Anda di halaman 1dari 55

ASESMEN

&
EVALUASI PENDIDIKAN

BAGIAN PERTAMA
KONSEP-KONSEP DASAR PENGUKURAN

Pendidikan merupakan salah satu usaha sadar manusia untuk membina dan
mengembangkan harkat dan martabat secara utuh dan menyeluruh.
Utuh

: mengacu pada keterpaduan antara fisik, mental, dan


spiritual pada setiap individu.

Menyeluruh : mengacu pada perkembangan keseluruhan aspek rohani dan


aspek jasmani secara berimbang dan optimal.
Dalam era euforia globalisasi ini pendidikan lebih mengacu pada
pengembangan diri dan pemenuhan kebutuhan masing-masing individu sesuai
pola dan tugas perkembangan serta tuntutan dunia kerja.
Dengan adanya melihat pada pengaruh globalisasi hendaklah pendidikan
formal dan nonformal dapat diorganisasikan secara terencana dan sistematis agar
produk yang dihasilkan menjadi manusia yang berkembang secara utuh serta
mampu berpartisipasi aktif dalam masyarakat multibudaya dan globalisasi penuh
tantangan dan persaingan.
UNESCO (1997: 86) merumuskan 4 pilar pendidikan, yaitu:
1. Learning to know (belajar untuk mengerti).
2. Learning to be (belajar untuk menjadi).
3. Learning to live together (belajar untuk hidup besama).
Dari keempat pilar tersebut menunjukkan bahwa pendidikan tidak dapat
dipisahkan dari individu dan kehidupan. Pancasila dapat dilandasi dengan empat

pilar utama yaitu learning to believe in God (belajar untuk beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa).
Komponen pendidikan meliputi:
1. Raw input (peserta didik).
2. Input instrument (pendidik, tujuan, bahan/ program/ kurikulum, metode,
prasaran dan sarana).
3. Input ?????? (situasi dan kondisi lingkungan, keadaan sosial, budaya,
ekonomi, dan keamanan).
Asesmen dan evaluasi pendidikan sebagai pilar penyangga mutu sering
menjadi rapuh karena keterbatasan, ketepatan, dan keakuratan. Fungsi asesmen
dan evaluasi sebagai penyedia informasi dan pengendalian mutu pendidikan.
Asesmen dan evaluasi pendidikan menurut komponen sistem dapat dibedakan:
1. Asesmen dan evaluasi konteks, yaitu asesmen (penilaian) dan evaluasi
berdasarkan kebutuhan (need assesment). Contohnya penilai dapat
merumuskan konteks yang relevan yakni membuat soal sesuai keadaan
(program pendidikan anak berkebutuhan khusus).
2. Asesmen dan evaluasi input, yaitu penilaian yang berdasarkan pada
informasi tentang pendidikan baik secara raw input, instrumental input,
maupun environmental input.
3. Asesmen dan evaluasi proses, yaitu penilaian berdasarkan kualitas,
bertujuan untuk mengontrol pelaksanaan pendidikan.
4. Asesmen dan evaluasi produk, yaitu penilaian yang berdasarkan/
dilakukan pada akhir suatu program atau kegiatan dan mau mengetahui
sejauh mana pemahaman, penguasaan, keterampilan, dan kemajuan
yang telah dicapai peserta didik terhadap nilai-nilai yang telah
ditetapkan dalam suatu program atau kurikulum.

5. Asesmen outcomes, yaitu penilaian pada dampak (pengaruh dari nilainilai yang telah ditetapkan dalam suatu program yang ditujukan kepada
lulusan yang sudah bekerja).
Di Indonesia ada pengambil kebijakan/ keputusan yang telah mengeluarkan
regulasi (peraturan) untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional tahun 2013.
Di tahun 2003 dan 2004 dengan standar nilai yang dianggap benar dan tepat,
namun di lain pihak, baik peserta didik maupun pengelola pendidikan mendapat
protes tentang sejauh mana konsep belajar tuntas (mastery learning) telah
dilaksanakan sesuai standarisasi yang diharapkan. Setiap propinsi dan kabupaten
mempunyai disparitas mutu pendidikan yang berbeda sesuai regulasi yang
diterapkan. Maka dari itu perlu informasi dengan melaksanakan asesmen
pendidikan secara benar (valid dan realiabel) sebagai jawaban dari pertanyaan
berikut:
1. Apakah proses pendidikan telah dilaksanakan dengan baik di setiap
sekolah?
2. Apakah pendidik/ guru sudah membelajarkan peserta didik dengan baik?
3. Apakah fasilitas belajar telah tersedia?
4. Apakah peserta didik sudah membelajarkan diri sendiri?

BAB I
PENGERTIAN DAN FUNGSI PENGUKURAN, ASESMEN DAN
EVALUASI PENDIDIKAN

A. Pengertian dan Fungsi Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan


Di dalam konteks kehidupan sehari-hari telah terjadi suatu proses
pendidikan di dalam masyarakat atau dalam rumah tangga sang anak yang boleh
diberi penilaian oleh seorang guru. Maka guru lebih awal harus melakukan
pendekatan dengan orangtua.
Untuk itu perlu mendapat informasi yang jelas untuk memberikan nilai
positif kepada sang anak dengan nilai rata-rata 7,5 sesuai perilaku dan karakter
sang anak di rumah atau di lingkungan masyarakat.
Contoh konkritnya, di sekolah sifat dan kemampuannya baik, sedangkan di
luar sekolah sang anak nakal dan bandel. Nilai yang diperolehnya sesuai
perilakunya dan kepandaiannya. Ataukah sebaliknya, anak nakal nilai baik, anak
baik nilanya jelek. Guru jangan memberi nilai seperti ini karena bisa
menimbulkan permasalahan antara guru dengan anak atau guru dengan orangtua.
Ada beberapa pertanyaan yang muncul dari permasalahan yang terjadi
dalam pemberian model penilai yang tidak diharapkan, seperti:
1.
2.
3.
4.

Ada yang dianggap salah dengan pendidikan di Indonesia?


Peserta didik sudah belajar dengan baikkah?
Proses pembelajaran dewasa ini sudah baikkah?
Orangtua telah menyediakan fasilitas bagi anak untuk belajar dengan
baik?

