil dari pembelajaran psikomotorik ini muncul sebagai kemampuan
keterampilan bertindak individu. Hasil belajar p.sikomotorik ini sebagai
kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif. Ketercapaian komptensi kognitif
dan afektif akan menjadikan sebuah hasil dari psikomotorik.
Kata Kunci : Kurikulum Merdeka, Teknik Penilaian, Keterampilan
PENDAHULUAN

Dunia telah masuk pada abad 21 yang merupakan suatu abad atau masa
yang identik dengan penggunaan dan pemanfaat teknologi informasi, apalagi pada
masa sekarang ini hampir semua aktifitas manusia diseluruh penjuru bumi
dilakukan secara online baik itu, bekerja, belajar, makan dan lain sebagainya
apalagi pada masa sekarang yang sangat jelas peggunaan teknologi informasi
dikarenakan Pandemi Covid-19. Pandemi covid-19 membawa dampak buruk pada
setiap bidang kehidupan di masyarakat tidak terkecuali dunia pendidikan. Nadiem
Makariem selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan gagasan

1
Merdeka Belajar untuk mencegah terjadinya loss learning yang semakin meluas.
Adanya gagasan tersebut yaitu untuk mencetak Sumber Daya Manusia (SDM)
yang unggul dengan mengutamakan pendidikan karakter. Pendidikan merdeka
belajar bertujuan untuk menciptakan peserta didik yang kritis, kreatif, kolaboratif
dan terampil. Namun, pembelajaran pada saat ini tidak bisa diterapkan dengan
maksimal karena terkendala masa pandemi covid-19. Seiring berjalannya waktu,
sekolah-sekolah sudah menerapkan era new normal dengan melaksanakan
pembelajaran di sekolah yaitu dengan menerapkan protokol kesehatan. Pengadaan
merdeka belajar yaitu dengan pendekatan oleh mahasiswa/pendidik kepada
peserta didik untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman dan tidak
membosankan yang membebaskan peserta didik untuk berpikir kreatif untuk
meningkatkan bakat mereka dalam berkomunikasi dan menyelesaikan suatu
permasalahan.

Perubahan dan penyempurnaan pada sektor pendidikan sangat terlihat jelas


pada pengembangan atau pembaharuan kurikulum pendidikan. Perubahan-
perubahan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendididikan.
Kurikulum selalu mengalami perubahan pada setiap periode, bahkan tidak sedikit
yang berpendapat bahwa penyesuaian program kurikulum ini dikaitkan dengan
pergantian dan penyesuaian dengan pemerintahan. Indonesia yang merupakan
negara yang berkembang selalu mengalami perubahan dan perkembangan
kurikulum, perihal kurikulum Indonesia mngelami perubahan dan pergantian
kurikulum lebih kurangnya sepuluh kali diantaranya Rencana Pelajaran pada
tahun 1947, Kurikulum 1952, 1964, 1968, 1975/1976, 1984, 1994, kurikulum
berbasis kompetensi 2002/2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, dan
kurikulum 2013, hingga saat ini kurikulum Merdeka belajar.1

Kurikulum merdeka belajar akan menciptakan pembelajaran aktif.


Program ini bukanlah pengganti dari program yang sudah berjalan, namun untuk
memberikan perbaikan sistem yang sudah berjalan. Merdeka belajar yang

1
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013)

2
ditawarkan Kemendikbud adalah proses pembelajaran yang lebih sederhana, hal
ini meliputi; 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran satu lembar artinya dibuat
secara sederhana dan tidak rumit seperti sebelumnya, 2) sistem zonasi terhadap
penerimaan peserta didik baru yang fleksibel dalam pengeimplementasiannya, 3)
Ujian Nasional digantikan dengan asesmen kompetensi minimum dan survei
karakter, 4) Ujian Sekolah Berstandar Nasional) dialihkan menjadi asesmen
berkelanjutan seperti portofolio (tugas kelompok, karya tulis, praktikum, dan lain-
lain).2