5. Kepala Sekolah beserta pengampu pendidikan telah melaksanakan


proses pembelajaran dengan baikkah?
6. Sudah benarkah asesmen dan alat evaluasi itu digunakan?
7. Semua fasilitas pendidikan dapat difungsikan dengan baik?
8. Sudahkah semua tujuan pendidikan dapat dipahaminya?
Relevansi program pendidikan akan ditandai dengan kesesuaian program
dengan kebutuhan masyarakat dengan melakukan asesmen evaluasi program.
Perlu diketahui tentang pengertian pengukuran dan asesmen.
1. Pengukuran adalah merupakan suatu prosedur penetapan angka atau
simbol terhadap atribut suatu objek.
2. Asesmen dalam pengertian pendidikan adalah penilaian terhadap
kebutuhan pendidikan seperti data sekolah sesuai jumlah pendidik,
siswa usia sekolah, data ekonomi masyarakat di suatu wilayah.
Menurut pandangan para ahli hampir sama tentang asesmen, di antaranya:
1. Huba dan Freed (2000)
Asesmen atau penilaian adalah proses pengumpulan dan mendiskusikan
informasi dari beberapa sumber.
2. ???????? (2008)
Mengemukakan bahwa penilaian atau asesmen adalah suatu proses di
mana informasi diperoleh relatif terhadap beberapa tujuan yang
diketahui. Istilah yang luas adalah pengujian.
Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan adalah cara bagaimana mengetahui sampai sejauh mana
tujuan pendidikan itu telah tercapai. Menurut Bloom C.S. (1971) mengatakan
bahwa evaluasi adalah kumpulan sistematis bukti untuk menentukan tingkat

perubahan masing-masing siswa. Menurut Gay (2006) mengatakan bahwa


evaluasi adalah proses sistematis dan menganalisis data untuk menentutkan
apakah gelar dan tujuan telah sedang dicapai. Contohnya: Lydia lulus Ujian Akhir
Nasional (SMA) tahun 2006. Lydia mendapat nilai Ujian Akhir Nasional dengan
nilai tinggi dengan patokan yang ditetapkan.
Ada tiga tahap pemberian nilai, yaitu:
1. Nilai angka untuk tiap mata pelajaran.
2. Nilai patokan/ standar keluluasan UAN.
3. Nilai perbandingan (nilai tinggi dinyatakan lulus dan nilai di bawah
standar tidak lulus).
B. Tujuan dan Fungsi Asesmen Pendidikan
Adalah sebagai penyedia informasi, antara lain:
1. Penguasaan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan untuk
perbaikan, pengetahuan, pendidikan merupakan benang merah yang
terbaik.
2. Pengambilan keputusan tentang peserta didik. Bagi siswa yang
berprestasi dimajukan dengan memberikan pengayaan materi ke depan
dan bagi siswa yang belum tuntas diberikan remedial (pengulangan)
perbaikan.
3. Pengendalian mutu pendidikan dan pembelajaran. Dalam hal ini dapat
diupayakan untuk memperbaiki mutu pendidikan dan pembelajaran
agar makin baik dan kooperatif.
4. Akuntabilitas untuk peserta didik dan publik. Secara moralitas pendidik
mendapat mandat untuk membina dan mendidik siswa secara penuh
tanpa diragukan tanggung jawab yang dilimpahkan pemerintah
seoptimal mungkin. Pemerintah juga memberikan jaminan kepada para

pendidik selama melaksanakan tugas pokok fungsi kerja sebagai


pendidik yang berkompeten.
Regulasi Administratif
Para pengambil kebijakan telah menetapkan sebuah regulasi pelaksanaan
program pendidikan secara administratifnya. Semua pelaksanaan program
pendidikan yang telah diatur secara sistematis lewat kurikulum untuk dapat
menjadikan dasar yang berkaitan juga dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Sarana prasarana pembelajaran sekaligus merupakan komponen-komponen
pembelajaran yang ditetapkan untuk dilaksanakan secara baik dan sempurna. Di
dalam regulasi administrasi juga memiliki kaidah-kaidah yang mengatur tentang
fungsi pelaksanaan tugas seorang pendidik dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya secara baik sesuai peraturan dan disiplin kerja yang ampuh.
C. Prinsip Dasar Asesmen yang Baik
Melalui asesmen dan evaluasi pembelajaran yang dapat dilaksanakan
dengan baik maka akan ada ketercapaian hasil yang baik. Dilihat kembali bahwa
asesmen dan evaluasi itu harus dipahami secara baik sesuai konteks yang
sesungguhnya. Prinsip-prinsip asesmen pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Asesmen yang baik dan bersifat komprehensif.
Asesmen yang baik yang bersifat komprehensif yaitu mencakup
domain-domain (daerah/ bagian terpenting) perilaku siswa dan aspek
yang bersifat esensial (penting) dan secara menyeluruh (komprehensif).
2. Asesmen hendaklah dilakukan secara kontinyu.

Asesmen bukan hanya dilakukan di awal atau di akhir kegiatan atau


secara temporer, namun secara terus-menerus dilakukan guru sehingga
diketahui secara utuh dan menyeluruh.
3. Asesmen yang baik bersifat obyektif.
Penilaian dan pengukuran yang dilakukan sebaiknya asli (autentik),
bukan dugaan atau prakiraan belaka. Penilaian dan pengukuran yang
dilakukan harus melalui proses yang matang untuk suatu produk (hasil)
yang benar-benar merupakan perolehan nilai murni.
4. Asesmen yang baik berpijak pada tujuan.
Merumuskan tujuan pembelajaran harus sesuai dengan metode dan
strategi pendidikan.
5. Relevansi tujuan harus valid dan reliabel.
6. Semakin banyak informasi yang dikumpul, makin baik pula tingkat
kepercayaan yang diambil lewat evaluasi pendidikan.
7. Asesmen yang baik juga hendaknya dilakukan tim.
8. Asesmen bukanlah tujuan namun itu penyediaan informasi untuk
mencapai tujuan.
9. Asesmen pendidikan bersifat pendidikan.
Asesmen adalah suatu proses penyediaan informasi, bukan pengambilan
keputusan/ kebijakan.
D. Subjek, Objek, dan Sasaran Asesmen Pendidikan
Subjek dan objek tidak terlepas satu dengan lainnya, namun ada keterjalinan
hubungan yang erat: peserta didik dengan guru harus ada maka akan terjadi
kegiatan proses pendidikan. Masih ada lagi seperti komponen belajar lain yaitu

unsur penunjang lainnya: masyarakat, lingkungan sosial budaya, ekonomi, dan


sarana prasarana lainnya.

BAB II
ASESMEN PENDIDIKAN DALAM KONTEKS PERBAIKAN
MUTU BERKELANJUTAN

A. Pendikan sebagai Suatu Sistem


Pendidikan adalah suatu kegiatan yang berkelanjutan dan melibatkan
banyak komponen: peserta didik, pendidik, tujuan, bahan, metode, sarana dan
prasarana, lingkungan, keadaan sosial, budaya, ekonomi, dan keamanan.
B. Asesmen sebagai Integral dari Proses Pendidikan dan Pembelajaran
Asesmen adalah bagian yang tak terpisahkan dari objek pendidikan sebagai
komponen pembelajaran/ pendidikan di awal maupun di akhir kegiatan sesuai
tujuan yang diharapkan.
C. Evaluasi dan Pengendalian Mutu Pendidikan
Pendidikan yang dilaksanakan benar-benar harus bermutu/ berkualitas dan
hal ini sangat penting dan utama esensialnya. Pengendalian mutu pendidikan
ditopang oleh asas-asas sebagai berikut:
1. Komitmen: proses pendidikan yang dilangsungkan itu telah disepakati
regulasinya.
2. Digerakkan dari dalam: melalui kebijakan kesepakatan tentang sistem
pendidikan dilihat dari beberapa aspek, yakni geografis, ekonomi, sosial/
budaya, keamanan, dan unsur-unsur lain yang mendukung program
pendidikan.
3. Tanggung jawab: bagi pemangku kebijakan, pengelola, dan
penyelenggara perlu mempertimbangkan tentang mutu lulusannya.

10

Misalnya 100% lulus, namun juga dituntut bila lulusan ini mau
dikemanakan, sudah siapkah lapangan kerja bagi mereka?
4. Kepatuhan pada rencana: semua kegiatan pembelajaran yang mau dan
akan dilaksanakan sesuai keputusan bersama program pendidikan sesuai
kurikulum.
5. Monitoring asesmen dan evaluasi secara berkelanjutan: semua
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari awal kegiatan hingga selesai itu
bersifat kontinuitas agar mencapai hasil yang semaksimal mungkin.
6. Peningkatan dan pengendalian mutu berkelanjutan: pendidikan haruslah
dipertahankan mutu dan ditingkatkan kinerja kerja yang efektif dan
efisien. Apabila telah dilakukan pelaksanaan di lapangan dengan
sungguh-sungguh berarti secara berkelanjutan pendidikan akan
dijalankan secara utuh dan berimbang.

11

BAB III
SYARAT-SYARAT INSTRUMEN YANG BAIK

Dalam mengumpulkan informasi bagi pengambil kebijakan agar digunakan


instrumen pendidikan secara baik dan benar. Instrumen yang baik adalah:
1. Valid
Untuk mengukur kemampuan siswa dalam memberi nilai secara
simbolis benar-benar dilihat pada kondisi siswa itu secara benar dan
terpercaya (reliabel).
Contohnya, dalam penskoran nilai baik peserta didik sebulan pertama:
A = 30
B = 120
Kemudian sebulan berikut ada perubahan dalam prestasi nilai yang
dicapainya:
A = 123
B = 121
2. Korelasi nilai mereka ternyata tinggi maka instrumen mereka dapat
dikatakan mempunyai reliabilitas (kepercayaan pada dirinya untuk
berubah sangat tinggi dan besar).
3. Objektif
Penskoran nilai secara objektifitas tidak dipengaruhi dari luar, namun
dari dirinya sendiri melalui upaya yang dilakukan secara reliabel
(percaya diri).

12

4. Praktis dan mudah dilaksanakan.


Instrumen/ pelaksana pendidikan di lapangan sehingga peserta uji dapat
memahaminya.
5. Norma
Ada suatu ketentuan atau batas, standar sebagai kriteria atau ukuran
dalam menentukan standar minimal batas kelulusannya, menjadi suatu
ketentuan mengacu pada norma acuan mutlak. Misalkan untuk
menyatakan kelulusan peserta ujian.
Cara mengukur validitas dengan rumus sebagai berikut (Product
Moment Correlation):
r xy =

N xy ( x )( y )

( N x ( x ) )( N y ( y ) )
2

xy

((

( x )
N

( x )( y )
N

))((

( y )
N

))

r xy=
Di mana:
rxy

= koefisien korelasi antara instrumen x dan y

= variabel x (instrumen x)

= variabel y (instrumen y)

= jumlah peserta

Contoh:

13

Peserta ujian ada 10 orang. Jumlah soal 10. Setelah diskor sebagai
berikut:

Sampe
l
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J

Skor

Butir Soal
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1

2
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1

3
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1

4
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1

5
0
0
1
1
1
0
1
0
0
1

6
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0

Total
7
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1

8
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1

9
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0

10
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0

5
7
8
5
6
7
6
6
7
7

Gunakan rumus Product Moment Correlation:


Sampel
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J

X
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
X = 8

Y
5
7
8
5
6
7
6
6
7
7
Y = 64

X
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
X = 8

14

Y
25
49
64
25
36
49
36
36
49
49
Y = 418

XY
0
7
8
0
6
7
6
6
7
7
X = 54

Selanjutnya masukkan ke dalam rumus:


r xy =

r xy =

N xy ( x )( y )

( N x ( x ) )( N y ( y ) )
2

10 x 548 x 64

( 10 x 8 ( 8 ) )( 10 x 418( 64 ) )
2

r xy=

540512
( 8064 )( 41804096 )

r xy =

28
( 16 )( 84 )

r xy =

28
( 16 )( 84 )

r xy=

28
1344

r xy =

28
36,66

r xy =0,76

15

BAB IV
INSTRUMEN ASESMEN

Dikategorikan asesmen pendidikan menjadi dua bagian:


1. Tes
a. Tes standar
b. Tes susunan pendidikan
2. Inventori/ non tes
B. Tes
Tes bukan hanya tes saja, namun dibutuhkan waktu, tenaga, ketelitian, dan
ketekunan.
1. Pengertian Tes
Adalah suatu prosedur yang spesifik dan sistematis untuk mengukur
tingkah laku siswa.
2. Jenis Tes
Dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
a. Tes fisik
Tes fisik dapat menilai karakteristik siswa: tinggi badan, berat
badan, dan lain-lain.
b. Tes mental
Tes psikis/ mental dapat mengukur karakteristik siswa: kejiwaan
siswa.

16

Bentuk pelaksanaan tes dibedakan lagi menjadi tiga, yaitu:


1. Tes tertulis (pada kertas).
2. Tes lisan (secara langsung).
3. Tes unjuk kerja (dikerjakan di rumah/ kelompok).
Tes dapat dibedakan lagi atas dua bagian:
1. Tes standar: tes yang diakui reliabilitas dan validitasnya.
2. Tes buatan guru: tes yang dirancang khusus oleh guru mata
pelajaran.
Ada bentuk tes lain untuk membuat soal dengan jawaban tes yang
dibedakan atas:
1. Tes essay
Bentuk pertanyaan dan jawaban sesuai dengan bahasa sendiri dari
siswa.
2. Tes objektif
Alternatifnya seperti:
a.
b.
c.
d.

Menjodohkan
Benar-salah
Pilihan berganda
Analisis hubungan

Fungsi tes dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu:


1.
2.
3.
4.

Tes formatif: di akhir pelajaran.


Tes sumatif: pada semesteran (1, 2, dan 3).
Tes penerapan.
Tes diagnostik.

Kepada siapa tes itu dilakukan (diberikan), dibedakan menjadi:


1. Tes individu: dapat dikerjakan sendiri tanpa kerjasama atau
nyontek.
2. Tes kelompok: dapat dikerjakan secara bersama-sama.

17

Dari segi kesukaran tes dibedakan lagi menjadi dua, yaitu:


1. Tes kecepatan
2. Tes kekuatan
Dari segi penggunaan bahasa tes dibedakan lagi menjadi:
1. Tes verbal
2. Tes non verbal
3. Tes Standar dan Tes Buatan Guru
Tes standar
Biasa diberikan kepada siswa yang mempunyai bakat, minat, dan
kemampuan.

Tes buatan guru


Tes ini biasa dilakukan sesuai kondisi dan situasi daerah setempat
di mana sekolah itu berada (tes lokal).

C. Inventori (Inventaris)
Inventori (inventaris) adalah suatu instrumen dari asesmen yang dapat
menunjukkan validitas yang dibagi dalam beberapa tipe:

Observasi
Kuesioner
Wawancara
Skala bertingkat
Sosiometri
Cek list

BAGIAN KEDUA
ASESMEN DAN EVALUASI KURIKULUM SERTA PROGRAM

18

Asesmen dan evaluasi pendidikan merupakan pilar penyedia informasi yang


berguna dalam merumuskan berbagai alternatif keputusan serta memberi feedback
Pendidikan yang komprehensif, kontinyum, valid, dan reliabel.
Dalam mempergunakan asesmen dan evaluasi pendidikan dan
pengajarannya tidak semata mencari nilai pencapaian maksimal sesuai standar
minimalnya (lulus 100%), namun yang diutamakan mutu dan kualitas dari peserta
didik itu sendiri.
Asesmen formatif dan asesmen kelas bertujuan untuk memotivasi siswa
untuk belajar lebih giat lagi dalam proses pembelajaran, apakah pendidik sudah
membelajarkan peserta didik sesuai standar proses yang tepat.