Penilaian autentik sering disebut dengan authentic assessment merupakan


salah satu penilaian hasil belajar yang menuntu siswa untuk menunjukkan prestasi
dan hasil belajar kemampuan dalam kehidupan nyata dalam bentuk kinerja atau
hasil belajar.3 Penilaian autentik menuntut pendidik melihat perkembangan belajar
peserta didik secara nyata dan penilaian dilakukan dengan berbagai cara. Penilaian
menekankan pada proses pengerjaan tugas oleh peserta didik.4 Penilaian autentik
untuk mengukur keterampilan dan performasi bukan mengikat fakta yang hanya
mengukur kompetensi bersifat hafalan dan ingatan. Penilaian autentik juga
berkesinambungan dan terintegrasi sehingga dalam mengumpulkan informasi
peserta didik dilakukan secara terus-menerus menjadi satu kesatuan yang utuh.
Dari hal ini, dapat memudahkan guru mengingat kemampuan nyata peserta didk
dan memberikan feedback terhadap pencapaian kompetensi peserta didik secara
komprehensif.

Penilaian autentik dalam pelaksanaanya sudah ada sejak Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan, namun belum dilaksanakan secara ideal. Meskipun
Penilaian autentik sudah sangat baik untuk digunakan dalam menilai kemampuan
peserta didik secara individu, dalam penerapannya masih banyak pendidik
sebagain besar belum memahami tentang pelaksanaan penilaian autentik secara

2
Albertus Adit, Gebrakan Merdeka Belajar, (Penjelasan Mendikbud Nadiem Makarim)
3
Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif,Psikomotor (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2015) hal. 165
4
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh, (Jakarta: Rajawali Pers,
2015) hal. 42

3
tepat dan benar, jadi, peserta didik masih kurang terpacu untuk belajar. Hal
tersebut sering dikeluhkan oleh pendidik sehubungan dengan sedikitnya
pengetahuan mengenai kompetensi inti dan kompetensi dasar. Para pendidik juga
mengalami kesulitan mengenai metode pembelajaran dan proses penilaian,
sehingga pemahaman penilaian autentik hanya sekedar dimegerti dan
menyesuaikan dengan kurikulum 2013 yang didalamnya masih adanya
kerancauan. Para pengajar berusaha keras untuk memberikan nilai yang sebanding
dengan kemampuan peserta didik di sekolah. Salah satu hambatan yang dirasakan
oleh guru dan dosen ialah kerumitan dalam memberikan penilaian, guru memiliki
referensi yang terbatas.5

PEMBAHASAN

1. Konsep Merdeka Belajar

Kebijakan Merdeka Belajar merupakan usaha Kemendikbud untuk


mengembangkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kebijakan ini diharapkan
dapat meningkatkan daya saing lulusan lembaga pendidikan pada skala nasional
maupun global. Diawal perkenalan kebijakan ini, berbagai kalangan meragukan
penerapan Merdeka Belajar. Muncul beberapa pertanyaan mendasar, di antaranya
adalah (1) bagaimana mekanisme penerapan kebijakan ekstrim ini di lembaga
pendidikan? dan (2) apakah perubahan besar pada beberapa aspek Kurikulum
2013 justru tidak merusak dan memperlambat peningkatan kualitas pendidikan?
Keraguan ini tidak lain didasari dari latar belakang Nadiem Makarim selaku
Kemendikbud yang tidak memiliki riwayat belajar pada fakultas dan program
studi pendidikan. Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan Nadiem
Makarim memiliki latar belakang pendidikan pada jurusan Hubungan Internasinal
dan Bisnis.6

5
Ghufran Hasyim Achmad & Andi Prastowo, Authentic Assesment Techniques on
Cognitive Aspect in Islamic Religious Education Learning at Elementary School Level, Jurnal
Ilmiah Sekolah Dasar, 6 (1), 2022
6
Syamsul Arifin dan Moh Muslim, Tantangan Implementa i K ij k n k
Belajar, K mpu k „p P gu u n Tinggi I l m Sw t i In on i ,‖ Ju n l P n i ik n
Islam Al- Ilmi 3, no. 1 (Juni 2020): 4. Https://doi.org/10.32529/al-ilmi.v3i1.589