BAB V
ASESMEN DAN EVALUASI KURIKULUM

Terjadi kemerosotan pendidikan di Indonesia karena komponen belajar tidak


sepenuhnya berorientasi pada mutu pendidikan sehingga kekurangan, kesalahan,
dan kemacetan dalam pelaksanaan pendidikan. Pada tahun 2003 Indonesia berada
pada urutan 112 dari 175 negara, sedangkan pada tahun 2012 Indonesia berada

19

pada urutan 124 dari 187 negara. Ketertinggalan tidak terlepas dari komponen
pendidikan.
Peserta didik bukan benda mati melainkan manusia yang berbudi luhur,
yang sedang bertumbuh. Pendidikan berfungsi sebagai pembimbing, manajer,
motivator, dan fasilitator. Keberadaan dan keberfungsian serta komitmen pendidik
dalam tugas pengabdian sangat menentukan. Kurikulum sekolah harus sesuai
dengan visi, misi, dan tujuan.
A. Apakah yang Dimaksud dengan Kurikulum?
Kurikulum adalah segala sesuatu yang menjadi tanggung jawab sekolah,
lembaga pendidikan, baik berupa dokumen atau rencana tertulis, ataupun proses
pelaksanaan rencana. Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
dikuasai untuk mendapat suatu tingkat atau ijazah.
B. Fungsi dan Evaluasi Kurikulum
Fungsi kurikulum dapat dibedakan menjadi dua:
1. Fungsi formatif
2. Fungsi sumatif
Dua fungsi ini bermaksud untuk:

Memonitor.
Menilai apa yang terjadi.
Sampai di mana dilaksanakan bahkan kendala dan hambatan.

C. Model-Model Evaluasi Kurikulum


Menurut Glubo (1968) bahwa evaluasi adalah proses menggambarkan dan
memberikan informasi yang berguna untuk menilai model-model evaluasi
kurikulum yang sering digunakan:

20

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Evaluasi program pendidikan (???????????????).


Stakes model (evaluasi yang menekankan pada kriteria ekstrinsik).
Scrivens model (menekankan pada penjelasan dan evaluasi program).
The CSE model (menilai program pendidikan).
Alkins model (menilai program).
?????????????????? model (menetapkan apakah akan memperbaiki,

memelihara, atau menghentikan program yang telah diberikan).


7. Tylers model (evaluasi yang berorientasi pada tujuan).
Menurut Poham model evaluasi kurikulum dibedakan atas 4 kelompok:
1.
2.
3.
4.

Model pencapaian tujuan.


Model yang menekankan pada kriteria intrinsik.
Model yang menekankan pada kriteria ekstrinsik.
Model yang difasilitasi oleh keputusan.

21

D. Langkah-Langkah Asesmen dan Evaluasi Kurikulum


Kurikulum yang baik adalah relevan dengan perkembangan teknologi dan
tuntutan zaman. Langkah-langkah pelaksanaan asesmen dan evaluasi kurikulum
yang baik adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Rumuskan secara khusus tujuan asesmen dan evaluasi.


Memilih rancangan/ metode yang cocok.
Identifikasi sumber-sumber informasi/ data.
Menyusun instrumen untuk pengumpulan data.
Pilih atau kembangkan teknik atau strategi pengumpulan data.
Melaksanakan ujicoba instrumen.
Melaksanakan asesmen dan evaluasi dalam skala luas.
Analisa data.
Siapkan laporan dan feedback untuk mengambil keputusan.

22

BAB VI
ASESMEN DAN EVALUASI PROGRAM

Bidang pembangunan meliputi politik, ekonomi, sosial, budaya, pertanian,


kesehatan, hukum, pendidikan, olahraga, dan keamanan. Pendidikan merupakan
layanan publik, baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga, di luar sekolah
ataupun paket A, B, C.
Tenaga teknis yang ada sebagai staf kerja pada lembaga pendidikan formal
perlu diikutsertakan dalam mengikuti pendidikan tambahan seperti magang,
seminar, penataran, dan latihan.
A. Apakah yang Dimaksud dengan Program?
Masih banyak staf akademik yang belum/ kurang terampil dalam
membelajarkan peserta didik, misalnya kurangnya pedagogik dan ragu dalam
menerapkan teknologi tinggi. Karena dengan melihat kekurangan seperti itu maka
dilakukan ujicoba kurikulum berbasis kompetensi pada tahun 2004, dan sebagian
yang menerapkan namun yang lainnya belum dilaksanakan KBK tersebut.
Menurut Ahuja (1994: 248) menyatakan bahwa program adalah serangkaian
kegiatan terorganisir yang dirancang untuk menghasilkan hasil.
B. Tujuan Evaluasi Program
Ada tiga konsep evaluasi:
1. Pertimbangan
2. Nilai
3. Arti
Secara umum tujuan dari evaluasi program adalah:

23

1.
2.
3.
4.
5.

Memantau pelaksanaan program.


Memperbaiki rencana program.
Menyempurnakan sistem penyampaian.
Meningkatkan program.
Membantu para stakeholder dalam mengambil keputusan.

C. Kerangka Asesmen dan Evaluasi Program


Dalam melaksanakan evaluasi program terkait dengan tujuan program.
Untuk diketahui pemikiran dasar mengapa suatu program dilaksanakan,
dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif atau mutu dan kuantitatif/ jumlah.
Informasi variatif dapat dikelompokkan dalam beberapa aspek sebagai
berikut:
1. Mengapa program diadakan?
2. Bagaimana program dilaksanakan?
3. Bagaimana dampak dari programnya?
4. Manfaat kegunaan dan efektivitas program.
5. Efisiensi program.
a. Sketsa perencanaan asesmen dan evaluasi program.
b. Sketsa asesmen dan evaluasi program.
Bila program yang disusun kurang berdasarkan penilaian yang kuat, tepat,
dan benar, namun kurang memberikan gambaran situasi yang sesungguhnya.

24

BAGIAN KETIGA
ASESMEN PEMBELAJARAN DAN ASESMEN KELAS

Meningkat mutu lulusan dan mutu/ kualitas pendidikan merupakan dambaan


kita semua. Namun dalam hal ini banyak faktor eksternal dan internal yang
menelantarkan harapan. Banyak orang di mana-mana berbicara pendidikan,
namun sedikit yang peduli akan pendidikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pendidikan seperti budaya lokal, ekonomi, dan sosial sangat
berpengaruh untuk menentukan keberhasilan pendidikan.
Tinggi dan rendahnya prestasi/ perolehan nilai pada siswa itu terjadi di
mana-mana. Walaupun ada ketetapan standar nilai hasil capaian minimal, namun
sering terjadi kemerosotan akibat faktor internal dan eksternalnya. Maka dari itu
jangan ada istilah pendidikan dilaksanakan secara seadanya karena itu adalah
suatu penyakit yang dengan segera dilakukan perbaikan dan perlengkapan fasilitas
pengajaran yang sesuai dan cukup memadai. Seringkali pelaksanaan program
pembelajaran tanpa melihat tujuan, kompetensi, karakteristik sebagai media
belajar dianggap telah benar dalam menaikkan anak/ siswa untuk lulus (naik
kelas) tanpa ada perbandingan tingkat pencapaian peserta.