4
Pertama, perubahan mekanisme Ujian Sekolah Berstandar Nasional
(USBN). Beberapa kekurangan dari penerapan USBN pada kurikulum 2013
adalah tidak luasanya lembaga pendidikan untuk melihat dan mengevaluasi
pencapaian kompetensi pada peserta didiknya dengan mekanisme USBN yang
terpusat. Hal ini justru bertentangan dengan Undang- Undang Sistem Nasional
tahun 2003 yang memberikan keleluasaan kepada lembaga pendidikan untuk
melakukan penilaian ketercapaian standar kompetensi secara mandiri,
7
komprehensif, dan sistematis. Keluhan lainnya tekait dengan Kurikulum 2013
adalah sulitnya pendidik melakukan penilaian kompetensi peserta didik dengan
model penilaian yang rumit. Melihat permasalahan tersebut Kemendikbud
melakukan perubahan mekanisme USBN. Penerapan USBN sentralistik dirubah
menjadi USBN berbasis sekolah, penilaian dilakukan dengan tes tulis atau dengan
metode penilaian lainnya yang mampu membrikan penilaian secara komprehensif.

Kedua, perubahan bentuk Ujian nasional (UN). Salah satu kritik pakar
terhadap penerapan ujian nasional (UN) adalah (1) muatan UN yang berfokus
pada penguasaan materi, bukan pada analisis permasalahan (penalaran), hal ini
berdampak pada model PBM yang diarahkan pada hafalan dan mengurangi
penalaran; (2) Beban UN yang terlalu berat bagi peserta didik, pendidik, dan
lembaga pendidikan; dan (3) fokus penilaian pada UN hanya difokuskan pada
aspek kognitif. Pada kebijakan Merdeka Belajar, Kemendikbud melakukan
perubahan yang bisa disebut dengan perubahan visioner dan ekstrim, yaitu:
Kemendikbud mengahupus pelaksanaan UN dan menggantinya dengan penilaian
kompetensi minimal dan survei karakter; penilaian ini dilakukan padapertengahan
tiap jenjang pendidikan dengan menilai beberapa aspek diantaranya adalah aspek
literasi, numerik, karakter, dan lain sebagainya; dan penilaian mengacu pada
model penilaian standar internasional.8

Ketiga, kebebasan pendidik dalam mendesain Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP). Pendekatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

7
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
8
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI, Panduan Merdeka Belajar -
Kampus Merdeka.

5
(RPP) Kurikulum 2013 yang holistik dan kaku memunculkan beban besar bagi
pendidik. Analisis tiap komponen pada RPP Kurikulum 2013 yang rinci dirasakan
pendidik sangat menguras tenaga dan waktu untuk menyusunnya yang berdampak
pada kurangnya waktu pendidik untuk mempersiapkan kegiatan pembelajaran dan
mengevaluasi kegiatan. Hal ini kemudian berusaha dirubah oleh Kemendikbud
dengan memberikan kebebasan bagi pendidik untuk mendesain RPP-nya secara
mandiri, dengan komponen wajib pada tujuan, kegiatan, dan penilaian yang cukup
hanya dengan 1 halaman.

Keempat, perubahan mekanisme Peraturan Penerimaan Siswa Baru


(PPSB). Kebijakan sistem zonasi pada penerimaan siswa baru dari Menteri
Pendidikan sebelumnyamerupakan salah satu kebijakan yang dikritisi oleh banyak
kalangan. Pada ranah praktisnya banyak sekolah mengalami kelebihan siswa
ataupun kekurangan jumlah siswa. Letak geografis tiap sekolah yang berbeda
tidak diakomodir dalam kebijakan ini, sehingga implementasi kebijakan ini tidak
efekif di beberapa sekolah pada wilayah tertinggal, terluar, dan terdalam.
Kebijakan Merdeka Belajar memberikan fleksibilitas sekolah dan daerah untuk
mengelola sistem zonasi menyesuaikan dengan kondisi sekolah dan tiap daerah.
Salah satu perubahannya adalah perubahan presentase penerimaan siswa jalur
zonasi, jalur afirmasi, dan dalur prestasi.

2. Teknik penilaian PAI pada aspek keterampilan

a. Teknik Penilaian Pengetahuan

Amier Daien menjelaskan bahwa tes merupakan seperangkat intrumen


atau perangkat lain yang digunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan,
informasi dan bakat atau keahlian individu ataupun kelompok. Oleh karena itu, tes
atau pengujian merupakan seperangkat alat yang digunakan untuk mengukur
kompetensi, keahlian, dan pengetahuan atau informasi. Teknik penilaian
merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengidentifikasikan atau
mengetahui hasil belajar peserta didik dengan menggunakan alat tes, alat tes yang
digunakan antara lain;

6
1) Tes Tertulis adalah tes yang memungkinkan guru untuk menulis soal dan
jawaban dalam bentuk tes pilihan ganda, tes isian, tes benar-salah, tes jawaban
singkat, tes menjodohkan dan tes uraian.

a) Tes Pilihan Ganda adalah seperangkat instrumen yang dibuat oleh guru
secara objektif untuk mengumpulkan data perolehan pengetahuan, dan
terdapat jawaban dengan pilihan yang salah dan pilihan yang benar. Pada
tingkat kelas bawah Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)
lebih menggunakan pilihan jawaban yang terdiri atas tiga kemungkinan
diantaranya terdapat dua jawaban yang salah dan satu jawaban yang benar.
Contohnya guru memberikan beberapa soaldengan beberapa pilihan
jawaban yang l h tu j w nny “B n ”, k mu i n p t i ik
mengerjakan soal dengan cara memilih jawaban yang menurutnya jawaban
tersebut merupakan jawaban yang benar.
b) Tes isian adalah tes untuk menentukan hasil belajar dengan tujuan
mendapatkan data tentang kemampuan pengetahuan peserta didik dalam
bentuk memori melalui cara melengkapi kalimat yang belum selesai yang
dibuat oleh guru. Contohnya guru memberikan beberapa soal (QS. al-
Kafirun terdiri atas ..... ayat), kemudian peserta didik memberikan
jawabanya untuk melengkapi titik-titik yang telah disiapkan.
c) Tes Jawaban Singkat adalah instrumen bentuk tes tertulis yang dimana
guru menjelaskan kepada peserta didik dengan membutuhkan jawaban
secara spontan atau singkat. Instrumen tes tertulis ini sangat cocok
digunakan untuk mengukur memori atau kemampuan pengetahuan yang
tersimpan. Contohnya guru memberikan pertanyaan (Salah satu larangan
QS. Al-Maidah ayat 3 adalah...), kemudian peserta didik memberikan
respon secara singkat.
d) Tes Benar-Salah adalah instrumen atau alat yang dapat digunakan guru
untuk mendapatkan atau memperoleh informasi tentang tingkat
kemampuan pengetahuan peserta didik dengan memilih opsi "Benar" atau
"Salah" terhadap apa yang telah dikatakan atau pernyataan yang telah
disiapkan oleh guru. Contohnya guru memberikan pernyataan berupa

7
terjemahan ayat (Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang
kamu sembah adalah arti dari QS. Al-Kafirun ayat 4), kemudian peserta
didik memberikan jawaban dengan cara menentukan atau memilih apakah
pernyataan tersebut yang diberikan merupakan pernyataan yang benar atau
salah (B/S).
e) Tes menjodohkan merupakan alat atau instrumen penilaian terhadap hasil
belajar salah satunya pada pada aspek pengetahuan yang dapat digunakan
guru untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik dalam mencapai
hasil belajar dengan cara memilih atau menentukan jawaban yang sesuai
dengan pernyataan yang dibuat oleh guru atau pendidik dengan kesesuaian
terhadap materi.
f) Tes uraian adalah alat untuk menilai hasil belajar pada aspek pengetahuan
dan untuk menguji wawasan peserta didik. Pertanyaan-pertanyaan ini
memungkinkan peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai jawaban
secara bebas, tetapi dibatasi oleh instruksi untuk memecahkan masalah.
Contohnya guru memberikan pertanyan (Jelasakan asbabun nuzul
dirurunkannya QS. Al- Kafirun), kemudian peserta didik memberikan
jawaban dengan menjelaskan secara tepat dan benar.9