25

BAB VII
ASESMEN PEMBELAJARAN

Pembelajaran merupakan aktivitas yang bernuansa ilmu dan seni dalam


proses pendidikan. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan kondisi
menyenangkan dan bermakna bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
di masa depan. Bila pendidikan itu dilaksanakan dengan prinsip asal jadi maka
dalam aktivitas dan kondisinya akan gersang serta proses pendidikan tidak
berjalan dengan baik.
Asesmen dan evaluasi pembelajaran perlu mendapat porsi dalam rangka
memperbaiki kualitas pembelajaran. Teknik atau strategi yang digunakan dalam
observasi dengan menggunakan daftar cek atau angket dapat disesuaikan dengan
langkah pembelajaran yang baik dan benar.
Teknik pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat
disesuaikan juga dengan tujuan asesmen. Dan untuk menciptakan kondisi kelas
yang baik dapat difokuskan posisi dinamis dan fleksibilitas serta terciptanya
situasi kondusif, dinamis, hidup, gembira, menggairahkan, menyenangkan.

26

SKEMA SKALA MODEL LINKERT

Tidak ada ketidaksesuaian

Standar

Sedikit sekali ketidaksesuaian

Performance

Cukup sekali ketidaksesuaian

Pelaksanan

Terdapat banyak ketidaksesuaian

Pembeljaran
Dibandingkan

Tidak sesuai sama sekali

A. Asesmen Rencana Pembelajaran


Konsep pendidikan dan pembelajaran mengacau pada Undang-Undang RI
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab I pasal 1
poin 1, bahwa:
1. Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
2. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 pada Bab IV pasal 19
dikemukakan pula:

27

Proses pendidikan pada satuan pendidikan dilaksanakan secara


interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif.


Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam proses
pembelajaran.

Ketidaktepatan skenario pembelajaran saat ini dengan mengesampingkan


makna dan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Skenario pendidikan secara
langusung maupun tak langsung akan mempengaruhi ketepatan pelaksanaan
pendidikan.
Langkah-langkah yang dijadikan indikator dalam menilai rencana
pembelajaran adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kemampuan menentukan bahan pembelajaran.


Kemampuan merumuskan tujuan.
Kemampuan memilih dan mengorganisasikan materi pelajaran.
Kemampuan memilih dan mengorganisasikan media pembelajaran.
Kemampuan merancang skenario pendidikan.
Kemampuan merancang pengelolaan kelas.
Kemampuan merancang prosedur dan mempersiapkan alat asesmen.

28

B. Asesmen Proses Pembelajaran


Dalam menilai pembelajaran hendaknya mengikuti langkah-langkah
pembelajaran yang baik dan benar dengan menilai aspek-aspek:
I.
II.
III.

Kegiatan Pembukaan
Kegiatan Pokok/ Inti
Kegiatan Akhir

Langkah-langkah proses pembelajaran sebagai berikut:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penentuan dan perumusan tujuan.


Penetapan desain.
Pengembangan instrumen.
Pengumpulan data.
Analisis dan interpretasi data.
Penyusunan laporan asesmen.
Tindak lanjut.

29

BAB VIII
ASESMEN KELAS (CLASS ROOM ASSESMENT)

Rendahnya hasil belajar terjadi karena aspek pembelajaran dan komponenkomponen yang kurang menjamin dan kurang mendukung, baik itu sarana dan
unsur penunjang yang merupakan kelengkapan pendidikan kurang memadai.
Selama satu semester dalam program perencanaan dan pelaksanannya sebelumnya
pendidik harus memperoleh informasi dari lingkungan, orangtua, dan masyarakat
agar ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar dapat terealisir dengan baik.
A. Pengertian Asesmen Kelas
Dalam hal ini pendidik jangan hanya mengejar prestasi atau kondite atau
nama baik guru dalam pelaksanaan kinerja kerja guru atau nilai perolehan bagi
siswa yang maksimal, namun untuk bagaimana hasil belajar siswa itu terfokus
pada pembentukan sikap dan teladan yang berkarakter pada sekolah atau
pendidikan yang berkualitas.
B. Dasar-Dasar Pertimbangan Munculnya Asesmen Kelas
Beberapa asumsi asesmen kelas adalah sebagai berikut:
1. Kualitas belajar siswa secara langsung yang berhubungan dengan
2.
3.
4.
5.
6.
7.

kualitas pembelajaran guru walau tidak secara efektif.


Memperbaiki efektivitas belajar peserta didik.
Memperbaik cara belajar peserta didik.
Memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan guru.
Menemukan sumber motivasi, pertumbuhan dan pembinaan pendidik.
Sebagai integral dalam proses pembelajaran.
Dapat berkolaborasi dengan kolega dan aktif melibatkan peserta didik.

30

BAGIAN KEEMPAT
ASESMEN HASIL BELAJAR

Asesmen hasil belajar dapat diarahkan untuk pencapaian dalam setiap mata
pelajaran yang diberikan, pemberian nilai dilakukan untuk merangsang siswa agar
memotivasi semangat belajarnya, perbaikan belajar siswa sebagai bagian integral
dalam proses pembelajaran.

31

BAB IX
ASESMEN HASIL BELAJAR
DENGAN PENDEKATAN TRADISIONAL

Model tes obyektif yang dikenal seperti:


A. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar merupakan suatu instrumen untuk mengumpulkan data
tentang kemajuan penilaian dalam belajar. Tes hasil belajar dimulai dari semester,
tengah catur wulan (UTS), catur wulan (UAS) atau pada akhir tahun. Tes hasil
belajar ini sangat penting dalam mengukur apa yang dipelajari dalam bidang studi
yang bersifat formal. Namun juga banyak kesalahan yang dilakukan guru. Hal-hal
yang tidak menguntungkan seperti:
1.
2.
3.
4.

Menilai yang paling mudah dinilai.


Menaksir lebih rendah dan kurang penting arti belajar.
Kekuasaan pendidik di atas peserta didik.
Mengurangi arti belajar pada apa yang dinilai, bukan pada aspek yang
sesungguhnya dinilai.

B. Jenis-jenis Tes Hasil Belajar


Untuk menempatkan siswa dalam kelompok belajar pendidik dapat
mengetahui sebelumnya bakat dan kemampuan siswa dalam setiap mata pelajaran/
bidang studinya sehingga untuk memberi nilai itu disesuaikan dengan tingkat
kemampuan atau nilai prestasi yang diperoleh setiap ada tes/ evaluasi di akhir
materi pembelajaran.
Ada dua macam tes hasil belajar yaitu tes hasil belajar yang telah
distandarisasikan dan tes susunan guru/ pendidik.

32

1. Tes hasil belajar yang telah distandarisasikan.


Tes jenis ini dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Tes hasil belajar umum yang distandarisasikan.
Tes hasil belajar umum ini dapat mengukur mata pelajaran dan
keterampilan di SD dan SMP. Contohnya:
1) Vocabulary
2) Reading comprehensive
3) Word study skill
4) Mathematic concepts
5) Mathematic computation
6) Mathematic application
7) Spelling
8) Language
9) Social science
10) Science
b. Tes hasil belajar khusus yang telah distandarisasikan.
Tes ini dimaksudkan untuk merekam/ mengkopi bidang studi
khusus seperti sejarah, matematika, dan IPS.
2. Tes hasil belajar buatan guru.
Tes ini hanya dilakukan di dalam kelas/ sekolah saja dengan tujuan
tertentu. Jenis-jenis tes ini adalah sebagai berikut:
a. Tes esai, terdiri dari:
1) Tes esai terbatas.
2) Tes esai terstruktur.
b. Tes objektif, terdiri dari beberapa tipe:
1) Benar-salah.
2) Pilihan ganda.
3) Menjodohkan.
4) Analisis hubungan.
5) Melengkapi.
c. Tes unjuk kerja, seperti:
Tes penampilan
Tes secara berkelompok
Tes menulis dengan pensil dan bolpoin

33

Menurut isi dan fungsi tes unjuk kerja dikelompokkan guru dalam:
1)
2)
3)
4)

Tes penerapan
Tes diagnostik
Tes formatif
Tes sumatif

C. Prinsip-Prinsip Asesmen Hasil Belajar


Prinsip dasar dari hasil tes tersebut adalah asli dan handal serta penyusunan
hendaklah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tes yang disusun benar-benar mengukur tujuan pendidikan.
2. Tes yang disusun harus sampel yang representatif dari semua mata
pelajaran.
3. Format tes harus sesuai tujuan.
4. Tes proses dan hasil belajar harus standar dengan memperhatikan:
a. Tes yang panjang kalimat pertanyaan dan membosankan siswa
untuk menjawabnya.
b. Memperhatikan dalam membuat soal agar berkualitas.
c. Soal yang dibuat dalam mewakili tingkah laku yang dialami.
d. Ujicoba tes untuk mengetahui kesalahan lalu perbaiki.
D. Perencanaan dan Penyusunan Tes Hasil Belajar
Tes yang mau dilakukan memerlukan persiapan dan waktu yang amat lama.
Diperlukan asesmen dan instrumen lain yang berkaitan dengan sikap dan tingkah
laku.

34

DIAGRAM ASESMEN HASIL BELAJAR


DENGAN PENDEKATAN TRADISIONAL
SIKAP DAN TINGKAH
LAKU GURU

TUJUAN

ASESMEN

PEMBELAJARA

DAN HASIL

PROSES

SIKAP DAN TINGKAH LAKU


PESERTA DIDIK

Langkah-langkah perencanaan dan penyusunan tes hasil belajar:


1. Penentuan Tujuan Pembelajaran
Dalam merumuskan pembelajaran bentuknya bertolak dari titik tolak
dan pertimbangan, antara lain:
a. Berorientasi dan terfokus pada perkembangan.
b. Sesuai kebutuhan dan perkembangan.
c. Berpusat pada perubahan wawasan, pengetahuan, sikap, nilai, dan
tingkah laku.
d. Bersifat menguraikan belajar.
e. Dapat diobservasi dan diukur serta dinilai.
f. Jelas dan dapat dimengerti.

35

Kawasan atau Domain Kognitif


Ada enam jenis kemampuan intelektual, yaitu:
1. Pemahaman

: menangkap arti dan makna antara konsep dan

fakta.
2. Pengetahuan : kemampuan untuk mengingat kembali.
3. Aplikasi
: kemampuan untuk memilih konsep, fakta, dalil,
4. Analisis

aturan, dan hukum.


: menjabarkan sesuatu yang kompleks menjadi

bagian
5. Sintesis
6. Evaluasi

yang sederhana dan dipahami.


: kemampuan berpikir tingkat tinggi.
: kemampuan untuk mengukur dan membuat
keputusan berdasarkan kriteria/ standar.

2. Blue Print atau Kisi-Kisi Ujian


Blue print seorang penyusun tes hendaknya betul-betul menghayati apa
yang seharusnya dimiliki peserta didik.
3. Langkah-Langkah Penyusunan Tes Hasil Belajar
1) Menetapkan tujuan penilaian.
2) Mengembangkan spesifikasi.
3) Mengembangkan ruang lingkup.
4) Memilih tipe/ butir soal.
5) Mempersiapkan penyusuan item/ butir soal.
6) Menyusun item/ butir soal.
7) Merevisi item.
8) Mengadministrasikan tes.
9) Menskor dan mengelola tes.
10) Menginterpretasikan tes.
11) Menggandakan tes untuk perbaikan kegiatan.
4. Komponen-Komponen Tes dan Persiapan Penyusuan
Komponen tes objektif yaitu: benar-salah, pilihan jamak, menjodohkan,
analisis hubungan, dan tes esai. Tiap jenis tes terdiri dari:

36

a.
b.
c.
d.

Buku tes/ lembaran soal.


Lembaran jawaban.
Kunci jawaban.
Pedoman penilaian.

E. Tes Esai dan Tes Objektif


Tes esai dikategorikan tidak memuaskan/ tidak mencukupi, namun dilihat
dari kemampuan menjelaskan, menerangkan, melahirkan pendapat, dan
mengembangkan dalam bahasa tulisan, maka tes esai jauh lebih memuaskan
dibanding tes objektif. Tes objektif digunakan ketika mengukur kemampuan
kognitif yang lebih rendah.
1. Aturan Menyusun Tes Esai
1) Digunakan untuk kemampuan yang kompleks, seperti:
Pengertian
Analisis
Aplikasi
Evaluasi, dan
Kreativitas.
2) Membatasi jawaban peserta didik sesuai tingkat luasan jawaban
yang diinginkan.
3) Menghubungkan pertanyaan yang disusun dengan hasil belajar.
4) Menentukan jenis tingkah laku dan pengetahuan yang ingin
dicapai.
5) Memformulasikan pertanyaan dengan jelas, tegas, dan terbatas.
6) Jangan menilai pertanyaan dengan tes esai dengan:
apa yang anda pikirkan tentang peristiwa itu.
tuliskan semua peristiwa itu yang anda ketahui.
karena kunci jawaban sukar dan bersifat alternatif.
7) Pertanyaan dijawab peserta didik tanpa memberi alternatif.
8) Pertanyaan disesuaikan dengan kematangan siswa.
9) Pertanyaan dimulai dengan kata-kata:
Bandingkan
Jelaskan
Terangkan

37

Beri alasan
Analisislah
Kembangkan, dan sebagainya.

Tidak menggunakan kata-kata:


Apa?
Siapa?
Kapan?
Bilamana? Dan
Berapa?
10) Menyusun pertanyaan yang dapat mewakili semua materi.
2. Syarat-syarat dalam Pembuatan Tes Objektif
1) Hindari pertanyaan yang luas dan umum.
Contoh:
B S Presiden RI dipilih untuk memimpin negara Indonesia
(kurang baik).
B S Pasal 4 ayat 1 UUD 45 menyatakan bahwa Presiden RI
memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
(kurang baik).
2) Jangan mengutip kalimat yang sama dengan materi yang terdapat
dalam buku pegangan/ buku sumber lain.
Contoh:
B S Pendidikan adalah usaha membimbing anak ke tingkat
dewasa (kurang baik).
B S Menurut Longeveld, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana dalam membimbing anak, agar ia mampu berdiri
sendiri dan bertanggung jawab (baik).