2) Tes Lisan adalah tes yang mengukur tingkat kemampuan khususnya pada
tingkat kemampuan pada aspek pengetahuan, dimana guru bertanya langsung
kepada peserta didik secara lisan dan peserta didik menjawab atau merespon
secara langsung dengan menggunakan gaya bahasanya sendiri. Jawaban tes lisan
dapat berupa kata, frasa, kalimat, atau paragraf. Tes lisan dapat dilakukan untuk
mengevaluasi diskusi, tanya jawab, dan percakapan. Tes lisan bertujuan untuk
menguji perolehan pengetahuan untuk mempromosikan pendapat yang berani dan
meningkatkan keinginan belajar atau motivasi, kepercayaan diri, dan keterampilan
komunikasi yang efektif. Oleh karena itu, tes lisan dilakukan selama proses
pembelajaran. Tes lisan bukan hanya digunakan dalam proses belajar mengajar
dan mengukur ketercapaian pembelajaran, melainkan juga dapat digunakan untuk

9
Fadhillah Millah Abdillah, Sulton, Implementasi Penilaian Autentik dalam Kurikulum
2013. Jurnal Kajian Teknlogi Pendidikan, 4 (1), 1-118

8
mengidentifikasi karakteristik peserta didik secara individu yang terkait dengan
materi pelajaran dan kemampuan dalam belajar.10

3) Tes Penugasan merupakan instrumen atau alat berupa pemberian tugas kepada
peserta didik. Hal ini digunakan untuk mengukur dan/atau membantu mereka
dalam memperoleh atau memperluas pemahaman pengetahuannya terhadap
materi. Sebagai metode, penugasan atau pemeberian tugas memiliki tujuan dalam
meningkatkan kemampuan pengetahuan yang diberikan sebelum, selama,
dan/atau setelah proses pembelajaran. Dalam penyelesaian tugas yang diberikan
peserta didik dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok, tergantung pada
karakteristik atau bentuk tugas tertentu yang dilakukan di sekolah atau di rumah.
Pengembangan instrumen teknik tugas atau penugasan dapat dilakukan dalam
bentuk panduan tugas. Panduan tugas berisi konten dan langkah-langkah untuk
melaksanakan tugas dan dapat dilakukan oleh peserta didik dalam waktu
pemrosesan yang diberikan, serta kriteria penilaian penugasan yang diselesaikan
oleh peserta didik. Dalam menentukan teknik dan sarana penilaian pengetahuan,
hal ini dapat ditentukan dengan memperhatikan Kompetensi Dasar (KD) dan
Kompetensi Inti Pengetahuan (KI-3), serta Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK).11

Dalam pemeberian tes baik tertulis, lisan dan juga penugasan tidak
terlepas dari pembuatan soal. Soal merupakan hal terpenting yang harus dilakukan
oleh pendidik atau guru dalam mengajukan soal-soal menjadi bank soal. Dalam
membuat soal, salah satunya adalah menganalisis kualitas butir soal yan
mencakup soal kognitif, afektif maupun psikomotorik. Langkah-langkah dalam
menganalisis butir soa meliputi penentuan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran
dan tingkat daya beda serta kualitas pengecoh pada soal objektif.12

10
Dedi Rosyidi, Teknik dan Instrumen Assesmen Ranah Kognitif, (Ta y i‟, 2020) 27 (1)
11
Abdul Majid, Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar, (Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2017) hal. 25
12
Lestari, N., Gito Hadiprayitno, & Muhlis, M. Yamin, M. L. A. (2020). Pelatihan
Teknik-Teknik Analisis Instrumen Penilaian Ranah SMPN 21 Mataram. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Sains Indonesia, 2(1), 36–39. https://doi.org/DOI :
https://doi.org/10.29303/jpmsi.v2i1.8

9
b. Teknik Penilaian Aspek Keterampilan

Ranah psikomotorik merupakan ruang yang berkaitan dengan keahlian


atau kapasitas untuk bertindak setelah individu mendapatkan pengelaman belajar.
Psikomotorik dihubungkan dengan hasil belajar yang dicapai dari kemampuan
yang merupakan ketercapaian hasil dari sebuah kompetensi pengetahuan. Artinya
kompetensi keterampilan merupakan konsekuensi dari pencapaian kompetensi
pengetahuan. Keterampilan ini menunjukan tingkat bakat individu dalam
penyelesaian tugas atau tahap tertentu.13

Hasil dari pembelajaran psikomotorik ini muncul sebagai kemampuan


keterampilan bertindak individu. Hasil belajar psikomotorik ini sebagai kelanjutan
dari hasil belajar kognitif dan afektif. Ketercapaian komptensi kognitif dan afektif
akan menjadikan sebuah hasil dari psikomotorik.

Dalam melakukan penilaian keterampilan ada tiga cara yaitu unjuk kerja,
proyek, dan portofolio. Unjuk kerja disini menyiratkan penilaian kegiatan atau tes
praktik yang tepat digunakan untuk memperoleh data yang berbeda tentang
bentuk tindakan yang diharapkan dalam diri peserta didik, dan teknik ini dianggap
lebih autentik daripada tertertulis karena lebih mencerminkan kemampuan peserta
didik yang sebenarnya. Selanjutnya penilaian proyek yaitu suatu kegiatan yang
penilaiannya dilakukan terhadap suatu tugas yang meliputi pengumpulan,
peroganisasian, pengevaluasian dan penyajian data yang harus diselesaikan oleh
peserta didik secara individu ataupun kelompok dengan waktu yang telah
ditentukan. Hal yang perlu diperhatikan ialah:

a) Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan pesera didik dalam


menentukan topik, menemukan informasi, mengelolah data dan
pembuatan laporan.

13
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh, (Jakarta: Rajawali Pers,
2015) hal. 42

10
b) Relevansi, yaitu proyek yang diberikan harus disesuaikan dengan
karakteristik materi, lingkungan sekolah dan karakteristik peserta
didik.
c) Keaslian, merupakan tugas atau proyek yang dikerjakan peserta didik
benar-benar hasil karya sendiri atas arahan guru.

Selanjutnya penilaian portofolio yaitu penilaian yang sifatnya penilaian


berkelanjutan berdasarkan berbagai data dan informasi yang menggambarkan
peningkatan kemampuan peserta didik dalam waktu yang telah ditentukan.
Penilaian ini bisa dilakukan dengan melihat hasil proyek atau karya peserta didik,
hasil pekerjaan rumah individu atau kelompok dan lain sebagainya.14

14
Ibid, hal.28

11
DAFTAR RUJUKAN

Abdul Majid, 2017, Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar, Bandung, PT
Remaja Rosdakarya

Albertus Adit, Gebrakan Merdeka Belajar, Penjelasan Mendikbud Nadiem


Makarim

Dedi Rosyidi, 2020, Teknik dan Instrumen Assesmen Ranah Kognitif

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI, Panduan Merdeka


Belajar - Kampus Merdeka.

Fadhillah Millah Abdillah, Sulton, Implementasi Penilaian Autentik dalam


Kurikulum 2013. Jurnal Kajian Teknlogi Pendidikan, 4 (1), 1-118

Ghufran Hasyim Achmad & Andi Prastowo, Authentic Assesment Techniques on


Cognitive Aspect in Islamic Religious Education Learning at Elementary School
Level, Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 6 (1), 2022

Kunandar, 2015, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan
Contoh, Jakarta: Rajawali Pers

Lestari, N., Gito Hadiprayitno, & Muhlis, M. Yamin, M. L. A. (2020). Pelatihan


Teknik-Teknik Analisis Instrumen Penilaian Ranah SMPN 21 Mataram. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Sains Indonesia, 2(1), 36–39. https://doi.org/DOI :
https://doi.org/10.29303/jpmsi.v2i1.8

Sholeh Hidayat, 2013, Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Supardi, 2016, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif,Psikomotor


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sy m ul i in n oh u lim, T nt ng n Impl m nt i K ij k n k
B l j , K mpu k „ p P gu u n Tinggi I l m Sw t i In on i ,

12
Jurnal Pendidikan Islam Al- Ilmi 3, no. 1 (Juni 2020): 4.
Https://doi.org/10.32529/al-ilmi.v3i1.589

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

13

Anda mungkin juga menyukai