38

3) Usahakan agar peserta didik tidak mengalami kesukaran dalam


membaca butir soal.
Contoh:
B S Karena sering terjadi benturan keuangan dalam
kepemimpinan Y maka ia akhirnya dimutasikan (kurang
baik).
B S Salah satu sebab dipindahkannya Y karena ia tidak mampu
mempertanggungjawabkan keuangan lembaga yang
dipimpinnya (baik).
4) Kalau pendapat yang ditanyakan bersumber dari orang tersebut
maka hendaknya sumber tersebut dalam kalimat.
Contoh:
B S Lingkungan sangat menentukan perkembangan anak
(kurang baik).
B S Menurut John Locke, lingkungan sangat menentukan
perkembangan anak (baik).
5) Usahakan butir-butir soal tidak memberi petunjuk butir soal yang
lain.
Contoh:
B S Penetapan Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei
merupakan wujud penghargaan pada tokoh pendidikan
nasional Ki Hajar Dewantoro yang lahir pada tanggal
tersebut (kurang baik).

39

B S Ki Hajar Dewantoro adalah pejuang kemerdekaan dan


tokoh pendidikan nasional yang lahir pada tanggal 2 Mei
1889 (baik).
6) Dalam menempatkan kunci jawaban hendaklah dilakukan secara
random (acak).
Umpama (contoh):
No. Soal
1
2
3
4
5
6

Kunci Jawaban
b
a
a
b
b
a

7) Hindari pertanyaan-pertanyaan yang meragukan.


Contoh:
B S Seringkali anak pandai dalam ujian (tidak baik).
8) Hindari membuat soal yang tidak ada gunanya dan usahakan selalu
memperhatikan tabel spesifikasi yang telah disusun sebelumnya.
F. Pengadministrasian Tes, Penskoran, dan Penentuan Nilai

Perbanyakan/ reproduksi tes.


Pengaturan penyusunan dan fasilitas lain yang dibutuhkan.
Kerapian tes.

Penentuan nilai/ penskoran nilai


B = Jumlah item yang dijawab benar.
S = Jumlah yang dijawab tetapi salah.
N = Jumlah kemungkinan jawaban yang ada pada item.

40

Contoh soal : jumlah soal 50 buah untuk setiap item disediakan


kemungkinan jawaban.
Hasil jawaban si A = 30 benar, 10 salah, dan 10 kosong.
Hasil jawaban si B = 40 benar, 10 salah.
Skor si A = 30 . 10 / 5 7 = 27,5.
Skor si B = 40 . 10 / 5 1 = 37,5.
Formulasi jawaban yang dapat memberi hukuman pada item yang tidak
dijawab (yang dikosongkan) yaitu:
Skor mentah = B (S + SK) / n 1, di mana:
SK = jumlah item yang dikosongkan.
Contohnya:
Skor si A = 30 (10 +10) / (5 1) = 25.
Skor si B = 40 (10 + 0) / (5 1) = 37,5.

41

BAB X
ASESMEN HASIL BELAJAR BERBASIS KOMPETENSI

A. Pengertian Kompetensi
Kompetensi adalah perpaduan skill (keterampilan), tingkah laku, dan
pengetahuan serta nilai dasar yang dapat didemonstrasikan.
Kompetensi dapat berupa:
1.
2.
3.
4.

Cognitive competencies.
Affective competencies.
Performace competencies.
Consequences competencies.

B. Hubungan Tujuan, Kurikulum dan Asesmen Belajar


Pelaksanaan tujuan agar mencapai cita-cita sesuai rencana. Bagaimana
dengan pelaksanaan kurikulum adalah bahwa bagaimana semua program asesmen
dan pembelajaran secara sistematis dapat direalisasikan. Asesmen belajar sendiri
merupakan suatu pencapaian keberhasilan dari apa yang telah dilaksanakan
kegiatan pembelajaran.

42

Tata Alur Tujuan, Kompetensi, Sub Kompetensi, dan Objektif

Soal

Competency

Competency

Competency

Sub Competency

Sub Competency

Sub Competency

Objectives

Objectives

Objectives

Diagram di bawah ini menunjukkan hubungan goal (tujuan) proses belajar


dengan pembelajaran dan asesmen hasil belajar.

43

Tujuan Sekolah/
Jurusan/ Prodi

Kurikulum
Asesmen
Proses Belajar dan Pembelajaran

Hasil
Belajar

Kurikulum

Tujuan Mapel
Tujuan Khusus
Tiap Pertemuan

C. Patokan dan Penentuan Lulus


Dilihat dan diukur dari kompetensinya yang telah dimiliki sebelumnya
melalui pembelajaran materi yang diberikan, maka ketika siswa diujikan untuk
diukur kemampuannya, bila nilai yang diperolehnya pantas, wajar, baik nilainya
maka siswa tersebut dinyatakan lulus murni.

44

BAB XI
ASESMEN ALTERNATIF

A. Pengertian Asesmen Alternatif


Asesmen alternatif sama halnya dengan asesmen autentik yang artinya
bahwa siswa dengan kemampuan sendiri dapat menciptakan kondisi nyata,
perbuatan nyata, tindakan nyata, tugas realita, atau unjuk kerja lainnya.
B. Dasar Rasional
Pertimbangan asesmen alternatif adalah:
1. Kelemahan testing.
Artinya masih banyak pemberian tugas/ tes yang dianggap belum tepat.
2. Akurat, teliti, dan tepat.
Berbagai syarat dan strategi evaluasi, tes, dan penilaian yang digunakan
benar-benar akurat, teliti, dan tepat.
3. Akuntabilitas.
Seorang tidak sembarangan memberikan tes, namun dengan sangat
loyal dan tanggung jawabnya yang amat mendalam tes diberikan secara
akuntabilitas.
4. Autentik.
Penilaian/ tes yang diberikan benar-benar nyata/ riil dan sesungguhnya
bukan asal memberikan tes alternatif.
5. Menyampaikan informasi kepada siswa sebelumnya tentang latar
belakangnya.

45

6. Memberi kesempatan kepada guru untuk menilai proses dan produk


serta perbedaan pengertian.
C. Karakteristik Asesmen Alternatif
1.
2.
3.
4.
5.

Terdapat saling keterkaitan.


Siswa diberi motivasi.
Berkesinambungan.
Tugas-tugas bermakna.
Syarat asesmen dalam pendistribusian.

D. Pro dan Kontra Asesmen Alternatif


Ada yang setuju dengan asesmen alternatif dan ada pula yang tidak
menyetujuinya. Kelompok yang setuju dengan alasan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Holistik: banyak cara yang diterapkan dan bersifat analitik.


Berpusat pada siswa.
Menekankan proses.
Menuntut keterampilan.
Dunia nyata.
Perspektif yang luas.
Aktif dan inovatif.
Memberanikan diri dalam memberi refleksi.
Menantang peserta didik untuk menarik kesimpulan.

Kelompok yang tidak setuju:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Banyak menyita waktu.


Tidak semua yang suka dalam berkelompok.
Subyektivitas pendidik dalam menilai peserta didik.
Biayanya diperlukan cukup banyak.
Kurang menekankan pada produk.
Sulit dilaksanakan.

46

BAB XII
ASESMEN AUTENTIK (AUTHENTIC ASSESMENT)

A. Pengertian Asesmen Autentik

Menurut Linn dan Grownlund asesmen autentik adalah setiap jenis

penilaian alternatif dilakukan dalam pengaturan dunia nyata.


Menurut John Mueller (2008) asesmen autentik adalah sebuah bentuk
penilaian siswa diminta untuk melakukan tugas-tugas dunia nyata/ riil.

B. Ciri-Ciri Asesmen Autentik


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Melibatkan diri dalam tugas-tugas nyata dan riil.


Sejak awal siswa mengikuti cara penilaian tugas mereka.
Valid dan realiabel.
Siswa menstruktur dan mengorganisasikan sendiri.
Mengembangkan kemampuan tingkat tinggi.
Autentik dalam situasi riil.
Komprehensif dan integratif.
Menekankan proses dan produk/ hasil.
Mengutamakan fakta dan bukti-bukti langsung.

C. Teknik-Teknik yang Digunakan dalam Asesmen Autentik


1. Observasi.
2. Pertanyaan lisan/ terbuka.
3. Presentasi kelas.
4. Proyek.
5. Jurnal.
6. Kerja kelompok.
7. Portofolio.
8. Rubrik.
9. Tugas-tugas.
10. Interview.
11. Kelompok terfokus.
12. Tes unjuk kerja.
13. Percobaan/ demonstrasi.
14. Debat/ diskusi.
15. Peta konsep.
16. Eksibisi.

47

17. Poster.

48

BAB XIII
ASESMEN UNJUK KERJA (PERFORMANCE ASSESMENT)

A. Pengertian Asesmen Unjuk Kerja


Asesmen unjuk kerja merupakan penilaian secara langsung di lapangan
ketika aktivitas belajar berlangsung.
Asesmen unjuk kerja ada tiga ciri utama, yaitu:
1. Siswa menyusun/ mengkonstruksikan sendiri.
2. Format asesmen mengikuti guru.
3. Skoring rubrik harus sesuai tingkat berpikir.
B. Karakteristik Asesmen Unjuk Kerja
1.
2.
3.
4.
5.

Menyusun respon sendiri.


Berpikir pada tingkat yang tinggi.
Keautentikan tugas-tugas.
Penilaian bertumpu pada proses dan produk.
Mengutamakan kepandaian, bukan kelulusan.

C. Tes Unjuk Kerja


1. Pengertian Tes Unjuk Kerja
Suatu jenis tes di mana peserta didik diminta melakukan sesuatu dengan
menggunakan bahasa sedikit dan diaplikasikan dengan menguji kemampuan
kognitif dan afektif situasi alamiah.
2. Jenis-Jenis Unjuk Kerja
a. Paper and pencil performance (tes tertulis).
b. Recognition test (tes pengenalan).
c. Simulating performance (uji simulasi/ tes simulasi).
d. Work sample test (tes keterampilan).
3. Kegunaan Tes Unjuk Kerja
Meramalkan kesuksesan.
Mendiagnosis kesulitan.

49

Sebagai alat bantu.


Menyediakan kriteria untuk menilai kemajuan.
Nilai keterampilan.
4. Langkah-Langkah Penyusunan Tes Unjuk Kerja
1) Menyusun secara hati-hati.
2) Memilih keterampilan yang akan diuji.
3) Menetapkan karakter aspek yang diukur.
4) Menyelidiki keterbatasan yang mungkin ada, seperti:
a) Kecukupan waktu.
b) Kelengkapan equipment sesuai jumlah peserta.
c) Kecukupan tenaga/ personil.
5. Model-Model Tes Unjuk Kerja
a. Vigilance test (tes kewaspadaan).
b. Miniatus punch press test (uji ketahanan).

50

D. Inventori Unjuk Kerja


Untuk menginventori unjuk kerja dapat dilakukan dengan:

Portofolio.
Daftar cek.
Rubrik.
Skala bertingkat.
Eksebisi.
Demostrasi, dan
Investigasi.

51

BAB XIV
PENGUKURAN INTELIGENSI

Menurut Jenssen (1980) dalam penelitian ditemukan korelasi antara IQ


(Intelligence Quotient) dan SES (Sosio Economic Status/ Status Sosial Ekonomi)
dengan belajar sebagai berikut:
1. Korelasi IQ dengan belajar = 0,73.
2. Korekasi IQ dengan SES = 0,52.
3. Korelasi SES dengan belajar = 0,56.
Bila IQ dikontrol maka korelasi antara SES dengan belajar berubah menjadi
0,30. SES dikontrol dan korelasi belajar pun akan berubah 0,62. Ini berarti
inteligensi secara bebas lebih berpengaruh pada SES belajar di sekolah.
A. Pengertian Inteligensi
Secara konseptual ada keterkaitan kecakapan, kemampuan, inteligensi, dan
bakat. Kemampuan adalah daya pikir seseorang untuk melakukan tindakan baik
fisik maupun mental. Kemampuan psikomotorik dan kognitif dirinci lagi menjadi:
1. Kemampuan mental umum yang sering disebut inteligensi.
2. Kemampuan khusus (special ability).
Menurut Thorndike bahwa inteligensi adalah kekuatan tanggapan yang baik
dari sudut pandang kebenaran atau fakta.

52

BAGIAN KELIMA
ASESMEN ASPEK-ASPEK KHUSUS PESERTA DIDIK

Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang


mengorganisir komponen kegiatan pembelajaran berupa tujuan, materi/ bahan,
fasilitas, media, alat, strategi, teknik, dan juga lingkungan belajar. Pengetahuan
yang diterima bukan hanya begitu saja, namun lebih leluasa peserta didik mampu
membelajarkan diri secara berkesinambungan. Walaupun kecerdasan dan
keberhasilan yang dimiliki siswa hingga 15 namun sering gagal dalam belajar.
IQ normal biasa seperti itulah yang biasanya sukses sampai tingkat
pendidikan tinggi bagi anak dewasa (sedangkan siswa di bawah normal IQ-nya
seperti: embisi IQ=30-40 setingkat anak idiot, debil IQ=50-69, borderline IQ=7079 kelompok bodoh dan sukar menyelesaikan tingkat pendidikan SMP).

53

BAB XV
ASESMEN BAKAT

Bakat (aptitude), inteligensi dan prestasi merupakan konstruksi psikologis


yang tidak mudah dibedakan. Secara tradisional bakat dapat dipengaruhi efek
belajar masa lampau. Oleh sebab itu bakat dan kemampuan/ inteligensi dipandang
sebagai kekuatan yang ada pada individu (kapasitas bawaan lahir).
Oleh sebab itu pada saat guru/ pendidik minta bantuan ahli lain untuk
mengetahui kondisi peserta didiknya, betul-betul yakin bahwa bakat dalam hal ini
adalah bakat dalam konteks yang digunakan, apakah merupakan proses dan
kemampuan kognitif ataukah merupakan bakat dalam konstruksi tradisional.

54

Anda mungkin juga menyukai